BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. untuk melihat keberhasilan pembangunan suatu negara. Setiap negara akan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menjadi suatu permasalahan dalam pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. yang baik. Perencanaan berfungsi sebagai alat koordinasi antar lembaga pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja, meratakan pendapatan dan meningkatkan hubungan antara daerah.

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Pertumbuhan Indonesia hanya mencapai 5,8% pada tahun 2013 dan turun

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil, makmur, berdaya saing, maju dan sejahtera. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan terutama

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu (M. Nasir, dkk 2008

Sumatera Barat. Jam Gadang

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. saat ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Jumlah penganggur

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah kenyataan fisik sekaligus keadaan mental (state

PENGARUH PENDIDIKAN, PENGANGGURAN DAN KESEHATAN TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI SUMATERA BARAT JURNAL ADDIANA RISE

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI SUMATERA BARAT ( )

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan penduduk Indonesia. Sejalan dengan tujuan tersebut, berbagai

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

BAB I PENDAHULUAN. mengartikan pembangunan ekonomi. Secara tradisional, pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini membahas secara berurutan tentang latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh semua lapisan masyarakat yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan serta penanganan ketimpangan pendapatan. dunia. Bahkan dari delapan butir Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Menurut Todaro dan

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi, tetapi berkaitan juga dengan rendahnya tingkat pendidikan, dan tingkat pendidikan yang rendah.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2017

KUALITAS & AKSESIBILITAS PDDKN BLM MERATA ANGKA PENGANGGURAN MASIH TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk

I. PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan.

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN KABUPATEN (RKPK) ACEH SELATAN TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

BAB I PENDAHULUAN. pokok utama suatu negara. Pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan harus mampu memberi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Indonesia Komitmen Implementasikan Agenda 2030 Senin, 05 September 2016

LATAR BELAKANG DAN KONDISI UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang bervariasi, mendorong setiap daerah Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam konteks bernegara, pembangunan diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. bermartabat. Kemiskinan menurut PBB didefenisikan sebagai kondisi di mana

BAB I PENDAHULUAN. atau kontribusi dari masing-masing sektor perekonomian. Pada tahap-tahap

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

BAB V PENUTUP. Sebagai daerah yang miskin dengan sumber daya alam, desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana seseorang berpenghasilan rendah,

PROFIL KEMISKINAN DI KABUPATEN PESISIR SELATAN 2016

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang

BAB I PENDAHULUAN. terutama negara sedang berkembang seperti Indonesia. Kemiskinan terjadi tatkala

RPSEP-08 KEMISKINAN PROVINSI VERSUS KEMISKINAN KABUPATEN DI BALI

Terwujudnya Kota Mojokerto sebagai Service City yang Maju, Sehat, Cerdas, Sejahtera dan Bermoral.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang maupun negara maju, meskipun telah terjadi perbaikan-perbaikan

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di

BAB I PENDAHULUAN. angka pengangguran dapat dicapai bila seluruh komponen masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. multidimensional, yang dapat ditandai dengan keberadaan pengangguran,

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dan infrastruktur dasra, gender, dan lokasi geografis. kemiskinan tidak hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana

BAB I PENDAHULUAN. selain persoalan kemiskinan. Kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak bisa

Kata Pengantar BAB 4 P E N U T U P. Laporan Kinerja Pemerintah Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan pengangguran yang tinggi, keterbelakangan dan ketidak

pendapatan yang semakin merata. Jadi salah satu indikator berhasilnya pembangunan adalah ditunjukkan oleh indikator kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan adalah masalah bagi negara-negara di dunia terutama pada negara yang

BAB I PENDAHULUAN. (Pemekaran setelah Undang-Undang Otonomi Khusus) yang secara resmi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional dapat dikatakan berhasil apabila

BAB I PENDAHULUAN. menyerap angkatan kerja, pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat dengan

I. PENDAHULUAN. Apabila kita membicarakan tentang pembangunan daerah maka akan erat

Judul : Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengangguran, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kemiskinan di Provinsi Bali Nama : Ita Aristina NIM :

