BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. dalam menggambarkan kehidupan baik kehidupan dari diri pengarang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide,

BAB I PENDAHULUAN. sistem sosial kehidupan. Iswanto (dalam Jabrohim, 2001:59) mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN KAJIAN KETERBACAAN DAN NILAI KARAKTER TEKS ARTIKEL HARIAN KOMPAS SERTA UPAYA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR MEMBACA KRITIS

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan salah satu bidang kajian pembelajaran Bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yulianti, 2015

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal,

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia kaya dengan keberagaman, yang masing-masing

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan terutama pada

GURU BAHASA INDONESIA, GURU SASTRA ATAU SASTRAWAN

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, bahwa sastra merupakan cerminan. nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat tertentu.

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra mempunyai dua manfaat atau fungsi sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan beberapa hal sebagai berikut: (1)

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra merupakan hasil imajinasi pengarang yang didasarkan oleh realitas

BAB I PENDAHULUAN. untuk diteladani. Berdasarkan isi karya sastra itu, banyak karya sastra yang dipakai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN. dan segala problematikanya yang begitu beragam. Fenomena-fenomena

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian-kejadian yang sudah dilegitimasikan dalam teks tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. berkembang melalui penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan (BNSP, 2006: 5).

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari

BAB I PENDAHULUAN. usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan. manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tabel 1.1 Penggunaan Teks Puisi Di Kelas VII Panggih Cahyo Setiaji,2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah dulce at utile. Menyenangkan dapat dikaitkan dengan aspek hiburan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULIAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati dan dipahami serta dimanfaatkan oleh masyarakat pembaca. Karya sastra memberikan kesenangan dan pemahaman bagi pembaca. Karya sastra hadir kepada pembaca memberikan hiburan yang menyenangkan. Membaca sebuah karya sastra berarti menikmati cerita, menghibur diri untuk memperoleh kepuasan batin, dan sekaligus memperoleh pengalaman kehidupan. Dari pengalaman kehidupan yang dihadirkan, pembaca dapat belajar, merasakan, dan menghayati berbagai permasalahan kehidupan yang ditawarkan pengarang (Nurgiyantoro, 2013, hlm. 4). Karya sastra juga menampilkan cerita yang menarik, mengajak pembaca untuk memanjakan fantasi, membawa pembaca ke suatu alur kehidupan yang penuh daya tarik, menarik hati pembaca untuk ingin tahu, dan merasa terikat emosinya sehingga ikut larut dalam cerita. Karya sastra lahir disebabkan dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan dirinya, menaruh minat terhadap masalah manusia dan kemanusiaan, dan menaruh minat terhadap dunia realitas yang berlangsung sepanjang hari sepanjang zaman. Karya sastra yang telah dilahirkan oleh para sastrawan diharapkan dapat memberi kepuasan estetik dan kepuasan intelek bagi pembaca (Semi, 2012, hlm. 1). Seorang pembaca sastra, kegiatan bacanya dapat dilatarbelakangi tujuan berbagai macam nilai kehidupan. Aminuddin (2014, hlm. 62) memberikan manfaat dari kegiatan membaca sastra, yaitu memberikan informasi yang berhubungan dengan pemerolehan nilai-nilai kehidupan dan memperkaya pandangan atau wawasan kehidupan sebagai salah satu unsur yang berhubungan dengan pemberian arti maupun peningkatan nilai kehidupan manusia itu sendiri. Nilai-nilai kehidupan yang seharusnya terus meningkat dan dijunjung tinggi dalam kehidupan, kini malah semakin terkikis. Kondisi moral masyarakat sekarang yang sangat memprihatinkan. Berita mengenai kenakalan remaja, rendahnya nilai moral dan etika banyak dijumpai di media cetak maupun 1

