BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan)

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi.

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT 4.2 Analisis Faktur Pajak

BAB IV PEMBAHASAN. dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan tol.

BAB IV EVALUASI ATAS PENGHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PT JMU

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB IV EVALUASI PENERAPAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT ACG. Berdasarkan Pasal 1 angka 25 Undang-undang PPN Nomor 18 Tahun 2000

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

FAKTUR PAJAK STANDAR

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

BAB IV PEMBAHASAN. kedua atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983, Pengusaha yang melakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put-4/PP/M.XIIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2011

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. oleh pelanggan untuk di jadikan sepatu atau sandal.

ANALISIS PENERAPAN FAKTUR PAJAK, PENYETORAN DAN PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT.FLS TAHUN

bahwa yang menjadi sengketa dalam gugatan ini adalah Penerbitan Surat Keputusan Tergugat Nomor: KEP-00329/NKEB/WPJ.

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-44/PJ/2010 Tanggal 6 Oktober 2010

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136/PMK. 03/2012 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 13/PJ/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak dibidang manufaktur yang kegiatan utamanya adalah memproduksi Polyester

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN

Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha

SPT (Surat Pemberitahuan) Saiful Rahman Yuniarto

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. di bidang perdagangan eceran khusus untuk pelumas/oli industri.

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER /PJ.

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA CV.GRAHA ALFA SAKTI. Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai

SPT MASA PPN UNIVERSITAS MERCU BUANA JURUSAN AKUNTANSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RESUME SANKSI PERPAJAKAN SANKSI BUNGA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

00BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan memiliki banyak kesamaan seperti persamaan tarif dan sama-sama

Bab 4 PEMBAHASAN. PT. XYZ merupakan Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. dan dry clean. CV. Xpress Clean Bersaudara berdiri pada tahun 1995 dengan akta

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Definisi. SPT (Surat Pemberitahuan)

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK ATAS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT GEMA NADA PERTIWI

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Pajak Pertambahan Nilai. yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak

14/PJ/2010 PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-146/PJ./2006 TENTANG BE

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DAN BATAS PEMBAYARAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DAFTAR BENTUK SPT MASA PPN 1111

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG

BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM.

TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN PADA FAKTUR PAJAK STANDAR

Halaman Pemberian Hak Cipta Non Eksklusif dari Mahasiswa ke Universitas Bina Nusantara PERNYATAAN NIM :

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG

Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG

Faktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya. Analisis Perhitungan..., Nurhasanah, Fakultas Ekonomi 2016

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN Ditetapkan tanggal 17 Juli 2007 KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perhitungan Pajak Masukan dan Pajak Keluaran

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

FAKTUR PAJAK STANDAR

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK

tempat pembayaran pajak, dan tata cara pembayaran, penyetoran dan pelaporan pajak, serta tata cara pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak diatur

TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN PADA FAKTUR PAJAK

FAKTUR PAJAK STANDAR. Lampiran 1A. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-549/PJ/2000 Tanggal : 29 Desember 2000

Faktur Pajak. Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. Saat Faktur Pajak Harus Dibuat. Faktur Pajak Gabungan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 65/PMK.03/2010 TENTANG

II. PASAL DEMI PASAL. Pasal I. Angka 1 Pasal 1. Cukup jelas. Angka 2 Pasal 2

ANALISIS PENERAPAN RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PT. PP (PERSERO) TBK

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

Lembar ke 1 : untuk Pembeli BKP/Penerima JKP sebagai bukti Pajak Masukan FAKTUR PAJAK

Transkripsi:

BAB IV PEMBAHASAN Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis melakukan pemeriksaan pajak dengan menguji dan memeriksa ketaatan perpajakan, serta kebenaran jumlah dalam SPT Masa PPN Tahun 2006, 2007, dan 2008 pada PT Rajawali Prima Perkasa. Penulis menelusurinya dengan melakukan pengecekan terhadap Laporan Keuangan, Buku Besar pada bagian-bagian tertentu seperti bagian penjualan, pembelian serta dokumen-dokumen lainnya yang dapat membantu evaluasi. Dalam melakukan pengecekan tersebut, ada beberapa tahap yang harus dilakukan yaitu dengan mendapatkan seluruh Faktur Pajak Keluaran dan Faktur Pajak Masukan yang asli, kemudian diteliti apakah ada permasalahan terhadap Faktur Pajak tersebut, dengan mencocokan dan membandingkan invoice dan surat jalan serta dokumen lainnya yang dapat membantu analisa tersebut. Faktur Pajak Standar yang dikeluarkan dan diterima oleh PT Rajawali Prima Perkasa juga harus diteliti dengan memastikan apakah Faktur Pajak Standar tersebut penulisannya sudah benar atau belum, sudah lengkap atau tidak, seperti penulisan Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak, tanggal transaksi, jenis transaksi, nama Pengusaha Kena Pajak, nama Pembeli Barang Kena Pajak/ Penerima Jasa Kena Pajak, karena Faktur Pajak Standar yang tidak memenuhi ketentuan yang berlaku akan dianggap sebagai Faktur Pajak yang cacat. Adapun analisa ini dilakukan untuk memastikan bahwa seluruh penjualan BKP ke daerah Pabean telah dilakukan pemungutan PPN secara benar dan seluruh pembelian BKP dalam daerah Pabean telah dilakukan pembayaran PPN secara benar, memastikan 69

Pajak Masukan yang diterima dan dapat dijadikan sebagai kredit pajak, dan memastikan penghitungan kembali Pajak Masukan yang telah dikreditkan pada tahun pajak sebelumnya dan memastikan pelaporan dalam pengisian SPT Masa PPN apakah sudah sesuai dengan Ketentuan Undang-undang Perpajakan. Pajak Keluaran dan Pajak Masukan PT Rajawali Prima Perkasa adalah sebagai berikut: Tahun Pajak 2006 Pajak Keluaran sebesar Pajak Masukan sebesar Rp.163.408.110,00 Rp.160.643.730,00 Kurang Setor PPN Rp. 2.764.380,00 Tahun Pajak 2007 Pajak Keluaran sebesar Pajak Masukan sebesar Rp.223.828.724,00 Rp.207.876.687,00 Kurang Setor PPN Rp. 15.952.038,00 Tahun Pajak 2008 Pajak Keluaran sebesar Pajak Masukan sebesar Rp.152.828.370,00 Rp.138.325.159,00 Kurang Setor PPN Rp. 14.503.211,00 70