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, maka pembangunan harus dilaksanakan secara berkelanjutan,

BAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menyebabkan GNP (Gross National Product) per kapita atau pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang berkembang,yang memiliki ciri ciri negara

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam kekurangan uang dan tingkat pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain seperti tingkat kesehatan, pendidikan rendah, perlakuan tidak adil dalam hukum, terhadap ancaman tindak kriminal, ketidakberdayaannya dalam menentukan jalan hidupnya sendiri (Suryawati, 2005). Selain itu kemiskinan juga disebabkan karena banyaknya penduduk yang mempunyai keterbatasan akan akses terhadap pelayanan dasar seperti keterbatasan akses modal, sarana produksi, pemasaran, peningkatan kuantitas dan kulitas produk, sanitasi, pengaruh eksternal seperti fluktuasi harga BBM, tarif dan regulasi lain yang menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa serta semakin terbatasnya kemampuan penduduk untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Jika dilihat dari segi ekonomi penyebab kemiskinan seperti rendahnya pendapatan, keterbatasan lapangan pekerjaan, lambatnya pertumbuhan ekonomi dan rendahnya tingkat pendidikan. Kemiskinan merupakan salah satu masalah yang selalu muncul dalam kehidupan masyarakat. Implikasi dari permasalahan kemiskinan dapat melibatkan keseluruhan aspek kehidupan manusia, walaupun kehadirannya seringkali tidak disadari oleh manusia yang bersangkutan (Suparlan, 1995). kemiskinan merupakan salah satu masalah yang menghambat dari pertumbuhan ekonomi. Kemiskinan digambarkan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok atau kebutuhan hidup yang minimum yaitu sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan. 1

Dalam definisi yang lebih luas, kemiskinan bersifat multidimensional, artinya kemiskinan adalah ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan manusia yang beraneka ragam yang selanjutnya dapat dipandang melalui berbagai aspek. Ditinjau dari aspek primer kemiskinan meliputi miskin terhadap aset, rendahnya partisipasi organisasi sosial politik, serta terbatasnya pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan aspek sekunder mencakup miskin terhadap jaringan sosial, rendahnya sumber-sumber keuangan dan terbatasnya informasi. Indikasi dari kemiskinan dapat dilihat dari kenyataan seperti ketidaktersediaannya air bersih, gizi buruk, rendahnya pendidikan, banyaknya pengangguran dan lain-lain. Permasalahan kemiskinan di berbagai negara, khususnya negara sedang berkembang, telah menarik perhatian khusus bagi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dengan berkomitmen menghapus kemiskinan melalui program Sustainable Development Goals (SDGs). Program tersebut dijabarkan ke dalam 17 point pokok yang ingin dicapai pada tahun 2030, yaitu meliputi (1) Tanpa Kemiskinan, (2) Tanpa Kelaparan, (3) Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan, (4) Pendidikan Berkualitas, (5) Kesetaraan Gender, (6) Air Bersih dan Sanitasi, (7) Energi Bersih dan Terjangkau, (8) Pertumbuhan Ekonomi dan Pekerjaan yang Layak, (9) Industri, Inovasi dan Infrastruktur, (10) Mengurangi Kesenjangan, (11) Keberlanjutan Kota dan Komunitas, (12) Konsumsi dan Produksi Bertanggung Jawab, (13) Aksi Terhadap Iklim, (15) Kehidupan di Darat, (16) Institusi Peradilan yang Kuat dan Kedamaian, (17) Kemitraan untuk Mencapai Tujuan (Sutopo, 2014). Kemiskinan menjadi masalah yang penting saat ini di Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Sudah lebih dari 2

