BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mungkin proses belajar mengajar akan berhasil dengan lancar dan baik.

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. menjawab permasalahan penelitian pada BAB 1 yaitu: - Hubungan antara kualifikasi akademik dengan penguasaan kompetensi

BAB II LANDASAN TEORI. yang belum bersertifikat di SMP Negeri se Kecamatan Ambarawa.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Guna meningkatkan mutu pembelajaran dan pendidikan di Indonesia,

BAB V PENUTUP. yang bersertifikat pendidik di Kabupaten Kulon Progo dilihat dari segi. kesimpulan yang lebih rinci sebagi berikut:

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU

KAJIAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISASI GURU. Lala Jelita Ananda Surel :

BAB I PENDAHULUAN. adalah guru. Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, dan sosial sesuai Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. komponen, yaitu : pengajar (Dosen, Guru, Instruktur, dan Tutor) siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TK

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa. Menyadari peran penting pendidikan tersebut, pemerintah Indonesia

PROFESIONALISME GURU DITINJAU DARI KOMPETENSI GURU DAN SERTIFIKASI GURU DI SMA NEGERI SE-KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2014/2015

Analisis Kompetensi Pedagogik Guru Matematika SMP Negeri di Malang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, tanpa keikutsertaannya kegiatan belajar-mengajar tidak akan. berjalan dengan baik. Sebagaimana dikemukakan Mulyasa:

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dalam pengembangan pendidikan di Indonesia pihak

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

BAB I PENDAHULUAN. tua siswa, guru, dan semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan ini.

IMPLEMENTASI STANDAR PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PADA SMA SE-KABUPATEN TORAJA UTARA

I. PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Arti berkualitas disini adalah mereka yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus berlangsung secara berkelanjutan. Dari sinilah kemudian muncul istilah

KOMPETENSI ALUMNI PG PAUD FIP UNNES DI LEMBAGA PENDIDIKAN

BAB IV PENUTUP. jumlah skor rata-rata berada pada klasifikasi sedang, yakni antara

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. instrumentasi yang digunakan terkait dengan penelitian tentang penguasaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Pengaruh pengalaman mengajar guru PAI terhadap prestasi belajar. siswa di SMAN se Kabupaten Tulungagung

Sri Wahyuningsih dan Satrijo Budiwibowo Pendidikan Akuntansi IKIP PGRI MADIUN

KOMPARASI PROSES SUPERVISI KLINIS DITINJAU DARI SERTIFIKASI DAN MASA KERJA KEPALA SEKOLAH SD/MI KECAMATAN KEDUNGTUBAN BLORA TESIS

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat saja, tetapi terjadi juga di sekolah. berhasil dengan lancar dan baik. Undang Undang Republik Indonesia No.

Sri Wahyuningsih Prodi. Pend. Akuntansi IKIP PGRI Madiun

PEMETAAN KOMPETENSI, SIKAP, TANGGUNG JAWAB, DAN JUMLAH JAM GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN DI SMK SE-MALANG RAYA

HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN GRABAG DITINJAU DARI STATUS GURU

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dikatakan berhasil apabila pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung berupaya mempengaruhi mengarahkan dan mengembangkan

KOMPARASI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU AKUNTANSI YANG SUDAH DAN BELUM MENGIKUTI SERTIFIKASI. Oleh : Wilis Puspita Dewi ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. profesional harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan, baik dari kalangan praktisi pendidikan, politisi, masyarakat

BAB II. A. Pengertian Kompetensi Profesional Guru Agama Islam. keterampilan dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu". 2

Analisis Kompetensi Pedagogik Guru Produktif di SMK Negeri 1 Tarakan

HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI PROFESIONAL DENGAN KINERJA GURU DI KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sertifikasi guru merupakan salah satu terobosan dalam dunia

BAB V PEMBAHASAN. Pembahasan ini akan membahas hasil-hasil penelitian tentang peranan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Norep, 2012) Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah

MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SD YAYASAN MUTIARA GAMBUT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan tuntutan dunia kerja yang tidak hanya

PEMETAAN KOMPETENSI, SIKAP, TANGGUNG JAWAB, DAN JUMLAH JAM GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN DI SMK

HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI OLEH KEPALA SEKOLAH DENGAN KOMPETENSI PROFESONAL GURU SMP NEGERI KECAMATAN KUBUNG KABUPATEN SOLOK

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diwujudkan oleh guru dalam

BAB V PENUTUP. bagi guru dalam jabatan dilakukan dengan pola Portofolio, Pola Pendidikan dan

BAB I PENDAHULUAN. akan cepat dicapai bila mana didukung oleh sumber daya alam yang memadai dan

BAB I PENDAHULUAN. tercapai. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya. penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepita Ferazona, 2013

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL STANDAR KOMPETENSI GURU KURIKULUM 2006 (KTSP)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan profesional secara maksimal. Hal ini disebabkan karena guru

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional seperti yang tertulis pada Undang-undang nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertfikasi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 45

PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP MINAT BELAJAR MATEMATIKA KELAS X DI SMA MUHAMMADIYAH 1 SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan teknis dalam bidang pendidikan. Salah satu unsur tenaga

PERSEPSI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FISE UNY TERHADAP PROFESIONALITAS GURU BERDASARKAN UNDANG- UNDANG GURU DAN DOSEN NO 14 TAHUN

JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VI. No. 2 Tahun 2008 Hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kemajuan suatu

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran PAI, terhadap

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan

KINERJA GURU PROFESIONAL di SMA NEGERI se-kabupaten SERDANG BEDAGAI. Bernardo Marpaung NIM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendahuluan. Kata Kunci: Intensitas Kegiatan Praktikum, Kualitas Kegiatan Praktikum, Hasil Belajar Siswa,

kompetensi yang berhubungan dengan tingkah laku seorang guru. Kompetensi Sosial adalah kompetensi yang berhubungan dengan pemahaman peserta didik.

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Depdiknas,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dibuktikan dengan sertifikat pendidik yang kemudian disebut dengan

AN ANALISYS OF TEACHER PROFESSIONAL COMPETENCE OF THE STATE PRIMARY SCHOOL CLUSTER II MARPOYAN DAMAI DISTRICT OF PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar

KAJIAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU IPA DI SMP KOTA SEMARANG 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana yang efektif dalam pembentukan

PENGUASAAN KOMPETENSI PROFESIONAL ANTARA GURU YANG SUDAH BERSERTIFIKAT DAN GURU YANG BELUM BERSERTIFIKAT DI SMP NEGERI SE KECAMATAN AMBARAWA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai tanggung jawab besar dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan.

BAB II KAJIAN TEORI. diinginkan untuk siswa dapat diraih dengan baik dan optimal.

PENDIDIKAN PROFESI GURU: IMPLIKASI DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 KAMIN SUMARDI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB l PENDAHULUAN. kinerja guru. Dengan adanya setifikasi guru, kinerja guru menjadi lebih baik

Analisis Profesionalitas Guru. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN KEBUDAYAAN Jakarta, November 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rendahnya kualitas pendidik di Indonesia merupakan cerminan rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan sebuah upaya untuk. meningkatkan kualitas manusia. Sekolah merupakan salah satu organisasi

UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU

BAB I PENDAHULUAN. mengajar dan prestasi murid adalah guru. bertanggung jawab dalam membantu anak-anak mencapai kedewasaan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam

Transkripsi:

