1. PENDAHULUAN. Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan

dokumen-dokumen yang mirip
METODE DISKUSI KELOMPOK MODEL KEPALA BERNOMOR SEBAGAI INOVASI METODE PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SMP DALAM MENANGGAPI PEMBACAAN CERPEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan matematika yang kuat sejak dini (BNSP, 2007).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODE DISKUSI KELOMPOK MODEL KEPALA BERNOMOR SEBAGAI INOVASI METODE PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SMP DALAM MENANGGAPI PEMBACAAN CERPEN

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Pendidikan membuat manusia

RANGKUMAN NASKAH INOVASI METODE PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. pasal 25 ayat 1 menyatakan beban kerja guru mencakup kegiatan pokok

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya menuju masyarakat global adalah kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi bagian yang sangat penting dalam kehidupan manusia sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di Pendidikan Dasar (SD dan SLP) dan Pendidikan Menengah

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi, baik secara lisan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. dan global. Maka, untuk meningkatkan mutu pendidikan pemerintah selalu

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

I. PENDAHULUAN. di sekolah. Dalam KTSP Bahasa Inggris 2006 dijelaskan bahwa dalam belajar

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

BAB I PENDAHULUAN. dan sudah mempengaruhi berbagai bidang kehidupan, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. mutu peserta didik menuju era globalisasi yang penuh dengan tantangan,

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

I. PENDAHULUAN. Guru mengajar hendaknya memiliki kemampuan yang cukup, ditunjukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

BAB I PENDAHULUAN. luas, kreatif, terampil dan berkepribadian baik. oleh masyarakat yang ditujukan kepada lembaga pendidikan, baik secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli. memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. pendidikan menengah, beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. dipahami orang lain, seseorang perlu memiliki kosakata ( vocabulary ) dan

I. PENDAHULUAN. sekolah menengah atas adalah mata pelajaran Matematika. Mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi Awal

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk. kehidupan Bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah seperti penyelidikan, penyusunan dan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH. Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 pasal 3, menegaskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pembelajaran Matematika dari zaman ke zaman merupakan salah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dewasa ini bukan hanya untuk memenuhi target kurikulum semata, namun menuntut adanya pemahaman kepada

1. PENDAHULUAN. Kemampuan menggunakan bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum, pembelajaran mata kuliah bahasa Inggris diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat,

I. PENDAHULUAN. berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya menuju masyarakat global adalah kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga materi yang disampaikan oleh guru kurang diserap oleh siswa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran merupakan kegiatan integral antara pelajar dan guru

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan ujung tombak bagi pembangunan peradaban.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

ARTIKEL. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh : Nur Aeni Ratna Dewi

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. akan meningkat sehingga akan berpengaruh juga pada hasil belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya komunikasi dan interaksi global telah menempatkan bahasa

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking

PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan pendidikan. Bahasa Inggris memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bekerjasama. Akan tetapi banyak persoalan-persoalan yang sering muncul dalam

2014 MODEL PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH DASAR DI BANDAR LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. saja, melainkan membutuhkan waktu yang relatif panjang. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. aspek-aspek kebahasaan, seperti aspek bunyi (phonology), aspek tata bahasa

Meningkatkan Ketrampilan Berbicara Bahasa Inggris Siswa Kelas Viii Melalui Manajemen Kelas Dengan Metode Integrated Cooperative Two Stay Two Stray

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL THINK TALK WRITE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Dara Lugina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. itu, untuk menciptakan sumber daya manusia yang kreatif, inovatif dan produktif

Charlina Ribut Dwi Anggraini

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Syifa ur Rokhmah. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang

BAB I PENDAHULUAN. dalam komunikasi secara lisan maupun dalam komunikasi secara tertulis. kesulitan dalam berkomunikasi dan bersosialisasi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan itu sendiri merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis berkaitan erat dengan keterampilan mendengarkan, gagasan secara runtut. Menulis memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam dunia pendidikan, diajarkan mulai dari sekolah dasar

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI MELALUI MODEL STAD SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Transkripsi:

