BAB III TINJAUAN PUSTAKA. karena perikatan dapat timbul karena adanya Undang-Undang perikatan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB II LANDASAN TEORI. Koperasi secara etimologi berasal dari kata cooperation, terdiri dari kata

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA. 2.1 Pengertian Perjanjian Kerjasama dan Tempat Pengaturannya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. disanggupi akan dilakukannya, melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN WANPRESTASI. Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst,

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM. mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata Pasal 1754 KUH Perdata

BAB III TINJAUAN TEORITIS. ataulebih. Syarat syahnya Perjanjian menurut pasal 1320 KUHPerdata :

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT. hubungan antara dua orang atau dua pihak, dimana pihak yang satu berhak

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT. namun semua pendapat tersebut mengarah kepada suatu tujuan yaitu

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan

seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri

BAB II PENGERTIAN PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Manusia dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan atau

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN. dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Dalam Pasal 1233 KUH Perdata menyatakan, bahwa Tiap-tiap perikatan dilahirkan

Hukum Perikatan Pengertian hukum perikatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst, mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. 11

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Dari ketentuan pasal di atas, pembentuk Undang-undang tidak menggunakan

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK. kelemahan, kelamahan-kelemahan tersebut adalah : 7. a. Hanya menyangkut perjanjian sepihak saja

HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM.

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang pekoperasian pada Pasal

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia

BAB II PERJANJIAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. terwujud dalam pergaulan sehari-hari. Hal ini disebabkan adanya tujuan dan

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB III TINJAUAN TEORITIS. landasan yang tegas dan kuat. Walaupun di dalam undang-undang tersebut. pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata:

Hukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW)

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN, PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DAN WANPRESTASI. 2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN KOPERASI. Perikatan-Perikatan yang dilahirkan dari Kontrak atau Perjanjian,

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang berkembang menjadi krisis ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN, JAMINAN DAN GADAI. politicon). Manusia dikatakan zoon politicon oleh Aristoteles, sebab

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT PADA UMUMNYA. A. Pengertian Bank, Kredit dan Perjanjian Kredit

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X

BAB II PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN DI INDONESIA. A. Pengertian dan Syarat Sah Perjanjian Menurut KUH Perdata

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN

BAB II HUKUM PERJANJIAN SECARA UMUM. menyalin kedalam bahasa Indonesia, dengan kata lain belum ada kesatuan

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

PERJANJIAN JUAL BELI RUMAH TIDAK SERTA MERTA DAPAT MEMUTUSKAN HUBUNGAN SEWA MENYEWA ANTARA PEMILIK DAN PENYEWA RUMAH

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT DAN WANPRESTASI

BAB II PERJANJIAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. tentang Pembuktian dan Kadaluwarsa/Bewijs en Verjaring.

BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR. A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. Istilah perjanjian secara etimologi berasal dari bahasa latin testamentum,

PELAKSANAAN PERJANJIAN FIDUSIA PADA FIF ASTRA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN KREDIT. pengertian hukum jaminan. Menurut J. Satrio, hukum jaminan itu diartikan peraturan hukum

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN, DAN JAMINAN KREDIT. 2.1 Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA TUNTUTAN PEMBATALAN AKTA PERJANJIAN BANGUN BAGI DI KOTA BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

BAB II KAJIAN TEORI TENTANG PERJANJIAN PADA UMUMNYA DAN PERJANJIAN UTANG PIUTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT. Perjanjian kredit merupakan salah satu jenis perjanjian yang segala

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat tidak memahami apa itu klausula baku,

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN KREDIT. A. Sejarah Perkreditan dan Pengertian Perjanjian Kredit Menurut

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. dibuat secara sah yaitu berdasarkan syarat sahnya perjanjian, berlaku sebagai undang-undang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. ketentuan Buku III Kitab Undang Undang Hukum Perdata, dengan menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

URGENSI PERJANJIAN DALAM HUBUNGAN KEPERDATAAN. Rosdalina Bukido 1. Abstrak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perikatan merupakan hubungan hukum yang tercipta karena adanya peristiwa

BAB II TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK DALAM PELAKSANAAN KONTRAK KEAGENAN MINYAK TANAH YANG DIBUAT ANTARA PARA AGEN DENGAN PERTAMINA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, perikatan

