BAB 1 PENDAHULUAN. Peranan industri kecil dalam perekonomian Indonesia dirasakan sangat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. cukup penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap

EKSISTENSI HOME INDUSTRI TAPE KETAN DI DESA TARIKOLOT KECAMATAN CIBEUREUM KABUPATEN KUNINGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah.

PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulyadi, 2014 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat perekonomian nasional mengalami stagnasi, usaha mikro, kecil

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali di Indonesa. Peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia diakui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Risna Khoerun Nisaa, 2013

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang. mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang

PENDAHULUAN. Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki kontribusi yang cukup. penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan nasional adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan industri kecil menengah sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Semen adalah komoditas yang penting bagi Indonesia. Sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat.

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL, TRIWULAN III TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. berkepanjangan, hampir semua perusahaan yang ada mengalami kemunduran

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR STRATEGIS. kelemahan PKPBDD merupakan hasil identifikasi dari faktor-faktor internal dan

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 4 ANALISIS KEMAMPUAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi fundamental ekonomi Indonesia tampak masih cukup kokoh

BAB I PENDAHULUAN. sektor perindustrian ini adalah dengan cara mengembangkan industri kecil.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peran perbankan dalam masa pembangunan saat ini sangatlah penting dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Sektor UMKM adalah salah satu jalan untuk

BAB I PENDAHULUAN. negara. Khususnya bagi industri-industri, perusahaan dan pelaku ekonomi lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian di negara yang sedang berkembang seperti

I. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. Alternatif yang sering dilakukan adalah dengan membuat suatu bisnis yaitu

BAB I PENDAHULUAN. parah bagi perekonomian nasional. Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia dewasa ini kondisinya dirasakan sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Milly Puspasari, 2014 Analisis Deskriptif Usaha Batu Alam Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Muhammad Rizki, 2015

99,37 % Kecil dan Menengah Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. sentral dalam perekonomian Indonesia khususnya Jawa Barat. Walaupun krisis

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN AGUSTUS 2015

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak era reformasi di Indonesia, berbagai pihak termasuk pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu kebutuhan manusia yang tidak dapat ditunda-tunda dalam

ANALISA USAHA KERIPIK NANGKA DAN KERIPIK PISANG PANDA ALAMI DI KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peluang besar dalam rangka perluasan lapangan pekerjaan.

2015 PENGARUH MOD AL KERJA D AN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHAD AP PEND APATAN

PERSIAPAN MENJELANG BULAN RAMADHAN & HARI RAYA IDUL FITRI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seperti Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Hal ini tentunya membuat jumlah

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

BAB I PENDAHULUAN. mencapai laba yang maksimal. Maka, manajemen perusahaan dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan

2015 ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI KREATIF SUBSEKTOR KERAJINAN KERAMIK

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pendapatan nasional di era globalisasi seperti saat ini

I. PENDAHULUAN. perusahaan jasa boga dan perusahaan pertanian maupun peternakan.

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Beras.

BAB I PENDAHULUAN. pertanian haruslah merupakan tujuan utama dari setiap pemerintah sedang berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan. suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. berkembang tidak terkecuali di Indonesia. Pengangguran di Indonesia. merupakan pengangguran dalam skala yang wajar. Dalam negara maju,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nia Nurlina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

1 repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Permasalahan bangsa Indonesia untuk jangka waktu yang

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

USAHA KECIL UNTUK MANFAAT BESAR (Peran Serta Pemda untuk Para Pelaku Usaha Sale Pisang) (Oleh : Subkhan)

BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan III-2013 Naik 2,91 Persen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya senantiasa melakukan riset dan pengembangan agar selalu dapat. perusahaan baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang melanda perekonomian Indonesia sangat berdampak

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja, menaikan devisa negara serta mengangkat prestise nasional.

