BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sikap Bahasa Siswa Sekolah Dasar Terhadap Bahasa Daerah Dan Bahasa Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Ari Kartini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. tinggal di daerah tertentu, misalnya bahasa Bugis, Gorontalo, Jawa, Kaili (Pateda

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia. Bahasa terdiri atas bahasa lisan dan tulisan. Sebagai bagian dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian Landasan Dasar, Asas, dan Prinsip K3BS Keanggotaan Masa Waktu Keanggotaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan suatu bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dipakai dalam interaksi antara dua orang atau lebih dan dapat

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gio M. Johan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan masyarakat dapat mempengaruhi perubahan bahasa. Era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia adalah bahasa Negara Republik Indonesia yang tercantum

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ABSTRAK... KATA PENGANTAR.. UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR TABEL...

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Anak sekolah di taman kanak-kanak hingga mahasiswa di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah penutur lebih dari satu juta jiwa (Bawa, 1981: 7). Bagi

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

JURNAL LOGIKA, Vol XVIII, No 3, Desember 2016 p-issn: e-issn:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan

keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada (Yamin, 2010:64). Tetapi terkadang dalam

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dalam penggunaannya di tengah adanya bahasa baru dalam masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi menggunakan simbol-simbol vokal

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan untaian kata-kata yang diatur sedemikian rupa sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini peranan bahasa sebagai alat komunikasi masih sangat penting. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

Sikap Bahasa Masyarakat Urban terhadap Bahasa Indonesia. (Menemukan Tipe Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Wilayah Rural dan Urban)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENYEBAB INTERFERENSI GRAMATIS

BAB VII KESIMPULAN. penyerapan mengalami penyesuaian dengan sistem bahasa Indonesia sehingga

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Manusia memerlukan bahasa sebagai alat komunikasi. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Pada era perkembangan seperti ini setiap Negara perlu menggali dan mengenal serta

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Amanda Putri Selvia, 2013

ANALISIS PENGGUNAAN SINGKATAN SMS PADA RUBRIK GAUL DI SURAT KABAR SOLOPOS EDISI DESEMBER-JANUARI 2009/2010 SKRIPSI

BAB II SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan

Dalam Acara ORIENSTASI STUDI DAN PENGENALAN KAMPUS BAGI MAHASISWA BARU TAHUN AKADEMIK 2016/2017. Drs. Suprijatna

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2015 PENERAPAN NILAI-NILAI PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. tradisi dan budaya yang sangat tinggi. Bahasa merupakan Sistem lambang bunyi

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. keturunan, seperti penarikan garis keturunan secara patrilineal artinya hubungan

BAB I PENDAHULUAN. ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: Kami poetra dan poetri

I. PENDAHULUAN. tinggi yang mencapai puncaknya. Seiring berkembangnya zaman, rasa. nasionalisme dikalangan pemuda kini semakin memudar.

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana,

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI

Gorontalo untuk berkomunikasi. Selain bahasa Gorontalo, Provinsi Gorontalo

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

Abstraksi. Kata kunci: dialektologi, sikap, bahasa, minang, rantau

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu daerah di Indonesia dan suku Simalungun menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. perasaan (Sumarsono, 2004: 21).Selanjutnya, dengan bahasa orang-orang dapat berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Sebagai ilustrasi, orang Batak dan Sunda beranggapan bahwa mereka halus dan. sopan sedangkan orang Batak kasar, nekad, suka berbicara keras, pemberang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni (IPTEKS) telah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri

BAB I PENDAHULUAN. negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi: (a) lambang

BAB I PENDAHULUAN. ayat 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang

2014 SAJARAH CIJULANG

BAB 1 PENDAHULUAN. hal komunikasi telah mengalami berbagai perubahan. Hal ini dapat terlihat dari

I. PENDAHULUAN. suku bangsa yang secara bersama-sama mewujudkan diri sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran 2011/2012. Bab 1 ini mencakup latar belakang masalah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain, maka mereka

