LENGKUNG Penulis & Penyunting: Andi Wirambara Copyright 2012 by Andi Wirambara Diterbitkan Melalui: Nulisbuku.com Desain Sampul & Tata Letak: Dadan Erlangga 2
Terimakasih: Sang Mahacinta, Ayah-ibu dan Raga-Aru, Guru-guruku, pak Nanang Suryadi, teman-teman di twitter dan sobatku @fiksiminimlg yang selalu menginspirasi. Bang Dadan, juga Novera. Dan tentunya orang-orang yang senantiasa menenggerkan cinta di pundakku. Salam hangatku, Andi Wirambara 3
Daftar Isi Malam Ini Aku Tak Bisa Menulis Apa-Apa (7) Lengkung (8) Di Jembatan Ini, Masih Bisu (10) Sang Merak (Corakmu Tetap Bermekar) (11) Senja dan Pendarmu Itu (14) Sedikit yang Menyembul di Permukaan Malamku (16) Percaya Saja (19) Yang Sedang Membicarakan Rindu (20) Sajak Pecahan Piring (22) Setelah Ia Pergi Menatapku (25) Lobby, Jelang Jam Kedua (26) Beberapa Lagu Anak-Anak (yang Kuliriskan) Untukmu (29) Karpet (34) Lika Liku Hukum Acara Perkepala (37) Sumpah yang Entah (40) Ledak Pagi di Sekian Jarak Kotamu (43) Sihir Musim Dingin (45) Cinta Sekerat (50) Tempuhan Musim (51) Rebah Kunang-Kunang (54) Matakata (55) Jangan Salah (54) Lobby, Jelang Perikatan Bersumber pada Pergunjingan (58) Kujumpai Sebagai Siang yang Paling Sepi (60) Buku Itu Belum Sampai (61) Ujian Lisan (64) Gadis Bergaris Pipi Khatulistiwa (66) Buku Itu Sudah Sampai (68) 4
Maka Akan Berbeda (71) Pipi di Fotomu Waktu Itu (73) Empat Materi Sejarah,Bicara Cinta Saja! (75) Aku Berkhayal (78) Saat Aku Tak Peduli Ini Sudah Jam Berapa (79) Ketika Gerimis Itu (81) Di Bibirmu, Aku Duduk Gemetar (82) Masa Kanak-Kanak yang Kembali (84) Di Bagku Bengkel (86) Ketika Kusempatkan Menulis Puisi yang Sungguh Sederhana Untukmu, Ibu (88) Andai Kau Ada (90) Sekedar Bingkisan Sederhana Tentang Kembang Api, Januari, dan Kadal (92) Beberapa Potong Puisi Tentang Cinta (95) Setelah Mengenalmu (98) Tetralogi Hati (Yogyakarta Hari Itu) (100) (Sebutlah) Ini Luar Biasa (104) Mungkin Aku Mencintaimu Terlalu Dini (106) Kuletakkan Pundakku di Dingin Ini (108) Ketika Waktu Membatasi Puisiku Untuk Segera Lahir dalam Lima Belas Menit Saja (110) Orchard Road, Belok Kiri (112) Yotsuba (114) Monolog Embun dan Sesuatu yang Diintipkan di Balik Daun (115) Pada Saatnya Nanti (119) Rangkum Sekabar Kau (121) Kupu-Kupu (123) Genta Kecil (124) Juanda, Pintu Lima di Malam Minggu (126) Pelangi dan Salju, Malam Menuju Esokmu (128) 5
6
Malam Ini Aku Tak Bisa Menulis Apa-Apa Namun beginilah kerinduan, bias binar kunang-kunang berlentera membiarkanku mampu mencatat hati siapa yang masih akan terus kuukirkan dalam ruang terlembut di dada kiri. Di malam yang tak hanya malam ini. 7
Lengkung ada tiga buah lengkung di wajahmu seperti tikungan di sirkuit balap lari tempat kakiku tersandung dan terjatuh di sana berkali-kali lengkung mata kirimu, seolah-olah telah merobek kemeja berkancing yang biasa kupakai untuk menghitung berapa kali aku merinduimu hari ini lengkung mata kananmu, barangkali telah membelah dadaku menjadi dua menjadi mudah untuk mengambil apa-apa di dalamnya 8
dan.. ah, lengkung bibirmu seolah ujung sabit, yang mencongkel dan membawa lari, membawa hatiku pergi maka, bolehkah aku mengejar lalu meneriakimu pencuri? 9
Di Jembatan Ini, Masih Bisu di belakangmu, daun-daun ranggas diammu selalu tanya seperti menyisa lapuk pada jembatan taman. manakala wajah kita yang lalu tak lagi tenang terpantul di muka sungai tempat biasa kulemparkan rembulan. hingga riak muncul bilamana sesunyi malam tiba di jembatan ini, aku ingin kau bicara tidak sekedar menunduk kepala atau membuang mata dari sepintas pandangku yang lara. sebab aku terlanjur mencelupkan bolamatamu 10
di mataku. gumpal awan, daun jatuh biarlah aku melihatmu dari sana dan tak perlu menoleh melarik diammu tak lama, aku akan segera pergi setelah bisu kehabisan kerikil. untuk melempari kebodohanku sendiri yang memantul di muka sungai. melempari apa yang kupikir hadir mengekor aku selain rindu dan kecamuk dan pula bisu. kau dan bisu yang masih berdiri di situ 11