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Pendahuluan Bab ini akan mendeskripsikan tentang hasil penelitian yang telah diperoleh sekaligus pembahasannya. Adapun tujuan utama yang ingin dicapai oleh penulis, yaitu: 1. mengetahui perbedaan penguasaan kompetensi profesional antara guru yang sudah bersertifikat dan guru yang belum bersertifikat di SMP Negeri se Kecamatan Ambarawa; 2. mengetahui penguasaan kompetensi profesional guru di SMP Negeri se Kecamatan Ambarawa yang belum bersertifikat; 3. mengetahui penguasaan kompetensi profesional guru di SMP Negeri se Kecamatan Ambarawa yang sudah bersertifikat. Untuk mencapai tujuan penelitian, hasil penelitian dilaporkan dalam dua tahap. Secara rinci sebagai berikut: 1. Analisis Pendahuluan Tahap ini setiap indikator penelitian dideskripsikan menggunakan distribusi frekuensi, polygon frekuensi, ukuran tendensi pusat, ukuran dispersi, serta estimasi. 2. Analisis Lanjut Pada tahap ini adalah tahap uji hipotesis yakni uji satu sisi dengan menggunakan uji beda mean, serta uji satuan mean. Berikut merupakan 34

hasil penelitian yang diperoleh beserta pembahasannya, yang merupakan jawaban dari penelitian yang hendak dicapai. 4.1.1. Perbedaan Penguasaan Kompetensi Profesional Antara Guru Yang Sudah Bersertifikat dan Guru Yang Belum Bersertifikat Beda penguasaan kompetensi profesional yang dimaksud disini adalah sejauh mana perbedaan penguasaan yang dimiliki oleh guru yang telah bersertifikat dibandingkan dengan guru yang belum bersertifikat. Hasil analisis pendahuluan terdapat 66 sampel guru di SMP Negeri se Kecamatan Ambarawa menunjukkan bahwa distribusi frekuensi beda penguasaan kompetensi profesional paling banyak adalah guru yang sudah bersertifikat sebanyak 36 orang (55%) dengan perhitungan tendensi pusat sebesar 87,25 serta ukuran dispersi 1,05. Setelah diestimasi menunjukkan hasil 86,907 µ 87,593 yang artinya rata-rata penguasaan kompetensi profesional guru yang sudah bersertifikat pada populasi berada antara 86,907 ke 87,593 pada tingkat konfidensi 95%. Hal ini berarti penguasaan guru yang sudah bersertifikat terhadap kompetensi profesional yang disyaratkan adalah tinggi. Tingginya penguasaan kompetensi profesional, menunjukkan bahwa guru yang sudah bersertifikat adalah guru yang profesional. Lebih jelasnya bisa dilihat pada Gambar 2.1. lampiran 4 halaman 73. Sedangkan guru yang belum bersertifikat sebanyak 30 orang (45%) dengan perhitungan tendensi pusat sebesar 75,08 serta ukuran dispersi 7,71. Setelah diestimasi menunjukkan hasil 72,199 µ 77,961 yang artinya rata-rata penguasaan kompetensi profesional guru yang belum bersertifikat pada populasi berada 72,199 ke 77,961 pada tingkat konfidensi 95%. Hal ini berarti penguasaan guru yang belum bersertifikat terhadap kompetensi profesional yang disyaratkan 35