I. PENDAHULUAN. terdapat beranekaragam suku bangsa, yang memiliki adat-istiadat, tradisi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki makna yang sama. Salah satu fungsi dari bahasa adalah sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi yang sangat dibutuhkan manusia dalam menyampaikan suatu maksud

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam menyampaikan pendapat terhadap masyarakat, baik berupa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sosial masyarakat karena tanpa bahasa masyarakat akan sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat desa, kota, tua, maupun muda menggunakan bahasa sebagai alat berkomunikasi untuk pelbagai keperluan dan kepentingan. Sangat pantas jika dalam tulisannya Istiqamah menyebut bahasa sebagai urat nadi dan kebutuhan primer manusia (Istiqamah, 2014, hlm. 352). Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai jumlah bahasa terbanyak di dunia. Penelitian yang dilakukan oleh Summer Institute of Linguistics pada tahun 2006 mencatat setidaknya terdapat 741 bahasa (Huri, 2010, hlm. 2). Setiap bahasa yang ada di daerah atau provinsi di Indonesia memiliki ciri dan dialek tersendiri, dan setiap bahasa di daerah tersebut disebut dengan bahasa daerah. Hal ini diperkuat dengan lahirnya undang-undang (UU) Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 pasal 1 ayat 6 tentang bendera, bahasa, dan lambang negara serta lagu kebangsaan, yaitu Bahasa daerah adalah bahasa yang digunakan secara turun-temurun oleh warga negara Indonesia di daerah-daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Undang-Undang Dasar (UUD) tahun 1945 pasal 32 ayat 2 juga menegaskan bahwa Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional. Keberadaan bahasa daerah menunjukkan keberadaan atau identitas suatu suku yang ada di negara Indonesia, karena salah satu fungsi bahasa daerah adalah sebagai lambang identitias dan jati diri. Misalnya, masyarakat Jawa yang tinggal di Sumatera namun tetap menggunakan bahasa Jawa dalam kesehariannya. Maka masyarakat di sekelilingnya dapat mengidentifikasi bahwa mereka berasal dari pulau Jawa tanpa harus diberitahu. Begitu pula dengan seseorang yang berbicara bahasa Minang di pulau Jawa, tanpa diberitahu orang yang ada disekitarnya sudah tahu bahwa orang tersebut berasal dari Padang, seseorang yang menggunakan bahasa atau dialek Batak di pulau Jawa, masyarakat di sekitarnya sudah pasti tahu bahwa orang tersebut berasal dari Medan. Seseorang yang berbicara bahasa Aceh di pulau Jawa, masyarakat di sekitarnya sudah pasti tahu bahwa orang tersebut berasal dari Aceh. Semua itu diidentifikasi dari bahasa yang digunakan.

2 Dalam bahasa Indonesia kita sering mendengar pepatah Bahasa Menunjukkan Bangsa (Sumarsono & Partana, 2004, hlm. 68). Pepatah tersebut memiliki makna bahwa suku atau etnis tertentu dapat diidentifikasi melalui bahasa yang mereka gunakan, juga melalui nama depan maupun nama belakang seseorang. Namun pepatah tersebut tidak selamanya tepat, karena banyak penutur bahasa daerah yang tidak berasal dari daerah bahasa yang digunakan. Hal itu terjadi karena berbagai faktor, seperti faktor keturunan, dan lingkungan tempat tinggal. Persaingan bahasa daerah dengan bahasa Indonesia dan bahasa asing dalam kehidupan masyarakat zaman modern dapat diibaratkan sebagai perang, di mana bahasa daerah mengalami kekalahan. Sehingga tidak banyak masayarakat yang bangga menggunakan bahasa daerah. Tidak heran jika ada masyarakat yang masih mempertahankan bahasa daerah atau berbicara dengan aksen daerah akan menjadi bahan bullying teman-teman sepergaulannya. Meskipun kedudukan bahasa daerah diakui oleh UU sebagai bagian dari kebudayaan nasiaonal. Namun pada kenyataannya bahasa daerah sering dikesampingkan oleh kebanyakan masyarakat yang tinggal di perkotaan yang telah banyak dipengaruhi oleh kemajuan dibidang teknologi. Banyak pula dijumpai orang tua yang tidak lagi mengajarkan bahasa daerah kepada anak-anak mereka, yang pada akhirnya penutur bahasa daerah semakin berkurang. Padahal selain sebagai lambang identitas dan jati diri, penggunaan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari juga memiliki beberapa kelebihan, seperti kemudahan dalam menyampaikan maksud dan isi pembicaraan. Berbeda dengan bahasa Indonesia dan bahasa asing yang harus memilih kata yang tepat agar apa yang disampaikan bisa dimengarti oleh lawan bicara. Kelebihan atau keunggulan lain dari penggunaan bahasa daerah adalah tumbuhnya ikatan batin antara pembicara dengan yang diajak berbicara, sehingga suasana menjadi lebih nyaman. Kemajuan dibidang teknologi seperti media massa, game online, dan media sosial seperti facebook, twitter, instagram, path, whats app, juga telah menjangkiti anak-anak yang berada pada rentang usia sekolah dasar. Salah satu dampak negatif yang ditimbulkan dari kemajuan teknologi ini adalah memudarnya rasa cinta terhadap bahasa negeri sendiri. Anak-anak mulai terbiasa menggunakan

