BAB 1 PENDAHULUAN. (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:1). Pada umumnya perusahaan-perusahaan besar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis. laporan keuangan. Adanya signalling theory ini disebabkan karena informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan dari kenaikan harga saham atau pembayaran sejumlah dividen oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia mengalami perkembangan yang pesat dari periode ke

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia juga terbilang berkembang dengan pesat. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan penerimaan devisa. Di Negara yang sedang berkembang usaha yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pasar modal merupakan suatu bidang usaha perdagangan surat-surat berharga

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia atau go public pasti menerbitkan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dunia usaha terhadap permodalan saat ini cenderung menunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN. sarana yang berguna untuk menggalang pengerahan dana jangka panjang dari

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah memberikan beberapa kemudahan untuk dapat lebih

BAB I PENDAHULUAN. berbagai jenis tabungan di bank, digunakan untuk modal usaha sendiri maupun

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki saham suatu perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, baik sumber

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana (investor), dapat menyalurkan dananya dengan berinvestasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Pergerakan harga saham industri farmasi di Bursa Efek Indonesia mulai

BAB I PENDAHULUAN. (Tandelilin, 2010:31). Salah satu bidang investasi yang cukup menarik namun

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Pesatnya perkembangan

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan perekonomian suatu negara sangat dipengaruhi oleh banyak faktor.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal pada hakekatnya adalah pasar yang tidak berbeda jauh

BAB I PENDAHULUAN. biasanya ditandai dengan adanya kenaikan tingkat pendapatan masyarakat. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana serta menawarkan surat berharga dengan cara listing

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi pada saat ini pertumbuhan perekonomian berkembang pesat

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia pada tahun 2015 meningkat sekitar 5,8 persen.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang pada akhir-akhir ini menarik minat para investor. Tujuan semua investasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995: Pasar Modal

BAB I PENDAHULUAN. investor/pemilik modal. Media yang digunakan perusahaan dalam menjual

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian di Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup baik.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah untuk mendapatkan dana dari masyarakat yang dapat digunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Memasuki era globalisasi, perkembangan teknologi informasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi seperti sekarang ini, persaingan dalam bidang ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang digunakan sebagai rujukan untuk mendukung teori-teori yang akan diujikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indikator yang paling penting dalam menilai kemajuan perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari perusahaan go public semakin

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara dikarenakan pasar modal menjalankan fungsi ekonomi sekaligus

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal dapat dijadikan salah satu alternatif bagi perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX) adalah sebuah

PENGARUH CURRENT RATIO

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa secara global. Krisis ini tentunya berdampak negatif bagi

BAB I PENDAHULUAN. pesat yang merupakan salah satu kunci untuk mendorong pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai macam kegiatan untuk melakukan investasi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi dalam jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. modal dan menawarkan sahamnya di masyarakat/publik (go public). Perusahan

PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS) DAN DIVIDEND PAYOUT RATIO (DPR) TERHADAP HARGA SAHAM (Studi Kasus Pada PT. Astra International, Tbk)

I. PENDAHULUAN. indonesia yang mengalami peningkatan antara lain nilai Gross Domestic Product

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkembangnya suatu perusahaan tergantung pada kinerja keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia merupakan Self Regulatory Organization (SRO)

ANALIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL FUNDAMENTAL YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kegiatan ekonomi, terutama di negara yang menganut sistem

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang produktif guna mengembangkan pertumbuhan jangka panjang.

BAB 1. Pasar modal adalah bagian dari pasar financial dan tempat bertemunya investor dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengalami perbaikan. Hal tersebut dikarenakan perekonomian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas yang ada pada suatu negara tersebut. Peranan

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang ini. Terlebih lagi dengan perekonomian di Indonesia saat ini yang

I. PENDAHULUAN. Istilah penawaran umum atau sering juga disebut dengan go public semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat bisnis. Tujuan semua investasi dalam berbagai bidang dan jenis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang gencar dalam. melakukan pembangunan disemua sektor, salah satunya pembangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bersumber dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana ke berbagai sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan investasi yang dapat

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pasar modal adalah salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin terglobalisasinya perekonomian menyebabkan persaingan antar

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1989 menjadi 288 emiten pada tahun 1999 (Susilo dalam. di Bursa Efek Indonesia mencapai 442 emiten (