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulisan. Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, fikiran, perasaan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya. Salah satu tuntutan yang harus dijawab oleh para siswa Indonesia dalam mempersiapkan dirinya menuju masyarakat global adalah kemampuan menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa komunikasi, dalam konteks lisan maupun tulis. Memiliki kemampuan berbahasa akan sangat membantu siswa dalam mengembangkan dirinya secara intelektual, sosial, dan emosional. Bahasa juga merupakan kunci penentu menuju keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi (Depdiknas : 2004). Oleh karena itu, segala upaya harus dilakukan untuk menciptakan pembelajaran Bahasa Inggris yang menyenangkan sehingga mampu memotivasi siswa untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam belajar Bahasa Inggris. Bahasa Inggris di Indonesia dipelajari dari tingkat Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi. Namun terlihatnya kecenderungan bahwa pembelajaran bahasa Inggris belum menunjukkan hasil yang maksimal pada sebagian besar siswa, karena bahasa Inggris masih sering dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit

dan tidak menarik bagi mereka. Hanya sedikit diantara mereka yang mampu menggunakan bahasa Inggris sebagai sarana komunikasi lisan. Ini karena mereka tidak memiliki kosa kata yang cukup, dan tidak menguasai tata bahasa. Kesulitan ini juga disebabkan oleh: (1) kurang memperoleh contoh; (2) kurang berlatih, (3) kurang percaya diri, (4) tidak memiliki motivasi dan minat belajar yang cukup. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan atau meng hasilkan teks lisan dan atau tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa yaitu membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara. Bahasa lnggris diarahkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut agar siswa mampu berkomunikasi dan berwacana dalam bahasa lnggris pada tingkat literasi tertentu. (Permendiknas 2006 no.22). Guru perlu menciptakan kondisi yang mampu mengembangkan komunikasi interaktif, suatu iklim komunikasi yang dibangun melalui dialog antara siswa dengan guru. Bahasa Inggris merupakan ilmu yang bersifat universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, perkembangan yang pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan bahasa Inggris dibidang membaca (reading),menulis (writing), mendengarkan (listening) dan berbicara (speaking). Untuk menghadapi masa depan diperlukan penguasaan bahasa asing yang baik sejak dini. Pendidikan dasar yang bermutu akan memberikan landasan yang kuat bagi pendidikan menengah dan pendidikan tinggi yang bermutu. Mata pelajaran bahasa Inggris diberikan kepada semua

peserta didik sejak dari Sekolah Dasar untuk membekali kemampuan berbahasa asing, hal ini sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 0487/4/1992 tentang Kurikulum Muatan Lokal dan No. 060/U/1993 tanggal 25 Februari 1993 tentang dimungkinkannya program Bahasa Inggris lebih dini sebagai salah satu mata pelajaran muatan lokal yang dapat dimulai dari kelas 4 Sekolah Dasar. Sejak itulah pengajaran bahasa Inggris di SD mulai marak sebagai Muatan Lokal pilihan, khususnya di Pulau Jawa. Seiring dengan pesatnya perkembangan, sekolah-sekolah di daerah merasa sudah saatnya pula untuk mengajarkan bahasa Inggris sebagai muatan lokal. Dalam proses perkembangannya di beberapa daerah, bahasa Inggris yang semula sebagai mata pelajaran muatan lokal pilihan menjadi mata pelajaran muatan lokal wajib. Kurikulum mata pelajaran muatan lokal ini tidak dikembangkan oleh Pusat Kurikulum Depdiknas, tetapi dikembangkan oleh Depdiknas tingkat provinsi, demikian juga propinsi Lampung. Tuntutan dari kurikulum bahasa lnggris adalah pembelajaran yang berdasarkan pada pendekatan komunikatif yang mene kankan pada student centered learning (pembelajaran berpusat pada siswa). Namun demikian masih banyak guru bahasa Inggris di SD yang mengajar hanya berdasarkan buku teks yang tersedia, bukan berdasarkan standar kompetensi yang telah dimuat dalam Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk muatan lokal bahasa Inggris di SD. Mungkin saja hal ini disebabkan ketidaktahuan