Berikut ini adalah penjelasan tentang penyerahan dan perolehan yang didapat PT Rajawali Prima Perkasa pada Tahun 2006, 2007 dan 2008: Tabel IV.1 Penyerahan dan Perolehan Tahun 2006 PT Rajawali Prima Perkasa (dalam rupiah) PPN Yang Dipungut Sendiri Kurang Bayar/ Bulan DPP PPN PPN Masukan (Lebih Bayar) Januari 192.302.214 19.230.221 35.445.900 (16.215.679) Februari 90.896.200 9.089.620 31.238.050 (22.148.430) Maret 86.870.344 8.687.034 38.533.150 (29.846.116) April 100.589.134 10.058.913 24.015.450 (13.956.537) Mei 323.776.922 32.377.692 24.286.680 8.091.012 Juni 100.801.097 10.080.110-10.080.110 Juli 104.639.375 10.463.938-10.463.938 Agustus 101.303.885 10.130.389 4.084.500 6.045.889 September 104.414.981 10.441.498 3.040.000 7.401.498 Oktober 182.606.826 18.260.683-18.260.683 Nopember 108.048.103 10.804.810-10.804.810 Desember 137.832.021 13.783.202-13.783.202 Jumlah 1.634.081.102 163.408.110 160.643.730 2.764.380 71

Tabel IV.2 Penyerahan dan Perolehan Tahun 2007 PT Rajawali Prima Perkasa (dalam rupiah) PPN Yang Dipungut Sendiri Kurang Bayar/ Bulan DPP PPN PPN Masukan (Lebih Bayar) Januari 192.126.048 19.212.605 18.230.870 981.735 Februari 114.845.469 11.484.547 10.350.000 1.134.547 Maret 134.017.813 13.401.781 11.949.116 1.452.665 April 142.031.950 14.203.195 12.725.273 1.477.922 Mei 109.048.726 10.904.873 9.574.427 1.330.445 Juni 91.646.406 9.164.641 7.732.000 1.432.641 Juli 110.093.563 11.009.356 9.984.500 1.024.856 Agustus 226.679.063 22.667.906 21.226.293 1.441.614 September 428.583.928 42.858.393 41.035.794 1.822.599 Oktober 164.561.438 16.456.144 15.507.522 948.622 Nopember 369.601.740 36.960.174 35.582.882 1.377.292 Desember 155.051.100 15.505.110 13.978.010 1.527.100 Jumlah 2.238.287.244 223.828.724 207.876.687 15.952.038 72

Tabel IV.3 Penyerahan dan Perolehan Tahun 2008 PT Rajawali Prima Perkasa (dalam rupiah) PPN Yang Dipungut Sendiri Kurang Bayar/ Bulan DPP PPN PPN Masukan (Lebih Bayar) Januari 190.597.250 19.059.725 18.232.782 826.943 Februari 59.365.455 5.936.546 5.672.621 263.925 Maret 19.081.300 1.908.130 1.869.950 38.180 April 245.536.678 24.553.668 23.376.294 1.177.374 Mei 25.954.091 2.595.409 3.926.692 (1.331.283) Juni 11.901.818 1.190.182 1.331.283 (141.101) Juli 254.400.300 25.440.030 24.237.866 1.202.164 Agustus 82.292.737 8.229.274-8.229.274 September 94.075.950 9.407.595 9.160.072 247.524 Oktober 207.265.675 20.726.568 19.781.239 945.329 Nopember 271.811.010 27.181.101 25.903.644 1.277.457 Desember 66.001.432 6.600.143 6.305.101 295.043 Jumlah 1.528.283.696 152.828.370 139.797.544 13.030.829 73

IV.1 Evaluasi Pajak Keluaran Tahun 2006, 2007 dan 2008 Secara prinsip, Pajak Pertambahan Nilai dikenakan setiap terjadi penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak. Sehingga dengan terjadinya penyerahan Barang Kena Pajak, maka akan menimbulkan utang pajak. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan transaksi penjualan ataupun penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak wajib membuat Faktur Pajak, karena atas transaksi tersebut Pengusaha Kena Pajak harus memungut Pajak Pertambahan Nilai yang disebut sebagai Pajak Keluaran atau PPN Keluaran, yang kemudian akan disetorkan ke kas negara. Saat pembuatan Faktur Pajak Standar ini sangat terkait dengan saat terutangnya Pajak Pertambahan Nilai dan penting dimengerti karena saat pembuatan Faktur Pajak ini akan menentukan kapan Pajak Keluaran ini dilaporkan di Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai. Pada saat PT Rajawali Prima Perkasa sebagai Pengusaha Kena Pajak mengirimkan tagihan diwajibkan membuat: 1. Faktur Pajak Standar dan Faktur Pajak Sederhana yang diisi lengkap dan selalu disertakan dalam setiap penyerahan Barang Kena Pajak dan atau jasa Kena Pajak. Faktur Pajak Sederhana dibuat untuk transaksi penjualan kepada pihak yang bukan merupakan Pengusahan Kena Pajak. Sedangkan Faktur Pajak Standar diterbitkan apabila Pengusaha Kena Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak mempunyai identitas lengkap. 2. Faktur Pajak dibuat rangkap 5 (lima) dengan ketentuan sebagai berikut: a. Lembar ke-1 untuk Pembeli BKP/ Penerima JKP b. Lembar ke-2 untuk Penjual BKP/Pemberi JKP c. Lembar ke-3 untuk kepala KPP melalui pemungut Pajak Pertambahan Nilai 74