adalah rendah. Rendahnya penguasaan kompetensi ini, menunjukkan bahwa guru yang belum bersertifikat adalah guru yang tidak profesional. Lebih jelasnya bisa dilihat pada Gambar 2.2. lampiran 4 halaman 73. Berdasarkan hasil analisis pendahuluan tersebut, Nampak bahwa secara ratarata penguasaan kompetensi profesional guru yang sudah bersertifikat lebih tinggi dibanding dengan guru yang belum bersertifikat lebih rendah. 4.1.2. Penguasaan Kompetensi Profesional Guru Yang Belum Bersertifikat Penguasaan kompetensi profesional guru yang belum bersertifikat adalah skor dari penilaian tujuh komponen rencana pembelajaran (RPP) dalam kaitannya dengan sertifikasi. Guru yang belum bersertifikat memeperoleh skor kurang dari 85. Sedangkan skor minimal yang harus dicapai oleh seorang guru untuk lolos sertifikasi adalah 85. Guru yang belum bersertifikat dikatakan lolos sertfikasi jika skor yang diperoleh melebihi batas minimal yang telah ditetapkan. Distribusi frekuensi dengan jumlah sampel 30 orang menggambarkan bahwa penguasaan kompetensi profesional guru yang belum bersertifikat di SMP Negeri se Kecamatan Amabarawa rendah. Rendahnya penguasaan kompetensi profesional ditunjukkan oleh rata-rata sebesar 75,08 dengan jumlah sampel 30 orang guru. Ukuran variasi dengan menggunakan standar deviasi kompetensi profesional guru yang belum bersertifikat menunjukkan angka sebesar 7,71. Penghitungan estimasi menunjukkan hasil 72,199 µ 77,961 yang artinya rata-rata penguasaan kompetensi profesional guru yang belum bersertifikat pada populasi berada 72,199 ke 77,961 pada tingkat konfidensi 95%. Lebih jelasnya bisa dilihat pada Gambar 2.2. lampiran 4 halaman 73. 36

Berdasarkan analisis pendahuluan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penguasaan kompetensi profesional dari 30 orang guru yang belum bersertifikat di SMP Negeri se Kecamatan Ambarawa rendah. Dikatakan rendah karena pencapaian skor penilaian tujuh komponen rencana pembelajaran (RPP) guru yang be;um bersertifikat kurang dari 85. 4.1.3. Penguasaan Kompetensi Profesional Guru Yang Sudah Bersertifikat Penguasaan kompetensi profesional guru yang sudah bersertifikat adalah skor dari penilaian tujuh komponen rencana pembelajaran dalam kaitannya dengan sertifikasi. Skor minimal yang harus dicapai oleh seorang guru untuk lolos sertifikasi adalah 85. Distribusi frekuensi dengan jumlah sampel 36 orang guru menggambarkan bahwa penguasaan kompetensi profesional guru yang sudah bersertifikat di SMP Negeri se Kecamatan Ambarawa dikatakan tinggi karena skor yang diperoleh dari penilaian tujuh komponen rencana pembelajaran lebih dari 85. Tingginya penguasaan kompetensi profesional ditunjukkan oleh rata-rata sebesar 87,25 dengan jumlah sampel 36 orang guru. Ukuran variasi dengan menggunakan standar deviasi kompetensi profesional guru yang sudah bersertifikat menunjukkan angka sebesar 1,05. Penghitungan estimasi menunjukkan hasil 86,907 µ 87,593 yang artinya rata-rata penguasaan kompetensi profesional guru yang sudah bersertifikat pada populasi berada antara 86,907 ke 87,593 pada tingkat konfidensi 95%. Lebih jelasnya bisa dilihat pada Gambar 2.1. lampiran 4 halaman 73. Berdasarkan analisis pendahuluan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penguasaan kompetensi profesional dari 36 orang guru yang sudah bersertifikat di 37

SMP Negeri se Kecamatan Ambarawa tinggi. Dikatakan tinggi karena pencapaian skor penilaian tujuh komponen rencana pembelajaran guru yang sudah bersertifikat lebih dari 85. 4.2. Hasil Analisis Lanjut 4.2.1. Hipotesis 1 : Penguasaan kompetensi profesional antara guru yang sudah bersertifikat lebih tinggi dibandingkan dengan guru yang belum bersertifikat di SMP Negeri se Kecamatan Ambarawa. H 0 : µ 1 = µ 2 H 1 : µ 1 > µ 2 Dari perhitungan analisis lanjut diatas dengan menggunakan uji satu sisi beda mean sebelah kanan, diketahui bahwa t hitung adalah sebesar 9, 22 sedangkan t tabel adalah 1,310. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa H 0 ditolak dan H 1 diterima dengan tingkat keyakinan 95%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penguasaan kompetensi profesional guru yang sudah bersertifikat lebih tinggi daripada guru yang belum bersertifikat. 4.2.2. Hipotesis 2 : Penguasaan kompetensi profesional guru SMP Negeri se Kecamatan Ambarawa yang belum bersertifikat adalah rendah. H o : µ 0 = 85 H 1 : µ 1 < 85 Dari perhitungan analisis lanjut diatas dengan menggunakan uji satu sisi beda mean sebelah kiri, diketahui bahwa t hitung adalah sebesar -0,23 sedangkan t 38

