BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Salah satu bidang pengembangan dalam pertumbuhan keterampilan dasar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional). Masa kanak-kanak adalah masa Golden

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang lain. Usia dini merupakan awal dari pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pendidikan dasar yang merupakan upaya pembinaan yang ditujukan

BAB 1 PENDAHULUAN. datang. Anak dilahirkan dengan potensi dan kecerdasannya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya kemampuan bahasa bagi kehidupan manusia, tidak terkecuali bagi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melati Br. Tarigan, 2014

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pembangunan dibidang pendidikan. dalam satu program kegiatan belajar dalam rangka kegiatan belajar dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa usia Taman Kanak-kanak (TK) atau masa usia dini merupakan masa

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah. Diah Retno Nawangsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai anggota masyarakat selalu melakukan komunikasi. dalam kehidupan sosial. Komunikasi dilakukan untuk mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. menguasai tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek. Pada usia ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani anak, agar anak dapat memiliki kesiapan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah Tunas harapan bangsa. Mereka ibarat bunga yang tengah

BAB I PENDAHULUAN. yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun sebelum

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memperoleh gelas Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan pada

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini merupakan manusia kecil pada rentang usia 0-6 tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. usia dini yang merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

II. KAJIAN PUSTAKA. pengalaman ke dalam symbol-symbol yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang. sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak dini dengan layak. Oleh karena itu, anak memerlukan program

BAB I PENDAHULUAN. Anak diibaratkan sebagai kertas putih, pertumbuhannya akan tergantung

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pembinaan yang ditujukan kepada

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat yang penting untuk berkomunikasi bagi setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Ia memiliki dunia dan karakteristik sendiri yang jauh berbeda dari orang dewasa.

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

Di susun Oleh: PUJI RAHAYU A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. usia Taman Kanak-kanak memiliki karakteristik yaitu rasa ingin tahu dan antusias

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 0-6 tahun yang masih memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari

BAB I PENDAHULUAN. satu sistem Pendidikan Nasional yang diatur dalam UU No.20 Tahun tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membaca dan keterampilan menulis. Anak-akan dituntut untuk dapat berbicara,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI ANAK MELALUI METODE BERCAKAP CAKAP PADA KELOMPOK B DI RA NURUL HIKMAH RINGINHARJO SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tia Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN. membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, agaranak memiliki kesiapan

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

BAB I PENDAHULUAN. juga masa awal kanak-kanak yang memiliki berbagai karakter atau ciri-ciri.

BAB I PENDAHULUAN. dari orang tua, guru, dan orang dewasa lainya yang ada disekitarnya. Usaha

BAB I PENDAHULUAN. gerakan menjadi ujaran. Anak usia dini biasanya telah mampu. mengembangkan keterampilan berbicara melalui percakapan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masa anak usia dini disebut juga masa awal kanak-kanak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. hasil dari perkembangan di usia-usia dini seseorang. Perkembangan anak pada usia pra-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini sebagai pribadi unik yang memiliki masa-masa emas dalam

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Pendidikan Taman Kanak-Kanak memiliki peran yang sangat penting

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan yang sangat. dasar dan menjadi masa keemasan (golden age) bagi anak.

BAB I PENDAHULUAN. membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik,

BAB I PENDAHULUAN. PAUD merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan strategis untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan alat menyatakan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak Usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan orang lain baik yang lebih muda usianya, teman sebaya. Kanak-kanak kelompok B antara 5 6 tahun.

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

* Mike Permila, Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang,

Dwi Oktaviani Wulandari, 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), saat ini sedang mendapat perhatian

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ami S.A.Khaerani,2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan kepribadian, pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. hal ini tercantum dalam pembukaan Undang-Undang dasar 1945 alinea ke empat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN USIA 5 6 TAHUN DI TK 011 PERMATAKU MERANGIN KABUPATEN KAMPAR

PENGGUNAAN METODE BERCERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA LISAN PADA ANAK DIDIK KELOMPOK B DI TK AISYIYAH 1 DIBAL NGEMPLAK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pendidik atau pengasuh anak usia 0-6 tahun dengan

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi perkembangan anak. Menurut Gagner dalam Multiple

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atiasih, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Latifah Nurfauziah, 2013

