DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah mata merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia karena mata

BAB I PENDAHULUAN. kebutaan dan 3,65% atau 246 juta orang mengalami low vision. 1,2

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pelaku pembangunan dapat merasakan dan menikmati hasil dari pembangunan

SITUASI GANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN

ISSN: E-JURNAL MEDIKA, VOL. 6 NO.4, APRIL, 2017, HAL 28-38

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Menurut Global Data on Visual Impairment 2010, WHO 2012, estimasi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. berbagai kegiatan. Apabila mata menderita kelainan atau gangguan seperti low vision

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari. Kesehatan indera. penglihatan merupakan faktor penting dalam meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Terminologi kebutaan didefenisikan berbeda beda di setiap negara seperti

BAB I PENDAHULUAN. penyakit. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan. telah terjadi katarak senile sebesar 42%, pada kelompok usia 65-74

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi di Sulawesi Utara (3,7%) diikuti oleh Jambi (2,8%) dan Bali (2,7%).

BAB 1 PENDAHULUAN. diabetes retinopati (1%), penyebab lain (18%). Untuk di negara kita, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization penyebab kebutaan

BAB I PENDAHULUAN. penderita kebutaan dari 285 juta penderita gangguan penglihatan di dunia. Sepertiga

BAB I PENDAHULUAN. vision di dunia. Data dari VISION 2020, suatu program kerjasama antara

BAB 1 PENDAHULUAN. Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Ingris Cataract, dan Latin

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dalam proses refraksi ini adalah kornea, lensa, aqueous. refraksi pada mata tidak dapat berjalan dengan

ANALISIS SITUASI PASCA

BAB I PENDAHULUAN. hilangnya serat saraf optik (Olver dan Cassidy, 2005). Pada glaukoma akan terdapat

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik optik neuropati yang berhubungan dengan menyempitnya lapang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nekrosis, dan terganggunya keseimbangan normal serabut-serabut lensa. uveitis, retinitis pigmentosa, dan kebutaan (Ilyas, 2010).

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA KELAS XII SMA NEGERI 7 MANADO TENTANG KATARAK.

BAB I PENDAHULUAN. global yang harus segera ditangani, karena mengabaikan masalah mata dan

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Mata merupakan bagian pancaindera yang sangat penting dibanding

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif analitik dengan melihat

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KATARAK PADA PASIEN YANG BEROBAT DI BALAI KESEHATAN MATA MASYARAKAT, KOTA MATARAM, NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kebutaan dan gangguan penglihatan merupakan masalah kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikumpulkan melalui indera penglihatan dan pendengaran.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderitadiabetes mellitus (DM) baru di seluruh dunia meningkat secara

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. kebutaan di masyarakat di negara-negara berkembang. Data tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. Penglihatan juga merupakan jalur informasi utama, oleh karena itu. Meskipun fungsinya bagi kehidupan manusia sangat penting, namun

ABSTRAK GAMBARAN KELAINAN REFRAKSI ANAK USIA 6-15 TAHUN DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutaan merupakan suatu masalah kesehatan di dunia, dilaporkan bahwa

PEMERIKSAAN VISUS MATA

BAB I PENDAHULUAN. setelah katarak. Pada tahun 2013, prevalensi kebutaan di Indonesia pada

BAB I PENDAHULUAN. Sembilan puluh persen dari 285 juta penderita gangguan penglihatan tinggal

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Nyeri kepala merupakan keluhan yang sering dijumpai di tempat

BAB 1 : PENDAHULUAN. berbagai informasi visual yang digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan,

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kedokteran Jiwa.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU MEMERIKSAKAN DIRI KE PELAYANAN KESEHATAN : PENELITIAN PADA PASIEN GLAUKOMA DI RUMAH SAKIT DR.

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN KATARAK SENIL DAN KOMPLIKASI KEBUTAAN DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2009 DESEMBER 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. pada awalnya mungkin menimbulkan sedikit gejala, sementara komplikasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Miopia adalah suatu kelainan refraksi karena kemampuan refratif mata

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

ABSTRAK GAMBARAN SKOR OHIP-14 PASIEN KANKER KEPALA DAN LEHER YANG MENDAPATKAN RADIOTERAPI DAN KEMOTERAPI DI RSUP SANGLAH TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. titik yang tajam. Kelainan refraksi dikenal dalam bentuk miopia, hipermetropia dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berumur 60 tahun ke atas. Sesuai dengan undang-undang Nomor 13 tahun

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kesehatan jiwa.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. (DM) yang telah berlangsung lama (InaDRS, 2013; Agni, dkk., 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata dan menjadi penyebab

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah bidang oftalmologi. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai bulan April 2015.

BAB I PENDAHULUAN. sejajar yang berasal dari jarak tak terhingga masuk ke mata tanpa akomodasi dan

Standar Operasional Prosedur Untuk Kader Katarak

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA RPP OFTALMOLOGI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data Riskesdas 2013, katarak atau kekeruhan lensa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Wahyudi dan Rinayati, 2013). astigmatisme. Kedua, adanya kelaianan organik yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. transparansinya. Katarak merupakan penyebab terbanyak gangguan

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya adalah Ilmu Penyakit Dalam, Sub-bagian

IDENTIFIKASI KELAINAN MATA DAN KOREKSI TAJAM PENGLIHATAN PRESBIOPIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun Oleh: ENGKI SOFYAN NIM

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : Nuruljannah Nazurah Gomes FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 4 METODE PENELITIAN. Semarang, dimulai pada bulan Mei 2014 sampai dengan Juni 2014.

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak lahir (Ilyas S, 2006). Orang tua akan menyadari untuk pertama kali dengan

PREVALENSI KELAINAN REFRAKSI DI POLIKLINIK MATA RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh: ZAMILAH ASRUL

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

Jurnal KEDOKTERAN KLINIK (JKK), Volume 1 No 1, Desember 2016

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahun di antara orang terdapat seorang penderita baru katarak (Kemenkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai penyebab kebutaan kedua terbesar di dunia yaitu sebesar 8%.

KELAINAN REFRAKSI PADA PELAJAR SMA NEGERI 7 MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutaan baik di dunia maupun di Indonesia. Menurut World Health. (10,2%), age-macular degeneration (AMD) (8,7%), trakhoma (3,6%),

FAKTOR RISIKO MIOPIA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Departemen Kesehatan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Mata.

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. konflik batin serta kondisi sakit yang diderita oleh tenaga kerja. (1)

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. : Ilmu penyakit kulit dan kelamin. : Bagian rekam medik Poliklinik kulit dan kelamin RSUP Dr.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

Transkripsi:

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM...i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI...iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN...iv ABSTRAK...v ABSTRACT...vi RINGKASAN...vii SUMMARY...ix KATA PENGANTAR...xi DAFTAR ISI...xii DAFTAR TABEL...xv DAFTAR GAMBAR...xvi DAFTAR SINGKATAN, DAN TANDA...xvii DAFTAR LAMPIRAN...xviii BAB I PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...5 1.3 Tujuan Penelitian...5 1.4 Manfaat Penelitian...5 BAB II KAJIAN PUSTAKA...7 2.1 Anatomi Lensa dan Fisiologi Lensa...7 2.2 Katarak...9 2.3 Etiologi Katarak...9 2.3.1 Internal...9 2.3.2 Eksternal...9 2.4 Patogenesis Katarak...11 2.5 Jenis-jenis Katarak...12 1

2.6 Manifestasi Klinis...14 2.7 Diagnosis Katarak...15 2.8 Penatalaksanaan Katarak...15 2.9 Metode Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB)...17 2.10 Pengaruh Sosial Budaya terhadap Kesehatan...21 BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Teori...24 3.2 Kerangka Konsep...25 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian...26 4.2 Subyek Penelitian...26 4.2.1 Kriteria Inklusi dan Eksklusi...26 4.2.2 Besar Sampel Penelitian...27 4.3 Variabel Penelitian...28 4.3.1 Klasifikasi Variabel...28 4.3.2 Definisi Operasional Variabel...28 4.4 Instrumen Penelitian...31 4.4.1 Tumbling Snellen E Chart...31 4.4.2 Pinhole...33 4.4.3 Tali 6 meter...33 4.4.4 Senter...33 4.4.5 Oftalmoskop...33 4.4.6 Kuesioner Metode RAAB...33 4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian...36 4.6 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data...37 4.6.1 Persiapan Pengumpulan Data...37 4.6.2 Prosedur Pengumpulan Data...37 4.7 Alur Penelitian...39 4.8 Jenis Data...39 4.9 Cara Pengolahan dan Analisis Data...40 2

4.9.1 Pengolahan Data...40 4.9.2 Analisis Data...40 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN...41 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian...41 5.2 Karakteristik Subyek Penelitian...41 5.3 Pemeriksaan Tajam Penglihatan (Visus)...44 5.4 Barriers Operasi Katarak...46 5.5 Barriers Operasi Katarak terkait Sosial Budaya...51 5.6 Keterbatasan Penelitian...52 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan...53 6.2 Saran...53 DAFTAR PUSTAKA...56 LAMPIRAN...61 3

DAFTAR TABEL Tabel 5.1 Karakteristik Subyek Penelitian...41 Tabel 5.2 Tajam Penglihatan Ocular Dextra...45 Tabel 5.2 Tajam Penglihatan Ocular Sinistra...45 Tabel 5.4 Barriers Operasi Katarak...46 Tabel 5.6 Karakteristik responden dengan barrier operasi katarak merasa tidak perlu...49 4

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Anatomi Lensa...8 Gambar 2.2 Tipe Katarak...13 Gambar 2.3 Form Rapid Assessmnet of Avoidable Blindness...21 Gambar 3.1 Kerangka Konsep...25 Gambar 4.1 Alur Penelitian...39 5

DAFTAR SINGKATAN, DAN TANDA SINGKATAN BPS EVI Lansia MVI N RAAB SD SMA SMP SVI WHO : Badan Pusat Statistik : Early Visual Impariment : Lanjut usia : Moderate Visual Impariment : Number (Jumlah) : Rapid Assessmnet of Avoidable Blindness : Sekolah Dasar : Sekolah Menengah Atas : Sekolah Menengan Pertama : Severe Visual Impariment : World Health Organization TANDA : menyatakan lebih dari sama dengan % : menyatakan bilangan dalam bentuk persen 6

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Jadwal Penelitian...62 Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden...63 Lampiran 3. Kuesioner Penelitian...64 Lampiran 4. Tabel Induk Penelitian...66 Lampiran 5. Foto Dokumentasi Penelitian...70 Lampiran 6. Hasil Pengolahan Data menggunakan Program SPSS 21...72 Lampiran 7. Ethical Clearance...83 Lampiran 8. Rekomendasi Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali...84 Lampiran 9. Ijin Penelitian Badan Kesbang Pol dan Linmas Kabupaten Gianyar...85 Lampiran 10. Ijin Penelitian dari Camat Blahbatuh...86 7

ABSTRAK BARRIERS OPERASI KATARAK MENGGUNAKAN METODE RAPID ASSESSMENT OF AVOIDABLE BLINDNESS (RAAB) PADA USIA > 50 TAHUN DI DESA BLAHBATUH, KECAMATAN BLAHBATUH, KABUPATEN GIANYAR, BALI Katarak merupakan penyebab utama kebutaan di dunia. Tingginya angka katarak dikaitkan dengan rendahnya operasi katarak yang dilakukan oleh pasien katarak. Adanya barriers dalam melakukan operasi katarak akan meningkatkan angka kebutaan akibat katarak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Barriers operasi katarak menggunakan metode Rapid Assessment ofavoidable Blindness (RAAB) pada usia 50 tahun di desa Blahbatuh, kecamatan Blahbatuh, kabupaten Gianyar. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional yang dilaksanakan di desa Blahbatuh, kecamatan Blahbatuh, kabupaten Gianyar menggunakan metode RAAB, mulai bulan Juli sampai September 2016. Teknik pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling dengan total jumlah sampel yang memenuhi kriteria sebanyak 66 orang. Hasil penelitian ini dianalisis menggunakan program SPSS 21. Sebagian besar responden katarak pada penelitian ini adalah perempuan (69,7%), dengan rentang usia terbanyak adalah 70-79 tahun (51,5%). Sebagian besar tajam penglihatan responden penelitian ini adalah tidak dapat melihat 6/60, tetapi dapat melihat 3/60 dengan kategori severe visual impairment pada ocular dextra dan ocular sinistra. Barrier operasi katarak sebagian besar responden adalah merasa tidak perlu (59,1%). Adanya barrier tersebut terkait dengan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, faktor sosial, dan budaya seperti jenis kelamin, dan kehendak Tuhan. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa barriers operasi katarak menggunakan metode RAAB, terbanyak adalah merasa tidak perlu. Dibutuhkan sosialisasi kepada masyarakat mengenai mekanisme katarak, terapi yang harus dilakukan, serta sosialisasi mengenai program jaminan kesehatan untuk meringankan biaya pengobatan. Kata kunci: Barriers operasi katarak, metode RAAB, desa Blahbatuh 8

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutaan sampai saat ini tetap menjadi pemasalahan di dunia kesehatan, terutama dalam bidang kesehatan mata. Bermacam-macam penyakit dapat menyebabkan kebutaan. Katarak merupakan penyebab kebutaan yang paling utama. Katarak merupakan suatu kelainan pada mata yang ditandai dengan adanya penurunan tajam pengllihatan yang tidak membaik dengan koreksi dan disertai dengan kekeruhan pada lensa. (Riordan-Eva dan Whitcher, 2009: hal. 169). Berdasarkan data WHO, (2010) menyatakan bahwa katarak merupakan penyebab kebutaan pada 20 juta orang di dunia atau sebesar 51%, dari total penyakit penyebab kebutaan (WHO, 2010; Rao, 2015). Prevalensi kebutaan terbesar di dunia disebabkan oleh katarak sebanyak 51%, diikuti oleh kekeruhan pada kornea sebanyak 4%, glaukoma sebanyak 8%, childhood blindness sebanyak 4%, dan trakoma sebanyak 3%, retinopati diabetik sebanyak 1%, Age-related macular degeneration (AMD) sebanyak 5%, kesalahan refraksi sebanyak 3%, dan penyebab lain sebanyak 21% (Pascolini, 2012). Etiologi katarak besifat multifaktorial dan sering kali berhubungan dengan proses penuaan, meskipun pada beberapa kasus katarak juga dapat terjadi pada saat bayi baru lahir, dan dapat juga terjadi karena proses trauma, atau inflamasi (WHO, 2015). Terdapat banyak jenis katarak, salah satunya adalah katarak senilis, kataral senilis merupakan katarak yang terjadi akibat proses penuaan yang mulai terjadi pada usia 50 tahun keatas (Ilyas dan Yulianti, 2013: hal. 205). Katarak 9

senilis merupakan jenis katarak yang paling banyak ditemukan. Pasien katarak senilis diperkirakan mencapai 90% dari seluruh kasus katarak (American Academy of Ophthalmology Staff, 2011-2012a). Berdasarkan data penduduk tahun 2010-2015 di Indonesia, jumlah penduduk usia lanjut di Bali pada tahun 2015 mencapai 10,3% dari total jumlah penduduk dan merupakan angka tertinggi keempat setelah Yogyakarta (13,4%), Jawa Tengah (11,8%) dan Jawa Timur (11,5%) (BPS RI, 2015). Total penduduk Indonesia pada tahun 2013 sebesar 248.422.956 jiwa, diantaranya laki-laki sebanyak 125.058.484 jiwa dan perempuan sebanyak 123.364.472 jiwa (Profil kesehatan Indonesia, 2013). Tingginya jumlah penduduk usia lanjut di Bali maka diasumsikan jumlah pasien katarak senilis juga akan semakin meningkat. Hal ini menyebabkan katarak senilis menjadi masalah di bidang kesehatan yang perlu mendapat perhatian serius (Biritwum, 2015). Pada tahun 2013 di Indonesia, prevalensi katarak tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Utara (3,7%) diikuti oleh Jambi (2,8%) dan Bali (2,7%). Berdasarkan data tersebut Bali menempati urutan ketiga katarak tertinggi di Indonesia (Riskesdas, 2013; Kementerian Kesehatan RI, 2014). Berdasarkan penelitian Tana (2009) menyatakan bahwa angka operasi katarak di Indonesia masih rendah, yaitu untuk wilayah Sumatera sebanyak 14%, wilayah Indonesia bagian timur sebnayak 20,1% dan wilayah Jawa-Bali sebanyak 21,1 % (Tana, 2009). Rendahnya angka operasi katarak terjadi karena kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai terapi katarak dan salah persepsinya masyarakat terhadap terapi katarak, serta adanya hambatan dalam terapi katarak (Riskesdas, 2013). 10

Menurut Biritwum dkk., (2015) menyatakan bahwa angka kejadian katarak di daerah urban (116 kasus) lebih tinggi daripada daerah rural (115 kasus) dengan total sampel 5571 orang dengan usia > 50 tahun, serta untuk angka operasi katarak pada daerah urban sebanyak 61 (52.6%), dan daerah rural 51 (44.3%) (Biritwum, 2015), dari data tersebut dapat mengindikasikan bahwa masih banyak orang di daerah urban maupun rural memiliki barriers dalam melaksanakan operasi katarak. Selain daerah urban dan rural di Indonesia juga terdapat daerah suburban. Daerah suburban adalah daerah yang terletak antara daerah pantai dan daerah non pantai, juga merupakan daerah yang terletak antara pedesaan dan perkotaan. Salah satu contoh daerah suburban di Indonesia, khususnya Bali adalah kecamatan Blahbatuh, kabupaten Gianyar (Hernaningtyas, 2012). Vision 2020 the right to sight" adalah suatu gagasan yang diluncurkan pada tahun 1999 untuk pencegahan kebutaan serta untuk menghilangkan kebutaan pada tahun 2020 (Huang dkk., 2009). Tahap pertama pelaksanaan Vision 2020 adalah menitikberatkan pada pencegahan kebutaan di seluruh dunia oleh karena penyakit katarak, kesalahan refraksi, kebutaan pada anak, onkosersiasis, dan trakoma (Abou-Gareeb, 2001; Dewey-Mattia, 2012). Survei populasi skala besar mengenai kebutaan, jarang dilakukan karena biaya yang mahal, waktu yang dibutuhkan panjang, dan membutuhkan keahlian atau sumber daya manusia yang berkompeten. Dengan demikian diperlukan survei yang lebih murah dengan metode yang lebih sederhana untuk memperkirakan alasan mengapa pasien katarak dan usia 50 tahun tidak bersedia melakukan operasi katarak. Metode yang dapat dilakukan adalah dengan metode Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB). RAAB adalah metode survei cepat 11

untuk menilai tajam penglihatan usia 50 tahun dan mengevaluasi permasalahan kebutaan pada populasi target usia 50 tahun (Patil dkk., 2015). Hasil survei RAAB di Indonesia yang dilakukan di Sulawesi selatan dan Nusa tenggara barat mendapatkan hasil bahwa hambatan terbesar penderita katarak yang tidak dioperasi katarak adalah tidak adanya akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan mata khususnya katarak (Nusa Tenggara Barat) dan merasa belum memerlukan tindakan operasi katarak (Sulawesi Selatan) (Budijanto, 2015; Infodatin, 2014). Namun untuk Bali sendiri belum adanya penelitian mengenai alasan atau hambatan masyarakat tidak melakukan terapi atau operasi katarak. Bedasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik melakukan penelitian dengan menggunakan metode RAAB untuk menilai barriers operasi katarak masyarakat usia 50 tahun khususnya di desa Blahbatuh kecamatan Blahbatuh, kabupaten Gianyar, provinsi Bali. Seperti yang telah dijelaskan diatas, desa Blahbatuh merupakan salah satu daerah suburban di Indonesia dan belum adanya data atau penelitian yang menggunakan daerah suburban dalam penelitian mengenai katarak di Indonesia, sehingga penulis tertarik untuk meneliti barriers operasi katarak di desa Blahbatuh. Hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai acuan bagi tenaga medis dan pemberi pelayan kesehatan, khususnya di daerah Blahbatuh, Gianyar dalam menyusun program-program kesehatan untuk membantu mewujudkan vision 2020 dari WHO. 12

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah yang penulis ajukan yaitu Bagaimana barriers operasi katarak menggunakan metode Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) pada individu usia 50 tahun di desa Blahbatuh, kecamatan Blahbatuh, kabupaten Gianyar? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini diharapkan dapat sebagai masukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan barriers operasi katarak. 1.3.2 Tujuan Khusus Mengetahui Barriers operasi katarak menggunakan metode Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) pada individu usia 50 tahun di desa Blahbatuh, kecamatan Blahbatuh, kabupaten Gianyar. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Aspek Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan masukan dalam penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan barriers operasi katarak menggunakan metode Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB). 1.4.2 Aspek Aplikatif Memberi inofmasi mengenai gambaran Barriers operasi katarak menggunakan metode Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) pada individu usia 50 tahun di desa Blahbatuh, kecamatan Blahbatuh, kabupaten 13

Gianyar, yang nantinya dapat digunakan sebagai acuan pembuatan program kesehatan yang berhubungan dengan penuntasan kebutaan akibat katarak. 14