BERITA RESMI STATISTIK

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian sebagai penyedia bahan baku untuk sektor industri. Produksi sektor

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. et al. (2002), sistem agribisnis adalah rangkaian dari berbagai subsistem mulai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya, salah

2014 EKSISTENSI INDUSTRI KERIPIK PISANG DI PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan sektor yang mendapat perhatian dalam setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan industri kecil dalam perekonomian Indonesia dirasakan sangat penting terutama dalam aspek-aspek seperti kesempatan kerja, pemerataan pendapatan, pembangunan ekonomi dipedesaan dan lain-lain. Usaha untuk mengembangkan industri kecil dan industri rumah tangga di pedesaan merupakan langkah yang tepat sebagai salah satu instrumen kebijakan pemerintah untuk menanggulangi masalah-masalah ekonomi dan sosial yang dihadapi Indonesia pada saat ini. Terkait fenomena tingginya pengangguran, maka industri kecil dan industri rumah tangga di titik ini mempunyai peran yang tak kecil. Telah menjadi fakta bahwa perannya dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja mampu menjadi langkah awal bagi upaya pemerintah menggerakkan sektor produksi di berbagai lapangan usaha. Terlihat dari data yang diinformasikan oleh Badan Pusat Statistik (2009) menyebutkan bahwa Industri kecil dan industri rumah tangga menyerap tenaga kerja sebanyak 79 juta atau 99,40 persen dari total angkatan kerja. Sampai saat ini industri kecil dan industri rumah tangga di Indonesia tetap bertahan, bahkan cendrung bertambah. Sebagaimana data yang diperoleh penulis mengenai perkembangan industri kecil dan menengah yang berkembang di Jawa Barat. Dari tahun 2004-2008 telah mengalami perkembangan yang positif jika dibandingkan dengan industri yang berskala besar. 1

2 Tabel 1.1 PERKEMBANGAN INDUSTRI JAWA BARAT 2004-2008 URAIAN 2004 2005 2006 2007 2008 UNIT USAHA (unit) 1. Industri Kecil dan menengah 2. Industri Besar TOTAL TENAGA KERJA (Orang) 1. Industri Kecil dan menengah 2. Industri Besar TOTAL INVESTASI (Juta) 1. Industri Kecil dan menengah 2. Industri Besar TOTAL Sumber: Disperindag Jawa Barat Dari data diatas dapat diketahui bahwa perkembangan industri kecil di Jawa Barat dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya unit usaha dan penyerapan tenaga kerja industri kecil dan mengenah lebih banyak jika dibandingkan dengan industri besar. Pada tahun 2008 industri kecil dan menengah di Jawa Barat menunjukkan angka 197.134 unit, dari unit usaha yang ada di Jawa Barat. Jumlah ini jauh lebih besar jika dibandingkan dengan jumlah unit industri besar yang ada di Jawa Barat yaitu sebesar 3.307 unit usaha. Selain itu, jumlah tenaga kerja yang ada pada industri kecil mencapai 2.206.532 dan sisanya sebanyak 1.830.817 diserap oleh industri besar. Karena itu industri kecil memiliki andil yang sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini mengingat potensi yang terkandung dari industri kecil yaitu : 191.659 3.097 194.756 2.013.202 1.791.291 3.804.493 1.730.949 58.692.292 60.423.241 1. Menciptakan lapangan kerja 192.140 3.234 195.374 2.032.956 1.798.378 3.831.334 1.731.958 59.090.545 60.822.503 2. Memelihara dan membentuk modal sektor usaha 193.123 3.253 196.376 2.088.101 1.806.843 3.894.944 3.831.212,80 59.908.821,00 63.540.033,80 195.465 3.276 198.694 2.148.684 1.817.950 3.966.634 7.279.160,39 60.944.392,63 68.223.553,02 197.134 3.307 200.441 2.206.532 1.830.817 4.037.349 8.505.198,34 62.925.218,00 71.430.416,34

3 3. Penyebaran kekuatan ekonomi, pertahanan dan keamanan 4. Peningkatan keterampilan dan kesadaran kewirausahaan 5. Penggunaan sumber daya alam bagi produksi Begitu juga dengan industri kecil yang penulis teliti yakni industri tape ketan di Desa Tarikolot Kecamatan Cibereum, Cibingbin dan Cigugur Kabupaten Kuningan, industri ini menjadi salah satu industri yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang ada di Desa Tarikkolot dan masyarakat Kuningan, bahkan menumbuhkan jiwa kewirausahaan bagi masyarakat Kabupaten Kuningan dalam mengelola sumber daya alam yang ada. Selain itu memberikan kontribusi yang sangat besar bagi masyarakat Kabupaten Kuningan dan pendapatan bagi daerah Kabupaten Kuningan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Darmin Nasution sebagai Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) mengatakan bahwa dalam perkembangan perekonomian nasional, industri kecil memiliki peranan yang signifikan. Bahkan memiliki dampak secara langsung terhadap perekonomian masyarakat. Jika penanganan pengembangan industri kecil dan menengah tersebut dilakukan dengan benar, dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. (www.usaha-umkm.blog.com, 2010). Selain itu didukung dengan adanya himbauan bahwa industri agro skala kecil diharapkan menjadi salah satu pendorong perkembangan ekonomi di pedesaan (Bappeda Jabar, 2006). Begitupun dengan perkembangan perekonomian bagi daerah Kabupaten Kuningan. Adapun data kontribusi industri tape ketan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.2.

