BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

dokumen-dokumen yang mirip
PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA PUSAT KOTA LAMONGAN YANG BERBASIS SUSTAINABLE URBAN LANDSCAPE

Konsep Penataan Ruang Terbuka Hijau di Kota Ponorogo. Dirthasia G. Putri

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo

Disajikan oleh: LIA MAULIDA, SH., MSi. (Kabag PUU II, Biro Hukum, Kemen PU)

METODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan terjadinya penurunan kwantitas ruang terbuka publik,

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA CIMAHI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011).

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

LAMPIRAN V KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN. Kualitas yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun

BAB I PENDAHULUAN. yang semula merupakan ruang tumbuh berbagai jenis tanaman berubah menjadi

Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Pembangunan di Kawasan Hijau. Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN KABUPATEN PURWOREJO

: Pendekatan ekologi terhadap tata guna lahan. b. Pemakaian Lahan Kota Secara Intensif

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

BAB IV ANALISIS KEBUTUHAN DAN PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA CIREBON

IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PRIORITAS PENGEMBANGAN TAMAN RONGGOWARSITO SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK DI TEPIAN SUNGAI BENGAWAN SOLO TUGAS AKHIR

BAB II RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BINJAI. 2.1 Penggunaan Lahan Di Kota Binjai

Perhitungan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Jenis Publik (Studi Kasus : Kota Surakarta)

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

PANDUAN PENGAMATAN LANGSUNG DI LOKASI/KAWASAN WISATA TERPILIH

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

SCAFFOLDING 1 (2) (2012) SCAFFOLDING. IDENTIFIKASI RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK KOTA REMBANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota sebagai pusat pemukiman, industri dan perdagangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sekretariat : BAPPEDA KOTA BOGOR, Lantai 3 Jl. Kapten Muslihat No Bogor

Perancangan Rumah Susun Sederhana di Kota Kediri BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap kepadatan penduduk sekaligus berpengaruh pada kebutuhan

BAB VI KESIMPULAN. Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa Taman Pintar telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumberdaya alam yang terdapat di suatu wilayah pada dasarnya

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Penetuan Tema Ruang Terbuka Hijau Aktif Di Kota Malang Berdasarakan Preferensi Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. seiring perjalanan waktu, baik dimensi kenampakan fisik maupun non fisiknya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA...

Kata Pengantar. Yogyakarta, Desember Tim Penyusun. Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayui

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PEMBAHASAN. Kota Surakarta

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Taman Sekartaji merupakan salah satu taman kota bantaran sungai di

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penduduk kota maupun penduduk dari wilayah yang menjadi wilayah

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

PENGERTIAN GREEN CITY

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS. Diagram 6 : skema hubungan fasilitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN

BUPATI BANGKA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung

PENJELASAN A T A S PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN

Gambar 2. Lokasi Studi

BAB III DATA DAN ANALISA

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

2. Tata Ruang adalah wujud struktur dan pola pemanfaatan ruang baik yang direncanakan maupun tidak (Kamus Tata Ruang, Ditjen Cipta Karya, 1997).

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Perencanaan Kota TEORI URBAN DESIGN 3 (LINGKUNGAN DAN PENUNJANG)

TATA LAKSANA PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PERENCANAAN KOTA

MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN...

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Kota pada Kawasan Padat, Studi Kasus di Wilayah Tegallega, Bandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI TABEL V.1 KESESUAIAN JALUR HIJAU

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

POLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244

BAB I PENDAHULUAN. JUDUL : Terminal Bus Induk Tipe A di Kabupaten Klaten

TINJAUAN PUSTAKA. waktu tidak tertentu. Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang

Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 2 Sub Pokok Bahasan : a. Lingkungan alamiah dan buatan b. Ekologi kota c. Ekologi kota sebagai lingkungan terbangun

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2010). Aksesibilitas adalah konsep yang luas dan fleksibel. Kevin Lynch

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

BAB IV PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API PEMALANG DI KABUPATEN PEMALANG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari

BAB 6 : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Penataan ruang terbuka pada pusat Kota Lamongan yang berbasis sustainable urban landscape dapat dicapai apabila seluruh stakeholder dapat menjalankan perannya masing-masing. Peran tersebut merupakan tugas yang saling terkait satu sama lain sehingga tidak dapat dipisahkan. Pada dasarnya, penelitian ini adalah penelitian yang berbasis partisipasi masyarakat sehingga keberadaan masyarakat dalam hal ini menjadi sangat penting dan tidak boleh diabaikan. Mengacu pada tujuan dari penelitian ini adalah penataan ruang terbuka hijau yang sustainable urban landscape, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1. Identifikasi distribusi ruang terbuka hijau menunjukkan bahwa persebaran ruang terbuka hijau belum merata di seluruh area pusat kota, hanya pada area tertentu dengan luasan 3,5669 Ha atau 1,98% dari luasan minimal ruang terbuka hijau yakni 20% bersifat publik dan 10% bersifat privat. 2. Hasil analisa tipologi fungsi menunjukkan bahwa: o Ruang terbuka hijau di pusat Kota Lamongan memiliki 6 tipe yaitu jalur hijau, taman lingkaran jalan, taman monumen, hutan kota, taman ruang terbuka dan taman makam. o Beberapa dari ruang terbuka hijau yang ada, seperti alun-alun, Telaga Bandung, hutan kota, memiliki modality dalam hal ruang terbuka hijau yang sustainable sehingga memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi ruang terbuka hijau yang sustainable. 3. Identifikasi tipo morfologi spasial ruang terbuka hijau di pusat Kota Lamongan menunjukkan lima pola yaitu: o Pola Square dengan pola spasial empat penggal jalan; Pola ini hanya ditemukan pada jenis ruang terbuka hijau, alun-alun. 177

o Pola Linier dengan pola spasial sempadan sungai dan sepenggal jalan; Pola ini ditemukan pada jenis ruang terbuka hijau, Telaga Bandung o Pola Linier dengan pola spasial dua penggal jalan Pola ini ditemukan pada jenis ruang terbuka hijau, Makam Tumenggung Baru, Makam Pahlawan, Hutan Kota dan Telaga Anyar. o Pola Linier dengan pola spasial rel kereta dan sepenggal jalan Pola ini ditemukan pada jenis ruang terbuka hijau, Hutan Kota Samping Rel dan Taman Monumen Kadet Soewoko. o Pola Linier dengan pola spasial sepenggal jalan Pola ini ditemukan pada jenis ruang terbuka hijau, Makam Pralaya Mukti, Makam Islam Arteri Primer, Makam Kristen Arteri Primer. 4. Kekurangan dari jumlah minimal ruang terbuka hijau dapat dilakukan dengan penambahan kuantitas ruang terbuka hijau. Penambahan tersebut dapat dilakukan pada dengan cara: o Meningkatkan jalur hijau pada jalan lingkungan permukiman. o Meningkatkan Taman Lingkaran Jalan pada setiap persimpangan jalan di pusat Kota Lamongan. o Meningkatkan taman monumen dengan mengangkat ikon budaya Lamongan untuk kemudian dijadikan sebagai taman monumen yang bersifat publik. o Meningkatkan jumlah hutan kota untuk mendukung dan menjaga iklim mikro kota. o Meningkatkan jumlah ruang terbuka publik yang dimulai dari play ground per 250 KK, taman olah raga, taman kota. o Mengoptimalkan ruang terbuka privat di setiap bangunan dengan memaksimalkan peraturan koefisien dasar bangunan sebesar 70% di pusat Kota Lamongan. 5. Untuk menuju ke konsep penataan, terdapat kriteria-kriteria ruang terbuka hijau sustainable urban lanscape yang dapat dijadikan dasar untuk merumuskan konsep penataan yang terbagi melalui aspek internal dan 178

aspek eksternal. Berikut ini adalah kriteria yang telah didapat dari tiap-tiap aspek: Aspek internal dengan sub aspek sirkulasi dan tata ruang: o Jalur sirkulasi internal taman seharusnya bebas gangguan secara fisik dan memiliki lebar yang ideal, minimal 1,5 meter. o Ruang terbuka publik seharusnya dapat diakses dari beberapa sisi. o Tata ruang seharusnya memiliki hubungan yang saling terkait dan mendukung. Aspek internal dengan sub aspek fasilitas ruang terbuka hijau o Fasilitas ruang terbuka seharusnya bersifat ramah lingkungan dan dapat mewadahi aktivitas segala usia dalam berinteraksi. Aspek internal dengan sub aspek softscape ruang terbuka hijau o Pemilihan vegetasi seharusnya didasarkan pada vegetasi lokal sesuai kekhasan daerah Lamongan. bersifat produktif sehingga mampu memberikan manfaat ekonomis. Aspek internal dengan sub aspek ecological: o Ruang terbuka seharusnya mampu menjadi pencipta iklim mikro kawasan melalui vegetasimya.dan memiliki ragam vegetasi (biodiversity). Aspek internal dengan sub aspek socio-cultural: o Ruang terbuka seharusnya mampu diakses secara mudah oleh semua masyarakat tanpa terkecuali. o Ruang terbuka seharusnya mampu memberikan akses khusus bagi pengunjung berkebutuhan khusus dengan jalur ramp. o Ruang terbuka seharusnya mampu menampilkan ekspresi budaya Lamongan dengan memertahankan serta merawat hal-hal yang berkaitan dengan identitas budaya setempat. o Ruang terbuka seharusnya mampu menjadi sarana interaksi sosial masyarakat. 179