setengah abad Indonesia dalam kemiskinan. Dibandingkan dengan negara lain Indonesia masih jauh dari harapan kemakmuran dan kesejahteraan. Dibandingkan dengan negara tetangga Singapura, dahulunya pada awal kemerdekaannya tahun 1965 Singapura memiliki masalah yang kompleks. Namun pada masa sekarang ini Singapura menjadi negara dengan pendapatan per kapita tertinggi ketiga di dunia. Berbeda dengan Indonesia setelah berjalannya waktu perekonomian Indonesia masih berada pada negara berkembang. Masalah kemiskinan ini sangatlah kompleks dan bersifat multidimensional, dimana berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya. Kemiskinan terus menjadi masalah fenomenal di belahan dunia, khususnya Indonesia yang merupakan negara berkembang. Kemiskinan telah membuat jutaan anak tidak bisa mengenyam pendidikan, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya tabungan dan investasi, meningkatnya angka penagngguran, dan jumlah penduduk yang tidak terbendung jumlahnya. Namun dalam lima tahun terakhir, tingkat kemiskinan di Sumatera Barat cenderung turun. Dapat kita lihat pada grafik berikut ini: 3

Gambar 1.1 Perkembangan Penduduk Miskin di Sumatera Barat Tahun 2010-2014 (%) Tingkat Kemiskinan per Tahun (%) 10.00 9.00 8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 2010 2011 2012 2013 2014 Sumber: BPS Propinsi Sumatera Barat Dalam Angka, data diolah Berdasarkan gambar 1.1 dapat diketahui bahwa dari tahun 2010-2014 terlihat adanya kecenderungan penurunan tingkat kemiskinan di Sumatera Barat. Pada tahun 2010 tingkat kemiskinan di Sumatera Barat adalah 9,44% kemudian di tahun 2011 mengalami penurunan yaitu sebesar 8,99%. Pada tahun 2012 tingkat kemiskinan di Sumatera Barat mengalami penurunan lagi mencapai 8%, selanjutnya pada tahun 2013 tingkat kemiskinan di Sumatera Barat kembali mengalami penurunan yaitu sebesar 7,56% dan tahun berikutnya mengalami penurunan lagi yaitu 6,89 % pada tahun 2014. Umumnya penyebab kemiskinan berasal dari sifat malas masyarakat untuk berusaha dan tingkat pendidikan yang rendah. Tingkat kesejahteraan di kabupaten/kota di Sumatera Barat masih belum merata dan tergolong tinggi. Terdapat enam kabupaten yang tergolong tingkat kemiskinan cukup tinggi yaitu, kepulauan Mentawai, kabupaten Dharmasraya, kabupaten Solok Selatan, 4

kabupaten Pasaman, kabupaten solok, dan kabupaten Padang Pariaman. Keenam kabupaten ini memiliki tingkat kemiskinan diatas 9%. Dari keseluruhan kabupaten kota di Sumatera Barat, kabupaten Kepulauan Mentawai memiliki angka tertinggi kemiskinan dengan 14,96%. Selain itu faktor lainnya yang mempengaruhi kemiskinan adalah pengangguran. Jika dilihat semakin berlangsungnya waktu kesempatan kerja bagi tenaga kerja berkurang. Sempitnya kesempatan kerja menyebabkan semakin bertambahnya angka pengangguran. Sehingga menyebabkan meningkatnya angka kemiskinan. Dalam lima tahun terakhir dapat kita lihat tingkat pengangguran terbuka dalam gambar berikut ini: Gambar 1.2 Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka di Sumatera Barat Tahun 2010-2014 (%) Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 2010 2011 2012 2013 2014 Sumber: BPS Propinsi Sumatera Barat Dalam Angka, data diolah Berdasarkan gambar 1.2 dapat diketahui bahwa dari tahun 2010-2014 terlihat adanya fluktuasi tingkat pengangguran di Sumatera Barat. Pada tahun 2010 pengangguran Sumatera Barat mencapai 6,95% kemudian di tahun 2011 5