4 Tabel 1.2 Kontribusi Industri Tape Ketan Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan Pendapatan Daerah di Kabupaten Kuningan Tahun 2009 No Komoditi Unit Usaha Tenaga Kerja Pendapatan Daerah (Rp.Juta) 1 Kerupuk Metal 16 77 71 2 Keripik Pisang 42 86 47 3 Ketempling/Gemblong 88 110 60 4 Keripik Gadung 90 120 45 5 Tape Ketan 19 92 170 6 Wajit 60 85 45 7 Oncom/dage 34 50 17 8 Bawang goring 40 423 3.648 9 Pasta ubi jalar 1 500 3.500 10 Sirup jeruk nipis 4 31 260 Sumber : Potensi Industri Agro Kabupaten Kuningan Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa tape ketan menjadi salah satu komoditi yang memberikan kontribusi bagi pendapatan pemerintah Kabupaten Kuningan, namun belum menjadi komoditi yang memberikan kontribusi paling tinggi. Adapun kontribusi yang diberikan dalam penyerapan tenaga kerja sebanyak 92 orang, sedangkan kontribusi terhadap pendapatan daerah sebesar Rp. 170.000.000,- dari 19 unit usaha. Sedangkan yang paling tinggi adalah komoditi bawang goreng dengan pendapatan sebesar Rp. 3.648.000.000,-. Hal ini yang menjadikan salah satu alasan pemerintah Kabupaten Kuningan untuk membantu meningkatkan perkembangan usaha tape ketan. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan kewirausahaan membantu terhadap pertumbuhan

5 potensi industri agro di Kabupaten Kuningan serta meningkatkan nilai investasi bagi pendapatan daerah Kabupaten Kuningan. Meskipun sektor industri kecil tape ketan ini hadir sebagai solusi dari sistem perekonomian yang sehat. Namun masih banyak masalah yang terjadi pada industri kecil di Desa Tarikkolot Kecamatan Cibeuruem, Cibingbin dan Cigugur yang merupakan salah satu sentra industri tape ketan di Kabupaten Kuningan. Berdasarkan pengamatan sementara di lapangan. Faktor-faktor seperti diferensiasi produk yang masih minim terutama dalam kemasan karena berkaitan dengan kesehatan konsumen serta kemampuan manajerial yang masih rendah. Faktorfaktor yang menjadi permasalahan tersebut turut memberi andil yang sangat besar terhadap laba yang diperoleh industri kecil tape ketan. Selain itu perkembangan industri kecil tape ketan masih lambat serta belum berkontribusi tinggi terhadap pengembangan ekonomi lokal. Ditemukan pula bahwa industri kecil tape ketan di wilayah kajian studi belum mampu menjadi motor penggerak pengembangan ekonomi lokal karena meskipun industri kecil tape ketan telah mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat lokal, namun kemampuan bertahan industri kecil tape ketan masih belum kokoh (permodalan lemah, bahan baku non-lokal, sistem manajemen yang tradisional, dan pemasaran yang terbatas) serta kemampuan merangsang pertumbuhan kegiatan ekonomi baru yang dimiliki usaha tape ketan masih belum mendukung dan belum optimal. (Laporan ITB central library, 2008). Pernyataan diatas dipertegas kembali oleh salah satu pekerja dari Disperindag Kabupaten Kuningan yaitu Fidi Adi mengemukakan bahwa banyak