2 elektronik. Selain itu, banyak juga remaja yang kurang mengenal budaya daerahnya sendiri, apalagi budaya bangsa ini. Untuk mengatasi masalah tersebut, langkah nyata yang dapat dilakukan melalui jalur pendidikan, menata siswa untuk menginternalisasi nilai kehidupan, salah satunya yakni dengan mengoptimalkan pembelajaran sastra. Setiap karya sastra dapat mengungkapkan nilai-nilai luhur yang bermanfaat bagi penikmatnya. Karya sastra dapat memberikan pengetahuan dan pendidikan. Pengetahuan yang diperoleh dari sastra adalah pengetahuan tentang kehidupan kebudayaan sendiri. Pengajaran sastra dapat membekali setiap siswa wawasan komprehensif tentang kebudayaan-nya sendiri. Hal demikian dapat menanamkan dan membina rasa kebanggaan, kepercayaan diri, dan suatu sense of belonging (Oemarjati, 2012, hlm. 7). Melalui karya sastra, pengarang memberikan pengalaman bagi pembaca pandangan yang berhubungan dengan agama, sosial, dan beraneka ragam problematika hidup yang juga mengandung nilai, termasuk di dalamnya nilai pendidikan. Secara etimologis (Ratna, 2005, hlm. 447) menyatakan sastra juga berarti alat untuk mendidik, bila dikaitkan dengan pesan dan muatannya, hampir secara keseluruhan karya sastra merupakan sarana-sarana etika. Pengajaran sastra memiliki peran bagi pemupukan kecerdasan siswa dalam semua aspek, termasuk moral. Melalui apresiasi sastra, kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual siswa dapat dilatih dan dikembangkan. Siswa tidak hanya terlatih untuk membaca saja, tetapi harus mampu mencari makna dan nilai-nilai dalam sebuah karya sastra (Noor, 2011, hlm. 46). Jadi antara pendidikan dan karya sastra adalah dua hal yang saling berkaitan. Nilai pendidikan yang dimaksud dapat mencakup nilai pendidikan moral dan budaya. Dengan memaknai dan memahami nilai-nilai pendidikan yang terdapat di dalam sebuah karya sastra, diharapkan akan mengubah pribadi seseorang (pembaca) menjadi lebih baik dan berkualitas apabila orang tersebut dapat mengambil hikmahnya. Salah satu karya sastra yang bercerita tentang kehidupan masyarakat dan mengandung nilai pendidikan adalah cerpen. Cerpen merupakan karya rekaan yang menawarkan nilai-nilai kehidupan yang dirangkai dalam bentuk cerita kehidupan dengan menampilkan tokoh-tokoh cerita sebagai pelaku kehidupan

3 yang menjadi representasi dari budaya masyarakat. Tokoh-tokoh cerita memiliki sifat, sikap, dan watak. Kita dapat belajar dan memahami tentang berbagai aspek kehidupan melalui pemeranan oleh tokoh, termasuk berbagai motivasi yang dilatari oleh keadaan sosial budaya tokoh tersebut. Genre cerpen merupakan genre karya sastra yang sangat subur dalam pertumbuhan dan perkembangan sastra Indonesia. Banyak kumpulan cerpen diterbitkan, baik kumpulan perorangan maupun bersama. Cerpen termasuk bacaan yang sangat digemari, sebab cerita yang terdapat dalam cerpen cenderung lebih pendek dan mudah dipahami (Rampan, 2013, hlm. 2). Untuk dapat menginternalisasi nilai pendidikan yang terdapat di dalam cerpen dapat dilakukan dengan memilih bahan ajar (Nurhayati, 2013). Dalam memilih bahan ajar, (Rahmanto, 1993, hlm. 27) memberikan beberapa kriteria yang layak dipertimbangkan dalam memilih bahan ajar sastra, yaitu latar belakang budaya siswa, aspek psikologis, dan aspek kebahasaan. Dalam memilih bahan ajar sastra, harus diperhatikan latar belakang budaya siswa yang mengacu pada ciri khas masyarakat tertentu dengan segala variasinya. Mudah dipahami bahwa pada umumnya siswa akan lebih tertarik pada karya sastra dengan latar belakang yang akrab dengan kehidupannya. Secara psikologi, setiap individu mengalami tahaptahap perkembangan. Oleh karena itu tahap-tahap perkembangan psikologi anak harus dipertimbangkan dalam pemilihan bahan ajar. Berikutnya, dari aspek kebahasaan, bahwa karya sastra yang akan dipilih sebagai bahan ajar memiliki ciri-ciri kebahasaan yang khas, baik dari kosakata, struktur kata dan kalimat, idiom, metafora, majas, dan citraan sehingga siswa diharapkan dapat memahami bahasa dengan segala fenomena yang dipakai dalam karya sastra. Dalam hal ini, cerpen dapat dijadikan sebagai bahan ajar. Guru dapat memberikan contoh cerpen yang memperhatikan ketiga aspek tersebut dan tentunya sarat dengan muatan pendidikan. Mengingat banyak cerpen yang tidak layak untuk dibaca oleh anakanak, pemberian saran dalam pelaksanaan pembelajaran sangat penting diberikan untuk dijadikan sebagai pedoman oleh guru agar tidak salah dalam memilih cerpen yang akan dijadikan sebagai bahan ajar. Terlebih cerpen yang ada belum memuat nilai budaya yang kental dengan kehidupan siswa.