d. Lembar ke-4 untuk Ekstra Copy e. Lembar ke-5 untuk Arsip Menurut Pasal 4 (empat) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 159/PJ./2006 tentang saat pembuatan, bentuk, ukuran, pengadaan, tata cara penyampaian, dan tata cara pembetulan faktur Pajak Standar, dalam hal pembuatan Faktur Pajak lebih dari 2 (dua) rangkap, maka harus dinyatakan secara jelas penggunaanya dalam lembar Faktur Pajak yang bersangkutan. PT Rajawali Prima Perkasa membuat Faktur Pajak dalam 5 (lima) rangkap, dan setiap rangkap telah dituliskan dengan jelas penggunaannya dalam lembar Faktur Pajak yang bersangkutan. Pembuatan Faktur pajak yang dilakukan PT Rajawali Prima Perkasa adalah pada saat pembayaran atau selambat-lambatnya satu bulan setelah berakhirnya Masa Pajak. Dilihat dari segi tanggal pembuatan, Faktur Pajak keluaran yang dilaporkan dalam SPT Masa PPN sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Berdasarkan hasil evaluasi dan kondisi yang terdapat dalam perusahaan selama tahun 2006, 2007, dan 2008. Penulis menemukan masalah yang dilakukan oleh PT Rajawali Prima Perkasa dimana terdapat Faktur Pajak Standar yang tidak sesuai dengan ketetapan Undang-undang, seperti: a. NPWP Pembeli : 01.002.717.5-044.000 Nama Pembeli : PT. Taman Impian Jaya Ancol Kode dan Nomor Seri : EZJLN-027-0000205 Tanggal :? DPP : Rp.2.466.250,00 PPN Keluaran : Rp. 246.625,00 b. NPWP Pembeli : 01.002.717.5-044.000 75

Nama Pembeli : PT. Taman Impian Jaya Ancol Kode dan Nomor Seri : EZJLN-027-0000206 Tanggal :? DPP : Rp.815.172,00 PPN Keluaran : Rp. 81.517,00 c. NPWP Pembeli : 01.002.717.5-044.000 Nama Pembeli : PT. Taman Impian Jaya Ancol Kode dan Nomor Seri : EZJLN-027-0000209 Tanggal :? DPP : Rp.2.743.750,00 PPN Keluaran : Rp. 274.375,00 Pada Tahun 2006, PT Rajawali Prima Perkasa telah melakukan penagihan Pajak Pertambahan Nilai dan membuat Faktur Pajak Standar tersebut kepada PT Taman Impian Jaya Ancol. Namun Faktur Pajak Standar yang dibuat tersebut tidak mencantumkan tanggal pembuatan faktur. Tanggal pada Faktur Pajak tersebut seharusnya menunjukkan tanggal 13 Januari 2006. Dan PT Rajawali Prima Perkasa tidak membuat Faktur Pajak pengganti atas 3 Faktur Pajak yang diisi dengan tidak lengkap, jelas dan benar sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Berdasarkan Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 disebutkan bahwa Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan Penyerahan Barang Kena Pajak, Jasa Kena Pajak, dan/atau Ekspor Barang Kena Pajak. Kemudian berdasarkan Pasal 13 ayat (5) Undangundang Nomor 18 Tahun 2000 disebutkan bahwa dalam Faktur Pajak harus 76

dicantumkan keterangan tentang penyerahan Barang Kena Pajak atau Penyerahan Jasa Kena Pajak yang paling sedikit memuat: a. Nama, alamat, NPWP, serta nomor dan tanggal pengukuhan PKP yang menyerahkan BKP atau JKP; b. Nama, alamat, dan NPWP pembeli BKP atau penerima JKP; c. Macam, jenis, kuantum, harga satuan, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan Potongan harga; d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut; e. Pajak Penjualan atau Barang Mewah yang dipungut; f. Kode, Nomor seri dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; g. Nama, jabatan, dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak. Adapun yang menyebabkan masalah ini terjadi adalah dikarenakan oleh kelalaian karyawan dalam membuat Faktur Pajak. Selain kesalahan tidak mencantumkan tanggal pembuatan faktur, penulis melihat banyak Faktur Pajak Keluaran PT Rajawali Prima Perkasa yag dibuat dengan tidak mencoret pada bagian kalimat (Harga Jual/ Penggantian/ Uang Muka/ Termijn) yang tidak perlu sebagaimana diminta dalam catatan bagian bawah sebelah kiri Faktur Pajak Standar. Semestinya Faktur Pajak Standar yang dibuat atas penyerahan Barang dan Jasa Kena Pajak untuk tahun pajak 2006, 2007 dan 2008 harus mencoret pada bagian kalimat (Harga Jual/ Penggantian/ Uang Muka/ Termijn) yang tidak perlu sebagaimana diminta dalam catatan bagian bawah sebelah kiri Faktur Pajak Standar, seperti: Harga Jual/Penggantian/Uang Muka/Termijn *) XXX *) Coret yang tidak perlu 77

Kesalahan tidak mencoret bagian yang tidak perlu banyak terdapat pada Faktur Pajak Keluaran untuk tahun 2006 dan 2007, sedangkan di tahun 2008 perusahaan telah mengikuti ketentuan yang berlaku dalam membuat Faktur Pajak Standar. Akibat dari kesalahan dalam pembuatan Faktur Pajak Standar dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% dari Dasar Pengenaan Pajak. Berdasarkan Pasal 14 ayat (4) Undang-undang No. 17 Tahun 2000 yang menyatakan bahwa terhadap Pengusaha Kena Pajak yang tidak membuat atau tidak mengisi selengkapnya Faktur Pajak dikenakan sanksi berupa denda administrasi sebesar 2% (dua persen) dari Dasar Pengenaan Pajak. Dengan ini penulis memberikan rekomendasi kepada perusahaan agar perusahaan harus dan wajib membuat Faktur Pajak Standar sesuai dengan ketentuan yang berlaku, seperti membuat Faktur Pajak Standar yang lengkap, jelas dan benar serta tepat pada waktu yang ditentukan. Maksud dari pembuatan Faktur Pajak yang lengkap yaitu perusahaan dalam membuat Faktur Pajak Standar sering kali tidak mencoret bagian Jumlah Harga Jual/ Penggantian/Uang Muka/Termijn. IV.2 Evaluasi atas Pajak Masukan Tahun 2006, 2007 dan 2008 Sarana yang digunakan untuk menentukan besarnya Pajak Masukan yang harus dibayar Pengusaha Kena Pajak atas perolehan Barang dan/atau Jasa Kena Pajak adalah Faktur Pajak Standar. Setiap melakukan transaksi pembelian, perusahaan harus menerima lembar asli invoice pembelian dan lembar asli Faktur Pajak Standar dari perusahaan yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak. Faktur Pajak Standar tersebutlah yang akan menentukan berapa besar Pajak Pertambahan Nilai yang harus dibayar oleh perusahaan. Faktur Pajak yang diterima atas perolehan Barang atau Jasa 78