3 bahasa-bahasa asing yang terdapat dalam media sosial tersebut, yang mengakibatkan hilangnya beberapa kosakata dalam bahasa kita, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Jika keadaan seperti ini terus berlanjut maka akan ada dua ancaman serius terhadap perkembangan bahasa, baik itu bahasa Indonesia maupun bahasa daerah, yaitu ketersingkiran dan kepunahan (Putra, 2014, hlm. 9). Selanjutnya, Putra menjelaskan ketersingkiran bahasa paling tidak ada dua macam. Pertama, tersingkirnya dari arena sosial. Hal ini terjadi karena jarangnya digunakan ketika berbicara dan digantikan dengan kata-kata dari bahasa lain. Misalnya dalam bahasa Aceh kata cinue sudah tergantikan dengan kata gayong/gayung, kata tingkap terganti dengan jendela, kata wareh/syedara terganti dengan kata saudara, kata paruy terganti dengan kata ipar, kata dabeuh terganti dengan kata barang begitu juga dengan kata boh limo yang hampir jarang digunakan oleh masyarakat Aceh karena sudah digantikan oleh kata jeruk. Begitu pula dengan bahasa Indonesia, banyak kosakata dalam bahasa Indonesia yang sudah tergantikan dengan bahasa asing. Seperti kata merah jambu yang tergantikan dengan kata pink, kata maaf tergantikan dengan kata sorry, kata keluar tergantikan dengan kata exit, kata telepon seluler tergantikan dengan kata handphone dan kata diam tergantikan dengan kata silent. Kedua, berkurangnya arena sosial bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Sama seperti bahasa daerah lain di Indonesia, bahasa Aceh juga memiliki tingkatan-tingkatan tersendiri mulai dari tingkatan halus, sedang, dan kasar atau rendah. Penggunaan bahasa halus sudah sangat jarang dijumpai, hanya segelintir orang saja yang masih menggunakannya, itupun hanya kalangan orang-orang tua. Dikalangan generasi muda lebih banyak menggunakan bahasa yang ada pada tingkatan sedang yang masih tergolong sopan, namun tidak sedikit pula yang menggunakan kosakata yang ada pada tingkatan kasar. Misalnya kata ulon tuan/lon tuan yang berarti saya merupakan tingkatan paling halus sudah jarang terdengar. Kebanyakan masyarakat Aceh sekarang hanya menyebutkan kata lon saja yang mempunyai makna sama namun tingkatannya berbeda. Dewasa ini banyak anak yang tidak lagi menggunakan bahasa daerah. Selain karena faktor yang disebutkan di atas juga karena faktor perkawinan antarsuku,