4 Salah satu kumpulan cerpen yang dapat dijadikan sebagai bahan ajar termuat dalam kumpulan Negeri Cinta Batanghari. Negeri Cinta Batanghari merupakan kumpulan cerpen penulis Jambi. Kumpulan cerpen ini berisi dua puluh lima cerita. Cerita yang terdapat di dalamnya memuat kehidupan sosial, budaya, dan karakter tokoh dengan latar belakang Jambi. Cerpen-cerpen yang terdapat di dalam kumpulan tersebut banyak mengandung informasi, kearifan lokal Jambi dengan cerita yang beragam. Latar yang dipakai para penulis tentang Jambi, namun masalah yang digarap sangatlah beragam, mulai tentang sosial dan kritik sosial, Orang Rimba (Suku Anak Dalam), budaya masyarakat di seberang kota, cinta alam, kemiskinan, dan juga pendidikan. Beberapa pakar memberikan apresiasi lebih terhadap kumpulan cerpen tersebut. Mereka adalah potensi yang ter(di)sembunyikan oleh hegemoni kebudayaan lokal. Teruslah melangkah. Masa depan kebudayaan (sastra) Jambi ada ada mereka (Nurul Fahmy, Redaktur Budaya Koran Jambi Independent). Negeri Cinta Batanghari menunjukkan bahwa Jambi kaya akan tema eksotik. Dari pengarang-pengarang dalam buku ini, bukan sekedar berbakat, tapi juga berani mengekspresikan kegelisahan dengan menjadikan tradisionalitas sebagai unsur pembangun karya (Benny Arnas, Cerpenis, Peraih Krakatau Award 2009 dan 2010). Dari cerita sejarah dan budaya Jambi, murid-murid bisa mengambil pelajaran untuk menjadi cerdas (Jumisar, S.H, M.E, Kadiknas Kota Jambi). Dengan hal ini, diharapkan cerpencerpen yang termuat dalam kumpulan Negeri Cinta Batanghari dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar. Cerpen-cerpennya mewakili ketiga aspek dalam pemilihan bahan ajar yaitu latar belakang budaya siswa, aspek psikologis, dan aspek kebahasaan. Beberapa penelitian terdahulu dengan kajian terhadap cerpen dan pemanfaatannya sebagai bahan ajar telah banyak dilakukan. Ruskanda (2014) melalui penelitiannya menyimpulkan bahwa cerita anak karya anak-anak pada surat kabar Pikiran Rakyat memiliki unsur pembangun karya sastra dengan tema yang dominan tentang kesetiakawanan sosial dan ksatria, beralur maju (progresif), tokoh yang ada adalah tokoh anak-anak atau dekat dengan kehidupan anak, ratarata menggunakan tiga tokoh yang digambarkan secara dramatik dengan sudut