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sahamadalah memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham. kerja, dengan sendirinya akan mengurangi jumlah pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perekonomian yang terus berkembang, perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam bentuk aktiva keuangan yang dapat diperjual-belikan dipasar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

BABl PENDAHULUAN. Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. Ada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bahwa disamping perbankan, pasar modal sudah menjadi alternatif sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan selalu membutuhkan dana untuk menunjang kelancaran

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Dalam era

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi pasar modal inilah maka kebutuhan atas informasi yang relevan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Proses penghimpunan dan pengalokasian dana masyarakat terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. bisa hanya mengandalkan kepada satu sumber pendanaan saja, yaitu hutang karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Jatuhnya perekonomian di Indonesia akibat krisis moneter yang sempat

BAB I PENDAHULUAN. Brown (Investment Analysis snd Portofolio Management,5) mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. alternatif bagi perusahaan (Lubis, 2006). Dari sudut pandang ekonomi, pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. dan di dukung oleh perkembangan pasar modal, maka saham telah

BAB I PENDAHULUAN. dapat mereka peroleh dengan melakukan penerbitan saham kepada masyarakat luas yang

I. PENDAHULUAN. tren pertumbuhan yang membaik. Hal ini dilihat dari beberapa indikator ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan perusahaan-perusahaan saling bersaing untuk dapat menyesuaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diterbitkan oleh pemerintah, publik ( autoritas ) maupun perusahaan swasta. Pasar

BAB I PENDAHULUAN. panjang. Ketika calon investor ingin berinvestasi maka perlu mengumpulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perekonomian di Indonesia pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. satu lembaga keuangan non bank, pasar modal berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi, naiknya suku bunga, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan harga saham di Indonesia relatif mengalami fluktuasi. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdirinya sebuah perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas. (Harjito

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebuah perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memaksimalkan

BAB I PENDAHULUAN. diperjualbelikan, salah satunya dalam bentuk ekuitas (saham). Pasar

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi perekonomian yang semakin terbuka. Sejalan dengan itu, maka perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Di indonesia, alternatif untuk mendapatkan dana dapat diperoleh melalui pasar modal

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah) dan sarana bagi kegiatan berinvestasi (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:1). Pada umumnya perusahaan-perusahaan besar dan yang sudah mempunyai kredibilitas serta integritas memanfaatkan pasar modal sebagai sumber aliran dananya. Oleh sebab itu, perusahaan yang sudah go public dituntut untuk mampu mempertahankan bahkan meningkatkan kinerja keuangannya dalam rangka mengoptimalkan nilai perusahaan. Mengoptimalkan nilai perusahaan merupakan tujuan utama perusahaan dalam menjamin keberlanjutan bisnis dan kemakmuran pemegang saham. Nilai perusahaan yang tinggi mencerminkan keberhasilan manajemen perusahaan dalam mengelola serta melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya terhadap pemangku kepentingan (shareholder). Nilai perusahaan ini dapat tercermin dari harga sahamnya (Fama,1998 dalam Hasnawati, 2005). Jadi semakin tinggi nilai perusahaan maka semakin besar pula kemakmuran yang diterima oleh pemilik perusahaan. Tingginya nilai perusahaan akan menarik perhatian para investor untuk menanamkan modalnya, karena ada anggapan bahwa semakin tinggi harga saham suatu perusahaan maka semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut. Nilai perusahaan merefleksikan kondisi fundamental sebuah perusahaan. Bila nilai perusahaan itu baik, maka secara otomatis investor akan memandang baik pula kinerja perusahaan tersebut. Manajer perusahaan-perusahaan yang terdaftar di 1