METODE ROLE PLAY SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JAWA ANAK USIA 5-6 TAHUN

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI PEMBELAJARAN TARI KREASI BALI

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. formal, non-formal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam dimensi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah penentu kehidupan pada masa mendatang. Seperti yang diungkapkan Dr.Gutama (2004) dalam modul sosialisasi PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), pembentukan karakter bangsa dan kehandalan sumber daya manusia ditentukan oleh bagaimana memberikan perlakuan yang tepat kepada mereka sedini mungkin. Karena usia dari 0 sampai 8 tahun (golden age) merupakan usia kritis bagi perkembangan semua anak. Stimulasi yang diberikan pada usia ini akan mempengaruhi laju pertumbuhan dan perkembangan anak, serta perilaku sepanjang rentang kehidupannya. Penelitian menunjukan bahwa sejak lahir anak memiliki kurang lebih 100 miliar sel otak yang harus rutin distimulasi agar terus berkembang jumlahnya. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menurut Suyanto.S (2005:6), bertujuan membimbing dan mengembangkan potensi setiap anak agar dapat berkembang secara optimal sesuai tipe kecerdasannya, oleh karena itu guru harus memahami kebutuhan khusus dan kebutuhan individual anak. Memang disadari ada faktor-faktor pembatas, yaitu faktorfaktor yang sulit atau tidak dapat diubah dalam diri anak yaitu faktor genetis. Karena itu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) diarahkan untuk memfasilitasi setiap anak dengan lingkungan belajar dan bimbingan belajar yang tepat agar anak dapat berkembang sesuai kapasitas genetisnya. Ada beberapa aspek perkembangan yang dikembangkan dalam diri anak yang meliputi, fisik motorik, kognitif, moral, sosial, emosional, kreativitas/seni, dan bahasa. Menurut Suyanto.S (2005:73) dalam konteks ini, perkembangan bahasa mengikuti suatu urutan yang dapat diramalkan secara umum sekalipun banyak variasinya di antara anak yang satu dengan yang lain, dengan tujuan mengembangkan kemampuan anak untuk berkomunikasi. Cahyaningsih (2009) mengemukakan bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi. Melalui bahasa manusia dapat berinteraksi dan berkomunikasi mengemukakan hasil pemikirannya dan gagasan baik melalui bahasa lisan maupun bahasa tulisan serta dapat mengekspresikan perasaannya. Anak-anak belajar bahasa melalui interaksi dengan

2 lingkungannya baik lingkungan rumah, sekolah, atau masyarakat. Melalui berbahasa, seseorang atau anak akan dapat mengembangkan kemampuan bergaul (social skill) dengan orang lain. Anak dapat mengekspresikan apa yang mereka pikirkan melalui bahasa kepada orang-orang yang ada disekitarnya, sehingga orang lain pun dapat menangkap atau mengerti apa yang dipikirkan oleh anak tersebut. Kemampuan bahasa anak usia 4-5 tahun berada dalam fase perkembangan bahasa secara ekspresif. Hal ini menurut Kurnia, Ely (2011) berarti bahwa anak lebih dapat mengungkapkan keinginannya, penolakannya, maupun pendapatnya dengan menggunakan bahasa lisan sebagai alat komunikasi. Belajar berbicara mencakup tiga proses terpisah tetapi saling berhubungan satu sama lain, yaitu belajar mengucapkan kata, membangun kosakata, dan membentuk kalimat. Karena ketiga proses itu saling berkaitan, kegagalan menguasai salah satunya akan membahayakan keseluruhan pola bicara. Penulis dapat menyimpulkan bahwa perkembangan bahasa sangat penting diberikan stimulasi sejak dini. Menurut Chomsky (Rike: 2010), mengutarakan bahwa bahasa sudah ada di dalam diri anak sejak lahir. Dalam teori ini memberi penguatan bahwa memberikan stimulasi perkembangan bahasa pada anak usia dini itu sangat penting. Menurutnya, anak akan belajar bahasa dengan cepat sebelum usia 10 tahun apalagi menyangkut bahasa kedua (second language). Lebih dari usia 10 tahun, anak akan kesulitan dalam mempelajari bahasa. Piaget, Vigotsky dan Gardner (Rike, 2010) menambahkan, dalam pembelajaran bahasa anak akan dapat belajar dengan optimal jika diberikan kegiatan untuk sering berkomunikasi dengan adanya anak yang lebih tua usianya atau orang dewasa yang mendampingi pembelajaran dan mengajak bercakap-cakap akan menolong anak menggunakan kemampuan berbahasa yang lebih tinggi atau melejitkan potensi kecerdasan bahasa yang sudah dimiliki anak. Menurut Ina, Ayu (2011) stimulasi perkembangan bahasa pada anak usia dini bisa dilakukan dengan memberikan permainan yang dapat mendukung terciptanya rangsangan pada anak dalam berbahasa antara lain alat peraga berupa gambar pada buku atau poster, mendengarkan lagu, menonton film, membaca cerita ataupun bermain peran. Semua aktivitas yang dapat merangsang kemampuan anak dalam berbahasa dapat diciptakan sendiri sesuai dengan kondisi dan lingkungannya. Pendidik pun perlu menerapkan ide-ide yang dimilikinya untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak. Memberikan contoh penggunaan