mengalami peningkatan yaitu 7,52%. Pada tahun 2012 tingkat pengangguran terbuka di Sumatera Barat mengalami penurunan yaitu 6,21%, namun pada tahun 2013 pengangguran terbuka di Sumatera Barat kembali mengalami kenaikan yaitu 6,97% dan tahun berikutnya mengalami penurunan lagi dan hanya mencapai 6,18% di tahun 2014. Angka ini menenpatkan Sumatera Barat sebagai provinsi dengan tingkat pengangguran terbuka paling tinggi ke 9 dimana tingkat pengangguran terbuka Sumatera Barat masih jauh diatas rata-rata Nasional dengan 5,92%. Terdapat kabupaten kota dengan tingkat pengangguran terendah di Sumatera Barat yaitu kabupaten Kepulauan Mentawai, Kabupaten Solok, kabupaten Pasaman, kabupaten Dharmasraya, kabupaten Lima Puluh Kota dan kota Bukittinggi. Sedangkan daerah yang memiliki tingkat pengangguran terbuka tertinggi di Sumatera Barat adalah Kota Padang dan terendah adalah kabupaten Lima Puluh Kota. Selain itu faktor lainnya yang mempengaruhi kemiskinan adalah pendidikan. Tingkat pendidikan di Sumatera Barat dalam kondisi baik dibandingkan dengan angka nasional. Sumatera Barat mempunyai angka rata-rata lama sekolah baik, namun dalam kenayataannya masih banyak terdapat kemiskinan di Sumatera Barat. Berikut ini adalah gambaran lama sekolah penduduk Sumatera Barat lima tahun terakhir: 6

Gambar 1.3 Perkembangan Lama Sekolah Penduduk di Sumatera Barat Tahun 2010-2014 (tahun) 8.35 Lama Sekolah Penduduk (tahun) 8.30 8.25 8.20 8.15 8.10 8.05 2010 2011 2012 2013 2014 Sumber: BPS Propinsi Sumatera Barat Dalam Angka, data diolah Berdasarkan gambar 1.3 dapat diketahui bahwa dari tahun 2010-2014 terlihat adanya peningkatan lama sekolah penduduk di Sumatera Barat. Pada tahun 2010 lama sekolah penduduk Sumatera Barat yaitu 8,13 tahun kemudian di tahun 2011 mengalami peningkatan yaitu 8,20 tahun. Pada tahun 2012 lama sekolah penduduk di Sumatera Barat mengalami peningkatan lagi mencapai 8,27 tahun. Selanjutnya pada tahun 2013 lama sekolah penduduk Sumatera Barat kembali mengalami kenaikkan yaitu sebesar 8,28 tahun dan tahun berikutnya mengalami peningkatan lagi mencapai 8,29 tahun di tahun 2014. Masa atau waktu rentang penduduk dalam bersekolah mempengaruhi kemiskinan. Di Sumatera Barat terdapat beberapa daerah yang memiliki lama sekolah lebih dari 10 tahun seperti, kota Padang, kota Padang Panjang, kota Solok, dan kota Bukittinggi. Sementara daerah yang memiliki angka lama sekolah 7

penduduk terendah adalah Kabupaten Kepulauan Mentawai dengan rata-rata 6,19 tahun. Selanjutnya faktor yang mempengaruhi kemiskinan adalah angka harapan hidup Kemiskinan suatu daerah dipengaruhi oleh tingkat kesehatan masyarakatnya. Angka Harapan Hidup saat lahir adalah rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir pada suatu tahun tertentu. Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Angka Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan dan program social lainnya termasuk program pemberantasan kemiskinan. Berikut ini adalah gambaran angka harapan hidup di Sumatera Barat lima tahun terakhir: Gambar 1.4 Angka Harapan Hidup di Sumatera Barat Tahun 2010-2014 (%) 68.40 Angka Harapan Hidup (tahun) 68.20 68.00 67.80 67.60 67.40 67.20 2010 2011 2012 2013 2014 Sumber: BPS Propinsi Sumatera Barat Dalam Angka, data diolah 8