BAB I PENDAHULUAN. adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Guna

BAB II PROSEDUR PERALIHAN HAK GUNA USAHA MELALUI PERIKATAN JUAL BELI SEKALIGUS ALIH FUNGSI PENGGUNAAN TANAH

ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 tentang perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan eksistensinya di dunia. Naluri self preservasi selalu. mengatasi bahaya-bahaya yang dapat mengancam eksistensinya.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASAS SUBROGASI DAN PERJANJIANASURANSI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum

BAB II RUANG LINGKUP TENTANG PERJANJIAN. yang membuat perjanjian, sedangkan perikatan yang lahir dari undang-undang

BAB I. PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup orang banyak, serta mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan

PERJANJIAN JUAL BELI. Selamat malam. Bagaimana kabarnya malam ini? Sehat semua kan.. Malam ini kita belajar mengenai Perjanjian Jual Beli ya..

BAB I PENDAHULUAN. menentu terutama bagi lapisan masyarakat tingkat menengah ke bawah.

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan

II. TINJAUAN PUSTAKA. yaitu Verbintenis untuk perikatan, dan Overeenkomst untuk perjanjian.

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PERJANJIAN SIMPAN PINJAM DALAM KOPERASI SIMPAN PINJAM. Oleh

Transkripsi:

BAB III TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Pengertian perjanjian merupakan bagian dari hukum perikatan, karena perikatan dapat timbul karena adanya Undang-Undang perikatan. Mengenai pengertian perjanjian di dalam Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tercantumdi dalam Pasal 1313 yang berbunyi sebagai berikut: Sesuatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. 1 R.Subekti berpendapat bahwa pejanjian adalah suatu peristiwa hukum dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji melaksanakan satu hal. 2 Menurut Wirjono Prodjodikoro, perjanjian adalah suatu hubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak, dimana satu pihak berjanji untuk dianggap berjanji melakukan suatu hal atau untuk tidak melakukan sesuatu hal perjanjian sedangkan pihak lain berhak menuntut pelaksanaannya. 3 Pengertian perjanjian pinjam mengganti menurut Mariam Darus Badrulzaman merupakan persetujuan dengan mana pihak kesatu memberikan kepada pihak yang lain satu jumlah tertentu barang-barang 1 R. Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta: 1987, H. 364 2 R. Subekti, Jaminan-Jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, Cipta Aotty Bakti, Bandung: 1987, H.1 3 Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Perjanjian, Sumur Bandung, Bandung: 1981, H. 9

yang habis karena pemakain dengan syarat bahwa pihak yang belakang akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula. 4 2. Syarat Sahnya Perjanjian Perjanjian yang sah artinya perjanjian yang telah memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh Undang-Undang, sehingga ia diakui hokum (legally concluded contract). Menurut ketentuan pasal 1320 KUH Perdata, syarat-syarat sah perjanjian adalah 5 : a. Ada persetujuan kehendak antara pihak-pihak yang membuat perjanjian (consensus) Persetujuan kehendak adalah kesepakatan, seia sekata anatara pihakpihak menegnai pokok perjanjian yang dibuat itu. Akibat hukum tidak ada persetujuan kehendak ialah perjanjian itu dapat diminatkan pembatalannya kepada hakim. b. Ada kecakapan pihak-pihak untuk membuat perjanjian ( capacity), Menurut ketentuan pasal 1330 KUHPerdata dinyatakan bahwa tidak cakap membuat perjanjian adalah orang dewasa, orang yang ditaruh dibawah pengampunan, dan wanita bersuami. Akibat hukum ketidakcakapan membuat perjanjian adalah perjanjian yang telah dibuat itu dapat dimintakan pembatalannya kepada hakim. c. Ada suatu hal tertentu (a cerlainsubjectmateri), Sesuatu hal tertentu merupakan pokok hal perjanjian, merupakan prestasi yang perlu dipenuhi 4 Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, Alumni, Bandung: 1991, H.201. 5 Ibid. hal. 88-89.