tabel adalah -1,697. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa H 0 diterima dan H 1 ditolak dengan tingkat keyakinan 95%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penguasaan kompetensi profesional guru yang belum bersertifikat rendah karena belum mencapai skor kurang dari 85. 4.2.3. Hipotesis 3 : Penguasaan kompetensi profesional guru SMP Negeri se Kecamatan Ambarawa yang sudah bersertifikat adalah tinggi. Ho: µ 0 = 85 H 1 : µ 1 > 85 Dari perhitungan analisis lanjut diatas dengan menggunakan uji satu sisi beda mean sebelah kanan, diketahui bahwa t hitung adalah sebesar 12,8 sedangkan t tabel adalah 2,457. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa H 0 ditolak dan H 1 diterima dengan tingkat keyakinan 95%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penguasaan kompetensi profesional guru yang sudah bersertifikat tinggi karena belum mencapai skor lebih dari 85. 39

4.3. Pembahasan Bagian ini, dikemukakan mengenai pembahasan atas temuan yang telah digambarkan dengan menggunakan landasan teori pada Bab II. 4.3.1. Perbedaan Penguasaan Kompetensi Profesional Antara Guru Yang Sudah Bersertifikat Dan Guru Yang Belum Bersertifikat. Guru merupakan suatu profesi yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa: Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia lajur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah 1. Sebagai seorang pendidik yang profesional, guru dituntut untuk memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang dan tugasnya. Tidak hanya itu, seorang guru yang profesional juga harus memiliki kompetensi dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai agen yang melaksanakan program pembelajaran. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan 2. UUGD pasal 38 ayat 3 menyatakan kompetensi yang harus dimiliki guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Penjelasan mengenai salah satu kompetensi tersebut adalah kompetensi profesional. 1 Yamin Martinis, 2007, Profesionalisasi Guru & Implementasi KTSP, Gaung Persada Press, Jakarta, hal. 196 2 Mulyasa, 2007, Manajemen Berbasis Sekolah, Remaja Rosdakarya, Bandung, hal.25 40

Hasil penelitian terhadap 36 orang guru yang sudah bersertifikat menunjukkan bahwa rata-rata penguasaan kompetensi profesional guru yang sudah bersertifikat sebesar 87,25 dengan ukuran dispersi sebesar 1,05. Setelah diestimasi, umumnya penguasaan kompetensi profesional guru yang sudah bersertifikat terletak antara 86,907 ke 87,593. Hal ini berarti penguasaan guru yang sudah bersertifikat terhadap kompetensi profesional yang disyaratkan adalah tinggi. Tingginya penguasaan kompetensi profesional, menunjukkan bahwa guru yang sudah bersertifikat adalah guru yang profesional. Lebih jelasnya bisa dilihat pada Gambar 2.1. lampiran 4 halaman 73. Namun hasil penelitian terhadap 30 orang guru yang belum bersertifikat menunjukkan bahwa rata-rata penguasaan kompetensi profesional guru yang belum bersertifikat sebesar 75,08 dengan ukuran dispersi sebesar 7,71. Setelah diestimasi, umumnya penguasaan kompetensi profesional guru yang belum bersertifikat terletak antara 72,199 ke 77,961. Hal ini berarti penguasaan guru yang belum bersertifikat terhadap kompetensi profesional yang disyaratkan adalah rendah. Rendahnya penguasaan kompetensi ini, menunjukkan bahwa guru yang belum bersertifikat adalah guru yang tidak profesional. Lebih jelasnya bisa dilihat pada Gambar 2.2. lampiran 4 halaman 73. Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa secara rata-rata penguasaan kompetensi profesional guru yang sudah bersertifikat lebih tinggi dibanding dengan guru yang belum bersertifikat lebih rendah. 41