5 pandang diaan, latar yang digunakan di sekitar tempat-tempat yang dalam keseharian dijadikan untuk berbagai aktivitas, dan amanat berupa nilai keimanan, norma kehidupan, dan sikap (perilaku). Desain bahan ajarnya berbentuk modul kesusastraan dan layak digunakan bagi siswa SMP kelas IX dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Begitu juga Wijayati (2014, hlm. 10) melalui penelitiannya mengembangkan bahan ajar teks cerpen dengan memanfaatkan lima belas naskah terbaik Lomba Menulis Cerita Remaja (LMCR) tahun 2011 dan 2012 yang diterbitkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa materi dan penyajian bahan ajar sudah cukup baik, relevan dengan daya tingkat intelektual dan emosi siswa, serta mudah dipahami karena bahasa yang digunakan sederhana dan disesuaikan dengan tingkat pengetahuan siswa. Beberapa penelitian tersebut menunjukkan bahwa cerpen dapat memenuhi kebutuhan bahan ajar bagi guru dan siswa. Kemudian penelitian-penelitian tersebut dapat menjadi acuan bagi peneliti untuk melakukan penelitian serupa dengan kajian berbeda dalam menginternalisasi struktur, nilai moral, dan representasi budaya Jambi pada cerpen-cerpen dalam kumpulan cerpen Negeri Cinta Batanghari. Berdasarkan uraian di atas, penelitian terhadap struktur, nilai moral, dan nilai budaya pada cerpen-cerpen yang termuat dalam kumpulan Negeri Cinta Batanghari dapat dilakukan. Penelitian ini juga akan membantu guru menyediakan bahan ajar pembelajaran bahasa Indonesia SMP, khususnya di Jambi dan diharapkan diperoleh hasil yang membawa manfaat bagi perkembangan penelitian sastra khususnya cerpen yang menginternalisasi nilai moral dan budaya kepada siswa. B. Rumusan Masalah Penelitian Adapun yang menjadi rumusan masalah di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana struktur cerpen yang terdapat pada kumpulan cerpen Negeri Cinta Batanghari?

6 2. Bagaimana nilai moral dan representasi budaya Jambi yang terdapat pada kumpulan cerpen Negeri Cinta Batanghari? 3. Bagaimana pemanfaatan cerpen yang terdapat pada kumpulan cerpen Negeri Cinta Batanghari sebagai modul siswa SMP? C. Tujuan Penelitian Berkaitan dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan struktur cerpen yang terdapat pada kumpulan cerpen Negeri Cinta Batanghari. 2. Mendeskripsikan nilai moral dan representasi budaya Jambi yang terdapat pada kumpulan cerpen Negeri Cinta Batanghari. 3. Menyajikan pemanfaatan cerpen yang terdapat pada kumpulan cerpen Negeri Cinta Batanghari sebagai modul siswa SMP. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun praktis. Manfaat secara teoretis adalah sebagai berikut. 1. Memberikan pengetahuan terhadap struktur cerpen yang terdapat pada kumpulan cerpen Negeri Cinta Batanghari. Dengan mengetahui struktur cerpen, akan mudah untuk memahami makna cerita yang terdapat di dalam cerpen secara utuh. 2. Memberikan pengetahuan terhadap nilai moral dan gambaran budaya Jambi yang terdapat pada kumpulan cerpen Negeri Cinta Batanghari. Pengetahuan nilai moral akan berguna bagi guru dan siswa untuk mendapatkan konsep mengenai baik dan buruknya perilaku dan tindakan tokoh di dalam cerpen sehingga nantinya dapat menjadi bahan pembelajaran bagi siswa. Sedangkan pengetahuan budaya Jambi akan dapat menanamkan sikap kecintaan siswa terhadap daerah Jambi dan sebagai sarana mengajak siswa untuk melestarikan kebudyaan daerahnya.

