Meiti Mahar Resy 1, Yulia Wahyuni, S.Kep, M.Gizi 2, Dudung Angkasa, S.Gz, M.Gizi 2

dokumen-dokumen yang mirip
NASKAH PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG

Yelli Yani Rusyani 1 INTISARI

HUBUNGAN ASUPAN ENERGY DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN TAMAMAUNG

Perbedaan Tingkat Kecukupan Karbohidrat dan Status Gizi (BB/TB) dengan Kejadian Bronkopneumonia

HUBUNGAN PENGELUARAN, SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KELUARGA, DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 2-5 TAHUN

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI

TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI TAMAN KANAK KANAK DENPASAR SELATAN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BAYI DI KELURAHAN BIRA KOTA MAKASSAR TAHUN 2010

Endah Retnani Wismaningsih Oktovina Rizky Indrasari Rully Andriani Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Kata Kunci: Status Gizi Anak, Berat Badan Lahir, ASI Ekslusif.

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR SMP NEGERI 10 KOTA MANADO.

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI MAKRO DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR DI SMP NEGERI 13 KOTA MANADO.

ABSTRAK SHERLY RACHMAWATI HERIYAWAN

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII SMP II KARANGMOJO GUNUNGKIDUL

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

Jurnal Respati, Kesehatan, Vol. 2, No. 1, April 2012: 1 5 1

BAB I PENDAHULUAN. bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) dan Angka Kematian Ibu (AKI).


HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENGETAHUAN DAN POLA ASUH IBU DENGAN WASTING DAN STUNTING PADA BALITA KELUARGA MISKIN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN ORANGTUA SERTA POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KOTA DAN KABUPATEN TANGERANG, BANTEN

ABSTRAK GAMBARAN PENCAPAIAN PROGRAM KEGIATAN PEMBINAAN GIZI PADA BALITA DI KOTA KUPANG PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. beban permasalahan kesehatan masyarakat. Hingga saat ini polemik penanganan

Ani Kipatul Hidayah 1) Lilik Hidayanti., SKM, M.Si 2)

e-journal Boga, Volume 04, Nomor 09, Edisi Yudisium Periode Maret 2015, hal 71-75

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASUPAN PRODUK PANGAN ASAL HEWAN PADA BAYI

BAB III METODE PENELITIAN. perbandingan (comparative study) dengan jenis penelitian cross sectional.

ABSTRAK. Kata kunci : Balita, Status gizi, Energi, Protein PENDAHULUAN

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif observasional dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran

POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKAN PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO SUHUFIL ULA NIM:

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11

PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-24 BULAN

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

METODE PENELITIAN. d 2. dimana n : Jumlah sampel Z 2 1-α/2 : derajat kepercayaan (1.96) D : presisi (0.10) P : proporsi ibu balita pada populasi (0.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN BALEDONO, KECAMATAN PURWOREJO, KABUPATEN PURWOREJO

HUBUNGAN PERILAKU IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN SEIMBANG DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN BALITA DI POSYANDU LOTUS YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Henrika Hetti Gulo 1, Evawany 2, Jumirah 3. Jl. Universitas No.21 Kampus USU Medan, ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

PERBANDINGAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN INDEXS ANTROPOMETRI BB/ U DAN BB/TB PADA POSYANDU DI WILAYAH BINAAN POLTEKKES SURAKARTA

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit.

GAMBARAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI PUSKESMAS CARINGIN BANDUNG PERIODE SEPTEMBER 2012 SEPTEMBER 2013

HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI DESA KANIGORO, SAPTOSARI, GUNUNG KIDUL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

GAMBARAN STATUS GIZI BALITA UMUR 3-5 TAHUN DI DESA PUTON KECAMATAN DIWEK KABUPATEN JOMBANG

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 1 APRIL 2017

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DALAM PEMANFAATAN PROGRAM POSYANDU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU BOUGENVILLE KOTA CIMAHI SELATAN TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ANAK SEKOLAH DENGAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI GODEAN 1 KABUPATEN SLEMAN

ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi. Kelompok

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang terdiri dari 5,7% balita yang gizi buruk dan 13,9% berstatus gizi

Maria Kareri Hara. Abstract

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

HUBUNGAN JUMLAH ANGGOTA KELUARGA, PENGETAHUAN GIZI IBU DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DENGAN STATUS GIZI ANAK SEKOLAH DASAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

HUBUNGAN POLA ASUH DAN ASUPAN ZAT GIZI PADA BADUTA STUNTING DAN ATAU WASTING DI KELURAHAN ALLEPOLEA KECAMATAN LAU KABUPATEN MAROS

HUBUNGAN ANTARA PENYAKIT INFEKSI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI PUSKESMAS JAMBON KECAMATAN JAMBON KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2014.

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN PERILAKU HIGIENE SANITASI TERHADAP KEJADIAN STUNTED PADA BALITA USIA 7-24 BULAN DI DESA HARGOREJO KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan salah satu unsur penting sebagai penentu dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Status pendidikan dan ekonomi sebuah negara berkaitan erat dengan

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta)

Ardina Nur Rahma 1, Mulyo Wiharto 2. Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul 2

HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK KELAS V SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL AZHAR KEDIRI

HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 6-24 BULAN DI RW 2 WILAYAH PUSKESMAS BATUA KOTA MAKASSAR

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

HUBUNGAN RIWAYAT ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 7-36 BULAN DI WILAYAH PUSKESMAS GONDOKUSUMAN I TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PENDAPATAN, PENYAKIT INFEKSI DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS GLUGUR DARAT TAHUN 2014

Key word: motorik development, nutrition status, children age 1-3 years old. Kata Kunci: Perkembangan Motorik, Status Gizi, Anak usia 1-3 tahun

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 1-3 TAHUN DI PADUKUHAN PUCANGANOM DESA WEDOMARTANI NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP POLA ASUH IBU BALITA DI KABUPATEN BANYUMAS (Studi di Puskesmas Banyumas dan Puskesmas II Kembaran)

Transkripsi:

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN ASUPAN MAKAN (ENERGI DAN PROTEIN) TERHADAP STATUS GIZI BALITA (2-5 TAHUN)DI RW 03 KELURAHAN PONDOK KACANG TIMUR TANGERANG BANTEN Meiti Mahar Resy 1, Yulia Wahyuni, S.Kep, M.Gizi 2, Dudung Angkasa, S.Gz, M.Gizi 2 1 Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Prodi Ilmu Gizi Universitas Esa Unggul 2 Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Prodi Ilmu Gizi Universitas Esa Unggul Jl. Arjuna Utara No. 9. Kebon Jeruk, Jakarta Barat, DKI Jakarta Email : mmaharresy@gmail.com ABSTRACT Background : Toddler is one of the vulnerable groups of nutrients, which easily suffer health problems or at risk of malnutrition. This age group is at a growth cycle or developments that require nutrients in larger amounts than other age groups. Aims to determine the relationship of Nutrition Knowledge Capital and intake Spot (Energy and Protein) Nutritional Status Of Toddler In RW 03 Pondok Kacang East Village Tangerang, Banten. Method : This research was conducted in RW 03 Pondok Kacang East Village Tangerang, Banten on November to June 2016. This study is descriptive and analytical. Result : There was significant association between nutritional status (BB/TB) with maternal nutrition knowledge (p = 0,023); energy intake (p = 0,021), and protein intake (p= 0,004). Conclusion : Mothers are expected to monitor the nutritional status of children, always weigh and brought to posyandu regularly. Improving the nutritional knowledge, especially in the dining gift toddler, toddler meal frequency 3 times a day, with a complete array of dishes, including staple foods, animal side dish, vegetable side dishes, vegetables and fruit. Keywords : Knowledge of nutrition, levels of intake, and nutritional status.