6 sekali problema yang dihadapi oleh para pengusaha tape ketan diantaranya mengenai diferensiasi produk, pada tahun 2005-2006 para pengusaha mencoba membuat rasa tape ketan yang bervariatif mulai dari tape ketan rasa strawberry, coklat dan durian. Namun akhirnya ditolak oleh masyarakat, Sehingga sampai sekarang para pengusaha belum mampu mengembangkan diferensiasi produk dalam berbagai rasa, namun hanya mampu mengembangkan dalam berbagai kemasan. Diferensiasi dalam industri tape ketan ini perlu ditingkatkan karena diferensiasi produk merupakan faktor penting bagi kelangsungan hidup suatu industri. Dalam diferensiasi produk, pelanggan selalu menginginkan produk yang memiliki karakteristik yang unik dengan kualitas yang berbeda dimana produk tersebut juga dipengaruhi oleh selera harga pelanggan (Giannias, 1999). Dalam hal ini diferensiasi produk, adalah suatu produk yang memiliki merek khusus bagi pelanggan dengan karakteristik atau keunikan yang dimiliki secara khusus dari suatu produk tersebut yang dapat dibedakan dengan produk lainnya secara fisik. Intinya bahwa melalui diferensiasi produk suatu industri harus mampu menarik pelanggan sebanyak-banyaknya sehingga keuntungan yang diperoleh maksimal. Permasalahan yang dihadapi oleh pengusaha tape ketan ini kemudian berakibat pada laba industri kecil tape ketan, berdasarkan data dari Desa Tarikkolot Kecamatan Cibereum, Cibingbin dan Cigugur serta hasil wawancara pra penelitian penulis terlihat bahwa perkembangan laba para pengusaha ini ternyata mengalami fluktuasi cenderung menurun.

7 No Tabel 1.3 Perkembangan Laba Pengusaha Tape Ketan Desa Tari Kolot Kecamatan Cibereum, Cibingbin dan Cigugur Kabupaten Kuningan Periode Agustus-Desember 2010 Nama Toko Tape Ketan Nama Pemilik Tape Ketan Laba Agust Sept Okt Nov Des 1 Pamela Carsim Cahyadi 6.300.000 15.000.000 10.500.000 5.200.000 5.000.000 2 Bogasari Wasri 2.000.000 5.000.000 3.350.000 1.500.000 500.000 3 Rasa Madu Koyoh 5.500.000 7.200.000 4.000.000 2.300.000 2.000.000 4 Sari Manis Dasah 6.450.000 7.000.000 5.000.000 4.000.000 2.500.000 5 Harum Manis Ita Juwita 2.400.000 5.000.000 3.000.000 1.500.000 1.000.000 6 Sari Madu Kastiroh 5.000.000 5.500.000 3.200.000 2.000.000 1.350.000 7 Sari Rasa Sukini 4.000.000 6.000.000 3.500.000 2.500.000 1.000.000 8 Wahyo Dasuni 6.000.000 10.000.000 7.000.000 5.000.000 3.000.000 9 Binangkit Sukaesih 5.500.000 5.800.000 3.300.000 2.800.000 2.500.000 10 Vanila Wasih 3.000.000 4.250.000 3.000.000 2.000.000 2.400.000 11 Silvi Darsinah 1.500.000 2.400.000 1.250.000 1.000.000 750.000 12 Menak Narsih 2.000.000 3.250.000 2.500.000 1.450.000 550.000 13 Mutiar Uju 1.750.000 2.450.000 1.000.000 850.000 540.000 14 Sari Asih Yayat 3.900.000 6.750.000 5.250.000 5.650.000 5.500.000 15 Raos Aan 5.500.000 6.200.000 3.500.000 2.350.000 1.000.000 16 Sari Alami Rahman 5.000.000 6.000.000 4.000.000 3.000.000 2.000.000 17 Mas Heru Heru 7.000.000 11.500.000 8.700.000 6.000.000 4.500.000 18 Ny. Danasih Ny. Danasih 4.500.000 5.250.000 4.500.000 3.000.000 2.350.000 19 Ijor Ijor 500.000 600.000 400.000 500.000 300.000 20 Warli Warli 1.000.000 1.200.000 500.000 450.000 200.000 21 Misrah Misrah 600.000 1.000.000 500.000 300.000 150.000 22 Murnah Murnah 1.500.000 2.000.000 600.000 500.000 350.000 Sumber :Hasil Wawancara Pra Penelitian, diolah. Tabel 1.4 Pertumbuhan Laba Pengusaha Tape Ketan Desa Tari Kolot Kecamatan Cibereum dan Cigugur Kabupaten Kuningan Periode Agustus-Desember 2010 Bulan Laba Total (Rp) Perkembangan Laba Agustus 80.900.000 - September 119.350.000 47,53 % Oktober 78.550.000-34,18 % November 53.850.000-31,44 % Desember 39.440.000-26,75 % Sumber :Hasil Wawancara Pra Penelitian, diolah

