Berdasarkan penjelasan di atas, yang dimaksud dengan judul skripsi ini adalah memberikan pandangan dan penilaian-

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

Berdasarkan uraian diatas, maka yang dimaksud dalam judul skripsi ini adalah sebuah kajian yang akan fokus mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu akan

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Pustaka, 1976), hlm ), hlm 6

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta : Balai Pustaka, 1990) h Bulan Bintang, 1957) h Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

BAB V PENUTUP. harta milik tidak sempurna di Veeva Rent Car n Motor Malang maka peneliti

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. dalam judul skripsi makelar mobil dalam perspektif hukum islam (Studi di

BAB I PENDAHULUAN. dunia maupun di akhirat. Secara garis besar ajaran Islam berisi kandungan-kandungan

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Umun Bahasa Indonesia Edisi ke Empat, Jakarta,, 2008,hlm. 1076

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN PASAL 106 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI TANAH MILIK ANAK YANG DILAKUKAN OLEH WALINYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PEMBAYARAN IMBALAN. A. Analisis Terhadap Mekanisme Pembayaran Imbalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan manusia sehari-hari sebagai subjek hukum ataupun

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rachmad Syafei, Ilmu Usul Fiqh, Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm. 283.

BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar yang terjadi. Salah satunya yang menandai. perubahan orientasi masyarakat muslim dari urusan ibadah yaitu

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. Helmi Karim, Op Cit, Hlm. 29

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. baik secara individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan seharihari

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menjadikan manusia masing-masing saling. membutuhkan satu sama lain, supaya mereka saling tolong menolong, tukar

BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM.. yang berarti jual atau menjual. 1. Sedangkan kata beli berasal dari terjemahan Bahasa Arab

18.05 Wib. 5 Wawancara dengan Penanggung Jawab Pertambangan, Bpk. Syamsul Hidayat, tanggal 24 september 2014, pukul.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. Fitrah manusia bahwa mereka diciptakan oleh Allah dengan bersukusuku. dan berbangsa-bangsa sehingga satu sama lain saling mengenal.

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PENAMBANGAN BATU DI DESA SENDANG KECAMATAN WONOGIRI KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain. 2 Firman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin

BAB IV DENGAN UANG DI DESA LAJU KIDUL KECAMATAN SINGGAHAN KABUPATEN TUBAN

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama (ad-din) yang rahmatan lil alamin, artinya

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain disebut muamalat. 1. dibenarkan (syara ). Jual beli pada dasarnya dibolehkan oleh ajaran Islam.

BAB I PENDAHULUAN. sedang menjamur di kalangan masyarakat desa Sidomulyo kecamatan. Silo kabupaten Jember, di mana kasab (penghasilannya) mereka

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk masalah jual beli dan sewa menyewa. Islam selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Penegasan Judul

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

BAB I PENDAHULUAN. lain, supaya mereka tolong-menolong, tukar-menukar keperluan dalam segala urusan

BAB I PENDAHULUAN. orang lain. Setiap manusia akan membutuhkan orang lain, bertolong-tolongan,

BAB III METODE PENELITIAN. tidaknya suatu penelitian, yang merupakan cara-cara dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. tidak mau seorang manusia haruslah berinteraksi dengan yang lain. Agar kebutuhan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 1976, hlm Jakarta, 1997, hlm. 5. Utama, Jakarta, 2011, hlm. 1496

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 2. 2

BAB IV TINJAUAN MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP UTANG PIUTANG PADI PADA LUMBUNG DESA TENGGIRING SAMBENG LAMONGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari perlu berhubungan dengan manusia lain,

BAB IV ANALISIS. A. Persamaan dan Perbedaan Pendapat Mazhab Syafi i dan Mazhab Hanbali Tentang Hukum Menjual Reruntuhan Bangunan Masjid

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Islam memperkenankan negara untuk mengatur masalah perekonomian agar

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. wawancara kepada para responden dan informan, maka diperoleh 4 (empat) kasus

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. Muamalah adalah ketetapan-ketetapan Allah SWT yang mengatur hubungan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO. Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo.