PENDAHULUAN Balita merupakan salah satu kelompok rentan gizi, yaitu mudah menderita gangguan kesehatan atau rentan karena kekurangan gizi. Kelompok umur ini berada pada suatu siklus pertumbuhan atau perkembangan yang memerlukan zatzat gizi dalam jumlah yang lebih besar dari kelompok umur lain. Oleh sebab itu, apabila kekurangan zat gizi maka akan terjadi gangguan gizi atau kesehatannya. Anak balita juga merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit. Beberapa kondisi yang menyebabkan anak balita rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain: berada dalam masa transisi dari makanan bayi atau MPASI (Makanan Pendamping ASI) ke makanan orang dewasa; yang sudah mempunyai adik, perhatian ibu sudah berkurang; belum dapat mengurus dirinya sendiri, termasuk dalam memilih makanan. Di pihak lain ibunya sudah tidak begitu memperhatikan lagi makanan balita, karena dianggap sudah dapat makan sendiri (Notoatmodjo, 2011). Orangtua dan pengasuh merupakan model peran bagi balita. Bila mereka makan bermacam-macam makanan, anak pun akan mengikuti (Almatsier, 2011). Affiliated Program for Children Development di Universitas George Town melaporkan tentang keterlambatan makan sendiri 8,0%; mealtime tantrum 6,1%. Di Indonesia angka kejadian Kurang Kalori Protein (KKP) cukup tinggi pada anak di bawah 5 tahun. Menurut para ahli susah makan terjadi pada anak-anak terutama yang berusia 2-5 tahun sering kali akibat orang tua memaksa anak secara berlebihan untuk makan (Widodo, 2005 dalam Mariani, 2011). Pemaksaan tersebut sering disertai dengan kecemasan yang berlebihan jika anak itu tidak ingin makan sesuai dengan ukuran yang ditentukan orang tuanya (Widodo, 2005 dalam Mariani, 2011). Selama periode balita, nafsu makan anak tidak menentu dan tidak dapat diduga. Anak dapat makan dengan lahap pada suatu waktu, tetapi menolaknya pada waktu makan berikutnya, yang paling dikhawatirkan orang tua, pada saat makan malam pada umumnya paling banyak ditolak oleh anak. Hal ini dapat saja terjadi karena anak yang sudah makan dua kali dan beberapa snack telah memperoleh kebutuhan energi dan zat gizinya sebelum waktu makan malam (Almatsier, 2011).

Ibu adalah seorang yang paling dekat dengan anak, haruslah memiliki pengetahuan tentang gizi (Anggraini, 2008 dalam Mariani, 2011). Pengetahuan minimal yang harus diketahui seorang ibu adalah tentang kebutuhan gizi, cara pemberian makan, jadwal pemberian makan pada balita, sehingga akan menjamin anak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal. (Anggraini, 2008, dalam Mariani, 2011). Jika tingkat pengetahuan gizi ibu baik, maka diharapkan status gizi ibu dan balitanya baik; sebab gangguan gizi adalah karena kurangnya pengetahuan tentang gizi. Ibu yang cukup pengetahuan gizi akan memperhatikan kebutuhan gizi yang dibutuhkan anaknya, agar dapat tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin. Sehingga ibu akan berusaha memiliki bahan makanan yang sesuai dengan kebutuhan anaknya (Suhardjo, 1986 dalam Adriani, 2014). Kekhawatiran orang tua tentang penolakan anak terhadap makanan bergizi. Orangtua perlu mencari cara-cara untuk meningkatkan nafsu makan anak. Hindarkan memberikan makanan bila anak merasa tidak terlalu lapar. Perhatian hendaknya diberikan pada anak waktu mereka makan, dan tidak waktu mereka menolak makanan (Almatsier, 2011). Secara nasional, sebesar 24,7 persen anak umur 24 59 bulan mengkonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal (kurang dari 70 persen angka kecukupan gizi), dan sebesar 18,4 persen anak umur 24-59 bulan mengkonsumsi protein di bawah kebutuhan minimal (kurang dari 80 persen angka kecukupan gizi), sedangkan prevalensi balita berdasarkan tingkat provinsi Banten, yaitu yang mengkonsumsi energi dan protein di bawah kebutuhan minimal sebesar 16,7 persen dan 17,2 persen (Riskesdas 2010). Kurang energi protein akan mempengaruhi kecerdasan dan menyebabkan keterlambatan dalam pertumbuhan fisik, perkembangan motorik, dan gangguan perkembangan kognitif, perubahan perilaku sosial, berkurangnya perhatian dan kemampuan belajar, serta rendahnya hasil belajar (Jalal, 2012). Data status gizi secara nasional, pada tahun 2013 prevalensi berat-kurang adalah 19,6 persen, terdiri dari 5,7 persen gizi buruk dan 13,9 persen gizi kurang (BB/U), sedangkan stunting adalah 37,2 persen (TB/U) (Bappenas, 2012 dalam Riskesdas, 2013). Dari data puskesmas kelurahan Pondok Kacang Timur Tangerang Banten adalah gizi kurang 15,2 persen (BB/U), stunting 27,3 persen (TB/U).