3 bahasa dengan benar, menstimulasi perkembangan bahasa anak dengan berkomunikasi secara aktif, anak terus dilatih untuk berpikir dan menyelesaikan masalah melalui bahasa yang dimilikinya. Berdasarkan hasil penelitian McLaughlin dan Genesec (Fitriani, 2010), anak-anak lebih cepat memperoleh bahasa tanpa banyak kesukaran dibandingkan dengan orang dewasa. Penguasaan kosakata sangat mempengaruhi keterampilan berbahasa seseorang, terutama anak usia Taman Kanak-kanak yang pada usia ini anak belum banyak menguasai kosakata. Sangat penting bagi anak mempelajari dan mamahami kosakata, karena keterampilan berbahasa anak akan meningkat jika kuantitas dan kualitas kosakatanya meningkat. Dikemukakan oleh Gleason (1985), pada saat anak masuk Taman Kanak-kanak atau usia 5 tahun, mereka telah menghimpun kurang lebih 8.000 kosakata, di samping telah menguasai hampir semua bentuk dasar tata bahasa. Mereka dapat membuat pertanyaan, kalimat negatif, kalimat tunggal, kalimat majemuk, serta bentuk penyusunan lainnya. Mereka telah belajar penggunaan bahasa dalam berbagai situasi sosial yang berbeda. Misalnya, mereka dapat bercerita hal-hal yang lucu, bermain tebak-tebakan, berbicara kasar pada teman mereka, dan berbicara sopan pada orang tua mereka (Suyanto.S, 2005:74). Seperti yang diungkapkan dalam hasil penelitian diatas, pembendaharaan kosakata berperan penting dalam perkembangan bahasa. Menurut Hurlock (1990:113) usia 4-5 tahun, merupakan saat berkembang pesatnya penguasaan tugas pokok dalam berbicara, yaitu menambah kosakata, menguasai pengucapan kata dan menggabungkan kata menjadi kalimat. Menurutnya salah satu tugas utama dalam belajar berbicara ialah anak harus dapat meningkatkan jumlah kosakata, mengaitkan arti dan bunyi karena banyak kata yang memiliki arti lebih dari satu dan sebagian kata bunyinya hampir sama, tetapi memiliki arti yang berbeda, maka meningkatkan kosakata jauh lebih sulit dari pada mengucapkannya sehingga diperlukan adanya suatu peningkatan kosakata pada anak yang dapat menunjang pada perkembangan berbicara. Untuk menstimulasi masalah tersebut Ina Ayu (2011) mengemukakan, upaya yang dapat dilakukan di Taman Kanak-kanak dalam mengembangkan perkembangan bahasa salah satunya dengan mengoptimalkan penggunaan metode pembelajaran. Adapun metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa asing khususnya dalam penguasaan kosakata adalah metode bermain peran. Bermain peran ini diambil karena dalam metode bermain