Aspek internal dengan sub aspek economy o Ruang terbuka seharusnya mampu menjadi tempat pertumbuhan ekonomi masyarakat. serta dapat menjadi area economyyang terhubung dengan aktivitas di dalam area ruang terbuks. Aspek eksternal dengan sub aspek tata guna lahan: o Karakter ruang terbuka hijau seharusnya mencerminkan karakteristik tata guna lahan di sekitarnya sehingga ada kesesuaian antara karakter ruang terbuka dengan bangunan sekitar. 6. Konsep penataan ruang terbuka hijau dapat dijadikan acuan untuk pengembangan ruang terbuka hijau selanjutnya. Bahwa ruang terbuka hijau merupakan ruang publik yang telah berkembang fungsinya. Masingmasing konsep didapat dari kriteria dari tiap-tiap aspek. Berikut ini adalah konsep yang dapat telah didapat antara lain: Aspek Internal dengan sub aspek sirkulasi dan tata ruang: o Jalur sirkulasi ruang terbuka hijau dirancang dengan memiliki lebar ideal serta bebas dari gangguan secara fisik. o Ruang terbuka hijau dirancang dengan memiliki beberapa akses pada setiap sisi. o Ruang terbuka hijau dirancang dengan tata ruang yang terhubung melalui jalur sirkulasi. Aspek internal dengan sub aspek fasilitas ruang terbuka hijau: o Ruang Terbuka Hijau dirancang dengan memiliki fasilitas utama dan penunjang yang bersifat ramah lingkungan untuk dimanfaatkan masyarakat tanpa terkecuali. Aspek internal dengan sub aspek softscape ruang terbuka hijau: o Ruang Terbuka Hijau dirancang dengan memerhatikan vegetasi yang dapat mencerminkan ekspresi budaya lokal serta memiliki nilai ekonomis bagi masyarakat. Aspek internal dengan sub aspek ecological: 180

o Ruang Terbuka Hijau dirancang untuk mampu memberikan manfaat secara ecological dalam perkotaan serta memiliki ragam vegetasi di dalamya (biodiversity). Aspek internal dengan sub aspek socio-cultural o Ruang terbuka hijau dirancang untuk dapat digunakan oleh semua lapisan masyarakat. o Ruang terbuka hijau dirancang dengan memberikan jalur ramp untuk masyarakat berkebutuhan khusus. o Ruang terbuka hijau dirancang dengan tetap memertahankan bangunan bersejarah di dalamnya sebagai identitas budaya lokal. o Ruang terbuka hijau dirancang sebagai pusat interaksi sosial masyarakat. Aspek internal dengan sub aspek economy: o Ruang Terbuka Hijau dirancang untuk memberikan manfaat dalam aspek economy dengan menyediakan area aktivitas ekonomi dan sebagai upaya untuk menumbuhkan perekonomian masyarakat.. Aspek eksternal dengan sub aspek tata guna lahan: o Ruang Terbuka Hijau dirancang dengan memerhatikan tata guna lahan di sekitarnya sehingga hasil rancangan yang dihasilkan akan memiliki karakteristik yang sesuai serta dapat mendukung tata guna lahan. 6.2. Saran Saran dari hasil penelitian ini terdiri dari: 1. Penelitian selanjutnya o Perlu dilakukan penelitian selanjutnya terkait dengan ruang terbuka hijau sebagai pencipta identitas kota. o Perlu adanya peneltian selanjutnya yang berkaitan dengan aspek pemeliharaan ruang terbuka hijau agar dapat berfungsi secara maksimal. 2. Perencana o Perencana dapat memertimbangkan aspek sustainable dalam merencanakan ruang terbuka hijau. 181

o Perencana dapat melakukan langkah diversifikasi ruang terbuka hijau yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi ruang terbuka hijau yang sustaianble. 3. Pemerintah o Melakukan langkah untuk segera menyusun dan melakukan perencanaan ruang terbuka hijau di pusat Kota Lamongan yang berbasis sustainable urban landscape. o Melakukan peningkatan kualitas maupun kuantitas ruang terbuka hijau setelah penyusunan perencanaan selesai dilakukan. o Melakukan langkah strategis terkait mekanisme instensif dan disintensif bagi masyarakat untuk meningkatkan pentingnya keberadaan ruang terbuka hijau. 4. Masyarakat o Masyarakat untuk selalu mendukung upaya peningkatan ruang terbuka hijau melalui peran serta yang aktif melalui komunitas yang berkaitan dengan ruang terbuka hijau dalam rangka menata ruang terbuka hijau yang berbasis sustainable urban landscape. o Masyarakat harus menyadari akan pentingnya ruang terbuka hijau dalam menunjang kehidupan masyarakat baik dari sisi ecological, socio cultural maupun economy. 182