Tujuan a. Mengidentifikasi karakteristik balita meliputi umur, jenis kelamin. b. Mengidentifikasi karakteristik tingkat pendidikan pengasuh balita. c. Mengidentifikasi asupan makan (tingkat asupan energi dan tingkat asupan protein), serta status gizi balita. d. Mengidentifikasi pengetahuan gizi pengasuh balita. e. Menganalisa pengetahuan gizi pengasuh terhadap status gizi balita. f. Menganalisa tingkat asupan energi terhadap status gizi balita. g. Menganalisa tingkat asupan protein terhadap status gizi balita. METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2015 hingga Juni 2016, di RW 03 Kelurahan Pondok Kacang Timur Tangerang Banten. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan design cross sectional, karena semua variabel yang diteliti dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah ibu dan balita usia 2-5 tahun, yang terdapat di RW 03 Kelurahan Pondok Kacang Timur Tangerang Banten. Jumlah populasi terdapat 230 balita. Pengambilan sampel dalam penelitian ini berdasarkan Systematic Random Sampling. Jumlah Sampel Besarnya sampel dalam penelitian ditentukan dengan rumus (Lemeshow dalam Rachmat, 2012) : n = Z 2 1-a/2 x P(1-P) N d 2 (N-1) + Z 2 1-a/2 P(1-P)

Pengolahan dan Analisa Data Sebelum dilakukan pengolahan data, terlebih dahulu data disunting (editing) untuk meneliti kembali kelengkapan data yang dikumpulkan, kemudian diberi kode (Coding), dalam proses ini dilakukan pengklasifikasian jawaban dengan menerjemahkan kode-kode untuk mempermudah proses pengolahan data, kemudian dilakukan Cleaning untuk membersihkan data yang ekstrim agar didapat data yang valid, dengan cara melihat distribusi frekuensi dari variabelvariabel. Data tentang status gizi, pengetahuan pengasuh, tingkat asupan energi, tingkat asupan protein terdiri dari beberapa pertanyaan dan diberi skor yang berbeda pada setiap jawaban pertanyaan. Seluruh pengolahan data menggunakan program SPSS. Analisa univariat dilakukan terhadap variabel dari hasil penelitian yaitu variabel dependen (status gizi balita) dan variabel independen (pengetahuan gizi pengasuh, dan asupan makan: energi dan protein). Karakteristik pengasuh meliputi : tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi. Untuk melihat hubungan antara variabel : pengetahuan gizi pengasuh, asupan makan (energi dan protein) dengan variabel status gizi balita, dilakukan uji chi-square. Nilai yang digunakan adalah p value, 95 % (α = 0,05), jika α (p 0,05) maka hipotesis Ho ditolak yang berarti bermakna. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Univariat 1. Karakteristik Balita a. Umur Responden (sampel) adalah balita usia 2-5 tahun (24-60 bulan), berdasarkan gambar diagram 4.1 menunjukkan bahwa dari 39 responden balita, umur yang sudah dikelompokkan yang terbanyak adalah kelompok umur 24-36 bulan (41,0%).