4.3.2. Penguasaan Kompetensi Profesional Guru Yang Belum Bersertifikat Guru merupakan suatu profesi yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa: Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia lajur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah 3. Sebagai seorang pendidik yang profesional, guru dituntut untuk memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang dan tugasnya. Tidak hanya itu, seorang guru yang profesional juga harus memiliki kompetensi dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai agen yang melaksanakan program pembelajaran. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan 4. UUGD pasal 38 ayat 3 menyatakan kompetensi yang harus dimiliki guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Penjelasan mengenai salah satu kompetensi tersebut adalah kompetensi profesional. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional 3 Yamin Martinis, 2007, Profesionalisasi Guru & Implementasi KTSP, Gaung Persada Press, Jakarta, hal. 196 4 Mulyasa, 2007, Manajemen Berbasis Sekolah, Remaja Rosdakarya, Bandung, hal.25 42

Pendidikan. 5 Kompetensi profesional ini merupakan suatu kemampuan yang membedakan profesi guru dengan profesi yang lain. Kompetensi profesional merupakan satu dari empat kompetensi yang harus dimiliki pleh seorang guru. Kompetensi profesional seorang guru adalah seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan berhasil. 6 Kompetensi profesional ini disusun agar dalam mengajar guru terarah dan kreatif dalam mengajar. Disamping itu juga kompetensi profesional ini disusun untuk membantu guru melakukan tugasnya dalam mengajar, apa saja yang harus dilakukan agar dapat mengajar dengan baik. Berbeda dengan tiga kompetensi yang lain, kompetensi profesional ini terkait langsung dengan langkah-langkah yang harus dikuasai guru dalam mengajar agar dapat dikatakan seorang guru yang profesional. Kompetensi profesional guru terkait dengan pelaksanaan tugas mengajar seorang guru. Dalam kompetensi profesional terdapat lima kompetensi inti guru yang harus dikuasai oleh guru. Lima kompetensi inti guru tersebut adalah: 1. menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. 2. menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. 3. mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. 4. mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. 5. memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri. 7 5 Ibid. hal 135. 6 Hamzah B. Uno, Op. Cit, hal.18. 7 Indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 16 Tahun 2007 dalam Undang-Undang Guru dan Dosen UU RI No. 14 Tahun 2005, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hal 152-153. 43

Kompetensi profesional ini terkait langsung dengan mata pelajaran yang akan diajarkan oleh guru. Lima kompetensi inti guru ini harus benar-benar dikuasai oleh guru untuk dapat mengajar dengan benar pula. Salah satu yang dianggap penting untuk dilaksanakan secara benar adalah mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. Hasil penelitian terhadap 30 orang guru yang belum bersertifikat menunjukkan bahwa penguasaan kompetensi profesional diukur oleh tujuh komponen rencana pembelajaran (RPP) yaitu materi pokok, alokasi waktu, tujuan pembelajaran, metode pembelajaran, media dan sumber belajar, kegiatan-kegiatan pembelajaran, dan penilaian. Dari hasil temuan masih ada guru tidak baik dalam menyusun materi pembelajaran yang ada pada rencana pembelajaran (RPP). Sebanyak 75,08 guru yang belum bersertifikat di SMP Negeri se Kecamatan Ambarawa tidak baik dalam menyusun materi pembelajaran yang ada pada rencana pembelajaran (RPP) yang menggunakan komponen penguasaan profesional. Hal ini disebabkan guru tidak menguasai kompetensi profesional sehingga guru tersebut dalam melaksanakan tugas mengajarnya belum terarah dan kreatif. Para guru masih belum memahami kompetensi profesional dan juga guru tidak terbiasa dengan kebiasaan mengajar peserta didik terlebih dahulu menyusun materi pembelajaran yang ada pada rencana pembelajaran (RPP). Seorang guru dikatakan belum berhasil melaksanakan tugas mengajarnya dengan terarah dan kreatif dalam mengajar. 44

4.3.3. Penguasaan Kompetensi Profesional Guru Yang Sudah Bersertifikat Guru merupakan suatu profesi yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa: Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia lajur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah 8. Sebagai seorang pendidik yang profesional, guru dituntut untuk memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang dan tugasnya. Tidak hanya itu, seorang guru yang profesional juga harus memiliki kompetensi dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai agen yang melaksanakan program pembelajaran. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan 9. UUGD pasal 38 ayat 3 menyatakan kompetensi yang harus dimiliki guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Penjelasan mengenai salah satu kompetensi tersebut adalah kompetensi profesional. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional 8 Yamin Martinis, 2007, Profesionalisasi Guru & Implementasi KTSP, Gaung Persada Press, Jakarta, hal. 196 9 Mulyasa, 2007, Manajemen Berbasis Sekolah, Remaja Rosdakarya, Bandung, hal.25 45

Pendidikan. 10 Kompetensi profesional ini merupakan suatu kemampuan yang membedakan profesi guru dengan profesi yang lain. Kompetensi profesional merupakan satu dari empat kompetensi yang harus dimiliki pleh seorang guru. Kompetensi profesional seorang guru adalah seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan berhasil. 11 Kompetensi profesional ini disusun agar dalam mengajar guru terarah dan kreatif dalam mengajar. Disamping itu juga kompetensi profesional ini disusun untuk membantu guru melakukan tugasnya dalam mengajar, apa saja yang harus dilakukan agar dapat mengajar dengan baik. Berbeda dengan tiga kompetensi yang lain, kompetensi profesional ini terkait langsung dengan langkah-langkah yang harus dikuasai guru dalam mengajar agar dapat dikatakan seorang guru yang profesional. Kompetensi profesional guru terkait dengan pelaksanaan tugas mengajar seorang guru. Dalam kompetensi profesional terdapat lima kompetensi inti guru yang harus dikuasai oleh guru. Lima kompetensi inti guru tersebut adalah: 1. menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. 2. menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. 3. mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. 4. mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. 5. memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri. 12 10 Ibid. hal 135. 11 Hamzah B. Uno, Op. Cit, hal.18. 12 Indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 16 Tahun 2007 dalam Undang-Undang Guru dan Dosen UU RI No. 14 Tahun 2005, Sinar Grafika, Jakarta,2007, hal 152-153. 46

Kompetensi profesional ini terkait langsung dengan mata pelajaran yang akan diajarkan oleh guru. Lima kompetensi inti guru ini harus benar-benar dikuasai oleh guru untuk dapat mengajar dengan benar pula. Salah satu yang dianggap penting untuk dilaksanakan secara benar adalah mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. Dari hasil temuan sudah ada guru baik dalam menyusun materi pembelajaran yang ada pada rencana pembelajaran (RPP). Sebanyak 87,25 guru yang sudah bersertifikat di SMP Negeri se Kecamatan Ambarawa sudah baik dalam menyusun materi pembelajaran yang ada pada rencana pembelajaran (RPP) yang menggunakan komponen penguasaan profesional. Hal ini disebabkan guru menguasai kompetensi profesional sehingga guru tersebut dalam melaksanakan tugas mengajarnya terarah dan kreatif. Para guru sudah memahami kompetensi profesional dan juga guru sudah terbiasa dengan kebiasaan mengajar peserta didik terlebih dahulu menyusun materi pembelajaran yang ada pada rencana pembelajaran (RPP). Seorang guru dikatakan berhasil melaksanakan tugas mengajarnya dengan terarah dan kreatif dalam mengajar. 47