4 menetap di daerah lain yang dalam kesehariannya menggunakan bahasa Indonesia yang bercampur dengan bahasa asing. Juga enggannya orang tua menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa sehari-hari karena dianggap kuno dan masih tradisional. Perpindahan penduduk dari daerah ke kota di mana bahasa Indonesia sangat dominan juga menjadi penyebab hilangnya atau berkurangnya penutur bahasa daerah yang ditinggalkan. Salah satunya adalah mereka yang pindah ke kota Bandung. Terlebih gaya hidup yang menuntut seseorang terlihat cerdas di lingkungan barunya, membuat mereka malu menggunakan bahasa daerah atau bahasa ibu dan lebih banyak bertutur dengan bahasa Indonesia meskipun lawan bicara berasal dari daerah yang sama. Hal ini juga berlaku bagi anak-anak mereka, yang sedari kecil sudah bertutur dengan bahasa Indonesia. Kemudian, banyak keluarga modern yang menyepakati penggunaan bahasa Indonesia dalam ruamh tangga, serta pembenaran penggunaan bahasa daerah yang bercampur dengan bahasa Indonesia. Kota Bandung merupakan salah satu kota yang penduduknya heterogen, dan selalu menjadi daya tarik bagi masyarakat yang berasal dari luar pula Jawa. Termasuk masyarakat Aceh yang selalu menjadikan kota Bandung sebagai tujuan untuk mengembangkan usaha. Banyak pula mahasiswa-mahasiswa di pelbagai universitas yang ada di Bandung berasal dari Tanah Rencong. Tidak heran jika populasi masyarakat Aceh di kota Bandung terus bertambah setiap tahunnya, dan tidak sedikit pula masyarakat yang berasal dari Serambi Mekkah akhirnya membina keluarga di tanah Sunda khususnya kota Bandung. Baik itu yang menikah dengan masyarakat Sunda atau dengan suku lainnya namun memilih tinggal di kota Bandung. Anak-anak yang terlahir dari perkawinan antarsuku seperti disebutkan di atas merupakan anak yang dwibahasawan sejak lahir, dan anak yang dwibahasawan sangat rentan terjadinya interferensi dalam berbahasa. Rusyana mengatakan bahwa dalam kasus interferensi, biasanya bahasa yang satu dianggap lebih berprestise dari bahasa yang lain (Kartini, 2013, hlm. 2). Penggunaan bahasa Indonesia pada anak-anak di lingkungan keluarga bukannya tidak dibolehkan, selama bahasa Indonesia yang digunakan adalah bahasa Indonesia yang baik dan benar, dengan kata lain tidak bercampur dengan bahasa asing, dan tidak

5 menggunakan bahasa-bahasa gaul. Akan tetapi harus diperhatikan pula ruang lingkup, fungsi, serta kegunaannya. Jika berbicara di lingkungan keluarga, diharapkan untuk selalu menggunakan bahasa daerah, dan ketika berada di lingkungan luar seperti sekolah maka dapat menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Dalam acara peringatan hari besar Islam (PHBI) yang diselenggarakan oleh keluarga masyarakat Aceh-Bandung (KAMABA) setiap tahunnya, penulis menemukan anak-anak keturunan Aceh yang tidak lagi menggunakan bahasa Aceh, melainkan menggunakan bahasa Indonesia ketika bertutur dengan orang tuanya maupun dengan teman sebaya yang juga berasal dari Aceh. Jika disimak, bahasa Indonesia yang digunakanpun sudah bercampur dengan bahasa asing dan bahasa gaul, yang jelas-jelas merusak kaidah bahasa indonesia. Untuk mengantisipasi hal-hal yang telah disebutkan di atas, maka diperlukan kepedulian dari orang tua dan masyarakat untuk terus menjaga warisan budaya dan khazanah bahasa terutama bahasa daerah di manapun berada. Pentingnya melestarikan bahasa daerah karena adanya hubungan timbal balik antara bahasa daerah dengan bahasa Indonesia, seperti yang dikemukakan oleh Muslich (2010, hlm. 10) bahasa Indonesia hidup berdampingan dengan bahasabahasa daerah. UUD 1945 juga menegaskan bahwa Negara menghormati dan memilihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional. Jadi, dengan menjaga dan melestarikan bahasa daerah, berarti telah menjaga salah satu dari banyaknya budaya yang ada di Indonesia. Pembinaan dan pengembangan bahasa daerah merupakan suatu keharusan, di samping pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia. Keharusan ini tertuang dalam penjelasan UUD 1945 Bab XV pasal 36 yang berbunyi "Di daerah-daerah yang mempunyai bahasa sendiri, yang dipelihara, oleh rakyatnya dengan baik-baik, maka bahasa-bahasa itu akan dihormati dan dipelihara juga oleh Negara. "Sehubungan dengan penjelasan UUD 1945, bahasa Aceh sebagai salah satu bahasa daerah yang masih hidup dan masih dipakai oleh masyarakat Aceh perlu dipelihara dan dibina sehingga akan berfungsi sesuai dengan kedudukannya selaku bahasa daerah. Pada kesempatan lain, pembinaan terhadap bahasa Indonesia juga sesuatu yang patut diperhatikan, agar anak-anak tidak

