13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari bulan Januari sampai April 2010 di Laboratorium Bioteknologi Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pengambilan contoh tanah dilakukan pada pertanaman padi gogo dengan kemiringan lereng 5% dan 15% di kebun percobaan Cikabayan, IPB. 3.2 Bahan dan Alat Contoh tanah yang digunakan berasal dari areal pertanaman padi gogo di kebun percobaan Cikabayan IPB. Bahan kimia utama yang digunakan adalah etilen glikol, alkohol 70% dan aquadest. Alat-alat yang diperlukan dalam penelitian antara lain pipa paralon, Berlese Funnel Extractor, stereomikroskop, termometer, cangkul, karung goni, kantung plastik, rafia, label, cawan petri, kamera dan alat-alat lain yang mendukung penelitian. Berlese Funnel Extractor merupakan alat untuk mengekstrak dan mengumpulkan fauna tanah, terdiri dari pipa paralon berdiameter 20 cm dan tinggi 15 cm, corong plastik besar, lampu, botol kecil untuk menampung fauna tanah, saringan ukuran 2 mm, kain penutup berukuran 35 x 35 cm. 3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Pengambilan Contoh Tanah Pengambilan contoh tanah dilakukan pada 1 saluran setiap petak perlakuan. Pengambilan contoh tanah menggunakan paralon berdiameter 20 cm dan tinggi 15 cm dilakukan dengan cara menekan bor tanah sampai kedalaman 0-15 cm. Contoh tanah dimasukkan ke dalam plastik dan segera ditutup agar fauna tanah tidak keluar.
14 Pengambilan contoh tanah dilakukan pada hari 2 MST, 7 MST, 16 MST untuk mengetahui perubahan populasi fauna tanah. Tanah yang diambil adalah tanah di sekitar perlakuan. Terdapat 5 perlakuan dengan 3 ulangan dalam satu areal tanam, yaitu : T0 : Kontrol (tanpa perlakuan) T1 : Teras gulud () dengan saluran konvensional (SK) : teras gulud dibuat dengan dimensi saluran 15x15 cm (dalam x lebar saluran) dan tinggi guludan 15 cm. SK dibangun dengan interval horizontal 2 m pada lereng yang seragam. T2 : Teras gulud dengan SK dikombinasikan dengan lubang resapan biopori (LRB). LRB dengan diameter lubang 10 cm dan kedalaman 100 cm diisi dengan serasah tanaman dan bahan organik lainnya dan interval 1 m. T3 : Teras gulud dengan saluran peresapan biopori (SPB) : SPB adalah perlakuan SK yang salurannya diisi dengan serasah tanaman dan bahan organik lainnya. T4 : Saluran peresapan biopori (SPB) yang dikombinasikan dengan lubang resapan biopori (LRB). Areal pertanaman berada dalam dua lokasi, yaitu lahan dengan kemiringan 5% dan lahan dengan kemiringan 15%. Sehingga contoh tanah berjumlah 30 contoh per periode pengambilan contoh tanah.
15 a. T0 SK b. T1 SK LRB c. T2 SPB SPB d. T3 LRB e. T4 Gambar 1. Ilustrasi perlakuan dalam petakan (a. T0 ; b. T1 ; c. T2; d. T3; e. T4) 3.3.2 Analisis Tanah Analisis tanah meliputi sifat kimia meliputi analisis C-Organik dengan metode Walkey-Black, ph tanah diukur oleh ph meter, analisis nitrogen dengan metode Kjeldahl, analisis fosfor dengan metode Bray-1, unsur kalium diukur oleh AAS dan pengukuran kadar air tanah. 3.3.3 Ekstraksi (Berlese Funnel Extractor) Contoh tanah dari lapang yang berada dalam pipa paralon, segera ditutup dengan kain berukuran 35 x 35 cm untuk menghindari keluarnya fauna tanah dari dalam pipa. Pipa paralon diletakkan di atas sebuah corong besar yang di bagian
16 bawahnya terdapat saringan kasa 2 mm untuk menyaring fauna tanah dan menahan tanah agar tidak jatuh. Sekitar 10 cm di atas rangkaian paralon terdapat lampu (40 100 Watt) sebagai sumber panas yang akan mendorong fauna tanah turun ke bawah karena menghindari panas. Sementara itu di bagian bawah corong, terdapat botol berisi etilen glikol (25-30 ml) yang berguna untuk menangkap fauna tanah yang jatuh dan mengawetkannya. Ekstraksi ini dilakukan selama 7-10 hari sampai fauna tanah dalam pipa paralon kira-kira sudah turun semua. Selama inkubasi, suhu dalam alat harus diperhatikan agar tidak sampai 60 0 C karena fauna tanah akan mati jika suhu > 60 0 C. Setelah diinkubasi selama 7-10 hari, botol yang berisi fauna dalam etilen diekstrak dan disimpan dalam botol berisi alkohol 70%. Hewan lain yang tergolong makrofauna ditangkap dengan metode handsorting saat di lapangan. Metode ini dilakukan secara manual oleh tangan saat mengambil sampel dititik tertentu kemudian fauna tanah dimasukkan pada botol berisi alkohol 70% sebanyak 20-25 ml. 3.3.4 Identifikasi Fauna Tanah Fauna tanah yang diekstrak melalui Berlese Funnel Extractor dan melalui handsorting kemudian diamati bentuknya, diukur panjang tubuhnya dan dihitung jumlahnya dan diidentifikasi menggunakan stereomikroskop. Identifikasi fauna tanah mengacu pada Borror et al. (1989). 3.3.5 Perhitungan Data Jumlah fauna tanah ditetapkan dengan rumus (Meyer, 1996) : IS : rata-rata jumlah individu per sampel A : luas area bor tanah (cm 2 )*) I : jumlah individu *) area bor tanah = π r 2 = misal 3,14 x (10 cm) 2 = 314 cm 2 = 0.0314 m 2
17 Keragaman fauna tanah yang menggambarkan banyaknya taksa (kelompok) dalam suatu habitat dihitung berdasarkan rumus Shannon s Diversity Index (Ludwig dan Reynolds, 1988), yaitu : Dimana : ni: jumlah individu fauna tertentu n : jumlah total individu fauna tanah dalam sampel Nilai H menurut Magurran (1987) berkisar antara : < 1.5 : Keragaman rendah 1.5-3.5 : Keragaman sedang > 3.5 : Keragaman tinggi Kelompok fauna tanah dengan jumlah individu dominan dan sangat dominan dihitung dengan menggunakan rumus Hill s Diversity Number (Ludwig dan Reynoldz, 1988), yaitu : NI = e H Dimana : NI : kelompok dengan jumlah individu dominan dalam sampel H : Shannon s Diversity Index N2 = 1/λ N2 λ : kelompok dengan jumlah individu yang sangat dominan dalam sampel : Simpson s Diversity Index