mereka tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dikuasai oleh siswa yang mempelajari bahasa Inggris sebagai muatan lokal. Padahal tujuan pembelajaran bahasa lnggris yang dirumuskan oleh Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP), mencakup keempat ketrampilan yang digunakan untuk menanggapi atau menciptakan wacana dalam kehidupan bermasyarakat. Ketrampilan berbicara adalah kemampuan yang dituntut untuk tingkatan komunikasi lisan namun ujaran-ujaran yang diproduksi dalam pengucapan tentunya harus tetap menganut kaidah yang telah ditetapkan linguistik. Secara hirarki, mendengarkan (listening) adalah langkah awal dari acara pembelajaran, selanjutnya interaksi lisan (speaking). Tujuan umum pembelajaran bahasa Inggris sesuai kurikulum adalah kemampuan berkomunikasi secara lisan maupun tertulis untuk mengakses ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari, seperti tercantum pada Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP), mata pelajaran bahasa lnggris (2006 : 3) bertujuan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan secara terbatas untuk mengiringi tindakan (language accompanying action) dalam konteks sekolah 2. Memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa lnggris untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat global. Sebagai salah satu sarana dalam aktivitas komunikasi, siswa perlu menguasai salah satu ketrampilan berbahasa yaitu berbicara atau speaking. Ada dua faktor

yang menyebabkan rendahnya tingkat ketrampilan siswa dalam berbicara, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Yang termasuk faktor eksternal, diantaranya dalam proses komunikasi sehari-hari, tidak digunakannya bahasa lnggris sebagai bahasa percakapan dilingkungan masyarakat maupun dilingkungan keluarga. Akibatnya siswa tidak terbiasa untuk berbahasa lnggris sebagai sarana komunikasi. Dari faktor internal, pendekatan pembelajaran, metode, media, atau sumber pembelajaran yang digunakan oleh guru memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap tingkat ketrampilan berbicara bagi siswa Sekolah Dasar. Ketika diberikan pertanyaan, tak seorang pun siswa yang memiliki keberanian untuk menjawab. Demikian juga ketika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, ketidakmampuan ini biasanya disebabkan (1) Sulitnya mengungkapkan ide secara lisan, sehingga siswa bingung untuk berbicara. (2) Terbatasnya kosakata (vocabulary) sehingga siswa sulit berbicara lancar dan lama (3) Terbatasnya kemampuan tatabahasa (grammar) sehingga sulit berbicara de ngan pola yang benar.(4)terbatasnya kesempatan melafalkan kata (pronunciation) sehingga sulit mengucapkan kata dengan benar. Pada hakekatnya pembelajaran bahasa Inggris bukanlah semata-mata mengajarkan kepada siswa unsur-unsur pengetahuan bahasa, seperti tata bahasa (grammar), pelafalan (pronunciation), pilihan kata (diction), intonasi (intonation) dan kosa kata (vocabulary), dan bukan pula pembelajaran yang hanya berorientasi pada hasil ujian (ujian semester, ujian nasional, dsb). Ketika kemampuan komunikatif menjadi fokus dalam pembelajaran bahasa Inggris, maka pembelajaran tidak lagi semata-mata mentransfer pengetahuan bahasa secara parsial berupa unsur-unsur

bahasa, tetapi pembelajaran bahasa Inggris harus mampu memberikan pengalaman bagi siswa untuk mampu menggunakan bahasa Inggris itu sebagai alat komunikasi. Pada prapenelitian, ketika evaluasi pembelajaran pada proses pembelajaran bahasa lnggris, di Sekolah Dasar Negeri.1 Kalibalau Kencana Bandar Lampung, mengamati kenyataan yang ada bahwa hanya beberapa siswa yang dapat merespon materi yang disampaikan oleh guru. Ketika diberikan pertanyaan, sebagian besar siswa terdiam, sehingga komunikasi berlangsung satu arah. Dalam proses pembelajaran guru juga masih menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru, hal ini dapat dilihat dari rencana pembelajaran yang dibuat oleh guru dalam pembelajaran bahasa lnggris. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran pada umumnya, guru cenderung menggunakan pendekatan yang konvensional dan miskin inovasi sehingga kegiatan pembelajaran ketrampilan berbicara berlangsung monoton dan membosankan. Guru lebih banyak berbicara tentang bahasa (talk about the language) daripada melatih menggunakan bahasa (using language), sehingga dalam mata pelajaran bahasa lnggris, siswa mengalami kesulitan untuk berkomunikasi secara lisan dalam situasi formal di kelas. Yang diperoleh siswa di kelas dalam pembelajaran bahasa lnggris tidak bisa diterapkan secara praktis karena cenderung bersifat teoritis dan kognitif serta terlepas dari konteks pengalaman dan lingkungan siswa. Dalam konteks demikian, diperlukan pendekatan pembelajaran ketrampilan berbicara yang inovatif dan kreatif, sehingga proses pembelajaran bisa berlangsung aktif, efektif dan menyenangkan.