dalam suatu perjanjian, merupakan objek perjanjian. Prestasi itu harus tertentu atau sekurang-kurangnya dapat ditentukan. Akibat tidak dipenuhi syarat ini, perjanjian itu batal demi hukum. d. Ada suatu sebab yang halal ( legalcause), Menurut Undang-Undang, causa atau sebab itu halal apabila tidak dilarang oleh Undang-Undang, tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan (pasal 1337 KUH Perdata). Akibat hukum perjanjian yang berisi causa yang tidak halal ialah bahwa perjanjian itu batal demi hukum. 3. Asas-Asas Perjanjian Asas-asas yang terdapat dalam hukum perjanjian adalah: 6 a. Asas konsensualisme (persesuaian kehenda k)asas ini mempunyai arti bahwa suatu perjanjian itu sudah lahir atau ada pada saat tercapainya kesepakatan antara para pihak yang mengadakan perjanjian. b. Asas kebebasan berkontra (contract vrijheid)asas ini bisa disimpulkan dari perkataan semua perjanjian dalam rumusan Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang member pengertian bahwa setiap orang memiliki kebebasan untuk membuat perjanjian. c. Asas kekuatan mengikatnya perjanjian (pacta sunt servanda)asas ini dapat disimpulkan dari rumusan Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang - Undang Hukum Perdata dari perkataan berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya. 6 Maryati Bachtiar, Buku Ajar Hukum Perikatan, Pusat Pengembangan Pendidikan Unri, Pekanbaru: 2007, H. 67-71

d. Asas itikad baik (tegoeder trow)asas itikad baik dapat ditentukan dalam Pasal 1338 ayat (3) Kitab Undang -Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. e. Asas kpribadianasas ini berkenaan dengan berlakunya perjanjian, yaitu menerangkan pihak-pihak mana yang terkait dalam suatu perjanjian. 4. Wanprestasi dan akibat hukumnya Prestasi merupakan kewajiban yang harus penuhi oleh debitur dalam setiap perikatan. Pemenuhan prestasi adalah hakekat dari suatu perikatan. 7 Menurut ketentuan Pasal 1234 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata bahwa: setiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu atau untuk berbuat sesuatu. 8 Dengan demikian wujud prestasi itu adalah memberikan sesuatu, berbuat sesuatu atau untuk tidak bebrbuat sesuatu. Dalam hal memberikan sesuatu, pada Pasal 1235 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata disebutkan bahwa kewajiban debitur untuk menyerahkan benda yang bersangkutan. 9 Pengertian memberikan dalam perikatan ini adalah menyerahkan kekuasaan nyata atas benda dari debitur kepada kreditur dan juga dapat berupa penyerahan kekuasaan nyata dan penyerahan hak milik atas jumlah dari debitur kepada kreditur. Jadi dalam 7 Salim HS, Hukum Kontrak dalam Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grfaindo, Jakarta: 2003, H. 28. 8 Pasal 1234 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 9 Pasal 1235 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

pengertian memberikan itu tersimpul penyerahan nyata dan penyerahan yuridis. Berbuat sesuatu artinya melakukan perbuatan seperti yang telah ditetapkan dalam perjanjian. Jadi, wujud prestasi disini adalah melakukan perbuatan tertentu, tidak berbuat sesuatu artinya tidak melakukan perbuatan seperti yang telah diperjanjikan, adapun sifat-sifat prestasi adalah sebagai berikut 10 : a. Harus sudah tertentu atau dapat ditentukan; b. Harus mungkin; c. Harus diperbolehkan (halal); d. Harus ada manfaatnya bagi kreditur; e. Bisa terdiri dari suatu perbuatan atau serentetan perbuatan. Jika salah satu dari sifat perikatan ini tidak terpenuhi pada prestasi ini, maka perikatan itu dapat menjadi tidak berarti dan perikatan itu menjadi batal dan dapat dibatalkan. Selain prestasi dalam hukum perikatan dikenal juga istilah wanprestasi. Wanprestasi berasal dari bahasa belanda,yaitu wanprestatie yang berarti tidak memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam perikatan, baik perikatan yang timbul karena perjanjian maupun perikatan yang timbul karena Undang-Undang 11. 10 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perikatan Alumni, Bandung: 1982, H.21 11 Ibid, H.22