41,0 % 35,9 % 23,1 % Gambar 1 Distribusi Frekuensi Umur Balita di RW 03 Kelurahan Pondok b. Jenis Kelamin Kacang Timur Tangerang Banten Tabel 1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Balita di RW 03 Kelurahan Pondok Kacang Timur Tangerang Banten Jenis Kelamin n % Laki-laki 20 51,3 Perempuan 19 48,7 Total 39 100,0 Berdasarkan tabel 1, menunjukkan bahwa dari 39 responden, sebagian besar balita berjenis kelamin laki-laki (51,3%). 2. Karakteristik Pengasuh Balita a. Tingkat Pendidikan Pengasuh Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Pengasuh Balita di RW 03 Kelurahan Pondok Kacang Timur Tangerang Banten Pendidikan Terakhir Pengasuh n % SD 15 38,5 SMP 12 30,8 SMA 11 28,2 PT 1 2,6 Total 39 100,0 Berdasarkan tabel 2, menunjukkan dari 39 responden balita didapatkan data pendidikan pengasuh < SMA/MA sebanyak 27 orang (69,3%), dan SMA/MA sebanyak 12 orang (30,8%).

3. Tingkat Asupan Energi dan Protein Balita a. Energi Berikut ini disajikan tabel asupan energi balita di RW 03 Kelurahan Pondok Kacang Timur Tangerang Banten, yang telah dikategorikan kedalam kategori kurang (< 70% AKG) dan cukup ( 70% AKG). Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tingkat Asupan Energi Balita di RW 03 Kelurahan Pondok Kacang Timur Tangerang Banten Tingkat Asupan Energi n % Kurang (< 70% AKG) 17 43,6 Cukup ( 70% AKG) 22 56,4 Total 39 100,0 Berdasarkan tabel 3, menunjukkan bahwa dari 39 responden, didapatkan 26,5 % masih terdapat balita dengan tingkat asupan energi kurang (< 70% AKG). b. Protein Berikut ini disajikan tabel asupan energi balita di RW 03 Kelurahan Pondok Kacang Timur Tangerang Banten, yang telah dikategorikan kedalam kategori kurang (< 80% AKG) dan cukup ( 80% AKG). Tabel 4. Distribusi Frekuensi Tingkat Asupan Protein Balita di RW 03 Kelurahan Pondok Kacang Timur Tangerang Banten Asupan Protein n % Kurang (< 80% AKG) 15 38,5 Cukup ( 80% AKG) 24 61,5 Total 39 100,0 Berdasarkan tabel 4, menunjukkan bahwa dari 39 responden, didapatkan 38,5 % masih terdapat balita dengan tingkat asupan protein yang kurang (< 80% AKG). 4. Status Gizi Balita Tabel 5. Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita (BB/TB) di RW 03 Kelurahan Pondok Kacang Timur Tangerang Banten Status Gizi Balita n % Kurus 11 28,2 Normal 18 46,2 Resiko Gemuk 5 12,8 Gemuk 1 2,6 Sangat Gemuk 4 10,3 Total 39 100,0