2 pasar modal / Bursa Efek Indonesia (BEI) akan berusaha untuk menunjukkan kinerja perusahaannya, hal ini dikarenakan bila harga saham perusahaan tersebut mengalami peningkatan dari waktu ke waktu secara konsisten, maka hal itu akan membuat investor lebih tertarik dan percaya untuk menanamkan dananya di perusahaan tersebut, dengan harapan akan tingkat return yang tinggi atas keputusannya. Dengan begitu, perusahaan akan memiliki tambahan dana untuk memaksimalkan kapasitas nya dalam menciptakan kinerja yang efektif dan efisien. Menurut Jogiyanto (2008:8) harga saham adalah harga yang terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan dipasar modal. Harga saham sebagai representasi dari nilai perusahaan dapat ditentukan oleh beberapa faktor yaitu faktor internal perusahaan, eksternal perusahaan, dan teknikal. Faktor internal dan eksternal perusahaan merupakan faktor-faktor yang sering digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan oleh para investor dipasar bursa. Sedangkan menurut (Sudiyatno, 2010) faktor teknikal lebih bersifat teknis dan psikologis, seperti volume perdagangan saham, nilai transaksi perdagangan saham, dan kecenderungan volatilitas harga saham. Dalam melakukan investasi di pasar modal, investor harus jelih dalam meramalkan kondisi perushaan dimasa yang akan datang melalui berbagai faktor tersebut. Teori sinyal menerjemahkan fenomena manajemen bertindak selaku pemegang amanat pemilik. Manajemen akan menyampaikan sinyal-sinyal keberhasilan atau kegagalan yang berkaitan dengan operasional perusahaan.

3 Manajer perusahaan memiliki informasi mengenai keadaan perusahaan di masa depan yang menjanjikan. Pelaporan informasi ini digunakan sebagai alat ukur investor dalam menganalisa kondisi keuangan perusahaan serta menjadi alat untuk mengurangi asimetri informasi antara manajemen dan pemilik perusahaan. Sehingga data yang diperoleh, dapat menjadi acuan bagi investor dalam proses pengambilan keputusan investasi. Laporan keuangan merupakan alat publikasi informasi yang diungkapkan oleh manajer perusahaan kepada pemilik sebagai representasi atas pencapaian kinerja perusahaan. Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan perusahaan secara historis yang selanjutnya digunakan investor sebagai dasar pengambilan keputusan investasi masa depan. Sehingga apabila laporan keuangan menunjukkan kinerja yang baik maka hal itu akan menarik investor dan membuat permintaaan akan saham menjadi tinggi yang selanjutnya akan mempengaruhi harga saham sebuah perusahaan. Dalam dunia pasar modal, penilaian terhadap kinerja sebuah perusahaan menjadi dasar yang utama bagi investor dalam pengambilan keputusan dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang mendasari. Aspek fundamental menjadi dasar penilaian yang utama bagi investor dalam menganalisa baik buruknya kinerja sebuah perusahaan. Hal ini dikarenakan bahwa harga saham mencerminkan nilai perusahaan, tidak hanya nilai intrinsik pada suatu saat, tetapi juga menggambarkan ekspektasi akan kemampuan perusahaan dalam memaksimumkan nilai perusahaan di masa depan. Faktor fundamental sangat kompleks dan luas cakupannya, meliputi faktor fundamental makro yang berada

4 di luar kendali perusahaan dan faktor fundamental mikro yang berada dalam kendali perusahaan (Syahib, 2000). Faktor fundamental mikro sering disebut sebagai faktor internal sedangkan faktor fundamental makro sering disebut sebagai faktor eksternal. Faktor internal perusahaan dalam analisis pasar modal sering disebut dengan faktor fundamental perusahaan, faktor ini bersifat controllable sehingga dapat dikendalikan oleh perusahaan (Sujoko dan Subiantoro, 2007). Faktor internal ini terdiri dari beberapa alat ukur yang manjadi dasar bagi analisis fundamental perushaaan, salah satunya menggunakan rasio keuangan. Menurut James (dalam Kasmir, 2008:104), rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Tujuan yang diharapkan dalam penggunaan rasio keuangan ini adalah untuk memperoleh gambaran baik buruknya kondisi keuangan perusahaan di masa mendatang, sehingga investor dapat menggunakannya sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan investasi. Dalam penelitian ini faktor fundamental mikro atau faktor internal yang digunakan adalah earning per share, price earning ratio, retrun on equity dan dividend per share. Sedangkan faktor fundamental makro atau faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang diluar kemampuan perusahaan. Dalam peneltian ini, faktor fundamental makro atau faktor eksternal yang digunakan adalah inflasi dan tingkat suku bunga. Data yang digunakan dalam pengukuran variabel-variabel makro diambil dari data yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia selaku bank sentral. Naik turunnya inflasi dan tingkat suku bunga akan berdampak pada