4 peran ada interaksi yang melibatkan anak dengan teman sebayanya. Dengan metode ini anakanak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, dan bertukar ide, hingga meningkatkan kelancaran berbicara dan memperkaya kosakatanya. Hasil penelitian dan percobaan yang dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa bermain peran merupakan salah satu model yang dapat digunakan secara efektif dalam pembelajaran. Dalam hal ini, bermain peran diarahkan pada pemecahan masalah yang menyangkut hubungan antar manusia, terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik. Seperti penelitian yang dilakukan Arixs, (Kurnia Ely, 2011) tentang penerapan metode belajar sosiodrama atau bermain peran terhadap siswa PAUD di Denpasar Bali, menyimpulkan bahwa sekitar 90% materi pembelajaran dapat diserap anak-anak dengan menggunakan metode belajar sosiodrama, dan 65% materi pelajaran dapat diserap oleh anakanak dengan metode belajar konvensional. Dari hasil tersebut dapat kita lihat bahwa metode belajar sosiodrama ini berhasil membantu. Terlihat anak-anak pun menyukai metode bermain peran ini, karena metode ini seperti bermain dan mereka bisa merasakan langsung dalam peran-peran yang biasa dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya. Hamalik (Cahyaningsih, 2009) juga menyatakan bahwa metode bermain peran dapat mendorong anak untuk mempelajari masalah-masalah sosial yang dapat memupuk komunikasi antar anak dan teman-temannya dikelas. Melalui kegiatan bermain peran anak akan aktif membicarakan masalah-masalah yang ditemuinya, menginformasikan hasil pengalaman melalui berbicara. Dikemukakan pula oleh Delpie (Fitriani, 2010) tentang bentuk-bentuk permainan yang dapat dipakai sebagai intervensi pembelajaran salah satunya yaitu bermain pura-pura atau bermain peran adalah suatu bentuk imajinasi agar membantu dalam pengembangan saya berfikir dan kemampuan berbahasa. Dari beberapa ungkapan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa untuk meningkatkan kosakata anak usia dini salah satunya dilakukan dengan menggunakan metode bermain peran. Bentuk kegiatan bermain peran atau bermain pura-pura menurut pendapat Moeslihatoen (2004:39) merupakan cermin budaya masyarakat disekitarnya dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan bermain peran ini terbagi dalam dua jenis kegiatan bermain. Pertama bermain peran besar (makro) yang memerlukan kostum dan perlengkapan sesuai

5 yang diperankan anak. Kedua, bermain peran kecil (mikro) yang memerlukan peralatan tiruan (mainan). Selain itu menurut Khoirudin (2010) Bermain peran disebut juga bermain simbolik, pura-pura, fantasi, imajinasi, atau bermain drama. Bermain peran ini sangat penting untuk perkembangan kognisi, sosial, dan emosi anak pada usia tiga sampai enam tahun. Menurut Erikson (Kurnia, Ely : 2011) terdapat dua jenis bermain peran, yaitu bermain peran mikro dan makro. Bermain peran mikro dimaksudkan bahwa anak memainkan peran dengan menggunakan alat bermain berukuran kecil, misalnya orang-orangan kecil yang sedang berjual beli. Sedangkan bermain peran makro, anak secara langsung bermain menjadi tokoh untuk memainkan peran-peran tertentu sesuai dengan tema. Misalnya peran sebagai ayah, ibu, dan anak dalam sebuah rumah tangga. Dari metode bermain peran makro ini ternyata menimbulkan manfaat yang sangat baik dalam kehidupan anak apalagi terhadap tingkat penguasaan kosa kata anak. Beberapa manfaat bermain peran makro lainnya menurut Lita Edia (2011) antara lain pada saat memainkan peran orang dewasa, membuat mereka merasa sudah mampu melakukannya. Rasa mampu inilah yang akan memupuk konsep diri positif dan membangun rasa percaya diri pada anak. Tampak sederhana saat anak berpura-pura menjadi seorang Ayah, seorang Ibu, seorang Guru, dan lain sebagainya. Tetapi amati ekspresi wajah mereka, lihatlah betapa mereka bangga saat menjadi Ayah, Ibu, Guru ataupun sosok lainnya. Dalam sosial emosi pun akan terlihat, jika bermain peran ini dilakukan bersama teman-temannya. Maka akan tumbuh kemampuan untuk berkomunikasi, kepemimpinan dan kemampuan mengelola emosi. Penguasaan kosakata dengan menggunakan metode bermain peran makro ini diharapkan dapat lebih meningkatkan kemampuan daya ingat anak akan kosakata yang didapatnya. Anak dapat menggali dan memperkaya kosakata baru, dapat terbina komunikasi dan bahasa yang baik, spontan dan komunikatif. Berdasarkan permasalahan yang peniliti kembangkan, maka penelitian ini memfokuskan kajian pada Pengaruh Bermain Peran Makro Terhadap Penguasan Kosa Kata Bahasa Inggris di Taman Kanak-kanak. B. Identifikasi Masalah