Berdasarkan tabel 5, menunjukkan bahwa dari 39 responden, status gizi balita berdasarkan indeks BB/TB normal (normal dan resiko gemuk) sebesar 41,0%, sedangkan status gizi tidak normal (kurus, gemuk, dan sangat gemuk) sebesar 59,0%. 5. Pengetahuan Gizi Pengasuh Balita Berdasarkan gambar Diagram 2., menunjukkan bahwa dari 39 responden, para pengasuh balita (2-5 tahun) yang memiliki pengetahuan gizi kurang di RW 03 Kelurahan Pondok Kacang Timur Tangerang Banten, sebesar 56,4%. 56,4 % 43,6 % Gambar 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Gizi Ibu Balita di RW 03 Kelurahan Pondok Kacang Timur Tangerang Banten 6. Hubungan Pengetahuan Gizi Pengasuh Terhadap Status Gizi Balita Tabel 6. Pengetahuan Gizi Pengasuh terhadap Status Gizi Balita (BB/TB) di Pengetahuan Gizi Pengasuh Kurang (Nilai 40) Baik (Nilai > 40) RW 03 Kelurahan Pondok Kacang Timur Tangerang Banten Status Gizi Balita Indeks BB/TB Total Tidak Normal Normal n % n % n % 13 59,1 9 40,9 22 100,0 3 17,6 14 82,4 17 100,0 Total 16 41,0 23 59,0 39 100,0 Uji : Chi Square p value 0,023

Berdasarkan tabel 6, menunjukkan bahwa dari 39 responden persentase terbesar adalah terdapat pada pengasuh balita yang berpengetahuan gizi kurang, yang mempunyai balita dengan status gizi tidak normal, yaitu sebesar 59,1%, sedangkan persentase terbesar pada pengasuh balita yang berpengetahuan gizi baik, adalah yang mempunyai balita dengan status gizi normal, yaitu sebesar 82,4%. Hasil uji statistik Chi Square, menyatakan bahwa pengetahuan gizi pengasuh ada hubungan yang bermakna terhadap status gizi balita p = 0,023 (p<0,05). Perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini begitu pesat. Walaupun ilmu pengetahuan dan teknologi gizi berkembang pesat, masalah gizi yang muncul dewasa ini sangat kompleks. Salah satu masalah gizi tersebut adalah rendahnya status gizi masyarakat. Tingkat gizi masyarakat dapat merupakan tolak ukur dari kemajuan program pembangunan suatu negara. karena itu program pemerataan perbaikan gizi merupakan langkah penting yang perlu dilaksanakan (Sediaoetama, 2010 dalam Prihartini, 2013). 7. Hubungan Tingkat Asupan Energi dan Protein Terhadap Status Gizi Balita Tabel 7 Tingkat Asupan Energi terhadap Status Gizi Balita (BB/TB) di RW 03 Tingkat Asupan Energi Kurang (< 70% AKG) Cukup ( 70% AKG) Kelurahan Pondok Kacang Timur Tangerang Banten Status Gizi Indeks BB/TB Tidak Normal Normal Total n % n % n % 11 64,7 6 35,3 17 100,0 5 22,7 17 77,3 22 100,0 p value 0,021 Total 16 41,0 23 59,0 39 100,0 Uji : Chi Square Berdasarkan tabel 7, menunjukkan bahwa dari 39 responden balita dengan tingkat asupan energi kurang (< 70% AKG), persentase terbesar terdapat pada balita yang memiliki status gizi tidak normal, yaitu sebesar 64,7%, sedangkan balita dengan tingkat asupan energi cukup ( 70% AKG), persentase terbesar terdapat pada balita yang memiliki status gizi normal, yaitu sebesar 77,3%.