BAB I PENDAHULUAN. memenuhinya, dan harus berhubungan dengan orang lain. Hubungan antara satu

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan sebagai berikut (1) Pada dasarnya segala bentuk muamalah adalah

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian

BAB III METODE PENELITIAN

Ji a>lah menurut masyarakat Desa Ngrandulor Kecamatan Peterongan

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK AKAD JUAL BELI IKAN NELAYAN (STUDI KASUS DI DESA PANGKALAN KECAMATAN SLUKE KABUPATEN REMBANG)

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia. Apabila ada peristiwa hukum, yaitu meninggalnya seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Islam sebagai Agama yang lengkap dan sempurna telah

BAB I PENDAHULUAN. 2005, hal , hal , hal Moh.Saefulloh, Fiqih Islam Lengkap, Surabaya:Terbit Terang,

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

Muza>ra ah dan mukha>barah adalah sama-sama bentuk kerja sama

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN UANG MUKA SEWA MOBIL PADA USAHA TRANSPORTASI MAJU JAYA DI BANYUATES SAMPANG MADURA

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban ritual ibadah berupa shalat, puasa zakat dan lain-lainya, Islam juga

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH BORONGAN PADA BURUH PABRIK PT INTEGRA INDOCABINET BETRO SEDATI SIDOARJO

BAB III METODE PENELITIAN. ekstrakurikuler PAI di sekolah ini cukup tinggi dan beragam.

BAB I PENDAHULUAN. barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya pada. ditangguhkan sampai waktu yang akan datang.

BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja

BAB I PENDAHULUAN. Paramita, 1992), h ), h. 2011

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTIM JUAL BELI HASIL PERKEBUNAN TEMBAKAU DI DESA RAJUN KECAMATAN PASONGSONGAN KABUPATEN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan antara satu dengan yang lainnya, untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRODUK KEPEMILIKAN LOGAM MULIA (KLM) DI PT. BRI SYARIAH KCP SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan perekonomian, seperti perkembangan dalam sistim perbankan. Bank

BAB I PENDAHULUAN. melepaskan dirinya dari kesempitan dan dapat memenuhi hajat hidupnya. menujukkan jalan dengan bermu amalat.

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau

BAB I PENDAHULUAN. sendiri dalam memenuhi kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya. Oleh sebab

BAB IV UPAH (IJARAH) MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DUA AKAD DALAM SATU TRANSAKSI KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN MENURUT HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Judul skripsi ini adalah Tinjauan Hukum Islam terhadap Pelaksanaan Ba i al-wafa (di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran). Judul tersebut terdiri dari beberapa istilah pokok sebagai berikut: 1. Tinjauan, istilah tinjauan menurut bahasa berasal dari kata tinjau, yaitu berarti pandangan atau pendapat sesudah mempelajari dan menyelidiki suatu masalah. 1 2. Hukum Islam adalah pengetahuan tentang hukum-hukum syari at Islam mengenai perbuatan manusia, yang diambil dari dalil-dalil yang secara terperinci. 2 Menurut Amir Syarifuddin, hukum Islam, adalah seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan Sunnah Rasul, tentang tingkah laku manusia mukallaf yang diakui dan diyakini mengikat untuk semua yang beragama Islam. 3 3. Pelaksanaan adalah proses atau cara, perbuatan, melaksanakan (rancangan keputusan). 4 4. Ba i al-wafa secara terminologis Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah adalah jual beli yang dilangsungkan dengan syarat bahwa barang dijual tersebut dapat dibeli kembali oleh penjual apabila tenggang waktu yang disepakati telah tiba. 5 Berdasarkan penjelasan di atas, yang dimaksud dengan judul skripsi ini adalah memberikan pandangan dan penilaian- 1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1990, hlm. 951 2 Abdul Wahab Khallaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1996, hlm. 2 3 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid I, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1997, hlm. 5 4 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op.Cit.,hlm. 488 5 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalah, Kencana, Jakarta, 2013, hlm. 179