Metode pembelajaran bahasa Inggris yang menekankan pada kemampuan komunikatif tampaknya belum banyak diterapkan di sekolah khususnya sekolah dasar, guru kurang memotivasi peserta didik berperan aktif, sehingga menimbulkan kejenuhan bagi peserta didik didalam kelas. Berdasarkan hal tersebut perlu dikembangkan model pembelajaran yang efektif dan efisien agar penguasaan bahasa lnggris peserta didik menjadi bermakna, dan prestasi belajar bahasa lnggris menjadi diatas kriteria ketuntasan minimal. Untuk meningkatkan kemampuan komunikasi lisan dalam berbicara bahasa lnggris siswa, metode pembelajaran kooperatif dipercaya mampu menguatkan gerakan komunikatif dan proses pembelajaran kolaboratif. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengakomodasi kepentingan untuk mengkolabrasikan pengembangan diri didalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). lde penting dalam pembelajaran kooperatif adalah membelajarkan kepada siswa keterampilan bekerjasama dan berkolaborasi, pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang heterogen dan dikelompokkan dalam tim, pengelompokkan siswa sebagai cara untuk memotivasi terjadinya pertukaran ide, argumentasi dan refleksi dari masing-masing anggota kelompok dalam upaya konstruksi pengetahuan, sehingga setiap individu didalam kelas itu belajar dan mencapai keberhasilan (Pannen, 2001: 63). Ada beberapa tipe metode pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah tipe TGT (Team Games Tournaments), TAI (Team Assisted Individualization), CIRC

(Cooperative lntegrated Reading and Composition), Learning Together, Group Investigation, STAD (Student Teams Achievement Division), dan Jigsaw (Slavin; 2008: 21), adapun salah satu metode pembelajaran kooperatif yang dianggap sesuai dengan pembelajaran bahasa lnggris adalah tipe STAD yang menggunakan langkah pembelajaran di kelas dengan menempatkan siswa ke dalam tim campuran berdasarkan prestasi, jenis kelamin dan suku (Slavin, 2008:155 ). Sebelum melakukan pembelajaran kooperatif, guru perlu membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi yaitu kemampuan mendengarkan dan kemampuan berbicara, agar siswa dapat berpartisipasi dalam kelompok, karena siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalahmasalah yang kompleks. Karakteristik pembelajaran kooperatif lebih banyak meningkatkan aktivitas belajar dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar individual atau kompetitif. Tujuan pembelajaran kooperatif kelompok tidak hanya menyelesaikan tugas yang diberikan, tetapi juga memastikan bahwa setiap anggota kelompok menguasai tugas yang sama diterimanya, selain itu mendorong siswa saling membantu dan termotivasi menguasai ketrampilan yang diberikan guru. Metode pembelajaran kooperatif memanfaatkan kecenderungan siswa untuk berinteraksi, hal ini akan memiliki dampak yang sangat positif terhadap siswa yang kemampuan berbicara bahasa lnggrisnya rendah.