Kena Pajak ini merupakan Faktur Pajak Masukan bagi perusahaan yang nantinya akan dikreditkan dengan Pajak Keluaran perusahaan untuk menentukan berapa besar Pajak Pertambahan Nilai kurang bayar atau lebih bayar. Sehingga jumlah Pajak Masukan ini akan sangat mempengaruhi Pajak Pertambahan Nilai terutang yang akan ditanggung oleh perusahaan. Faktur Pajak Standar tersebut harus memuat semua data mengenai jumlah Harga Jual/Penggantian/Uang Muka/Termijn, Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang diterima, Dasar Pengenaan Pajaknya dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Berdasarkan hasil penelitian pada dokumen-dokemen berupa SPT Masa 2006, 2007 dan 2008, faktur pajak masukan, laporan laba rugi, dan neraca maka dengan ini penulis menemukan masalah yang terdapat dalam Faktur Pajak Masukan PT Rajawali Prima Perkasa seperti terdapatnya Faktur Pajak Standar yang diperoleh dari Pengusaha Kena Pajak penjual yang tergolong Faktur Pajak Standar cacat. Menurut hasil penelitian yang didasarkan pada data dan hasil wawancara yang dilakukan, penulis melihat banyak Faktur Pajak Masukan cacat pada tahun 2006 dan 2007. Banyak Faktur Pajak Masukan yang diterima PT Rajawali Prima Perkasa yang tidak diisi dengan lengkap dan jelas seperti tidak mencoret pada bagian kalimat (Harga Jual/ Penggantian/ Uang Muka/ Termijn) yang tidak perlu sebagaimana diminta dalam catatan bagian bawah sebelah kiri Faktur Pajak Standar. Penulis beranggapan bahwa PT Rajawali Prima Perkasa belum begitu memahami ketentuan-ketentuan yang ada, sehingga Faktur Pajak yang cacat tersebut tidak ada pembetulan kembali yang seharusnya diperbaiki. Akibatnya Faktur Pajak Standar Masukan yang diperoleh itu merupakan Faktur Pajak Standar cacat. Karena Faktur Pajak Standar yang diperoleh tidak lengkap atau cacat, maka Pajak Masukan tidak dapat dikreditkan. Namun oleh perusahaan Pajak Masukan ini dikreditkan. 79

Menurut Pasal 13 ayat (5) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000, Faktur Pajak wajib diisi dengan lengkap, benar, dan jelas. Lengkap berarti semua unsur yang tercantum dan lampiran yang diisyaratkan harus lengkap dan ditandatangani. Benar berarti sesuai dengan Undang-undang material. Jelas berarti setiap tulisan maupun angka harus jelas sehingga tidak dapat ditafsirkan lain. Dari unsur jelas ini, diantaranya termasuk dengan memberikan coretan pada bagian yang tidak perlu dari kalimat (Harga Jual/Penggantian/Uang Muka/Termijin**) sesuai dengan keadaan pada saat pembuatan Faktur Pajak Standar. Jika penyerahan Barang Kena Pajak Dasar Pengenaan Pajaknya adalah Harga Jual, maka baris tersebut yang bukan Harga Jual harus dicoret, menjadi seperti berikut: Harga Jual/Penggantian/Uang Muka/Termijn *) XXX *) Coret yang tidak perlu Rekomendasi dari penulis yaitu, perusahaan sebaiknya pada waktu menerima Faktur Pajak dari Pengusaha Kena Pajak penjual, Bagian administrasi PT Rajawali Prima Perkasa harus memeriksa kembali kelengkapan dari Faktur Pajak Standar itu. Jika ternyata ditemukan Faktur Pajak Standar yang tidak diisi dengan lengkap, PT Rajawali Prima Perkasa harus segera meminta Faktur Pajak Standar pengganti kepada Pengusaha Kena Pajak yang menerbitkan Faktur Pajak tersebut. IV.3 Evaluasi Penyetoran, Penghitungan dan Pelaporan PPN Dalam memungut pajak, Indonesia menganut self assessment system, dimana wajib pajak baik badan maupun orang pribadi menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak terutangnya ke Kantor Pelayanan Pajak sesuai alamat dimana badan dan orang pribadi terdaftar. Dalam melakukan pemungutan Pajak Pertambahan Nilai, 80

Pengusaha Kena Pajak mengunakan Faktur Pajak Standar sebagai sarana untuk memungut PPN kepada konsumen. Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai dilakukan setiap terjadi penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak. PT Rajawali Prima Perkasa sebagai Pengusaha Kena Pajak harus membuat Faktur Pajak Standar setiap kali melakukan penyerahan atau penagihan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak. Penyetoran atau pembayaran Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dilakukan paling lambat 15 (lima belas) hari setelah saat terutangnya pajak atau Masa Pajak berakhir atau tanggal 15 setiap bulannya dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) yang dibuat 5 (lima) rangkap dengan peruntukkan sebagai berikut: a. Lembar ke-1 untuk Pengusaha Kena Pajak b. Lembar ke-2 untuk KPP melalui KPKN. c. Lembar ke-3 untuk dilampirkan pada SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai. d. Lembar ke-4 untuk Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro. e. Lembar ke-5 untuk arsip Pemungut Pajak Pertambahan Nilai. Isi dari Surat Setoran Pajak (SSP) tersebut terdiri dari: (Contoh yang diambil adalah SSP pada Bulan Desember 2007): 1. Identitas dari Pengusahan Kena Pajak, yaitu: NPWP : 02.273.687.0-027.000 Nama Wajib Pajak : PT Rajawali Prima Perkasa Alamat Wajib Pajak : Jl. Cempaka Putih Utara No.17 2. MAP/kode jenis pajak diisi dengan angka 411211 sedangkan untuk kode jenis setoran diisi dengan angka 100 3. Untuk pembayaran ditulis: SPT PPN dan Pembetulan SPT PPN Desember 2007. 81