5 kondisi investasi domestik di Indonesia. Sudah menjadi tugas seorang manajer perusahaan dalam mengelola serta menjamin keberlanjutan (sustainability) perusahaan dalam menghadapi berbagai risiko yang mungkin terjadi. Oleh karena itu, manajer perusahaan diharapkan mampu meningkatkan kemakmuran pemegang saham yang direpresentasikan melalui kinerja perusahaan yang baik, sehingga apabila kinerja keuangan perusahaan baik maka harga saham perusahaan juga akan meningkat. Harga saham sangat rentan diperngaruhi oleh faktor-faktor yang berada didalam perusahaan itu sendiri, salah satunya earning per share. Earning per share (EPS) adalah rasio antara laba bersih setelah pajak dengan jumlah lembar saham. EPS memberikan informasi untuk menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan kepada semua pemegang saham perusahaan. Bagi para investor, informasi EPS merupakan informasi yang paling mendasar dan berguna, karena bisa menggambarkan prospek earning perusahaan dimasa depan (Tandelilin, 2001:233). Semakin tinggi nilai earning per share (EPS), maka semakin banyak investor yang akan membeli saham tersebut sehingga menyebabkan harga saham tinggi pula. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kartiningsih dan Wahyudi (2012) yang menyatakan bahwa earning per share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham. Namun penelitian tersebut bertolak belakang dengan penelitian Idawati, Sukirno, dan Pujiningsih (dalam Sasongko dan Nila, 2006) yang menguji pengaruh EPS terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa EPS tidak

6 berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Busra Efek Jakarta. Selain EPS, faktor fundamental mikro yang dapat mempengaruhi harga saham perusahaan adalah price earning ratio (PER). PER merupakan rasio yang menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Gitman (2006) dalam Hadianto (2008:164) rasio PER mengindikasikan derajat kepercayaan investor pada kinerja masa depan perusahaan. Menurut Husnan (2001), secara fundamental rasio ini diperhatikan oleh investor dalam memilih saham karena perusahaan yang mempunyai nilai PER yang tinggi menunjukkan nilai pasar yang tinggi pula atas saham tersebut, sehingga saham tersebut akan diminati oleh investor dan hal ini pada akhirnya akan berdampak pada kenaikan harga saham sebaliknya apabila perusahaan mempunyai PER yang rendah menunjukkan nilai pasar yang rendah sehingga akan berdampak terhadap penurunan harga saham. Semakin tinggi PER, investor semakin percaya pada emiten, sehingga harga saham semakin mahal (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:198). Pernyataan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Anggrani (2013), Bachtiar (2012) dan Hadianto (2008) yang menyatakan bahwa PER berpengaruh terhadap harga saham. Namun berbanding terbalik dengan penelitian Riska (2002) dan Pasaribu (2008) yang menyatakan bahwa PER tidak berpengaruh terhadap harga saham. Return on Equity (ROE) adalah rasio yang substansial bagi para pemilik dan pemegang saham karena rasio tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola modal dari pemegang saham untuk mendapatkan laba bersih.

7 Menurut Tandelilin (2001) ROE (Return On Equity) merefleksikan seberapa banyak perusahaan telah memperoleh hasil atas dana yang telah diinvestasikan oleh pemegang saham (baik secara langsung atau dengan laba yang telah ditahan). ROE sangat penting bagi para pemegang saham dan calon investor, karena ROE yang tinggi berarti para pemegang saham akan memperoleh dividen yang tinggi pula dan kenaikan ROE akan menyebabkan kenaikan saham. Hal ini sependapat dengan Chrisna ( 2011) dalam (Hutami, 2012:2) yang menyatakan bahwa setiap kenaikan return on equity biasanya diikuti dengan kenaikan harga saham perusahaan tersebut. Dapat disimpulkan bahwa setiap kenaikan return on equity akan mengakibatkan kenaikan harga saham. Pada variabel ROE menurut Novitasari (2015), Anggrani (2013) dan Natarsyah (2000) menemukan bahwa ROE mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Namun berbeda dengan Kartiningsih (2012), Wahyudi (2012), dan Muharam (2002) yang menemukan bahwa ROE tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Faktor fundamental mikro lain yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan adalah dividen. Menurut Darmadji (2011:127) dividen adalah pembagian sisa laba bersih perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham atas persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Besarnya jumlah dividen yang diperoleh oleh investor untuk per lembar saham yang dimiliki dapat diukur menggunakan rasio dividend per share (DPS). Dividend per share (DPS) adalah total dividen yang akan dibagikan pada investor untuk setiap lembar

