BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari semua pembahasan yang telah dipaparkan maka melahirkan sebuah. kesimpulan sebagai berikut:

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya Sin

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan anak-anak supaya memiliki visi dan masa depan sangat penting

BAB V PENUTUP. Dari rangkaian pembahasan yang telah dipaparkan di atas,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah tentang sistem pendidikan nasional, dirumuskan bahwa:

BAB V KESIMPULAN A. KESIMPULAN

JURNAL PENELITIAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATERI AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 SD TERBITAN TIGA SERANGKAI SKRIPSI

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB V PENUTUP. kesimpulan untuk mengingatkan kembali hal-hal yang penting dan sekaligus

Siaran Pers Kemendikbud: Penguatan Pendidikan Karakter, Pintu Masuk Pembenahan Pendidikan Nasional Senin, 17 Juli 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

TATA NILAI, BUDAYA KERJA, DAN KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENRISTEKDIKTI BIRO SUMBER DAYA MANUSIA KEMENRISTEKDIKTI JAKARTA 2018

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk hidup manusia dituntut memiliki perilaku yang lebih baik dari

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (2001: 289), bercerita merupakan salah satu bentuk tugas kemampuan

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. asusila, kekerasan, penyimpangan moral, pelanggaran hukum sepertinya sudah

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

HASIL DAN PEMBAHASAN Menyikapi Kompetensi Dasar tentang Drama pada Kurikulum 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan

PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERAN PENDIDIK DAN SEKOLAH DALAM PENDIDIKAN KARAKTER ANAK. Oleh : S.Wisni Septiarti, M.Si Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten

KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR PROGRAM KURIKULUM 2013 MUATAN LOKAL BAHASA JAWA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam

BAB I PENDAHULUAN. Adapun berkarakter diartikan sebagai berkepribadian, berperilaku,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indri Cahyani

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP PERUBAHAN KARAKTER SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Dengan potensi tersebut, seseorang akanmenjadi manfaat atau tidak untuk dirinya

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. menjadi media hiburan juga berfungsi sebagai media informasi dan sarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut; Eksistensi spiritualitas guru dalam

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian simpulan dapat dibagi dua yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa,

KETERKAITAN NILAI, JENJANG KELAS DAN INDIKATOR UNTUK SMP-SMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan

A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNAGRAHITA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, guru

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- I Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KONTRUKSI KARAKTER KERJA KERAS DAN RELA BERKORBAN DALAM FILM BIDADARI-BIDADARI SURGA UNTUK KEPERLUAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB I PENDAHULUAN. tonggak majunya suatu negara. Diera globalisasi ini pendidikan semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL BUDAYA JAWA. Novi Trisna Anggrayni Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas PGRI Yogyakarta

BAB II LANDASAN TEORI. Apresiasi berasal dari bahasa latin apreciatio yang berarti mengindahkan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN MALAYSIA

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesenian wayang golek merupakan salah satu kesenian khas masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN

RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG BAHASA, SASTRA, DAN AKSARA JAWA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERSEPSI GURU GEOGRAFI TERHADAP PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA NEGERI SE-KOTA GORONTALO. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. bangsa diantaranya yang paling meresahkan adalah penyalahgunaan. narkoba dan bahkan sampai menjerumus kepada seks bebas.

BAB II LANDASAN TEORI. masyarakat itu sendiri. Akan tetapi, masyarakat itu sangatlah kompleks. Untuk menjadikan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN BAHASA DAN BUDAYA JAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Nilai-nilai akhlak yang ditemukan dalam mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan budaya dan karakter bangsa Indonesia kini menjadi sorotan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dikenal sebagai satu wadah untuk membangun dan

2 Menetapkan : Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas P

Transkripsi:

256 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Umum Munculnya berbagai gejala yang menunjukkan degradasi moral di masyarakat berpangkal pada dilupakannya Sang Pencipta dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Karena itu, perlu pengembalian fitrah manusia sebagai makhluk Tuhan yang harus tunduk dan patuh pada segala yang diperintah-nya secara konsisten dan menjauhi segala yang dilarang-nya secara konsisten pula. Salah satu penyebab munculnya ketidaksehatan moral tersebut adalah dampak negatif globalisasi yang tidak diimbangi dengan penguatan nilai-nilai kearifan lokal sehingga sedikit banyak telah menggeser pengaruh budaya adiluhung. Pertunjukan wayang golek purwa sebagai wahana penguatan nilai karakter dan kepribadian bangsa sarat akan nuansa nilai karakter yang merupakan pengejawantahan kecintaan manusia terhadap Tuhan. Nilai-nilai kebaikan yang disampaikan melalui pertunjukan wayang golek purwa berorientasi pada pembinaan perilaku masyarakat dalam upaya memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara. Substansi nilai karakter yang disampaikan melalui pertunjukan wayang golek purwa diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yakni karakter utama, basajan dan selapan (Triwastu). Karakter utama; merupakan untaian nilai yang secara tegas muncul dalam setiap pagelaran, meliputi ketauhidan (religius), kesepahaman, humoris, menghargai prestasi, amanah (dapat dipercaya), jujur, keadilan, percaya diri, mandiri, tegas, rendah hati, taat, keteladan, berani, tanggung jawab, konsisten, konsekuen, loyalitas (kesetiaan kepada raja), sederhana, pemaaf, sopan-santun, bijaksana, cinta damai, gotong-royong, baik sangka, musyawarah, menghormati orang lain, bersahabat/komunikatif, keikhlasan, rukun/persatuan, demokratis, komitmen, pantang menyerah, rasa ingin tahu, peduli lingkungan, kepemimpinan, 256