4. Jumlah pembayaran diisi sesuai dengan jumlah yang dibayarkan yaitu Rp.786.070,00 dan Rp.741.030,00 (Pembetulan SPT PPN Masa Desember 2007). 5. Surat Setoran Pajak (SSP) harus diterima oleh kantor penerima pembayaran yang dapat melalui Bank DKI atau kantor Pos dan Giro sebagai bukti telah dilakukan penyetoran Pajak Pertambahan Nilai. 6. Diberi stempel dan dicap oleh pejabat yang berwenang pada Bank DKI sebagai penerima pembayaran maupun oleh PT Rajawali Prima Perkasa sebagai penyetor. Setiap melakukan pembayaran, PT Rajawali Prima Perkasa menerima bukti setoran pajak dari Bank DKI sebagai bukti bahwa PT Rajawali Prima Perkasa telah menyetor pajak kurang bayar. Apabila dalam suatu Masa Pajak, Jumlah Pajak Keluaran lebih besar dari jumlah Pajak Masukan maka selisihnya merupakan Pajak Pertambahan Nilai yang masih harus dibayar oleh Pengusahan Kena Pajak. Sebaliknya, apabila jumlah Pajak Masukan lebih besar dari jumlah Pajak Keluaran, maka selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dapat dikompensasikan pada Masa Pajak berikutnya. Daftar Pajak Pertambahan Nilai PT Rajawali Prima Perkasa untuk tahun 2006, 2007, dan 2008 dapat dilihat pada Tabel IV.1, tabel IV.2 dan tabel IV.3 Pada prakteknya, jumlah Pajak Keluaran PT Rajawali Prima Perkasa lebih sering lebih besar dari jumlah Pajak Masukkannya sehingga terdapat kurang bayar. Berikut adalah perhitungan Pajak Pertambahan Nilai kurang bayar PT Rajawali Prima Perkasa, contoh yang diambil adalah Masa Pajak Desember 2007: Pajak Keluaran Rp.14.005.110,00 Pajak Keluaran yang dipungut oleh Pemungut PPN Rp. - - Pajak Keluaran yang dipugut sendiri Rp.14.005.110,00 82

Pajak Masukan yang dapat dikreditkan Rp.13.219.040,00 - Pajak Kurang Bayar Desember 2007 Rp. 786.070,00 Atas jumlah Pajak Pertambahan Nilai yang kurang bayar tersebut, PT Rajawali Prima Perkasa membuat jurnal penutup sebagai berikut: Dr. PPN Keluaran Rp. 14.005.110,00 Cr. PPN Masukan Rp.13.219.040,00 Cr. PPN kurang bayar Rp. 786.070,00 Jurnal untuk pembayaran PPN Masa Desember: Dr. PPN kurang bayar Rp.786.070,00 Cr. Kas Rp.786.070,00 Namun setelah dilakukan pengecekan kembali oleh bagian adiministrasi ternyata masih terdapat Pajak Keluaran dan Pajak Masukan yang belum dilaporkan dalam Masa Desember, sehingga dilakukan pembetulan SPT Masa Desember 2007 menjadi: Pajak Keluaran Rp.14.005.110,00 Penyerahan dengan Faktur Pajak Sederhana Rp. 1.500.000,00 Pajak Keluaran yang dipungut oleh Pemungut PPN Rp. - - Pajak Keluaran yang dipungut sendiri Rp.15.505.110,00 Pajak Masukan yang dapat dikreditkan Rp.13.978.010,00 - Pajak Kurang Bayar Desember 2007 Rp. 1.527.100,00 Pajak yang sudah dibayar Rp. 786.070,00 - Pajak kurang bayar karena pembetulan Rp. 741.030,00 Atas jumlah Pajak Pertambahan Nilai yang kurang bayar tersebut, PT Rajawali Prima Perkasa membuat jurnal penutup pembetulan sebagai berikut: 83

Dr. PPN Keluaran Rp. 15.505.110,00 Cr. PPN Masukan Rp.13.978.010,00 Cr. PPN kurang bayar Rp. 1.527.100,00 Jurnal untuk pembayaran PPN Masa desember: Dr. PPN kurang bayar Rp.741.030,00 Cr. Kas Rp.741.030,00 Dalam hal Pajak Keluaran lebih kecil dari Pajak Masukan sehingga terdapat kelebihan pembayaran, maka atas kelebihan tersebut dapat dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya. Penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai PT Rajawali Prima Perkasa menggunakan Surat Pemberitahuan Masa PPN. Berdasarkan Pasal 3 Undangundang KUP dijelaskan bahwa bagi Pengusaha Kena Pajak fungsi Surat Pemberitahuan adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggung jawabkan penghitungan jumlah PPN dan PPnBM yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran, pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak dan/atau melalui pihak lain dalam suatu Masa Pajak, yang ditentukan oleh ketentuan peraturan Perundang-undangan Perpajakan yang berlaku. Sebagai Pengusaha Kena Pajak, maka PT Rajawali Prima Perkasa wajib untuk memungut Pajak Pertambahan Nilai, dan harus mempertanggung jawabkan penghitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai dengan mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai. Pada Tahun 2006, formulir SPT Masa yang dipakai untuk melaporkan Pajak Pertambahan Nilai adalah formulir SPT 1195 PPN, Tahun 2007 menggunakan formulir SPT 1107 PPN dan Tahun 2008 menggunakan 84

formulir SPT 1107 dan SPT 1108 PPN. Wajib Pajak setiap bulannya wajib melaporkan berapa besarnya PPN yang terutang atau PPN lebih bayarnya ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar. Berdasarkan kondisi-kondisi yang ada PT Rajawali Prima Perkasa dalam melakukan pemungutan, penyetoran, penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, masih belum begitu memahami. Karena dari hasil penelitian masih terdapatnya kesalahan-kesalahan dalam pembayaran/penyetoran dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai yang dilakukan PT Rajawali Prima Perkasa. Hal ini sangat berdampak kepada SPT-nya. Berikut ini akan dibahas beberapa temuan yang ditemukan oleh penulis selama penelitian di PT Rajawali Prima Perkasa kaitannya dengan penyetoran dan pelaporan SPT sebagai berikut: Tabel IV.4 Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Tahun 2006 PT Rajawali Prima Perkasa Tanggal Pelaporan & Masa Pajak Pembayaran Januari 09 April 2007 Februari 09 April 2007 Maret 09 April 2007 April 09 April 2007 Mei 09 April 2007 Juni 09 April 2007 Juli 09 April 2007 Agustus 09 April 2007 September 09 April 2007 Oktober 09 April 2007 Nopember 09 April 2007 Desember 09 April 2007 85

