BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan (Luthfiyah,

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA. By : Basyariah Lubis, SST, MKes

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. muda). Diantaranya adalah keguguran,persalinan premature, BBLR, kelainan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan berwawasan kesehatan merupakan salah satu aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Oleh : ROBBI ARSYADANI J

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Aspek biopsikososial higiene...irmatri Ariyani, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB 1: PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan pertumbuhan tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB I PENDAHULUAN. dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat (Sarwono, 2001)

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. dari program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, Indonesia dihadapkan pada berbagai macam permasalahan, baik ekonomi, pendidikan, sosial maupun

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia

BAB I PENDAHULUAN. penduduk dunia. Menurut World Health Organization sekitar seperlima dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan tahap akhir pematangan sosio biologis manusia dalam mata rantai tumbuh kembang anak.

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Rina Indah Agustina ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Remaja diidentifikasikan sebagai masa peralihan antara anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pentingnya Sex Education Bagi Remaja

BAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Usia mahasiswa berkisar antara tahun. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, kematangan

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa remaja umumnya anak telah mulai menemukan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan secara proses maupun fungsi pada sistem reproduksi manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terselesaikan hingga sekarang. Pada tahun 2013 Wolrd Health Organization

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. penduduk dunia merupakan remaja berumur tahun dan sekitar 900

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyesuaian diri manusia. Pada saat manusia belum dapat menyesuaikan diri

KUESIONER PENELITIAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa dimana anak sudah meninggalkan masa kanakkanaknya menuju dunia orang dewasa. Literatur mengenai remaja biasanya merujuk pada kurun usia 10-19 tahun, atau 15 sampai 24 tahun. World Health Organization (WHO) mendefinisikan batasan usia remaja adalah 10 sampai 24 tahun. Di Indonesia menurut Undang-Undang nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, anak didefinisikan sebagai seorang yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah. Batasan ini ditetapkan berdasarkan pertimbangan bahwa pada usia inilah tercapai kematangan mental, pribadi dan sosial, walaupun kematangan biologis mungkin sudah terjadi lebih awal pada waktu usia belasan tahun (Kollmann (1998) dalam (Wiknjosastro et al., 2006)). Remaja adalah sumber penting di negara manapun, remaja terdiri dari 20% dari total populasi dunia, dari 1,2 milyar remaja diseluruh dunia, sekitar 85% hidup di negara berkembang (Malleshappa et al., 2011). Kesehatan reproduksi remaja didefinisikan sebagai suatu keadaan sehat jasmani, psikologis, dan sosial yang berhubungan dengan fungsi dan proses sistem reproduksi pada remaja. Pengertian sehat tersebut tidak semata mata berarti terbebas dari penyakit atau kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosialkultural. Pada masa ini, seorang anak mengalami kematangan biologis. Kondisi ini dapat menempatkan remaja pada kondisi yang rawan bila mereka tidak dibekali dengan informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya (Wiknjosastro et al., 2006). Perkembangan seksual pada remaja ditandai dengan matangnya organ reproduksi. Setelah seorang gadis mengalami menstruasi yang pertama dan mimpi basah pada laki-laki, maka sejak itu fungsi reproduksinya bekerja dengan segala konsekuensinya. Ketidaksiapan remaja menghadapi perubahan-perubahan dalam dirinya termasuk diantaranya menerima kenyataan dorongan seks mulai meningkat dan sulit dikendalikan. Situasi tersebut diperburuk dengan terbatasnya akses remaja memperoleh informasi seks yang benar dan lengkap. Dalam 1