8 saham. DPS yang tinggi mencerminkan perusahaan memiliki prospek yang baik karena dapat membayarkan DPS dalam jumlah yang tinggi. Hasil penelitian Naibaho (2010) dan Putri (2012) menunjukkan bahwa dividend per share (DPS) berpengaruh terhadap harga saham. Oleh karena itu, hal ini akan menarik investor untuk membeli saham perusahaan tersebut. Dengan banyaknya saham yang dibeli mengakibatkan harga saham perusahaan tersebut naik (Taranika, 2009:21). Namun penelitian tersebut berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Puspita (2015) yang menyatakan bahwa dividend per share (DPS) tidak terbukti berpengaruh terhadap harga saham. Harga saham sebuah perusahaan tidak dipengaruhi oleh faktor fundamental mikro saja, melainkan faktor-faktor fundamental makro atau faktor eksternal yang berasal dari luar perusahaan. Faktor eksternal yang mempengaruhi harga saham perusahaan terdiri atas beberapa faktor. Salah satunya adalah inflasi. Inflasi merupakan kecenderungan dimana harga-harga mengalami kenaikan secara umum dan terus menerus. Inflasi yang tinggi dapat melemahkan sistem perekonomian suatu negara. Hal ini dikarenakan inflasi dapat memperlambat laju pertumbuhan ekonomi. Hubungan yang berlawanan antara tingkat inflasi dengan harga saham terjadi karena ketika ada kenaikan tingkat inflasi akan mendorong investor untuk menanamkan modalnya dalam bentuk tabungan dan deposito, serta meninggalkan jenis investasi dalam bentuk saham yang dipandang terlalu berisiko tinggi. Dampak dari subsitusi investasi ini akan berpengaruh pada melemahnya permintaan saham sehingga pada giliranya harga saham pun menurun.

9 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rakasetya, Darminto, dan Dzulkirom (2013) menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini membuktikan bahwa tingkat inflasi suatu negara juga menjadi indikator yang penting bagi investor atau calon investor dalam pengambilan keputusan investasi. Tetapi menurut Anggrani (2013) inflasi tidak berpengaruh terhadap harga saham. Tingkat suku bunga merupakan variabel makro yang dapat mempengaruhi harga saham. Mekanismenya adalah setiap peningkatan suku bunga membuat nilai imbal hasil dari deposito dan obligasi menjadi lebih menarik, sehingga banyak investor pasar modal yang mengalihkan portofolio sahamnya. Meningkatnya aksi jual dan minimnya permintaan akan menurunkan harga saham dan sebaliknya (Prastowo, 2008:9). Secara teoritis, terjadi hubungan yang negatif antara harga saham dan tingkat suku bunga. Apabila tingkat suku bunga mengalami peningkatan maka akan terjadi penurunan harga saham sebuah perusahaan. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Burhanuddin (2009) menyatakan bahwa suku bunga memiliki pengaruh yang negatif terhadap harga saham. Hal tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Kandir (2008) yang menunjukkan hubungan negatif antara tingkat suku bunga dan harga saham. Disisi lain, penelitian yang dilakukan oleh Zuhdi (2012), Anggarani (2013) dan Toin (2015) menunjukkan hubungan yang positif antara tingkat suku bunga dan harga saham, yang artinya tingkat suku bunga tidak mempengaruhi investor dalam menanamkan dananya. Alasan peneliti menggunakan perusahaan sektor pertambangan sebagai sampel adalah karena saham-saham pertambangan / komoditas adalah saham-

10 saham yang lebih beresiko daripada saham-saham lainnya. Fluktuasi harga saham ini amat tinggi, yang dapat turun dan naik dengan cepat. Fluktuasi yang drastis ini tentu saja dapat mempengaruhi harga jual saham. Fluktuasi pada perusahaan pertambangan ini memiliki pengaruh besar terhadap seluruh rangkaian proses produksi maupun aktivitas modern, sehingga apabila terjadi kenaikan atau penurunan harga pada perusahaan pertambangan tentu saja memiliki pengaruh besar terhadap seluruh kegiatan perekonomian dan kehidupan masyarakat dunia. Dimana jika fluktuasi harga komoditas sedang tinggi dan jika ingin berinvestasi jangka panjang, sebaiknya tidak bermain di saham-saham komoditas. Hal itu dikarenakan bahwa harga komoditas tersebut dapat turun, dan tentu saja dapat naik lagi. Dimana dengan resiko yang lebih tinggi, investor juga mengharapkan return yang lebih tinggi pada saham-saham tersebut. Jika para investor merasa tidak akan mendapatkan return yang lebih tinggi, sebaiknya menghindari sahamsaham pertambangan / komoditas tersebut. Berdasarkan beberapa penelitian diatas yang tidak koheren, maka peneliti merasa perlu untuk menguji apakah earnig per share, price earning ratio, return on equity, dividend per share serta inflasi dan tingkat suku bunga berpengaruh terhadap harga saham. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada penambahan variabel fundamental makro atau faktor eksternal berupa inflasi dan tingkat suku bunga yang diduga dapat menjadi dasar pengukuran dalam pergerakan harga saham. Perbedaan yang mendasar dari penelitian sebelumnya adalah peneliti memperluas periode pengamatan untuk

11 dapat lebih merepresentasikan harga saham yaitu mengambil periode pengamatan tahun 2011 2015. Berdasarkan penjelasan latar belakang permasalahan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa peneliti ingin mengangkat sebuah penelitian dengan judul PENGARUH FUNDAMENTAL MIKRO DAN MAKRO TERHADAP HARGA SAHAM (Studi Pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penelitian ini akan menguji variable-variabel yang mempengaruhi harga saham. Untuk itu dalam penelitian ini yang akan menjadi permasalahan utama adalah : 1. Apakah Earning Per Share berpengaruh terhadap harga saham? 2. Apakah Price Earning Ratio berpengaruh terhadap harga saham? 3. Apakah Return On Equity berpengaruh terhadap harga saham? 4. Apakah Dividend Per Share berpengaruh terhadap harga saham? 5. Apakah inflasi berpengaruh terhadap harga saham? 6. Apakah tingkat suku bunga berpengaruh terhadap harga saham? 7. Apakah faktor mikro dan faktor makro berpengaruh terhadap harga saham?

12 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengaruh EPS terhadap harga saham perusahaan sektor pertambangan di BEI. 2. Untuk mengetahui pengaruh PER terhadap harga saham perusahaan sektor pertambangan di BEI. 3. Untuk mengetahui pengaruh ROE terhadap harga saham perusahaan sektor pertambangan di BEI. 4. Untuk mengetahui pengaruh DPS terhadap harga saham perusahaan sektor pertambangan di BEI. 5. Untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap harga saham perusahaan sektor pertambangan di BEI. 6. Untuk mengetahui pengaruh tingkat suku bunga terhadap harga saham perusahaan sektor pertambangan di BEI. 1.4 Manfaat Penelitian Secara garis besar, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Kontribusi Praktis a. Penelitian ini diharapakan dapat memberikan kontribusi bagi pihak manajemen dalam pengambilan keputusan keuangan, baik keputusan pendanaan dan kebijakan dividen dalam rangka memaksimalkan harga saham.

13 b. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan saran bagi investor untuk digunakan sebagai dasar dalam penetapan kebijakan dan pertimbangan dalam menginvestasikan modalnya. c. Hasil akhir dari penelitian ini juga dapat menjadi sumber referensi bagi pihakpihak terkait. 2. Kontribusi Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan faedah atau manfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan mengenai pengaruh fundamental mikro dan makro terhadap harga saham. Serta dapat dijadikan sebagai sumber referensi bagi penelitian-penelitian yang serupa dimasa yang akan datang. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah suatu permasalahan yang meliputi faktor fundamental mikro dan faktor fundamental makro terhadap harga saham perusahaan. Penelitian yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data untuk analisis penelitian ini diambil dari laporan keuangan tahunan periode tahun 2011-2015 serta data tingkat inflasi dan tingkat suku bunga yang diperoleh dari data Bank Indonesia melalui www.bi.go.id.