6 Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka penulis dapat mengidentifikasikan bahwa perkembangan bahasa untuk anak usia dini sangat penting, sehingga dapat distimulasi salah satunya dengan penguasaan kosakata. Namun kebanyakan di lapangan ditemukan, dalam proses pembelajarannya kurang menarik minat anak, dan metode atau teknik yang digunakan pun kurang bervariasi sehingga anak cepat bosan dan jenuh. C. Rumusan Masalah Fokus permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana penguasaan kosakata bahasa Inggris anak sebelum penerapan metode pembelajaran bermain peran makro di TK.SuperKids Pre-School? 2. Bagaimana penguasaan kosakata bahasa Inggris anak sesudah penerapan metode pembelajaran bermain peran makro di TK.SuperKids Pre-School? 3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada penguasaan kosakata bahasa Inggris sebelum dan sesudah penerapan metode bermain peran makro di TK.SuperKids Pre- School? D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Tujuan umum : Memperoleh informasi yang empiris tentang pengaruh penggunaan metode bermain peran makro terhadap peningkatan kosakata bahasa Inggris anak. 2. Tujuan khusus : a. Untuk mengetahui penguasaan kosa kata bahasa Inggris anak sebelum penerapan metode bermain peran makro di TK.SuperKids Pre-School. b. Untuk mengetahui penguasaan kosa kata bahasa Inggris anak setelah penerapan metode bermain peran makro di TK.SuperKids Pre-School. c. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan terhadap penguasaan kosa kata bahasa Inggris anak sebelum dan setelah penerapan metode bermain peran makro di TK.SuperKids Pre-School.

7 E. Manfaat Penelitian Penulis mengharapkan penelitian ini dapat memberikan hasil yang bermanfaat, sejalan dengan tujuan penelitian diatas. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna, antara lain: 1. Untuk peserta didik : a. Siswa menikmati proses belajar mengajar karena mereka dilibatkan secara fisik dan mental. b. Anak dapat menjadikan bahasa inggris sebagai bahasa asing yang menyenangkan untuk dipelajari. c. Memberikan pengalaman baru kepada peserta didik dan juga dapat membantu siswa dalam keberhasilan belajar. 2. Untuk pendidik : a. Sebagai salah satu solusi mengatasi kesulitan belajar bahasa Inggris untuk anak. b. Sebagai bahan masukan berkaitan dengan metode pembelajaran baru yang bisa dipelajari dan dikembangkan oleh para pendidik. c. Memiliki cara baru dalam penerapan model pembelajaran sehingga peserta didik tidak merasa jenuh dan materi juga tersampaikan dengan baik dan menyenangkan. 3. Untuk peneliti : a. Menambah ilmu dengan banyakanya temuan-temuan teori dalam pembelajaran, sehingga menambah khasanah keilmuan dalam pemahaman pembelajaran. b. Menambah wawasan dalam dunia pendidikan sebagai bekal kelak bila menjadi guru. F. Struktur Organisasi Penelitian Struktur organisasi penelitian adalah gambaran umum penyusunan dari bab ke bab isi dari penulisan skripsi ini. Pada bab 1 berisi tentang Pendahuluan, pada bab ini mengemukakan tentang : Latar Belakang Masalah, Identifikasi dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Struktur Organisasi Skripsi. Bab II membahas Kajian Pustaka, menguraikan tentang teori-teori dan konsep tentang masalah yang sedang diteliti. Bab III membahas Metode Penelitian, pada bab ini mengemukakan tentang : Lokasi dan Subjek Penelitian, Desain Penelitian, Prosedur

8 Penelitian, Definisi Operasional, Instumen Penelitian, Teknik pengumpulan Data dan Analisis Data. Pada Bab IV membahas Hasil Penelitian dan Pembahasan, pada bab ini mengemukakan tentang : Pengolahan dan Analisis Data, Pembahasan Data dan Analisis Temuan. Dan pada Bab V berisi Kesimpulan dan Rekomendasi yang akan diambil dan saran atau Rekomendasi yang diberikan.