Berdasarkan gambar 1.4 dapat diketahui bahwa dari tahun 2010-2014 terlihat adanya kecenderungan kenaikkan angka harapan hidup di Sumatera Barat. Pada tahun 2010 angka harapan hidup di Sumatera Barat yaitu 67,59 tahun kemudian di tahun 2011 mengalami kenaikan yaitu 67,79 tahun. Pada tahun 2012 angka harapan hidup Sumatera Barat mengalami kenaikan yaitu 68 tahun, selanjutnya pada tahun 2013 angka harapan hidup di Sumatera Barat kembali mengalami peningkatan yaitu 68,21 tahun dan tahun berikutnya mengalami peningkatan lagi mencapai 68,32 tahun di tahun 2014. Di Sumatera Barat angka harapan hidup tertinggi yaitu kota Padang dengan 73,18 tahun sedangkan yang paling terendah yaitu kabupaten kepulauan Mentawai dengan angka harapan Hidup 63,55 tahun. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk miskin yang cukup besar dibandingkan dengan negara lain, penduduknya banyak yang berada dibawah garis kemiskinan. dalam artian pendapatan yang mereka dapatkan tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya seperti kebutuhan akan rumah layak huni, kebutuhan akan makanan yang memenuhi standar gizi, pemenuhan kebutuhan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh, pendidikan yang layak dan kebutuhan kesehatan yang layak dan dapat hidup sehat. Pendapatan yang mereka peroleh tidak dapat memenuhi kebutuhan yang seharusnya dapat mereka penuhi, sehingga mereka dihadapkan dengan berbagai macam masalah yang menjerumuskan pada jurang kemiskinan. Sumatera Barat dengan luas 42.297,32 km2 dengan 12 kabupaten dan 7 kota menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi setidaknya mengurangi angka kemiskinan Sumatera 9

Barat. Pemerintah Indonesia menyadari bahwa pembangunan nasional adalah salah satu upaya untuk menjadi tujuan masyarakat adil dan makmur. Sejalan dengan tujuan tersebut, berbagai kegiatan pembangunan telah diarahkan kepada pembangunan daerah khususnya daerah yang relatif mempunyai kemiskinan yang terus naik dari tahun ke tahun. Pembangunan daerah dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan sesuai prioritas dan kebutuhan masing-masing daerah dengan akar dan sasaran pembangunan nasional yang telah ditetapkan melalui pembangunan jangka panjang dan jangka pendek. Oleh karena itu, salah satu indikator utama keberhasilan pembangunan nasional adalah laju penurunan tingkat kemiskinan penduduk. Efektivitas dalam menurunkan tingkat kemiskinan merupakan pertumbuhan utama dalam memilih strategi atau instrumen pembangunan. Hal ini berarti salah satu kriteria utama pemilihan sektor titik berat atau sektor andalan pembangunan nasional adalah efektivitas dalam penurunan tingkat kemiskinan. (Pantjar Simatupang dan Saktyanu K, 2003) Pemerintah baik pusat maupun daerah telah berupaya dalam melaksanakan berbagai kebijakan dan program-program penanggulangan kemiskinan namun masih jauh dari induk permasalahan. Kebijakan dan program yang dilaksanakan belum menampakkan hasil yang optimal. Masih terjadi kesenjangan antara rencana dengan pencapaian tujuan karena kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan lebih berorientasi pada program sektoral. Oleh karena itu diperlukan suatu strategi penanggulangan kemiskinan yang terpadu, terintegrasi dan sinergis sehingga dapat menyelesaikan masalah secara tuntas. 10

Permasalahan strategis di pemerintahan Provinsi Sumatera Barat tidak jauh berbeda dengan di pemerintahan pusat (problem nasional), yakni masih tingginya angka kemiskinan jika di bandingkan dengan provinsi lain. Oleh karena itu, kemiskinan menjadi tanggung jawab bersama, terutama pemerintah sebagai penyangga proses perbaikan kehidupan masyarakat dalam sebuah pemerintahan, untuk segera mencari jalan keluar atau solusi dengan merumuskan langkahlangkah yang sistematis dan strategis sebagai upaya pengentasan kemiskinan. Pada hakekatnya pembangunan daerah dianjurkan tidak hanya memusatkan perhatian pada pertumbuhan ekonomi saja namun juga mempertimbangkan bagaimana kemiskinan yang dihasilkan dari suatu proses pembangunan daerah tersebut. Menurut Esmara (dikutip dari Deni Tisna, 2008) dalam ilmu ekonomi dikemukakan berbagai teori yang membahas tentang bagaimana pembangunan ekonomi harus ditangani untuk mengejar keterbelakangan. Sampai akhir tahun 1960, para ahli ekonomi percaya bahwa cara terbaik untuk mengejar keterbelakangan ekonomi adalah dengan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi setinggi-tingginya, sehingga dapat melampaui tingkat pertumbuhan penduduk. Dengan cara tersebut angka pendapatan per kapita akan meningkat sehingga secara otomatis terjadi pula peningkatan kemakmuran masyarakat. Berdasarkan penjabaran tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana pengaruh tingkat pengangguran terbuka, pendidikan, dan angka harapan hidup terhadap kemiskinan. Dimana tingkat pengangguran terbuka, pendidikan, dan angka harapan hidup merupakan salah satu bagian dari penentu keberhasilan atau tidaknya pengentasan kemiskinan sehingga penulis melakukan 11

penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka, Pendidikan, dan Angka Harapan Hidup terhadap Kemiskinan di Sumatera Barat 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Bagaimana pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka terhadap tingkat kemiskinan di Sumatera Barat? b. Bagaimana pengaruh pendidikan terhadap tingkat kemiskinan di Sumatera Barat? c. Bagaimana pengaruh Angka Harapan Hidup terhadap tingkat kemiskinan di Sumatera Barat? 1.3.Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dengan adanya penelitian ini adalah: a. Menganalisis pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka terhadap tingkat kemiskinan di Sumatera Barat. b. Menganalisis bagaimana pengaruh pendidikan terhadap tingkat kemiskinan di Sumatera Barat. c. Menganalisis bagaimana pengaruh Angka Harapan Hidup terhadap tingkat kemiskinan di Sumatera Barat. 12

1.4.Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: a. Bagi penulis, penilitian ini merupakan tambahan wawasan bidang ekonomi, sehingga penulis dapat mengembangkan ilmu yang di peroleh selama mengikuti perkuliahan. b. Masyarakat akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran mengenai Pengaruh Tingkat Pengangguran terbuka, Pendidikan, dan Angka Harapan Hidup terhadap Kemiskinan di Sumatera Barat. c. Pemerintah terkait (Stakeholder), hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi kebijakan pembangunan pemerintah yang terutama terkait dengan Tingkat Pengangguran terbuka, Pendidikan, dan Angka Harapan Hidup di Sumatera Barat. 1.5. Ruang lingkup Penelitian ini akan dapat dilakukan secara terarah dan lebih fokus atas masalah yang diteliti, maka perlu ruang lingkup penelitian yaitu waktu penelitian (time series) yang digunakan mulai dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 dan daerah penelitian adalah 19 kabupaten/kota di provinsi sumatera Barat. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat pengangguran terbuka, lama sekolah penduduk, dan angka harapan hidup sedangkan untuk variabel terikatnya adalah tingkat kemiskinan di provinsi Sumatera Barat. 13

1.6. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Menjelaskan tentang informasi umum yaitu latar belakang masalah yang mendasari diadakannya penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Mengemukakan konsep dasar teori yang ada kaitannya dengan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran, dan tingkat pendidikan. Disamping itu juga dijelaskan beberapa studi yang telah dilakukan sebelumnya, yang berkaitan dengan penelitian ini. BAB III : METODE PENELITIAN Dalam bab ini menjelaskan tentang variabel-variabel penelitian dan defenisi operasional, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, serta pada akhir bab akan dilakukan pengolahan data. BAB IV : GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Pada bab ini akan menguraikan kondisi umum daerah dan menjelaskan perkembangan tingkat kemiskinan di provinsi Sumatera Barat. 14

BAB V : TEMUAN EMPIRIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Dalam bab ini memuat hasil dan pembahasan dan analisa data yang telah diteliti serta merumuskan kebijakan apa yang perlu dan bisa diambil dalam penelitian ini. BAB VI : PENUTUP Mengemukakan kesimpulan dan saran yang perlu disampaikan kepada pihak pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian. 15