Adapun tujuan pembelajaran keterampilan berbicara siswa SD berdasarkan Standar Kompetensi mata pelajaran Bahasa lnggris Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah agar siswa mampu berbicara mengungkapkan instruksi dan informasi sangat sederhana dalam konteks sekolah (Depdiknas 2003:8). Untuk mencapai Standar Kompetensi ini, tertuang dalam Kompetensi Dasar yang dirumuskan dalam indikator- indikator tertentu yang harus dicapai peserta didik. Berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan dalam pembelajaran bahasa lnggris, maka untuk mencapai kompetensi tersebut ditetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 60, berikut disajikan nilai rata-rata kemampuan bahasa lnggris, yang diperoleh siswa kelas V SDN.1 Kalibalau Kencana B.Lampung. Tabel 1.1 Data nilai keterampilan berbahasa lnggris siswa kelas V SDN 1 KalibalauKencana B. Lampung Semester l Tahun Pelajaran 2009/2010 1 Interval nilai 45-56 Frekuensi siswa Persentase Ketuntasan VA VB VC 11 15 21 52 % Dibawah KKM 2 57-60 17 16 11 35 % Rata-rata KKM 3 > 60 7 4 3 13 % Diatas KKM JUMLAH 35 35 35 100 % Sumber: Hasil Analisis Evaluasi Bahasa lnggris SD N.1 KBK semester l Tahun Pelajaran 2009/2010. Adapun penyebaran nilai tersebut jika dilihat berdasarkan kemampuan dalam membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara, terlihat dalam Tabel 1.2 berikut

Tabel 1.2. Data Nilai per Aspek Ketrampilan Berbahasa lnggris Siswa Kelas V SD N.1 Kalibalau Kencana Tahun Pelajaran 2009 / 2010 No Aspek Skor Kelas A Kelas B Kelas C Rata-rata Maks 1 Membaca 15 7 5 6 6 2 Menulis 15 6 5 4 5 3 Mendengarkan 15 6 4 5 5 4 Berbicara 15 5 5 4 3.75 Jumlah 60 24 19 19 19,75 Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa pencapaian kompetensi berbicara pada siswa SDN 1 Kalibalau Kencana kelas V pada semester I tahun pelajaran 2009/2010 menunjukkan hanya sekitar 13 % (14 siswa) dari 105 siswa yang dinilai berani berkomunikasi dalam bahasa lnggris dengan kosakata terbatas, hasil ini jauh dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 60 dan jauh lebih rendah dibandingkan aspek-aspek yang lain. Data ini menunjukkan, tujuan pembelajaran keterampilan berbicara siswa sebagaimana tercantum dalam Standar Kompetensi mata pelajaran Bahasa lnggris belum bisa terwujud. Banyak aspek yang menyebabkan rendahnya kemampuan siswa SDN 1 Kalibalau Kencana dalam berbicara bahasa Inggris baik dengan guru maupun dengan siswa lainnya, salah satunya yaitu aspek latar belakang sosial siswa (pupil formative experiences) yang tidak tinggal dalam English community juga menjadi penyebab lemahnya kemampuan berbicara bahasa lnggris siswa.

Dalam kaitannya dengan permasalahan yang timbul, jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang berbasis kelas, yaitu penelitian tindakan, penelitian yang dilakukan untuk perbaikan dan atau peningkatan praktek pembelajaran di kelas, dan dilakukan secara berkesinambungan atau terus menerus. Kaitannya dengan Action Research dalam pembelajaran bahasa asing dalam hal ini bahasa lnggris, Setyadi menegaskan permasalahan dalam penelitian tindakan kelas adalah rencana perbaikan dalam pembelajaran. Yang diinspirasi oleh keinginan untuk menerapkan suatu ide yang diyakini dapat meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa asing (Setiyadi, 2006: 277). Dalam pembelajaran bahasa lnggris pelaksanaan action research disesuaikan dengan sifat mata pelajaran bahasa lnggris, yang tidak hanya menekankan aspek pengetahuan dari bahasa tersebut tetapi juga aspek ketrampilan berbahasa. Pembelajaran ketrampilan berbicara bahasa lnggris seharusnya mengkondisikan para siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran, agar siswa berperan aktif selama pembelajaran, dapat digunakan berbagai macam metode pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD diperkirakan mampu mengatasi permasalahan diatas sekaligus meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara. Model ini memungkinkan siswa untuk berbicara melalui praktik berbicara berkelompok dengan memanfaatkan potensi interaksi dan kerjasama antar siswa. Agar lebih banyak siswa yang terlibat aktif dan kemampuan dalam berbicara bahasa lnggris meningkat maka model pembelajaran kooperatif tipe STAD diterapkan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi lisan bahasa