2 penilaian terhadap proses atau cara pelaksanaan tentang ba i alwafa berdasarkan hukum syari at Islam yang diambil dari dalildalil yang terperinci. Dalam penelitian ini, perlu dikaji tentang fakta yang terjadi di masyarakat mengenai transaksi semacam ini yang masih bersifat jarang. B. Alasan Memilih Judul Dalam penulisan skripsi ini penulis memiliki beberapa alasan yang kuat sehingga tertarik mengangkat beberapa permasalahan dalam judul di atas, yaitu: 1. Alasan Obyektif a. Mengingat bahwa ba i al-wafa ini ada secara teoritis dan fakta di masyarakat terjadi transaksi semacam ini, walaupun jual beli ini masih bersifat khusus dan bersifat jarang. b. Transaksi ini terjadi di masyarakat Desa Sungai Langka Kabupaten Pesawaran, sehingga dimungkinkan untuk diadakan penelitian. 2. Alasan Subyektif a. Dari aspek yang diteliti mengenai permasalahan tersebut serta dengan tersedianya literatur yang menunjang, maka sangat memungkinkan untuk dilakukan penelitian. b. Judul ini dipilih oleh penulis karena sangat relevan dengan disiplin ilmu yang ditekuni penulis di Fakultas Syariah jurusan Muamalah. C. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa lepas untuk berhubungan dengan orang lain dalam kerangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia sangat beragam, sehingga terkadang secara pribadi ia tidak mampu untuk memenuhinya dan harus berhubungan dengan orang lain. Hubungan antara manusia satu dengan manusia yang lain dalam memenuhi kebutuhan harus terdapat aturan yang menjelaskan hak dan kewajiban keduanya berdasarkan kesepakatan. 6 6 Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, Yogyakarta, Gema Insani, 2008, hlm. 47

3 Muamalah ialah segala aturan agama yang mengatur hubungan antara sesama manusia, baik yang seagama maupun tidak seagama, antara manusia dengan kehidupannya, dan antara manusia dengan alam sekitarnya/alam semesta. 7 Islam tidak membatasi kehendak seseorang dalam mencari dan memperoleh harta, selama yang demikian tetap dilakukan dalam prinsip umum yang berlaku, yaitu halal dan baik. 8 Salah satu bentuk praktik ekonomi Islam yang sering dilakukan dalam kehidupan muamalah adalah jual beli. Jual beli dalam kehidupan manusia merupakan kebutuhan dhoruri yaitu kebutuhan yang tidak mungkin ditinggalkan, sehingga manusia tidak dapat hidup tanpa kegiatan jual beli. 9 Menurut Abi Yahya Zakaria Al-Ansyori, jual beli menurut bahasa adalah pertukaran harta atas dasar saling rela, atau memindahkan hak milik dengan mendapatkan benda yang lain sebagai gantinya dengan jalan yang dibolehkan oleh syara. 10 Menurut pengertian syariat, yang dimaksud dengan jual beli adalah pertukaran harta atas dasar saling rela atau memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan (yaitu berupa alat tukar yang sah). 11 Dalam kitab Al-Umm Imam Syafi i menjelaskan, Hukum dasar setiap transaksi jual beli adalah mubah (diperbolehkan), apabila terjadi kesepakatan antara pembeli dan penjual. Transaksi apa pun tetap diperbolehkan, kecuali transaksi yang dilarang oleh Rasulullah SAW atau transaksi lain 7 Masjfuk Zuhdi, Studi Islam Jilid III: Muamalah, Cet. 2, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1993, hlm. 2 8 Mahmud Syulti, Aqidah dan Syariah, Bumi Aksara, Jakarta, 1994, hlm. 1 9 Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat (Sistem Transaksi dalam Fiqh Islam), amzah, Jakarta, 2010, hlm. 24 10 Imam Taqiyuddin Abi Bakrin Muhammad Al-Hulain, Kifayatul Akhyar, Juz I, Alih Bahasa Syarifuddin, PT. Al-Ma arif, Bandung, tt, hlm. 239 11 Chairuman Pasaribu, Suhrawardi k. Lubis, Hukum Perjanjian Dalam Islam, Cet. 2, Sinar Grafika, Jakarta, 1996, hlm. 33