257 etika, estetika, sabar, menghargai waktu, konstruktif, rela berkorban, perilaku positif, rasa terimakasih, hati-hati, suka menolong, pro aktif dan peduli budaya. Karakter basajan; merupakan nilai karakter yang kuantitasnya sedang, dalam arti munculnya tidak secara eksplisit dalam setiap lakon dan atau pertunjukan wayang golek purwa meliputi toleransi, kreatif, produktif, lugas, dinamis, peduli sosial, kerja keras, gemar menuntut ilmu, disiplin, semangat kebangsaan, gigih, terbuka, ulet, sportif, kooperatif, tegar, cinta tanah air, tenggang rasa, objektif, teliti, empati, simpati, keteguhan hati, realistis (tahu diri), solidaritas, cinta dan kasih sayang, rasa bangga dan banyak akal. Karakter selapan; merupakan nilai karakter yang sesekali muncul, kadang-kadang ada dan kadang-kadang tidak ada dalam pertunjukan, meliputi kontrol diri, integritas, penalaran, kewaspadaan, dermawan dan gemar membaca. Nilai-nilai tersebut disampaikan melalui berbagai cara, yakni monolog dalang melalui salah satu tokoh, dialog antartokoh, juru kawih, wiraswara, serta melalui gerak-gerik (gestur) wayang. Karena itu diperlukan sinergitas antara setiap aspek yang ada dalam pertunjukan wayang golek purwa. Selain itu, kepiawaian dalang dalam mengkaji dan menganalisis perkembangan tata kehidupan masyarakat turut berkontribusi terhadap efektivitas penyampaian pesan. Bentuk penguatan nilai karakter bangsa melalui pertunjukan wayang golek purwa bermula dari tontonan yang menghibur masyarakat melalui pengemasan secara etik, estetis yang sarat nilai. Untuk memperkuat pemaknaan pentingnya nilai-nilai kebaikan dalam hidup dan kehidupan, dalang melakukan intervensi nilai-nilai karakter dalam gestur dan segala aksesoris wayang. Setelah melalui tahap itu, penonton mulai melakukan proses seleksi nilai yang berujung pada perwujudan sikap bernilai menuju manusia utama. Penguatan nilai karakter bangsa melalui pertunjukan wayang golek purwa dapat berimplikasi pada berubahnya pola perilaku dalam masyarakat, karena dalang menyajikan pesan moral secara efektif untuk memperbaiki perilaku penonton tanpa merasa digurui yakni melalui tontonan yang menjadi tuntunan. Karena itu, diperlukan kemahiran

258 dalam menyajikan cerita yang lebih bergairah, artistik dan entertaining. Selain itu, kompleksitas kehidupan di era global menuntut kepekaan dalang terhadap segala permasalahan sosial yang sedang berkembang dan melanda masyarakat. Pertunjukan wayang golek purwa bukan hanya pagelaran kesenian yang bersifat menghibur saja, tetapi juga dapat dijadikan sebagai media penerangan, pendidikan, dakwah Islamiah dan lain-lain yang sarat akan nilai-nilai kebajikan dan falsafah hidup. Untuk memperkuat pemaknaan terhadap nilai-nilai karakter yang disampaikan melalui pertunjukan wayang golek purwa yang harus dilakukan adalah penyelarasan cerita yang disampaikan dengan realitas masa kini. Selain itu, pertunjukan wayang golek purwa harus mengusung wejangan yang mencerminkan hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan, manusia dengan alam, dan terutama manusia dengan Tuhan. Setidaknya terdapat 64 (enampuluh empat) nilai karakter yang ditemukan setelah penelitian dilakukan di luar pendapat Lickona dan Pedoman Karakter yang dikembangkan oleh Kemendiknas yaitu; (1) Humoris; (2) Amanah; (3) Percaya Diri; (4) Tegas; (5) Taat/Setia; (6) Keteladanan; (7) Berani; (8) Konsisten; (9) Konsekuen; (10) Loyalitas; (11) Sederhana; (12) Pemaaf; (13) Sopan-santun; (14) Teguh Pendirian; (15) Gotong-royong; (16) Musyawarah; (17) Menghormati Orang Lain; (18) Rasa Bangga; (19) Suka Menolong; (20) Berbakti; (21) Keikhasan; (22) Rukun/Persatuan; (23) Komitmen; (24) Pantang Menyerah; (25) Kepemimpinan; (26) Etika; (27) Estetika; (28) Sabar dan Tabah; (29) Peduli Budaya; (30) Gemar Menuntut Ilmu; (31) Tenggang Rasa; (32) Objektif; (33) Teliti; (34) Empati; (35) Simpati; (36) Realistis; (37) Hati-hati; (38) Cerdas; (39) Tangkas/Trengginas; (40) Berwibawa; (41) Suka Menolong; (42) Solidaritas; (43) Penalaran; (44) Kewaspadaan; (45) Dermawan; (46) Kesepahaman; (47) Rela Berkorban; (48) Dinamis; (49) Gigih: (50) Lugas; (51) Produktif; (52) Terbuka; (53) Ulet; (54) Sportif; (55) Kooperatif; (56) Baik Sangka; (57) Tegar; (58) Konstruktif; (59) Menghargai Waktu; (60) Banyak Akal; (61) Sungguh-sungguh; (62) Rendah hati; (63) Pro aktif; dan (64) Soleh.

259 Proses penguatan nilai karakter bangsa melalui pertunjukan wayang golek purwa merupakan suatu susunan yang komprehensif dan sistematis, yakni dari awal sampai akhir pertunjukan amat sarat dengan nuansa karakter. Ragam pemaknaan terhadap pertunjukan wayang golek sebagai wahana penguatan nilai karakter bangsa, muncul karena adanya perbedaan pengetahuan dan wawasan individu (penonton) yang memandang. Selain itu, tidak semua orang yang datang bertujuan untuk menonton pertunjukan wayang golek purwa. Karena itu, terdapat tiga tipologi penonton yang dapat menggambarkan suasana pertunjukan wayang golek purwa, yakni penonton pecinta dan penikmat, penonton penikmat, dan penonton penggembira. Adanya tipologi tersebut, menuntut dalang untuk mampu mengembangkan cerita yang sejalan dengan kehidupan riil di masyarakat dimulai dengan pembukaan, deskripsi tempat, tokoh, suasana dan persoalan. Dalang sebagai aktor utama pertunjukan mempunyai tanggung jawab besar dalam menampilkan pagelaran yang memenuhi harapan penonton, yakni; mampu mewujudkan keindahan secara langsung, mampu menyentuh rasa kemanusiaan dari penonton (turut merasakan sedih, gembira, cemas, takut, bangga, dan lain-lain), serta mampu membawakan pesan moral secara efektif untuk memperbaiki perilaku penonton tanpa merasa digurui. B. Simpulan Khusus Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan, berikut peneliti sajikan hasil temuan sebagai teori dasar terkait penguatan nilai karakter bangsa melalui pertunjukan wayang golek purwa, bahwa: Karakter inti yang disampaikan dan atau ditanamkan melalui pertunjukan wayang golek purwa adalah KETAUHIDAN, karena proses pengembangan nilai-nilai karakter semuanya bermula pada kecintaan manusia terhadap sesama manusia, kecintaan manusia terhadap lingkungan, kecintaan manusia terhadap alam, serta terutama kecintaan manusia terhadap Tuhan Yang Mahaesa. Yaitu sebagai berikut:

260 1. Klasifikasi karakter berdasarkan pemaknaan penonton melalui Triwastu yang meliputi karakter utama, karakter basajan dan karakter selapan. 2. Penguatan nilai karakter bangsa dalam pertunjukan wayang golek purwa untuk membentuk manusia utama dapat dilakukan melalui Pancadria yaitu tontonan, substansi nilai, simbolisasi nilai, seleksi nilai, dan perwujudan sikap yang teritegrasi dalam satu waktu pertunjukan. 3. Pertunjukan wayang golek purwa sebagai seni Dasa Matra merupakan pertunjukan seni drama multidimensional yang memadukan 10 (sepuluh) aspek kesenian yang disajikan dalam satu waktu yang meliputi seni cerita yang berdongeng (seni bertutur), seni pahat (seni vokal), seni rupa (seni lukis), seni sastra, seni drama (seni peran), seni suara (seni vokal), seni gamelan (seni musik), seni tari, seni perlambang, dan seni menyulam. 4. Dalam rangka menghadapi degradasi moral, pertunjukan wayang golek purwa dapat memberikan pengalaman belajar berupa tontonan sebagai tuntutan yang mengembangkan 4 (empat) perkara, pertama, menerangi hati dengan mengingat Tuhan; kedua, dapat membersihkan budi-budi yang kotor; ketiga, bersih dengan Tuhan tanpa kemusyrikan; dan keempat, bersih dengan sesama makhluk dengan tidak mendzalimi. C. Rekomendasi Berdasarkan hasil penelitian dan temuan, penulis mengajukan beberapa rekomendasi yang ditujukan kepada dalang, penonton, dan pengembang pendidikan karakter serta bagi peneliti berikutnya. 1. Bagi Dalang a. Sebaiknya menciptakan keseimbangan antara nuansa tontonan dan tuntunan dalam pertunjukan wayang golek purwa, sehingga identitas dan jatidiri wayang golek sebagai wahana penguatan nilai karakter bangsa tidak kehilangan ruh nya.

261 b. Pertunjukan wayang golek purwa sebagai hiburan rakyat direkomendasikan untuk memberlakukan tarif berdasarkan kemampuan kebanyakan penyelenggara, sehingga pertunjukan wayang golek dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat. c. Pertunjukan wayang golek purwa sebaiknya disampaikan melalui format yang lebih sederhana dan lebih komunikatif karena terbatasnya kemampuan penonton dalam memahami makna simbolis dan filosofis. d. Akan sangat bijaksana jika meng up-grade pengetahuan, pemikiran, wawasan, serta kreativitas dalam memainkan wayang secara massif guna mengimbangi tuntutan penonton. e. Perlu kontekstualisasi cerita yang disampaikan dengan tata kehidupan masyarakat saat ini, sehingga nilai-nilai karakter yang disampaikan lebih riil dan secara langsung menjawab permasalahan yang terjadi di masyarakat (ngindung ka waktu, mibapa ka jaman). 2. Bagi Penonton a. Sangat bermanfaat jika penonton dapat menyaksikan pertunjukan wayang golek purwa dari awal sampai selesai, sehingga mampu menangkap muatan nilai karakter yang disampaikan baik melalui monolog dalang, monolog tokoh wayang, dialog antartokoh wayang maupun melalui lantunan lagu juru kawih disertai penguatan makna oleh wiraswara dan juru tempas. b. Substansi cerita yang disampaikan melalui pertunjukan wayang golek sebaiknya dikaji, dipahami, dan direnungkan lebih jauh sehingga dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. c. Penonton sebaiknya memaknai pertunjukan wayang golek lebih sebagai wahana penguatan karakter bangsa bangsa, di samping sebagai tontonan yang menghibur.

262 3. Bagi Pengembang Pendidikan Karakter a. Sebaiknya dilakukan rekonstruksi dan re-desain kurikulum pendidikan karakter melalui integrasi nilai yang terkandung dalam pertunjukan wayang golek sehingga memperkaya khasanah pendidikan karakter yang lebih sesuai dengan kepribadian bangsa, mengingat wayang golek purwa sebagai salah satu warisan budaya mencerminkan tata laku kehidupan warganegara Indonesia yang hakiki. b. Sebaiknya praktek pendidikan karakter tidak hanya menampilkan nilainilai kebaikan, tetapi juga menampilkan nilai-nilai keburukan yang diperkuat dengan hukum sebab-akibat. Melalui format seperti itu, diharapkan pembelajar karakter akan lebih leluasa dalam melakukan seleksi nilai yang berujung pada tindakan bernilai menuju manusia utama. c. Sebaiknya pengembangan pendidikan karakter mampu memperkuat posisi nilai-nilai kearifan lokal dalam mengimbangi terpaan nilai-nilai global. d. Akan lebih menarik jika praktek pendidikan karakter dilaksanakan secara demokratis dan humoris, sehingga pembelajar tidak merasa digurui. Misalnya melalui pertunjukan wayang golek purwa di sekolah dasar sampai pada tingkat universitas tentunya dengan memperhatikan tugastugas perkembangan masing-masing jenjang pendidikan. 4. Bagi Peneliti Berikutnya a. Dimungkinkan masih banyak nilai karakter lain yang disampaikan melalui pertunjukan wayang golek, utamanya dari cerita yang tidak termasuk kajian peneliti baik dilihat dari aspek monolog dalang, dialog antartokoh wayang, gerak-gerik (gestur) wayang, lantunan lagu juru kawih dan wiraswara. Karena itu, diharapkan ada peneliti selanjutnya yang mengkaji nilai-nilai lain yang belum ditemukenali dalam hasil penelitian ini. b. Berdasarkan hasil temuan mengenai pertunjukan wayang golek yang sarat nuansa nilai karakter, maka alangkah baiknya dilakukan penelitian lebih

263 lanjut mengenai implementasi model pendidikan karakter melalui pertunjukan wayang golek purwa, baik di jenjang persekolahan maupun di universitas sehingga dapat memperkaya khasanah keilmuan pendidikan umum sebagai wahana pendidikan watak dan kepribadian bangsa.