6 mencampuradukkan bahasa Indonesia dengan bahasa asing, dan diharapkan siswa-siswa sekolah dasar mampu berbicara dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Berangkat dari beberapa permasalahan yang telah diuraikan di atas, penulis mencoba melakukan penelitian tentang sikap bahasa siswa sekolah dasar terhadap bahasa daerah dan bahasa Indonesia pada anak-anak keturunan Aceh di kota Bandung. Baik itu anak yang kedua orang tuanya sama-sama bersuku Aceh maupun anak yang kedua orang tuanya berasal dari suku yang berbeda, seperti Aceh-Sunda dan Aceh-Melayu. Penelitian tentang sikap bahasa sudah banyak dilakukan, sebut saja Wardani, dkk (2013) yang meneliti tentang sikap bahasa siswa terhadap bahasa Indonesia yang ditinjau dari aspek konatif, afektif, dan kognitif. Selain Wardani, dkk, Ari Kartini juga melakukan penelitian yang sama pada tahun 2013, namun dengan tempat dan subjek yang berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh Kartini adalah untuk melihat sikap bahasa dan kemampuan berbahasa masyarakat dwibahasawan pada masyarakat Sindang Sari kabupaten Garut. Hasil penelitian dari Wardani, dkk, menunjukkan sikap bahasa yang negatif dari aspek konatifnya, sedangkan pada aspek afektif berada pada katagori positif, dan aspek kognitif berada pada katagori netral. Hasil penelitian Kartini juga menunjukkan sikap yang negatif terhadap bahasa daerah yaitu bahasa Sunda, yang hanya 33,58%. Selain itu, kaidah-kaidah bahasa Sunda yang digunakan juga belum sesuai dengan kaidah undak usuk bahasa Sunda. Penelitian yang dilakukan oleh Wardani, dkk, dan Kartini tentu berbeda dengan penelitian yang ingin penulis lakukan, karena partisipan dalam penelitian ini adalah siswa-siswa sekolah dasar di kota Bandung yang memiliki garis keturunan Aceh. Untuk itu penulis mengangkat penelitian yang berjudul Sikap Bahasa Siswa Sekolah Dasar terhadap Bahasa Daerah dan Bahasa Indonesia (studi kasus penggunaan bahasa Aceh dan bahasa Indonesia pada anak-anak keturunan Aceh di kota Bandung). B. Identifikasi Masalah Penelitian Masalah yang berhubungan dengan penelitian ini yaitu sikap bahasa siswa sekolah dasar terhadap bahasa daerah dan bahasa Indonesia pada anak-anak