4 yang semakna dengan transaksi yang dilarang oleh Rasulullah SAW. Transaksi apa pun yang tidak dilarang secara tegas, berarti hukumnya diperbolehkan sebagaimana ditegaskan dalam kitabullah, bahwa Allah memperbolehkan jual beli. 12 Ulama pun sepakat bahwa jual beli dan penekunannya sudah berlaku (dibenarkan) sejak zaman Rasulullah SAW hingga hari ini. 13 Imam Syafi i berkata: pokok jual beli itu ada 2 macam: Pertama, jual beli menurut sifat barang yang menjadi tanggungan penjual. Apabila telah ada sifat tersebut, maka si pembeli tidak diperbolehkan untuk melakukan khiyar pada barang yang ada dan yang telah sesuai sifatnya. Kedua, jual beli suatu benda yang menjadi tanggungan penjual benda itu, yang akan diserahkan oleh penjual kepada pembeli. Apabila benda tersebut rusak, maka penjual tidak dapat menanggung selain benda yang telah dijualnya. 14 Jual beli juga merupakan sarana tolong menolong antara sesama manusia, sehingga Islam menetapkan kebolehannya sebagaimana dalam banyak keterangan al-qur an dan Hadits Nabi, diantaranya, yaitu : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Ayat di atas mula-mula hanya ditunjukkan kepada orang yang beriman agar jangan memperoleh harta dengan bathil. Arti bathil ialah menurut jalan yang salah, tidak menurut jalan yang sewajarnya, dan diberi peringatan agar memperoleh harta dengan jalan perniagaan yang berlaku suka sama suka. Kalimat perniagaan yang berasal dari kata tiaga dan niaga yang kadang- 12 Ahmad Nahrawi Abdus Salam al-indunisi, Ensiklopedia Imam Syafi i,cetakan I, Hikmah, Jakarta, 2008, hlm. 528-529 13 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Terjemah, Jilid XII, Penerbit PT. A- l-ma arif, Bandung, 1993, hlm. 48 14 Imam Syafi i, Mukhtashar Kitab Al Umm Fi A Fiqh,Alih Bahasa Imron Rosadi, Amiruddin, Imam Awaluddin, Ringkasan Kitab Al Umm, Jilid 2, Pustaka Azzam, Jakarta, 2013, hlm. 2

5 kadang disebut pula dagang atau perdagangan, adalah amat luas maksudnya, yakni segala jual beli, tukar menukar, gaji menggaji, sewa menyewa, upah mengupah, dan semua yang menimbulkan peredaran harta benda, termasuklah itu dalam niaga. 15 Artinya: Dari Rafa ah bin Rafi r.a bahwasannya Nabi Saw pernah ditanya Pekerjaan apakah yang paling baik? beliau menjawab, Pekerjaan seseorang dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli. (HR. Bazzar disahkan oleh Al-Hakim). Hadits di atas menjelaskan bahwa jual beli adalah pekerjaan yang dianjurkan. Jual beli merupakan pekerjaan yang paling baik, karena dengan jual beli manusia dapat memenuhi kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan perkembangan zaman, persoalan jual beli yang terjadi dalam masyarakat semakin meluas, salah satunya adalah adanya praktek ba i al-wafa. Praktik ini adalah salah satu bentuk akad (transaksi) yang muncul di Asia Tengah (Bukhara dan Balkh) pada pertengahan abad ke-5 Hijriyah dan merambat ke Timur Tengah. 17 Jual beli ini muncul dalam rangka menghindari terjadinya riba dalam pinjam-meminjam. Banyak di antara orang kaya ketika ia tidak mau meminjamkan uangnya tanpa ada imbalan yang mereka terima. Sementara, banyak pula peminjam uang yang tidak mampu melunasi utangnya akibat imbalan yang harus mereka bayarkan bersamaan dengan sejumlah uang yang 15 Abdul Malik Abdul Karim Amrullah (HAMKA), Tafsir Al-Azhar, Juz V, Yayasan Nurul Islam, Jakarta, 1984, hlm. 35-36 16 Ibnu Hajar Al-Asqalani, Buluqhul Maram, Penerbit Darul Akhayar, Beirut, 773H-852H, hlm. 196 17 Mardani, Op.Cit.,hlm. 178

6 mereka pinjam. Di sini nilai imbalan yang diberikan atas dasar pinjam-meminjam uang ini, menurut ulama termasuk riba. 18 Riba adalah mengambil kelebihan di atas modal dari yang butuh dengan mengeksploitasi kebutuhannya. 19 Dalam menghindarkan diri dari riba, masyarakat Bukhara dan Balkh ketika itu merekayasa sebuah bentuk jual beli yang dikenal kemudian dengan ba i al-wafa. 20 Menurut Nasrun Haroen, ba i al-wafa adalah jual beli yang dilangsungkan dua pihak yang dibarengi dengan syarat bahwa yang dijual itu dapat dibeli kembali oleh penjual, apabila tenggang waktu yang telah ditentukan telah tiba. Artinya jual beli ini mempunyai tenggang waktu yang terbatas, misalnya satu tahun, sehingga apabila waktu tahun telah habis, maka penjual membeli barang itu kembali dari pembelinya. Jual beli yang digantungkan pada sebuah syarat tertentu atau transaksi jual beli yang digantungkan secara umum adalah jual beli yang digantungkan terjadinya pada terjadinya sesuatu yang lain yang mungkin terjadi dengan memakai kata-kata yang menunjukkan penggantungan, seperti kata jika, bila, dan ketika. Sedangkan maksud dari jual beli yang disandarkan secara umum adalah jual beli dimana pernyataan ijab disampaikan pada waktu yang akan datang. Perbedaan antara kedua jenis jual beli ini menurut Hanafi adalah jual beli yang digantungkan dianggap sebagai jual beli yang tidak berwujud dan tidak berlaku saat transaksi, karena tidak lebih dari jual beli yang digantungkan pada syarat, sementara syarat bisa terwujud bisa juga tidak. Berdasarkan hal di atas, tidak boleh menggantungkan jual beli atau menyandarkannya pada waktu yang akan datang, karena jual beli termasuk transaksi pemilikan yang dilakukan sekarang. 21 18 Ibid, hlm. 179 19 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur an, Lentera Hati, Jakarta, 2002, hlm. 715 20 Mardani, Op.Cit.,hlm. 179 21 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillathu,terjemahan Abdul Hayyie al-kattani, dkk, Fiqh Islam, Cet. Ke 10, Jilid 5, Gema Insani, Jakarta, 2011, hlm, 128-129

7 Dalam perjanjian jual beli para pihak dapat memperjanjikan bahwa si penjual berhak membeli kembali barang yang telah dijualnya kepada pembeli asal mengembalikan harga pembelian yang telah dibayar oleh pembeli serta mengganti segala biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelenggarakan pembelian dan penyerahan barang tersebut, begitu pula biaya yang perlu untuk pembetulanpembetulan yang menyebabkan barang yang dijual tersebut bertambah harganya. 22 Menurut Musthafa Ahmad az-zarqa, dan Abdurrahman Ashabuni, dalam sejarahnya, ba i al-wafa baru mendapat justifikasi para ulama fiqh setelah berjalan beberapa lama. Maksudnya, bentuk jual beli ini telah berlangsung beberapa lama dan ba i al-wafa telah menjadi urf (adat kebiasaan) masyarakat Bukhara dan Balkh, baru kemudian para ulama fiqh, dalam hal ini ulama Hanafi, melegalisasi jual beli ini.akan tetapi, para ulama fiqh lainnya, dalam hal ini ulama Syafi i tidak boleh melegalisasi jual beli ini. 23 Di dalam hukum positif Indonesia ba i al-wafa telah diatur, dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah pasal 112 s/d 115. Pasal 112 Dalam jual beli yang bergantung pada hak penebusan, penjual dapat uang seharga barang yang dijual dan menuntut barangnya dikembalikan. Pembeli sebagaimana diatur dalam ayat (1) berkewajiban mengembalikan barang dan menuntut uangnya kembali seharga barang itu. Pasal 113 Barang dalam jual beli yang bergantung pada hak penebusan, tidak boleh dijual kepada pihak lain, baik oleh penjual maupun oleh pembeli, kecuali ada kesepakatan diantara para pihak. 22 Ahmadi Miru, Hukum Kontrak Bernuansa Islam, Cet. 2, Rajawali Pers, Jakarta, 2013, hlm. 149 23 Mardani, Op.Cit.,hlm. 180

8 Pasal 114 Kerugian barang dalam jual beli dengan hak penebusan adalah tanggung jawab pihak yang menguasainya. Penjual dalam jual beli dengan hak penebusan berhak untuk membeli kembali atau tidak terhadap barang yang telah rusak. Pasal 115 Hak membeli kembali dalam ba i al-wafa dapat diwariskan. 24 Desa Sungai Langka adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Gedong Tataan yang mata pencaharian penduduknya sebagian besar berprofesi sebagai petani. Para petani di Desa tersebut banyak yang sudah memiliki lahan kebun sendiri, meskipun hanya lahan kebun yang luasnya terbatas. Dari kebun yang luasnya terbatas itulah petani dapat mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Di suatu saat petani membutuhkan uang yang besar, maka akan dilakukan berbagai upaya seperti dengan cara menjual dan menggadai. Petani dapat menjual lahan kebunnya. Tetapi, petani tidak mau jika nanti kebun yang sudah ia rawat berpindah tangan ke orang yang jauh. Untuk menghindari hal itu, maka si petani menjual kebunnya kepada orang yang sudah ia kenal dengan cara jual beli kembali yang dalam istilah fiqh dikenal dengan ba i al-wafa. Ba i alwafa ini sudah lama tidak muncul di masyarakat, bukan berarti transaksi semacam ini telah hilang. Ternyata konsep ini dapat penulis temukan di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran. Berdasarkan uraian di atas penyusun merasa tertarik untuk melakukan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul Analisis Hukum Islam terhadap Pelaksanaan Ba i Al- Wafa (Studi Kasus di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran). D. Rumusan Masalah Adapun pokok-pokok permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 24 Ibid, hlm. 181-182

9 1. Bagaimana praktik ba i al-wafa di Desa Sungai Langka? 2. Bagaimana pandangan Hukum Islam terhadap praktik ba i al-wafa di Desa Sungai Langka? E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab pokok masalah di atas, yaitu untuk: a. Mendeskripsikan dan menganalisis transaksi ba i alwafa di Desa Sungai Langka. b. Mendeskripsikan dan menganalisis pandangan Hukum Islam terhadap praktik ba i al-wafa di Desa Sungai Langka. 2. Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini adalah: a. Kegunaan Teoritis Kegunanaan teoritis dari penelitian ini adalah diharapkan penyajian skripsi ini akan menjadi bahan pemikiran yang positif kepada semua pihak terutama bagi penulis. b. Kegunaan Praktis Kegunaan praktis dari penelitian ini adalah memberikan sumbangan akademis kepada Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung yang sifatnya penerapan ilmu yang telah didapat selama di bangku perkuliahan. F. Metode Penelitian Setiap upaya yang dinyatakan sebagai upaya ilmiah, maka pertanyaan dasar yang diajukan sebagai tantangan terhadapnya adalah sistem dan metode yang menjadi pedoman. Sistem adalah suatu susunan yang berfungsi dan bergerak. Suatu cabang ilmu niscaya mempunyai obyeknya dan obyek-obyek yang menjadi sasaran itu semua umumnya dibatasi. Sehubungan dengan itu maka setiap ilmu lazimnya mulai dengan

10 merumuskan suatu batasan (definisi) perihal apa yang hendak dijadikan studinya. 25 Metode adalah cara atau jalan sehubungan dengan upaya ilmiyah untuk dapat memenuhi obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. 26 Peneliti menggunakan suatu sistem dan metode dalam melaksanakan suatu penelitian tersebut, hal ini yang dimaksud agar penelitian yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai hasil yang maksimal sesuai dengan yang diharapkan dalam meneliti: Tinjauan Hukum Islam terhadap Pelaksanaan Ba i al-wafa (Studi di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran). Penulis menggunakan suatu metode dalam menentukan jenis penelitian sebagai berikut: 1. Jenis dan Sifat Penelitian a. Jenis Penelitian Penelitian ini berjenis penelitian lapangan (field research), yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan mengangkat data yang ada di lapangan. 27 Penelitian dilakukan dengan berada langsung pada objeknya, sebagai usaha untuk mengumpulkan data dan berbagai informasi. Dengan kata lain peneliti turun dan berada di lapangan atau berada langsung di lingkungan yang mengalami masalah atau yang akan diperbaiki atau disempurnakan. 28 Penelitian dilakukan di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran. b. Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif analisis, yaitu suatu penelitian yang setelah memaparkan dan melaporkan suatu 25 Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Gramedia, Jakarta, 1986, hlm. 5 Ibid 27 Rony Kountur, Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, Penerbit PPM, Jakarta, 2007, hlm. 25 28 Hadari Nawawi dan Mimi Martini, Penelitian Terapan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1996, hlm. 24