2 ketidaksiapannya remaja harus berhadapan dengan stimulus seks dari lingkungan, dorongan seks yang muncul dari dalam dirinya, norma masyarakat dan nilai agama yang harus dipegang teguh. Sementara mereka berjalan sendiri tanpa kawan seiring. Orang tua hingga saat ini masih sulit untuk menjadi kawan seiring remaja untuk masalah seksualitas, karena banyak orang tua yang masih bingung akan apa yang mereka perbuat. Kebingungan itu meliputi informasi apa yang pantas diberikan pada remaja dan bagaimana cara memulainya dan lain-lain. Kompleksitas masalah ini menempatkan remaja pada situasi yang sulit. Karenanya tidak lagi bisa dihindari meningkatnya jumlah remaja yang berhubungan seks sebelum menikah, mengalami kehamilan yang tidak diinginkan dan melakukan aborsi (Wiknjosastro et al., 2006). Sejak tahun 1994, masalah remaja dibicarakan secara terbuka sebagai salah satu masalah kesehatan reproduksi di konferensi kependudukan di Kairo. Di negara-negara berkembang, salah satu penyebab masalah kesehatan reproduksi seperti angka kematian ibu yang tinggi diduga terkait erat dengan masalah kesehatan reproduksi dan seksualitas remaja. Hal tersebut disebabkan karena masa transisi dari periode anak-anak ke orang dewasa berlangsung terlalu cepat di negara-negara berkembang. Kematangan biologis remaja perempuan pedesaan (haid pertama) biasanya segera diikuti dengan perkawinan usia belia yang mengantarkan remaja perempuan pada risiko kehamilan dan persalinan. Hal ini berkontribusi pada tingginya angka kematian ibu akibat komplikasi kehamilan dan persalinan pada usia dini. Di sisi lain, kematangan biologis remaja laki-laki dan perempuan di perkotaan dibayang-bayangi kemungkinan lebih dininya usia pertama aktif seksual, kehamilan tidak diinginkan, upaya pengguguran kandungan secara tidak aman, infeksi saluran reproduksi termasuk penyakit menular seksual dan akibat kecacatan yang harus dialami (Kollman (1998) dalam (Wiknjosastro et al., 2006). Kasus kehamilan tidak diinginkan pada remaja semakin meningkat. Alternatif yang paling mungkin berhasil harus diketahui ramaja dan juga tidak boleh dilakukan yaitu: hubungan seks sebelum menikah, hindari perbuatan yang dapat menimbulkan rangsangan seksual, misalnya meraba-raba tubuh

3 pasangannya dan menonton VCD porno atau gambar-gambar yang dapat menimbulkan rangsangan dan juga manfaatkan waktu luang dengan melakukan kegiatan positif seperti berolahraga, seni dan keagamaan (Widyastuti et al., 2009). Kehamilan yang tidak diinginkan merupakan tantangan besar untuk kesehatan reproduksi orang dewasa muda di negara berkembang. Beberapa wanita muda yang memiliki kehamilan tidak diinginkan melakukan aborsi, dan banyak melakukannya dalam kondisi tidak aman (Tesfaye et al., 2012). Hamdela et al. (2012) kehamilan tidak diinginkan merupakan masalah kesehatan masyarakat sangat penting di negara maju dan berkembang. Dari 210 juta kehamilan yang terjadi di seluruh dunia setiap tahun, sekitar 38% tidak diinginkan, dan 22% berakhir dengan aborsi. Hasil penelitian Damarini (2009), menyebutkan bahwa pemberian pendidikan seks dapat berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan penyelesaian kehamilan tidak diinginkan. Demikian juga yang disampaikan oleh Hazanah (2010) keberadaan pendidikan seks dapat merubah sikap remaja dalam upaya pencegahan kehamilan tidak diinginkan. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya kehamilan tidak diinginkan, yaitu: 1) penundaan dan peningkatan uisa perkawinan serta semakin dininya usia menstruasi pertama (menarche); 2) kurangnya pengetahuan tentang seksual; 3) akibat pemerkosaan; 4) persoalan ekonomi; 5) alasan karier atau masih sekolah; dan 6) melakukan hubungan seks sedarah (incest) (Widyastuti et al., 2009). Pernikahan usia dini telah banyak berkurang di berbagai belahan negara dalam tiga puluh tahun terakhir, namun pada kenyataannya masih banyak terjadi di negara berkembang terutama di pelosok terpencil. Pernikahan usia dini terjadi baik di daerah pedesaan maupun perkotaan di Indonesia serta meliputi berbagai strata ekonomi dan latar belakang. Berdasarkan survey data SDKI 2007, di beberapa daerah didapatkan bahwa sepertiga dari jumlah pernikahan terdata dilakukan oleh pasangan uisa dibawah 16 tahun. Jumlah kasus pernikahan dini di Indonesia mencapai 50 juta penduduk dengan rata-rata usia perkawinan 19,1 tahun. Angka kejadian pernikahan di Jawa Timur sebesar 39,4%, Kalimantan