Tidak terpenuhinya kewajiban itu ada dua kemungkinan penyebabnya, yaitu 12 : 1) Karena kesalahan debitur, baik karena kesengajaan maupun karena kelalaian; 2) Karena keadaan memaksa (force majeure). Untuk menentukan apakah seorang debitur itu bersalah melakukan wanprestasi perlu ditentukan dalam keadaan bagaimana seorang debitur dikatakan sengaja atau lalai tidak melakukan prestasi. Ada tiga keadaan,yaitu 13 : a. Debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali; b. Debitur memenuhi prestasi,tetapi tidak baik atau keliru; c. Debitur memenuhi prestasi tetapi tidak tepat waktunya. Akibat hukum bagi debitur yang telah melakukan wanprestasi adalah hukuman atau sanksi berikut ini: 14 1. Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur (Pasal 1243 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata). Ketentuan ini berlaku untuk semua perikatan; 2. Pemutusan perjanjian. Pemutusan perjanjian tidak diatur dalam bab tersendiri melainkan diselipkan dalam bab atau bagian perikatan bersyarat; 12 Ibid. 13 Ibid, H. 23 14 Maryati Bacthtiar, Buku Ajar Hukum Perikatan, Pusat Pengembangan Pendidikan Unri, Pekanbaru: 2007, H. 37.

3. Pemunuhan perjanjian atau pembatalan perjanjian disertai dengan pembayaran ganti kerugian (Pasal 1267 Kitab Undang -Undang Hukum Perdata) ini berlaku untuk semua perikatan. 4. Peralihan resiko (Pasal 1237 ayat 2 Kitab Undang -Undang Hukum Perdata). Ketentuan ini hanya berlaku bagi perikatan untuk memberikan sesuatu. 5. Membayar biaya perkara apabila diperkarakan dimuka hakim (Pasal 181 ayat 1 HIR). Debitur yang terbukti melakukan wanprestasi tentu dikalahkan dalam perkara. Ketentuan ini berlaku untuk semua perikatan. Dalam hal tuntutan pembatalan kepada hakim di atur dalam Pasal 1268 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, jika debitur terbukti telah melakukan wanprestasi maka putusan hakim tentang pembatalan perikatan adalah bersifat constutief yakni hakim membatalkan periktannya, bukan bersifat declarotoir yakni hakim menyatakan batal perikatannya. Sehubungan dengan tututan pemenuhan prestasi, adalakanya dalam periktan itu sudah ditentukan bahwa benda yang dijadikan jaminan dapat dijual oleh kreditur guna mewujudkan prestasi yang menjadi haknya jika debitur ternyata melakukan wanprestasi. Perwujudan prestasi di sini tidak dapat perlu lewat hakim, karena debitur sendiri sejak semula sudah menyetujui cara demikian ini. Pelaksanaan pemunahan prestasi yang dilakukan sendiri oleh kreditur seperti ini disebut parate executive atau eksekusi nyata.

B. Tinjauan Umum tentang Perjanjian Kredit 1. Pengertian Kredit Kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang berarti kepercayaan. Oleh karena dasar dari kata kredit adalah kepercayaan seseorang atau Abadan yang memberikan kredit (kreditur) percaya bahwa penerima kredit (debitur) di masa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah diperjanjikan, apa yang diperjanjikan itu dapat berupa barang, uang atau jasa. Pasal 1 ayat 12 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebelum direvisi oleh Undang-Undang No 10 Tahun 1998 tentang Perbankan mendefinisikan pengertian kredit sebagai berikut: a. Penyediaan uang tagihan yang dapat dipersembahkan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. b. Sedangkan pengertian kredit menurut Pasal 1 ayat 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang merubah Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah 15 : Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam anatara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi untungnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. 15 Undang Undang No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

Reymond. P. Kent memberikan sebuah definisi kredit kredit adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu diminta, atau pada waktu yang akan datang, karena penyerahan barang-barang yang sekarang. Sedangkan Malayu S.P Hasibuan mendefinisikan kredit sebagai keseluruhan pinjaman yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati 16. Menurut R. Tjiptoadinogroho 17 intisari dari kredit sebenarnya adalah kepercayaan suatu unsur yang harus dipegang sebagai benang merah melintasi falsafah perkreditan dalam arti sebenarnya, bagaimanapun bentuk macam ragamnya dan dari manapun asalnya serta keadaan siapapun diberikan. Tiap-tiap persetujuan dimana saja dan balas jasa terpisah oleh waktu dapat dikatakan dengan pemberian kredit. Kepercayaan merupakan salah satu persyaratan dalam perkreditan, bukan saja ditunjukkan pada diri sipeminjam tetapi juga berpedoman pada keadaan harta bendanya, keadaan usahanya, keadaan ekonominya dan kepentingan yang diperlukannya. Rivai Wirasasmita, et. al. memberikan batasan bahwa kredit adalah Suatu pemberian prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lain dan prestasi itu akan dikembalikan lagi pada masa waktu tertentu yang akan datang disertai dengan kontrak prestasi berupa bunga dalam bentuk uang 18. 16 Malayu Hasibuan S.P., Dasar-Dasar Perkreditan, Bumi Aksara, Jakarta: 2002, H. 87 17 Ahmad Anwari, Praktek Perbangkan di Indonesia (Kredit Investasi), Balai Aksara, Jakarta: 1990, H.12 18 Rivai Wirasasmita, et. al., Seluk BelukKredit Berdokumen dan Peraturan Devisa. Pionir Jaya, Bandung: 1996, H. 2.