Tabel IV.5 Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Tahun 2007 PT Rajawali Prima Perkasa Masa Pajak Tanggal Pelaporan Tanggal Pembayaran Januari 20 Februari 2007 20 Februari 2007 Januari (Pembetulan) 13 Maret 2007 NIHIL Februari 14 Maret 2007 13 Maret 2007 Maret 09 Mei 2007 09 Mei 2007 April 05 Juni 2007 29 Mei 2007 Mei 27 Juli 2007 27 Juli 2007 Juni 18 September 2007 18 September 2007 Juli 03 Oktober 2007 03 Oktober 2007 Agustus 03 Oktober 2007 03 Oktober 2007 September 17 Desember 2007 17 Desember 2007 Oktober 13 Desember 2007 13 Desember 2007 Nopember 23 Januari 2008 23 Januari 2008 Desember 06 Februari 2008 06 Februari 2008 Desember (Pembetulan) 27 Februari 2008 27 Februari 2008 Tabel IV.6 Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai Tahun 2008 PT Rajawali Prima Perkasa Masa Pajak Tanggal Pelaporan Tanggal Pembayaran Januari 27 Februari 2008 27 Februari 2008 Februari 18 Maret 2008 18 Maret 2008 Maret 15 April 2008 15 April 2008 April 26 Mei 2007 26 Mei 2007 Mei 16 Juni 2008 Kompensasi Juni 18 Juli 2008 18 Juli 2008 Juli 29 Agustus 2008 29 Agustus 2008 Agustus Belumdi lapor ke KPP Belum disetor September 24 Nopember 2007 24 Nopember 2007 Oktober Belum dilapor ke KPP Belum disetor Nopember Belum dilapor ke KPP Belum disetor Desember Belum dilapor ke KPP Belum disetor 86

1. SPT Tidak Dilaporkan Sesuai Jangka Waktu Yang Ditentukan Dari data yang tersaji diatas dapat dilihat bahwa SPT Masa PPN Januari Desember tahun 2006, 2007 dan 2008 tidak dilaporkan sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan. Berdasarkan Undang-undang KUP No. 28 Tahun 2007 Pasal 3 ayat (3) huruf (a) yang berbunyi: untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir Masa Pajak. Maka jangka waktu untuk pelaporan adalah setiap tanggal 20 Masa Pajak berikutnya. Dalam kasus ini, Penulis melihat bahwa selama tahun 2006, 2007 dan 2008 baik SPT Masa PPN dan SPT Masa Pembetulan PT. Rajawali Prima Perkasa dilaporkan tidak sesuai jangka waktu yang ditentukan yaitu setiap tanggal 20 Masa pajak berikutnya. Akibatnya, SPT Masa PPN selama tahun 2006, 2007 dan 2008 terlambat lapor. Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) Undangundang No. 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum Perpajakan menjelaskan bahwa apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) huruf (a) dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp.50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa. Dan berdasarkan Pasal 7 ayat (1) Undang-undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Perpajakan menjelaskan bahwa apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) huruf (a) dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp.500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai. Akibat dari keterlambatan pelaporan SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai: 1. Pada tahun 2006 dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp.50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) untuk satu SPT Masa, dengan total denda 87

administrasi adalah Rp.50.000,00 x 12 bulan = Rp.600.000,00 (enam ratus ribu rupiah). 2. Pada tahun 2007 dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp.50.000,00 (lima ratus ribu rupiah) untuk satu SPT Masa, dengan total denda administrasi adalah Rp.50.000,00 x 10 bulan = Rp.500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). 3. Pada tahun 2008 dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp.500.000,00 x 8 bulan = Rp.4.000.000,00 (empat juta rupiah) Dengan ini penulis memberikan rekomendasi kepada perusahaan, agar perusahaan harus dan wajib melaporkan SPT sesuai dengan ketentuan yang berlaku, seperti melaporkan tepat pada waktu yang telah ditentukan, membuat SPT dengan lengkap, jelas dan benar. Maksud dari rekomendasi ini karena perusahaan sering kali melaporkan SPT Masa PPN terlambat atau tidak sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. 2. Pembayaran Pajak Terutang Tidak Sesuai Jangka Waktu Yang Ditentukan Dari data yang tersaji diatas dapat dilihat bahwa SPT Masa PPN Januari Desember tahun 2006, 2007 dan 2008; Pajak Pertambahan Nilai yang kurang bayar disetor tidak sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan. Berdasarkan Pasal 2 ayat (13) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 184/ PMK.03/2007 tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak menjelaskan bahwa PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang dalam satu Masa Pajak, harus 88

disetor paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. Dan Berdasarkan Pasal 9 ayat (2) huruf (a) Undang-undang No. 28 Tahun 2007 tentang KUP menjelaskan bahwa pembayaran atau penyetoran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak, dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) perbulan yang dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. Akibat dari keterlambatan pembayaran ini dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% dari pajak kurang bayar. Sehingga PT Rajawali Prima Perkasa harus membayar sanksi administrasi sebagai berikut: 1. Dalam penghitungan Pajak Pertambahan Nilai PT Rajawali Prima Perkasa pada bulan Januari, Februari, Maret, April tahun 2006 perusahaan mengalami lebih bayar Pajak Pertambahan Nilai. Atas Kelebihan ini telah dilakukan kompensasi ke masa pajak berikutnya sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Sehingga pada akhir bulan desember didapat kurang bayar sebesar Rp.2.764.380,00. Karena kurang bayar ini disetor pada tanggal 9 April 2007, maka dikenakan denda sebesar Rp.2.764.380,00 x 2% x 4 bulan = Rp.221.504,00 2. Pada tahun 2007 Berikut disajikan tabel pembayaran Pajak Pertambahan Nilai PT Rajawali Prima Perkasa untuk Masa Januari sampai Desember Tahun 2007: 89