8 Penurunan Laba pengusaha tape ketan selama 5 bulan terakhir dapat dilihat pada Grafik 1..1. Laba 120.000.000 100.000.000 80.000.000 60.000.000 Laba 40.000.000 20.000.000 0 Agustus September Oktober November Desember Gambar 1.1 Perkembangan Laba Pengusaha Tape Ketan Desa Tari Kolot Kecamatan Cibereum, Cibingbin dan Cigugur Kabupaten Kuningan Periode Agustus-Desember 2010 Berdasarkan survey yang dilakukan penulis, pada umumnya para pengusaha tape ketan menyatakan adanya fluktuasi pada laba (keuntungan) yang mereka peroleh yaitu menurun. Dari data tabel 1.4, pada bulan rata perkembangan September rata- laba/keuntungan yang diperoleh pengusaha mengalami kenaikan sebesar 47,53% terjadinya kenaikan tersebut dikarenakan bertepatan dengan hari raya Idul Fitri sehingga banyaknya permintaan konsumen terhadap tape ketan tidak hanya dari masyarakat Kuningan saja melainkan dari kota lainnya

9 seperti Bandung, Cirebon dan Tegal. Namun pada bulan Oktober mengalami penurunan yang sangat drastis yaitu sebesar 34,18%. Dalam jangka panjang, jika hal ini terjadi secara terus menerus akan memberikan dampak negatif terhadap laba industri Tape ketan ini. Tentunya banyak faktor yang mempengaruhi tingkat laba para pengusaha tape ketan tersebut, pertama yaitu pengaruh kemampuan manajerial. Bahwasannya kemampuan manajerial memang sangat diperlukan industri kecil dan rumah tangga guna meningkatkan perkembangan usaha bagi para pengusaha. Kemampuan manajerial adalah kemampuan untuk mengelola usaha seperti perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi, pengawasan dan penilaian (Siagian, 1997:107). Penelitian sementara terhadap pengusaha tape ketan yang dilakukan penulis terlihat bahwa kemampuan manajerial pada pengusaha tape ketan sangat minim sekali bahkan tidak dihiraukan. Sebagaimana hasil pra penelitian yang diukur dari tingkatan pendidikan dan pelatihan yang menunjukkan bahwa kemampuan manajerial yang dimiliki pengusaha tape ketan perlu ditingkatkan lagi. Tabel 1.5 Tingkatan Pendidikan Indikator Kemampuan Manajerial Pendidikan SD SMP SMA Pelatihan (2010-2011) 25 3 2 Tidak Ada Sumber : Hasil Wawancara Pra Penelitian, diolah. Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa para pengusaha tape ketan memiliki pendidikan SD sebanyak 25 orang, SMP sebanyak 3 orang dan SMA

10 sebanyak 2 orang. Pendidikan terakhir yang banyak ditempuh oleh para pengusaha adalah SD sebanyak 25, hal ini menjadi indikator rendahnya kemampuan manajerial karena kurangnya pendidikan yang diperoleh bagi para pengusaha. Selain pendidikan, indikator lainnya adalah pelatihan selama periode 2010-2011 lembaga/instansi tertentu tidak mengadakan pelatihan dalam pengembangan manajerial bagi para pengusaha industri kecil tape ketan. Hal tersebut menjadikan minimnya kemampuan manajerial pada industri tape ketan. Keterampilan dalam kemampuan manajerial diperlukan adanya pendidikan dan pengetahuan luas karena dalam suatu industri diperlukan seorang pemimpin yang tidak hanya dapat mengefektifkan segala segmen atau divisi yang ada tetapi harus dapat mengatur (me-manage) akan semua yang terkait demi kemajuan industri yang dipimpinnya. Seorang pemimpin yang dapat dikatakan memiliki kemampuan manajerial yang baik adalah seorang pemimpin yang memiliki keterampilan manajerial dalam melaksanakan pekerjaan dengan atau tanpa adanya orang lain. Keterampilan manajerial ini di dukung dengan adanya pendidikan formal maupun informal seperti pelatihan. Faktor yang kedua adalah pengaruh diferensiasi produk. para pengusaha tape ketan menjual dalam berbagai kemasan yang berbeda berdasarkan permintaan konsumen dan tingkat kesehatan bagi konsumen/higienitasnya. Berdasarkan wawancara dengan salah satu pekerja Disperindag yakni Fidi Adi mengemukakan bahwa tape ketan ini telah mencoba mendiferensiasikan dalam rasa seperti rasa durian, coklat dan strawbery. Namun tidak diterima oleh masyarakat sehingga tidak dilanjutkan lagi, sehingga adanya sumbangsih dari