11 keadaan, obyek, gejala, kebiasaan, prilaku tertentu kemudian dianalisis secara lebih kritis. 2. Sumber Data a. Sumber Data Primer Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. 29 Dalam penelitian ini sumber data primer adalah seluruh data yang diambil dari lokasi penelitian yaitu Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran. b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. 30 Sumber data sekunder dalam penelitian ini meliputi sumber-sumber yang dapat memberikan data pendukung seperti buku, dokumentasi maupun arsip serta seluruh data yang berhubungan dengan penelitian tersebut. 3. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian dengan ciri yang sama. Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. 31 Adapun yang menjadi populasi penelitian ini adalah masyarakat Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran. b. Sampel Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu sampel yang sengaja dipilih karena ada maksud dan tujuan tertentu yang dianggap dapat mewakili populasi secara keseluruhan. Dalam hal ini penentuan sampel sebagai responden dalam penelitian ini ditentukan terlebih dahulu berdasarkan pertimbangan 29 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung, 2014, hlm. 62 30 Ibid, hlm. 62 31 Ibid, hlm. 49

12 kemampuan responden dengan mempertimbangkan kecakapan dan kedudukannya yang dapat mewakili populasi penelitian. Berdasarkan kriteria tersebut, maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah bapak Rokimin sebagai penjual dan bapak Subagiyo sebagai pembeli. 4. Metode Pengumpulan Data Proses pengumpulan data penelitian ini menggunakan metode-metode sebagai berikut: a. Metode observasi yaitu pengamatan yang dilakukan mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala untuk kemudian dilakukan pencatatan. 32 b. Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan peristiwa yang telah berlalu baik dalam bentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental. 33 Metode ini digunakan untuk mengungkapkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini. c. Metode interview yaitu suatu proses tanya jawab secara lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadap secara fisik yang atau dapat melihat yang lain dan mendengarkan sendiri tanpa alat bantu lain. Adapun dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara tidak terstruktur, yaitu wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. 34 Metode ini digunakan untuk mewawancarai langsung para narasumber. 5. Metode Pengolahan dan Analisis Data a. Pengolahan Data Data yang telah diperoleh, baik data primer maupun data sekunder terlebih dahulu diedit untuk mendapatkan data 32 Ibid, hlm. 64 33 Ibid, hlm. 82 34 Ibid, hlm. 74

13 yang sempurna, lengkap, dan valid. Selanjutnya data dikumpulkan, diseleksi dan diklasifikasi serta disusun secara sistematis sesuai dengan kelompok-kelompok pembahasan terhadap permasalahan. b. Analisis Data Data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder dikelompokkan dan disusun secara sistematis. Selanjutnya data tersebut dianalisis kualitatif yaitu data yang tidak merupakan perhitungan dan pengujian angkaangka, tetapi dideskriptifkan dengan menggunakan metode deduktif, yaitu: kerangka berfikir dengan cara menarik kesimpulan dari data yang bersifat umum ke dalam data yang bersifat khusus dan data yang diperoleh melalui responden ditarik untuk menggambarkan populasi dengan menggunakan metode induktif yaitu kerangka berfikir dengan menarik kesimpulan dari data yang bersifat khusus ke dalam data yang bersifat umum. Berdasarkan analisis tersebut selanjutnya diuraikan secara sistematis sehingga pada akhirnya diperoleh jawaban permasalahan yang dilaporkan dalam bentuk skripsi.