Tabel IV.7 Sanksi Administrasi atas Keterlambatan Bayar Tahun 2007 PT Rajawali Prima Perkasa Bulan Kurang Bayar/ Tanggal Sanksi (Lebih Bayar) Pembayaran Administrasi (2%) Januari 981.735 20 Februari 2007 19.635 Januari (Pembetulan) NIHIL NIHIL - Februari 1.134.547 13 Maret 2007 - Maret 1.452.665 09 Mei 2007 29.053 April 1.477.922 29 Mei 2007 29.558 Mei 1.330.445 27 Juli 2007 53.218 Juni 1.432.641 18 September 2007 85.958 Juli 1.024.856 03 Oktober 2007 40.994 Agustus 1.441.614 03 Oktober 2007 28.832 September 1.822.599 17 Desember 2007 109.356 Oktober 948.622 13 Desember 2007 18.972 Nopember 1.377.292 23 Januari 2008 55.092 Desember 786.070 06 Februari 2008 15.721 Desember (Pembetulan) 741.030 27 Februari 2008 29.641 Jumlah 15.952.038 516.032 3. Pada tahun 2008 Tabel IV.8 Sanksi Administrasi atas Keterlambatan Bayar Tahun 2008 PT Rajawali Prima Perkasa Bulan Kurang Bayar/ Sanksi Tanggal Pembayaran (Lebih Bayar) Administrasi (2%) Januari 826.943 27 Februari 2008 16.539 Februari 263.925 18 Maret 2008 5.278 Maret 38.180 15 April 2008 - April 1.177.374 26 Mei 2007 23.547 Mei (1.331.283) Kompensasi - Juni 1.190.182 18 Juli 2008 23.804 Juli 1.343.265 29 Agustus 2008 26.865 90

Agustus 8.229.274 Belum disetor - September 247.524 24 Nopember 2007 4.950 Oktober 945.329 Belum disetor - Nopember 1.277.457 Belum disetor - Desember 295.043 Belum disetor - Jumlah 14.503.211 100.984 Dengan ini penulis memberikan rekomendasi kepada perusahaan agar perusahaan lebih teliti dalam melakukan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar tidak merugikan perusahaan, seperti melakukan pembayaran pajak kurang bayar tepat pada waktu yang telah ditentukan agar tidak dikenakan sanksi administrasi sebesar 2%. Maksud dari rekomendasi ini karena perusahaan sering kali terlambat melakukan penyetoran akan kurang bayar Pajak Pertambahan Nilai yang harus disetor ke kas negara. 3. SPT Masa PPN yang dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak merupakan SPT Masa yang tidak lengkap. Dengan kondisi-kondisi yang ada, setelah penulis melakukan pengamatan yang didasarkan dan dikuatkan data yang berbentuk dokumentasi seperti hasil wawancara dengan pihak perusahaan. PT Rajawali Prima Perkasa masih menggunakan pengisian SPT Masa PPN secara manual. Dalam melakukan penelitian SPT Masa PPN Tahun 2006 sampai dengan tahun 2008, penulis menemukan bahwa terdapat kesalahan dalam pengisian SPT 1195 pada bulan Desember 2006. Kesalahan yang ditemukan berupa Faktur Pajak Masukan atas pembelian barang yang tidak ada hubungan dengan kegiatan usaha yang tidak dilaporkan didalam SPT Masa PPN. Atas pembelian barang ini sudah dibebankan sebagai biaya. Faktur pajak masukan 91

ini jelas bukan merupakan Faktur Pajak Masukan yang bisa dikreditkan dan tidak mempengaruhi perhitungan pengkreditan Pajak Pertambahan Nilai. Namun berdasarkan petunjuk pengisian SPT formulir 1195, wajib pajak harus melakukan pengisian SPT Masa PPN dengan jelas, benar dan lengkap. Sesuai petunjuk pengisian SPT formulir 1195, faktur pajak masukan yang tidak bisa dikreditkan tersebut harus diisi pada formulir 1195C. Berdasarkan Pasal 4 ayat 1 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000, salah satu unsur yang terdapat dalam pengisian Surat Pemberitahuan adalah benar, lengkap, dan jelas. Surat Pemberitahuan dinyatakan tidak lengkap apabila memenuhi diantaranya: 1. Elemen Surat Pemberitahuan induk dan lampiran tidak atau kurang lengkap diisi. 2. Surat Pemberitahuan kurang atau tidak dilampiri dengan lampiran yang diisyaratkan termasuk media elektronik. Perusahaan berpendapat bahwa hal seperti itu bukan merupakan suatu kesalahan atau kekeliruan, karena tidak mempengaruhi perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. Menurut penulis, hal ini disebabkan karena pihak perusahaan kurang memperhatikan ketentuan yang berlaku. Dengan ini penulis memberikan rekomendasi kepada perusahaan agar perusahaan sebaiknya melakukan pemeriksaan kembali atas SPT Masa PPN sebelum disampaikan ke KPP. Perusahaan seharusnya melakukan pengisian SPT Masa PPN sesuai buku petunjuk pengisian SPT Masa PPN agar tidak salah dalam melakukan pengisian SPT Masa PPN. 92

4. Formulir SPT Pada Tahun 2008 untuk Masa Juni berbeda dengan Masa Pajak Lainnya Berdasarkan penelitian penulis, dalam pelaporan SPT Masa PPN Tahun 2008 terdapat satu formulir SPT Masa Pajak PPN untuk Masa Pajak Juni yang berbeda dengan SPT Masa Pajak PPN lainnya. Kesalahan ini karena dalam pelaporan PPN Masa Pajak Juni perusahaan mengunakan formulir SPT Masa 1108. Pemakaian formulir 1108 untuk pelaporan dan penghitungan SPT Masa PPN bulan Juni dikarenakan faktur pajak masukan dan faktur pajak keluaran PT Rajawali Prima Perkasa tidak lebih dari 30 faktur pajak. Berdasarkan Pasal 1 angka (2) Peraturan Dirjen Pajak No. PER 180/PJ./2007 tentang Bentuk, Isi dan Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN) dalam bentuk formulir kertas (hardcopy) bagi Pengusaha Kena Pajak yang dikukuhkan di KPP Pratama Jakarta Gambir Dua, KPP Pratama Jakarta Gambir Tiga dan KPP Pratama Jakarta Abang Satu dalam rangka uji coba pengolahan data dan dokumen di Kantor Pusat Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan yang menyatakan bahwa Pengusahan Kena Pajak yang selanjutnya disebut dengan Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha Kena Pajak yang dikukuhkan di KPP yang menerbitkan atau mengkreditkan tidak lebih dari 30 (tiga puluh) Faktur Pajak Standar atau dokumen-dokumen tertentu yang diperlakukan sebagai Faktur Pajak Standar, dalam satu Masa Pajak. Dan peraturan ini berlaku mulai masa Pajak januari 2008. sehingga wajib pajak dalam menyampaikan SPT Masa PPN dalam bentuk hardcopy, terhitung mulai Masa Januari 2008 wajib menggunakan formulir 1108 tersebut. Sementara bagi PKP yang terdaftar di KPP lain (selain 3 KPP tersebut diatas), dalam melaporkan PPN tetap menggunakan Form 93