4 Selatan sebesar 35,5%, Jambi 30.6% dan 36% Jawa Barat (Fadlyana and Larasaty, 2009). Berdasarkan Panitera Pengadilan Agama Kota Kediri dari 17 laporan pemohon dispensasi rata-rata mereka telah hamil di luar nikah, para pemohon dispensasi didominasi dari mempelai wanita karena mereka belum cukup umur, ada pemohon dari pihak laki-laki yang masih berumur 14 tahun dan calon istrinya berumur 14 tahun (Anonim, 2011). Merujuk pada pasal 7 UU 1/1974, usia minimal untuk suatu perkawinan adalah 19 tahun laki laki dan 16 tahun perempuan. Menurut Widyastuti et al. (2009) pemerintah menetapkan kebijakan dalam UU No. 10 tahun 1992, bahwa perkawinan diijinkan bila laki laki berumur 21 tahun dan perempuan berumur 19 tahun. Kota Kediri merupakan salah satu kota yang terletak di Provinsi Jawa Timur terdiri dari 3 kecamatan dengan jumlah penduduk 268.507 jiwa dan kategori remaja usia 15-19 tahun untuk laki-laki berjumlah 12.165 jiwa, perempuan 12.766 jiwa dengan jumlah total 24.931 jiwa (BPS Kota Kediri, 2012). Program Studi Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri terletak di Kota Kediri, dimana di Kota Kediri terdapat 33 pondok pesantren yang santrinya adalah para remaja baik laki laki atau perempuan sehingga upaya pencegahan untuk tidak terjadi kehamilan tidak diinginkan pada remaja perlu diberikan.program Studi Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri di Kediri, pada tahun 2010/2011 menerima mahasiswi lulusan SMA atau sekolah menengah sederajat (usia 18-19 tahun) berjumlah 133 mahasiswa. Permasalahan yang terjadi adalah pada semester 1 jumlah mahasiswi 133 orang, semester 2 menjadi 127 orang, karena 1 orang hamil, 1 orang cuti melahirkan, 2 orang pindah kuliah, 2 orang tanpa keterangan. Pada tahun 2011/2012 semester 1 jumlah mahasiswi 131 orang menjadi 124 orang, karena 2 orang hamil, 1orang alasan menikah, 3 orang alasan pindah sekolah, 1 orang tidak melanjutkan. Berdasarkan informasi yang didapat dari mahasiswi yang menyebabkan terjadinya kehamilan tidak diinginkan adalah teman sebaya, pacar, dan tinggal di kos-kosan sehingga pengawasan dari orangtua kurang. Pada usia remaja tersebut biasanya mempunyai keinginan untuk mencoba dan mudah dipengaruhi oleh orang lain, mudah