Hasil uji statistik Chi Square, menyatakan bahwa tingkat asupan energi ada hubungan yang bermakna terhadap status gizi balita p=0,021 (p < 0,05). Agar makanan dapat berfungsi dengan baik, yaitu untuk mencapai kesehatan yang optimal diperlukan makanan yang dimakan sehari-hari tidak hanya makanan, tetapi mengandung gizi atau zat-zat gizi. Asupan energi dan protein yang diperoleh dari makanan dan minuman balita dapat meningkatkan status gizi (Almatsier, 2011). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Damanik (2015), yaitu persentase terbesar adalah tingkat asupan energi balita yang kurang (71,4%), yang menyatakan ada hubungan yang signifikan antara asupan energi dengan status gizi balita menurut BB/TB. Tabel 8. Tingkat Asupan Protein terhadap Status Gizi Balita (BB/TB) di RW Tingkat Asupan Protein Kurang (< 80 % AKG) Cukup ( 80 % AKG) 03 Kelurahan Pondok Kacang Timur Tangerang Banten Status Gizi Indeks BB/TB Total Tidak Normal Normal n % n % n % 11 73,3 4 26,7 15 100,0 5 20,8 19 79,2 24 100,0 p value 0,004 Total 16 41,0 23 59,0 39 100,0 Uji : Chi Square Berdasarkan tabel 8, menunjukkan bahwa dari 39 responden balita dengan tingkat asupan protein kurang (< 80% AKG), persentase terbesar terdapat pada balita yang memiliki status gizi tidak normal, yaitu sebesar 73,3%, sedangkan balita dengan tingkat asupan protein cukup ( 80% AKG), persentase terbesar terdapat pada balita yang memiliki status gizi normal, yaitu sebesar 79,2%. Hasil uji statistik Chi Square, menyatakan bahwa tingkat asupan protein ada hubungan yang bermakna terhadap status gizi balita p = 0,004 (p < 0,05). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Damanik (2015), yaitu persentase terbesar adalah tingkat asupan protein balita yang kurang (62,1%), yang menyatakan bahwa ada hubungan signifikan antara asupan protein dengan status gizi balita menurut BB/TB p= 0,023 (p < 0.05).

KESIMPULAN 1. Balita adalah sampel yang berusia 2-5 tahun dan 51,3% sebagian besar adalah laki-laki. 2. Pengasuh balita 69,3% sebagian besar berpendidikan dibawah SMA/MA. 3. Balita yang memiliki status gizi normal berdasarkan indeks BB/TB (kategori normal dan resiko gemuk) sebesar 59,0%, sedangkan balita yang memiliki status gizi tidak normal (kategori kurus, gemuk, dan sangat gemuk) sebesar 41,0%. 4. Pada Balita terdapat 26,5% dengan asupan energi yang kurang dan sebesar 14,7% balita dengan asupan protein yang kurang. 5. Pengasuh balita yang memiliki pengetahuan gizi kurang sebesar 56,4%, dan pengetahuan gizi pengasuh yang baik sebesar 43,6%. 6. Penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna (p < 0,05) antara pengetahuan gizi pengasuh (p = 0,023), tingkat asupan energi (p = 0,021), dan tingkat asupan protein (p = 0,004) terhadap status gizi balita (BB/TB). DAFTAR PUSTAKA Adriani, M dan Bambang, W. (2014). Gizi dan Kesehatan Balita Peranan Mikro Zinc pada Pertumbuhan Balita. Jakarta : Kencana Prenadamedia Group. Almatsier, Sunita. (2011). Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Bakti Husada. Damanik, Vika Cristina. (2015). Hubungan Asupan Energi, Protein, Zat Besi dan Vitamin A terhadap Status Gizi Anak Usia 12-35 Bulan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (Analisis Data Riskesdas 2010). Jakarta : Skripsi Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Univesitas Esa Unggul. Departemen Kesehatan. (2010). Status Gizi Balita. Diakses Oktober 20, 2012 dari www.scribd.com/doc/52186303/riskesdas-2010. Jalal, Fasli. (2012). Pentingnya Program Gizi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan di Indonesia. Diakses Desember 28, 2012 dari http://10.wnpg.lipi.go.id/unduh/pleno/materi/9.pdf.

Mariani, Hartono, A. S., & Afif, I. (2011). Pengetahuan Ibu, Asupan Makan, dan Status Gizi. Jakarta : Nutrire Diaita (Jurnal Gizi Dietetik) Vol 3(1) 55-60. Notoatmodjo, Soekidjo. (2011). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta. Prihartini, Ikke (2013). Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Gizi dengan Status Gizi Balita. Diakses Juli 21, 2016 dari http://ikkeprihartini.scribd.co.id/2013/01/normal-0false-false-false-in-xnone-x.html Rachmat, M. (2012). Buku Ajar Biostatistika : Aplikasi Pada Penelitian Kesehatan. Jakarta : EGC.