11 No disperindag dalam diferensiasi produk berupa kemasan agar bisa lebih bervariasi. Adapun tabel diferensiasi produk dalam bentuk kemasan sebagai berikut : Nama Toko Tape Ketan Tabel 1.6 Diferensiasi Produk Industri Tape Ketan Nama Pemilik Tape Ketan Ember Besar Indikator Diferensiasi Produk Kemasan Ember Box Box Plastik Kecil Besar Kecil 1 Pamela Carsim 4 2 Bogasari Wasri 2 3 Rasa Madu Koyoh 4 4 Sari Manis Dasah 2 5 Harum Manis Ita Juwita 1 6 Sari Madu Kastiroh 1 7 Sari Rasa Sukini 2 8 Wahyo Dasuni 2 9 Binangkit Sukaesih 2 10 Vanila Wasih 2 11 Silvi Darsinah 2 12 Menak Narsih 2 13 Mutiar Uju 2 14 Sari Asih Yayat 3 15 Raos Aan 2 16 Sari Alami Rahman 2 17 Mas Heru Heru 4 18 Ny. Danasih Ny. Danasih 2 19 Ijor Ijor 2 Sumber : Hasil Wawancara Pra Penelitian, diolah. Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa para pengusaha membedakan kemasannya lebih banyak menggunakan 2 jenis kemasan yakni dalam bentuk ember kecil dan ember besar dan hanya sedikit pengusaha yang menggunakan Total (Jenis)

12 kemasan dari box besar, box kecil dan plastik. Hal tersebut menjadi indikator bahwa diferensiasi produk tape ketan sangat minim dan perlu ditingkatkan kembali karena strategi diferensiasi produk menjadi faktor penting bagi industri, diferensiasi merupakan ciri pembeda utama yang harus dimiliki oleh suatu industri, selain itu jika industri sudah mampu memiliki ciri yang berbeda dengan industri lainnya maka akan memberikan keuntungan tersendiri karena pelanggan selalu mencari sesuatu yang berbeda dari berbagai macam yang dihadapinya. Berdasarkan uraian di atas penulis memandang penting untuk mengadakan penelitian dengan judul PENGARUH KEMAMPUAN MANAJERIAL DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PADA INDUSTRI KECIL TAPE KETAN (Suatu Kasus Pada Pengusaha Tape Ketan di Kabupaten Kuningan). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan dan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi rumusan masalahnya sebagai berikut : a. Bagaimana pengaruh kemampuan manajerial terhadap laba pada industri kecil tape ketan di Kabupaten Kuningan? b. Bagaimana pengaruh diferensiasi produk terhadap laba pada industri kecil tape ketan di Kabupaten Kuningan? c. Bagaimana pengaruh kemampuan manajerial terhadap diferensiasi produk pada industri kecil tape ketan di Kabupaten Kuningan?

13 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengaruh kemampuan manajerial terhadap laba pada industri kecil tape ketan di Kabupaten Kuningan. 2. Untuk mengetahui pengaruh diferensiasi produk terhadap laba pada industri kecil tape ketan di Kabupaten Kuningan. 3. Untuk mengetahui pengaruh kemampuan manajerial terhadap diferensiasi produk pada industri kecil tape ketan di Kabupaten Kuningan. 1.3.2 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu : 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk memberi sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu ekonomi, khususnya ekonomi mikro. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini adalah agar penelitian ini dapat memberikan informasi tambahan dan gambaran tentang pengaruh kemampuan manajerial dan diferensiasi produk terhadap laba pada industri tape ketan di Kabupaten Kuningan.