5 mengakses informasi dari internet, VCD, radio, handphone, televisi dan adanya masalah keluarga. Mahasiswa kebidanan semester II sudah mendapatkan materi pendidikan kesehatan reproduksi, namun kenyataannya kasus mahasiswa yang bermasalah dengan kehamilan tidak diingikan meningkat dari 0,75% pada tahun 2011 menjadi 1,52% pada tahun 2012. Hal ini menjadi perhatian bagi pendidik karena berbagai kegiatan ekstrakurikuler sudah diberikan. Oleh karena itu peneliti ingin mengukur tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku remaja dalam upaya pencegahan kehamilan tidak diinginkan di Program Studi Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri. B. Perumusan Masalah Dengan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan penelitian ini adalah: Apakah tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi berhubungan dengan perilaku pencegahan kehamilan tidak diinginkan pada mahasiswi Program Studi Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan supaya mahasiswi Program Studi Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri dapat mengendalikan perilakunya dalam mencegah kehamilan tidak diinginkan. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswi Program Studi kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri tentang kesehatan reproduksi. b. Untuk mengetahui perilaku mahasiswi Program Studi kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri dalam upaya pencegahan kehamilan tidak diinginkan.

6 c. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan perilaku pencegahan kehamilan tidak diinginkan. D. Manfaat Penelitian 1. Memberi masukan bagi mahasiswi Program Studi Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri mengenai hal-hal yang harus dilakukan terhadap upaya pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan. 2. Memberikan gambaran mengenai faktor-faktor yang dapat mencegah kehamilan tidak diinginkan. 3. Memberikan masukan bagi institusi pendidikan dalam memberikan materi tentang pendidikan seks terhadap upaya pencegahan kehamilan tidak diinginkan pada mahasiswi. E. Keaslian Penelitian 1. McManus and Dhar (2008) melakukan penelitian berjudul Study of Knowledge, Perception and Attitude of Adolescent Girls towards STIs/HIV, Saver Sex and Sex Education: (A Cross Sectional Survey of Urban Adolescent School Girls in South Delhi, India). Hasilnya menyatakan bahwa lebih dari sepertiga murid dalam pendidikan kurang mengerti tanda dan gejala STIs juga HIV/AIDS, sekitar 30% responden beranggapan HIV/AIDS bisa sembuh, 49% remaja tidak menggunakan kondom, 41% berpendapat menggunakan kontrasepsi pil dapat mencegah infeksi HIV dan 32% wanita akan menikah. Perbedaan dengan penelitian ini pada variabel dan subjek penelitian. 2. Damarini (2009) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja terhadap Kemampuan Penyelesaian Masalah Kehamilan Tidak Diinginkan pada mahasiswa kebidanan Bengkulu. Metode Penelitian adalah quasi eksperimental. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi remaja terhadap persepsi pencegahan kehamilan tidak dikehendaki dengan metode ceramah, dan diskusi. Tujuan penelitian untuk mengubah pengetahuan, dan

7 menanamkan tingkah laku/kebiasaan remaja terhadap persepsi pencegahan kehamilan tidak diinginkan. Persamaan penelitian ini adalah membahas masalah kehamilan tidak diinginkan dan subjek penelitian yaitu mahasiswa kebidanan. Perbedaannya pada rancangan, variabel dan lokasi penelitian. 3. Fatimah (2010) melakukan penelitian dengan judul Hubungan Pendidikan Kesehatan Reproduksi melalui Muatan Lokal Sekolah Terhadap Pengetahuan Pencegahan Kejadian Kehamilan Tidak Diinginkan pada Remaja SMA di Kabupaten Dompu. Metode penelitian dengan rancangan cross sectional study. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pendidikan reproduksi melalui muatan lokal sekolah terhadap pengetahuan pencegahan kejadian Kehamilan Tidak Diinginkan. Persamaan penelitian adalah membahas tentang kehamilan tidak diinginkan. Perbedaannya adalah pada variabel, subjek dan lokasi penelitian. 4. Hazanah (2010) melakukan penelitian dengan judul Hubungan Peran Pendidik dan Sikap Remaja dalam Upaya Pencegahan Kehamilan Tidak Diinginkan di Poltekkes DepKes Kaltim Jurusan Kebidanan Balikpapan. Metode penelitian adalah cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara peran pendidik dan sikap remaja dalam upaya pencegahan kehamilan tidak diinginkan. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah membahas tentang pencegahan kehamilan tidak diinginkan dan pada subjek penelitiannya. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan pada variabel dan lokasi penelitian.