7 3. Memberikan masukan pemikiran dalam upaya peningkatan pembelajaran cerpen yang memiliki nilai moral dan merepresentasikan budaya Jambi. Dengan begitu, akan memberikan dorongan semangat kepada siswa untuk belajar memahami cerpen. Adapun manfaat praktisnya adalah bahwa hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu guru dalam memilih bahan ajar untuk meningkatkan pembelajaran bahasa Indonesia di SMP melalui apresiasi sastra dengan mengimplementasikan struktur, nilai moral, dan representasi budaya Jambi yang terdapat pada kumpulan cerpen Negeri Cinta Batanghari. E. Struktur Organisasi Tesis Struktur organisasi tesis ini terdiri dari beberapa bab. Bab-bab yang tersaji saling berkaitan. Bab pertama terdiri atas lima sub bab, yaitu latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi tesis ini. Pada bagian latar belakang masalah dipaparkan konteks penelitian yang dilakukan, serta berisi latar belakang masalah mengenai topik penelitian terhadap struktur, nilai moral, dan representasi budaya Jambi cerpencerpen yang terdapat pada kumpulan cerpen Negeri Cinta Batanghari. Kandungan nilai moral dan budaya daerah yang kental nantinya dimanfaatkan sebagai bahan ajar dalam pembelajaran sastra di SMP. Pada bagian rumusan masalah memuat spesifikasi perumusan permasalahan yang akan diteliti yang ditulis dalam bentuk pertanyaan penelitian. Pada bagian tujuan penelitian berisi tujuan sesungguhnya dari perumusan masalah yang disampaikan sebelumnya. Pada bagian manfaat penelitian, peneliti memberikan gambaran nilai lebih dari penelitian ini ke dalam dua bagian, yaitu manfaat secara teoretis dan praktis. Terakhir di bab I, bagian struktur organisasi tesis yang berisi sistematika penulisan tesis ini. Bab kedua merupakan kajian teoretis yang berisi teori pendukung dalam penelitian ini. Melalui kajian teoretis ini ditunjukkan kedudukan masalah penilitan dalam bidang ilmu yang diteliti. Bagian kajian teoritis terdiri atas teori-teori cerpen dan struktur cerpen, pendekatan struktural dan sosiologi sastra, dan bahan ajar sastra di SMP. Bab ketiga memaparkan tentang metodologi penelitian yang

8 berisi desain penelitian, sumber data penelitian, pengumpulan data, analisis data, dan isu etik penelitian. Bab keempat memaparkan hasil temuan penelitian dan pembahasan hasil temuan penelitian. Temuan hasil penelitian berupa deskripsi struktur, nilai moral, dan representasi budaya Jambi cerpen-cerpen yang terdapat dalam kumpulan cerpen Negeri Cinta Batanghari. Kemudian pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang struktur, nilai moral, dan representasi budaya Jambi cerpen-cerpen yang terdapat dalam kumpulan cerpen Negeri Cinta Batanghari. Bab kelima memaparkan pemanfaatan cerpen-cerpen yang terdapat dalam kumpulan cerpen Negeri Cinta Batanghari sebagai bahan ajar sastra di SMP. Pemanfaatan cerpen sebagai bahan ajar dibuat dalam bentuk modul pembelajaran. Bab keenam memaparkan simpulan penelitian dan saran atau rekomendasi peneliti kepada pihak yang terkait dengan penelitian ini. Dalam tesis ini juga memuat daftar rujukan yang berisi literatur-literatur yang tercantum dalam laporan penelitian ini. Daftar rujukan disusun berdasarkan sistem America Psychological Association (APA). Beberapa lampiran yang berisi dokumen yang digunakan dalam penelitian juga disajikan secara berurutan.

NEGERI CINTA BATANGHARI SERTA PEMANFAATAN CERPEN SEBAGAI MODUL SISWA SMP 9