7 keturunan Aceh di kota Bandung. Baik itu yang kedua orang tuanya bersuku Aceh, maupun yang kedua orang tuanya dari suku yang berbeda, seperti Aceh-Sunda dan Aceh Melayu. Saat ini banyak dari anak-anak keturunan Aceh mulai malu alias tidak bangga menggunakan bahasa Aceh, menganggap bahasa Aceh bukanlah bahasa yang harus ia pelajari dan dilestarikan, penggunaan bahasa Aceh yang bercampur dengan bahasa Indonesia, pengaruh teknologi informasi yang menyebabkan siswa-siswa sekolah dasar dengan mudah menyerap bahasa asing, dan mengesampingkan bahasa daerah maupun bahasa Indonesia. C. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan, penulis merumuskan permasalahan tersebut ke dalam rumusan masalah, yaitu bagaimakakah sikap bahasa anak-anak keturunan Aceh di kota Bandung terhadap bahasa daerah dan bahasa Indonesia. Dari rumusan masalah di atas, penulis membuat beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah sikap bahasa anak-anak keturunan Aceh di kota Bandung terhadap bahasa Aceh? 2. Bagaimanakah sikap bahasa anak-anak keturunan Aceh di kota Bandung terhadap bahasa Indonesia? 3. Faktor apa saja yang memengaruhi sikap bahasa anak-anak keturunan Aceh di kota Bandung terhadap bahasa Aceh dan bahasa Indonesia? 4. Bagaimana program pembinaan sikap bahasa anak-anak keturunan Aceh di kota Bandung terhadap bahasa daerah dan bahasa Indonesia? D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Mendeskripsikan sikap bahasa anak-anak keturunan Aceh di kota Bandung terhadap bahasa Aceh. 2. Mendeskripsikan sikap bahasa anak-anak keturunan Aceh di kota Bandung terhadap bahasa Indonesia.

8 3. Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi sikap bahasa anak-anak keturunan Aceh di kota Bandung terhadap bahasa Aceh dan bahasa Indonesia. 4. Tersusunnya program pembinaan sikap bahasa pada anak-anak keturunan Aceh di kota Bandung terhadap bahasa daerah dan bahasa Indonesia. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberi manfaat bagi pembaca dan peneliti sendiri, baik itu yang bersifat teoritis maupun bersifat praktis. Secara teori diharapkan dapat memperkaya ilmu tentang kebahasaan (fonologi, morfologi, semantik, dan sintaksis), kajian tentang sikap bahasa, serta program pembinaan bahasa daerah dan bahasa Indonesia. Adapun secara praktis penelitian ini diharapkan dapat mempermudah guru-guru dan orang tua untuk terus melestarikan bahasa daerah, serta menumbuhkan sikap bahasa yang positif pada siswa sekolah dasar. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberi manfaat bagi masyarakat Aceh di kota Bandung dalam melestarikan dan mengajari anak-anak mereka untuk bangga menggunakan bahasa Aceh, dan juga memiliki sikap yang postif terhadap bahasa daerah juga terhadap bahasa Indonesia. F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan tesis ini mengikuti pedoman yang ada dalam buku pedoman penulisan karya ilmiah UPI tahun akademik 2014/2015. Penulisan tesis ini dimulai dari judul yaitu Sikap Bahasa Siswa Sekolah Dasar terhadap Bahasa Daerah dan Bahasa Indonesia (studi kasus pada anak-anak keturunan Aceh di kota Bandung. Bab I terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Dalam latar belakang penelitian, penulis mengilustrasikan beberapa masalah kebahasaan yang terjadi pada anak-anak keturunan Aceh di kota Bandung. Rumusan masalah memuat beberapa pertanyaan yang muncul berdasarkan latar belakang penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan yang terdapat dalam rumusan masalah. Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis terhadap perkembangan ilmu bahasa maupun secara praktis bagi guru dan orang tua.

9 Bab II penulis memaparkan landasan teori yang mendukung penelitian ini. Seperti teori tentang sikap bahasa, teori bahasa Indonesia, teori tentang bahasa daerah, kaidah bahasa Aceh, kedwibahasaan, masyarakat dan budaya, dan yang terakhir teori tentang bahasa dan masyarakat. Pada bab III, penulis memaparkan metodologi penelitian yang meliputi metode penelitian, tahapan penelitian, partisipan dan tempat penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan definisi operasional variabel. Adapun bab IV mendeskripsikan semua hasil temuan dan pembahasan. Bab V berisi simpulan dan juga beberapa rekomendasi berdasarkan hasil temuan.