lnggris pada siswa Sekolah Dasar Negeri 1 Kalibalau Kencana. Pengumpulan data pada penelitian tindakan ini dilakukan melalui pengamatan dan umpan balik (feedback), kemudian data yang diperoleh diklassifikasi dan dikatagorisasikan, hasil umpan balik dihitung menggunakan persentase, penelitian ini dilakukan dalam bentuk siklus. Setiap siklus terdiri dari satu kali tatap muka dan satu kali untuk umpan balik. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasikan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Guru belum menggunakan perencanaan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran ketrampilan berbicara bahasa lnggris. 2. Guru belum menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam proses pembelajaran ketrampilan berbicara bahasa lnggris. 3. Aktivitas siswa yang terlibat dalam ketrampilan berbicara dalam bahasa lnggris, hanya didominasi siswa yang mempunyai kemampuan lebih baik. 4. Keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan bahasa lnggris rendah. 5. Terbatasnya penguasaan kosakata dan tata kalimat sehingga siswa sulit untuk berbicara dengan aturan yang benar 6. Terbatasnya kesempatan mendengar dan berbicara dalam bahasa lnggris, sehingga siswa sulit melafalkan dengan ucapan yang benar.

7. Siswa kurang atau tidak diberi kesempatan melihat contoh maupun latihan berbicara bahasa lnggris sehingga minat siswa rendah dan berdampak pada nilai siswa kelas V SD N.1 Kalibalau B.Lampung. 8. Metode pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran, cenderung konvensional dan berpusat pada guru (teacher centered). 9. Kemampuan komunikasi lisan bahasa lnggris siswa rendah 10. Lemahnya proses pembelajaran tidak memberi peluang yang cukup untuk siswa berkomunikasi lisan dalam bahasa lnggris. 1.3 PembatasanMasalah Bertolak dari identifikasi masalah yang telah dikemukakan, pembelajaran bahasa lnggris dipengaruhi oleh banyak faktor maka masalah penelitian dibatasi pada: 1. Perencanaan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran keterampilan berbicara bahasa lnggris 2. Pembelajaran koperatif tipe STAD dalam proses pembelajaran ketrampilan berbicara bahasa lnggris 3. Kemampuan komunikasi lisan bahasa lnggris siswa pada SDN 1 Kalibalau Kencana Bandar Lampung 1.4.PerumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini:

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Inggris? 2. Bagaimana proses pembelajaran ketrampilan berbicara bahasa lnggris dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD? 3. Bagaimana kemampuan komunikasi lisan bahasa lnggris siswa pada SDN 1 Kalibalau Kencana? 1.5.TujuanPenelitian Penelitian ini bertujuan: 1. Menyusun dan memperbaiki perencanaan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran keterampilan berbicara bahasa lnggris SDN I Kalibalau Kencana 2. Mendeskripsikan pembelajaran ketrampilan berbicara bahasa lnggris dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada SDN 1 Kalibalau Kencana 3. Mendeskripsikan kemampuan komunikasi lisan bahasa lnggris siswa pada SDN 1 Kalibalau Kencana. 1.6 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis yang diperoleh adalah pengembangan ilmu pengetahuan khususnya teknologi pendidikan. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi peserta didik: 1. Meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran bahasa lnggris 2. Meningkatkan aktivitas dan partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran bahasa lnggris. b. Bagi guru 1. Memiliki gambaran tentang pembelajaran bahasa lnggris yang efektif 2. Memperoleh pengalaman yang menjadi pedoman dalam penyusunan rancangan pembelajaran bahasa lnggris, khususnya dalam ketrampilan berbicara. 3. Menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam menyajikan aspek ketrampilan berbicara. c. Bagi sekolah 1. Diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat dalam perbaikan dan peningkatan kualitas proses dan produk pembelajaran bahasa lnggris. 2. Model pembelajaran kooperatif STAD dapat digunakan sebagai bagian dari strategi pembelajaran di sekolah dalam upaya meningkatkan prestasi akademik sekolah dan inovasi pembelajaran bahasa lnggris.