1107. Begitu pula bagi PKP yang telah menyampaikan SPT Masa PPN dengan menggunakan espt, tetap menggunakan espt PPN 1107. Sehingga mulai masa Januari 2008, PT Rajawali Prima Perkasa harus menggunakan formulir 1108 bukan formulir 1107, karena atas peninjauan terhadap faktur pajak masukan yang diterima dan faktur pajak keluaran yang diterbitkan oleh PT Rajawali Prima Perkasa tidak melebihi dari 30 faktur serta kondisi PT Rajawali Prima Perkasa yang masih pengisian SPT Masa PPN secara manual. Penulis juga melihat pada SPT Masa PPN Juni dengan pemakaian formulir 1108, perusahaan dalam mengisi SPT 1108 tidak mengikuti petunjuk pengisian SPT 1108, dan masih terdapat kesalahan pengisian seperti cara penulisan Nomor Seri Faktur Pajak, Nomor Pokok Wajib Pajak dalam SPT Masa Juni. Akibatnya terdapat ketidaksesuaian formulir yang dipakai dalam pengisian SPT Masa PPN, sehingga harus dilakukan SPT pembetulan. Dengan ini penulis memberikan rekomendasi kepada perusahaan, agar perusahaan memperbaiki kesalahan-kesalahan tersebut dengan prosedur yang telah ditentukan dalam ketentuan perpajakan yang berlaku. Perbaikan dilakukan dengan cara menyampaikan SPT Masa PPN Pembetulan untuk bulan Januari Desember 2008. Prosedur yang harus ditempuh yaitu menyampaikan permohonan tertulis kepada Kantor Pelayan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar sebagai Pengusaha Kena Pajak yang sudah dikukuhkan dengan menggunakan Formulir SPT 1108, dengan mencantumkan kata pembetulan di SPT Induk maupun lampiran-lampirannya. Sebelum SPT Masa PPN disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak, sebaiknya diperiksa kembali. Karena penulis berpendapat bahwa peran personel yang khusus memeriksa kembali SPT Masa PPN sebelum dilaporkan atau disampaikan ke Kantor 94

Pelayanan Pajak sangat penting dan diperlukan sehingga kesalahan dalam pengisian SPT dapat diminimalkan dan tidak merugikan perusahaan. IV.4 Analisa Trend Pajak Pertambahan Nilai PT Rajawali Prima Perkasa Tahun 2006, 2007 dan 2008 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, berikut ini adalah grafik yang menggambarkan trend penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai PT Rajawali Prima Perkasa pada tahun 2006, 2007 dan 2008 berdasarkan permasalahan yang telah dibahas sebelumnya: 60 50 40 30 20 10 0 2006 2007 2008 Tahun Gambar IV.1 Grafik Pajak Keluaran Yang Dibuat Tidak Sesuai Dengan Ketentuan 95

70 60 50 40 30 20 10 0 2006 2007 2008 Gambar IV.2 Grafik Pajak Masukan Yang Diterima Cacat 2 1 0 2006 2007 2008 Gambar IV.3 Grafik Kesalahan Pengisian SPT Masa PPN 96

120% 100% 80% 60% 40% Terlambat Bayar Terlambat Lapor 20% 0% 2006 2007 2008 Gambar IV.4 Grafik Keterlambatan Penyetoran dan Pelaporan SPT Masa PPN Dari Grafik-grafik di atas dapat dilihat bahwa dari tahun 2006, 2007 dan 2008 penerapan Pajak Pertambahan Nilai PT Rajawali Prima Perkasa sudah semakin baik seperti pada: 1. Gambar IV.1 dalam hal pembuatan Faktur Pajak Keluaran. Pada Tahun 2008, PT Rajawali Prima Perkasa dalam pembuatan Faktur Pajak Standar sudah sesuai dengan ketetapan ketentuan perpajakan yaitu membuat Faktur Pajak Standar dengan jelas, lengkap dan benar. 2. Gambar IV.2 penerimaan dan pemeriksaan Faktur Pajak Masukan yang diterima. Pada Tahun 2008, sudah tidak terdapat Faktur Pajak Masukan yang diterima cacat. Perusahaan sudah mulai teliti dalam memeriksa setiap Faktur Pajak Masukan yang diterima. Jika terdapat Faktur Pajak Masukan yang tidak jelas, 97

tidak lengkap dan tidak benar, langsung meminta Faktur Pajak Masukan pengganti. 3. Gambar IV.3 Dalam hal pengisian SPT Masa, pada tahun 2008 meningkat, hal ini disebabkan karena perusahaan belum mengetahui tentang peraturan terbaru yaitu Peraturan Dirjen Pajak No. PER 180/PJ./2007. Sehingga pada Tahun 2008 terdapat kesalahan dalam pemakaian formulir SPT Masa PPN untuk pelaporan SPT Masa PPN Tahun 2008 4. Gambar IV.4 Dalam hal penyetoran kurang bayar PPN dan pelaporan SPT Masa PPN, dari gambar IV.4 dapat dilihat bahwa persentase keterlambatan penyetoran kurang bayar PPN dan pelaporan SPT Masa PPN semakin menurun dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008. PT Rajawali Prima Perkasa berusaha untuk memenuhi kewajiban perpajakan sesuai dengan ketetapan ketentuan perpajakan, dan mengurangi dikenakannya sanksi administrasi. Namun karena kondisi keuangan dan masalah kinerja dalam perusahaan, membuat perusahaan belum mampu dalam memenuhi kewajiban perpajakan sesuai dengan ketetapan ketentuan perpajakan. Sehingga persentase dari keterlambatan penyetoran kurang bayar Pajak Pertambahan Nilai dan pelaporan SPT Masa PPN masih tinggi (diatas 50%). 98