2. Pengertian Perjanjian Kredit Berbicara mengenai masalah perjanjian kredit bank maka di dalam pemberian kredit oleh pihak bank, sebelum uang pinjaman atau kredit diberikan kepada pihak pemohon pinjaman kredit, terlebih dahulu kedua belah pihak mengadakan suatu perjanjian, isi perjanjian tersebut di dalam praktik sudah terlebih dahulu dipersiapkan dan ditetapkan oleh bank, kemudian baru dilakukan penyerahan uang. Penyerahan uang ini sangat tergantung pada sifat atau jenis kredit yang diminta oleh pemohon kredit. Perjanjian yang dilakukan sbelum perjanjian kredit tersebut dinamakan perjanjian pendahuluan yang bersifat konsensuil obligatoir, dimana masing-masing pihak mengikatkan dirinya untuk menyerahkan danmenerima sejumlah uang 19. Menurut Mariam Darus Badrulzaman, perjjanjian kredit bank adalah perjanjian pendahuluan (voorovereenkomst) dari penyerahan uang perjanjian pendahuluan ini merupakn hasil permufakatan antara pemberi dan penerimapinjaman mengenai hubungan hukum antara keduanya. Perjanjian ini bersifat konsensuil yang dikuasi oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan dan buku ke III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Penyerahan uangnya sendiri adalah bersifat riil pada saat penyerahan uang dilakukan barulah berlaku ketentuan yang dituangkan dalam perjanjian kredit pada pihah kedua. 20 19 Mariam Darus Badrulzaman, Op. Cit, H.153 20 Ibid, H. 28.

Dengan demikian semakin jelaslah bahwa perjanjian kredit merupakan perjanjian pendahuluan untuk mendapatkan pinjaman uang kredit. Perjanjian mengandung dua fase yaitu fase konsensuil dan fase riil. Penyerahan uang (riil) tidak semata-,ata berupa perbuatan akan tetapi perlu juga adanya pesesuaian kehendak. Di dalam praktek perbankan untuk penyerahana uang dibutuhkan juga persesuaian kehendak. Pemohon kredit tidak boleh mengambil uang sebelum ada izin dari pihak bank, juga bagi pemohon diberi kesempatan untuk mengurungkan niatnya mengambil kredit. Perjanjian kredit juga merupakan perjanjian standar. Di dalam Undang-Undang Nomor 10 tentang Perbankan terdapat ketentuan mengenai perjanjian kredit, nasabah harus melihat ke dalam praktek Perbankan pada model-model perjanjian kredit. Dalam praktek perbankan pada pelaksanaan perjanjian, bank telah menyediakan blanko formulir atau model perjanjian kredit yang sama isinya disiapkan terlebih dahulu, formulir tersebut diberikan oleh pihak bank kepada setiap pemohon kredit, kemudian pemohon kredit diminta pendapatnya oleh pihak seperti menerima atau tidak syarat-syarat dalam formulir yang disediakan oleh pihak bank. Hal ini menunjukkan bahwa perjanjian pemberian kredit dalam prakteknya tumbuh sebagai perjanjian standa.

3. Jenis-Jenis Kredit Bank umum dan bank perkreditan rakyat dalam penyalurkan kreditnya ke masyarakat dapat dilihat dari tujuan, maupun penggunaannya sebagai berikut. a. Kredit dari segi tujuannya, meliputi: 1. Kredit komsumtif, yaitu kredit yang diberikan dengan maksud untuk memperlancar kegiatan yang sifatnya komsumtif, seperti kredit pemilikan rumah (KPR), Kredit Pembelian Mobil/Motor, Credit Card dan kredit konsumtif lainnya; 2. Kredit produktif, yaitu yang diberikan dengan maksud untuk memperlancar proses produksi; Kredit perdagangan, yaitu kredit yang diberikan untuk membantu pihak-pihak yang akan membeli barang untuk dijual kembali, sperti bank garansi, anjak piutang ( Factoring), self liquidity credit, pinjaman berjangka ( termloan), pembiayaan bersama ( jointfinancing), dan jenisjenis pinajaman lainnya yang dikeluarkan oleh bank untuk membantu pembiayaan modal kerjanya seperti trust receipt (postimportloanfinancing), pinjaman rekening Koran (ovardraft). b. Kredit dari sebagai penggunaannya, meliputi: 1) Kredit eksploitasi, yaitu kredit berjangka waktu pendek yang diberikan oleh bank kepada perusahaan yang membutuhkan modal kerja untuk memperlancar kegiatan operasional perusahaan. Kredit ini sering disebut sebagai kredit modal kerja;

2) Kredit investasi, yaitu kredit jangka menengah atau jangka panjang yang diberikan oleh kepada pihak perusahaan yang membutuhkan dana untuk investasi atau penanaman modal; 3) Kredit program, yaitu kredit yang didanai dari Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) yang ditujukan bagi bank -bank umum untuk membiayai berbagai permohonan usaha kecil, usaha tani, koperasi, dan usaha sejenis lainnya dengan bunga mendekati 0 (nol) persenc. c. Kredit dilihat dari jangka waktunya, meliputi: 1) Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang jangka waktunya kurang dari satu 1 (satu) tahun; 2) Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang jangka waktunya 1 (satu) sampai dengan (3) tahun; 3) Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang jangka waktunya lebih dari 3 (tiga) tahun. d. Kredit dilihat dilihat dari sifat penggunaan dananya: 1) Kredit atas dasar plafon tertentu yang penarikan dan pelunasannya dapat dilakukan secara bertahap dan atau sekaligus sepanjang tidak melebihi plafon yang ditetapkan; 2) Kredit atas plafon tertentu yang penarikannya dilakukan dan pelunasannya dapat dilakukan secara bertahap. Nasabah tidak diperkenankan menarik kredit lagi selama belum menyelesaikan sisa pinjaman.

4. Unsur-unsur Kredit 1) Kepercayaan, yaitu keyakinan dari orang yang memberikan kredit kepada orang yang mnerimanaya bahwa dimasa yang akan datang penerima kredit akan sanggup mengembalikan segala sesuatu yang telah ia terima sebagai pinjaman; 2) Waktu, adalah masa yang menjadi jarak antara pemberian kredit dan pngembaliannya; 3) Tingkat resiko, adalah kemungkinan-kemungkinan yang terjadiakibat adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian kredit dan pengembaliannya; 4) Prestasi, adalah objek yang akan dijadikan sebagai sesuatu yang dipinjamkan baik dalam bentuk uang, barang, maupun jasa. 5. Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Dalam perjanjian kredit usaha kecil dan menengah di Bank Rakyat Indonesia (BRI) Teluk Kuantan, terhadap pihak -pihak yang terkait di dalamnya, yaitu: 1) Debitur, yaitu orang yang mendapat fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) Teluk Kuantan; 2) Kreditur, yaitu Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tel uk Kuantan yang memberikan fasilitas kredit kepada pihak pengusaha rakyat di kota Teluk Kuantan;

6. Berakhirnya Perjanjian Kredit Perjanjian kredit yang disepakati oleh para pihak suatu saat dapat berakhir. Berakhirnya perjanjian kredit merupakan selesai atau hapusnya suatu perjanjian yang dibuat antara dua pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur tentang sesuatu hal. Sesuatu hal di sini bisa berarti segala perbuatan hukum yang dilakukan oleh kedua belah pihak, seperti jual beli, utang piutang. 21 Menurut Pasal 1381 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, berakhirnya perjanjian kredit dapat disimpulkan oleh 22 : 1) Karena pembayaran; 2) Karena penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau penitipan; 3) Karena pembebasan hutang; 4) Karena musnahnya barang yang terutang; 5) Karena lewat waktu; 6) Karena kebatalan atau pembatalan; 7) Karean kesepakatan kedua belah pihak; 2000, H. 282. 21 Salim H.S, Op. Cit., H. 163. 22 Ridwan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Alumni, Bandung: