BAB I PENDAHULUAN. IGD hendaknya berdasarkan dengan sistem triage. Triage adalah cara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden kecelakaan merupakan penyebab utama orang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Wahyuningsih (2005), terapi Intravena adalah suatu

BAB V PEMBAHASAN. perineum pada ibu postpartum di RSUD Surakarta. A. Tingkat Nyeri Jahitan Perineum Sebelum Diberi Aromaterapi Lavender

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Teknik Relaksasi...,Bayu Purnomo Aji,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan benar. Diberikan melalui

TERAPI WEWANGIAN MINYAK ESSENSIAL BUNGA MAWAR (ROSE) DENGAN CARA INHALASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DAN TERHADAP RASA NYERI

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan sesuatu yang didambakan oleh setiap wanita.

BAB I PENDAHULUAN. pasien yang dirawat di rumah sakit, pasien lebih sering merasa cemas

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. penjahitan luka (Sustyowati, dkk, 2010). Potter & Perry (2005) menyebutkan bahwa menghadapi pembedahan pasien akan mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup. Sebagian aktivitas dan pekerjaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Nyeri pada penderita artritis reumatoid adalah gejala yeng sering

PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP NYERI PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) adalah komitmen negara terhadap rakyat

BAB I PENDAHULUAN. jaringan aktual dan potensial yang menyebabkan seseorang mencari. perawatan kesehatan ( Smeltzer & Bare, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Sayatan atau luka yang dihasilkan

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender terhadap Nyeri Persalinan Kala I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia,

BAB I PENDAHULUAN. jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun

BAB I PENDAHULUAN. kanker masih tergolong tinggi. Berdasarkan data The American Cancer Society ( Amerika menderita kanker ( Mattioli, 2008 ).

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap (Suwitra, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan dan menjadi beban tanggungan baik oleh keluarga, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semua pasien yang dirawat di rumah rakit setiap tahun 50%

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa reproduksi yang disebut menstruasi yaitu gambaran dari perdarahan

PENGARUH CYTRUS (ORANGE) AROMATHERAPY TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RSUD KOTA MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang

BAB I PENDAHULUAN. (21,8%) diantaranya persalinan dengan Sectio Caesarea (Hutapea, H, 1976).

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang. akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. sampai evaluasi selanjutnya (Uliyah & Hidayat, 2008). Keluhan yang

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Aloei Saboe Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota

Clinical Science Session Pain

BAB V PEMBAHASAN. terhadap intensitas nyeri ibu nifas post sectio caesarea di RSUD Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. sementara di tahun 2011 terdapat korban. Korban luka ringan pada

BAB I PENDAHULUAN. (2010) dikutip dalam Andarmoyo (2013) menyatakan bahwa nyeri merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara. invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan

BAB I PENDAHULUAN. kecemasan yang tidak terjamin atas prosedur perawatan. 2 Menurut penelitian, 1

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. Bab ini penulis membahas mengenai permasalahan tentang respon nyeri

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Identifikasi Masalah Apakah minyak Lavender menurunkan frekuensi denyut jantung.

BAB I PENDAHULUAN. di rumah sakit. Anak biasanya merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan

FIRMAN FARADISI J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

INFOKES, VOL. 3 NO. 1 Februari 2013 ISSN :

BAB I PANDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. menjadi lansia, yang masing-masing mempunyai kekhususan (Noorkasiani,

BAB I PENDAHULUAN. paling umum untuk mencari pertolongan kesehatan. Seseorang yang nyeri

BAB I PENDAHULUAN. kasus yang belum terselesaikan. Disisi lain juga telah terjadi peningkatan

BAB I. tahun dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2000, jumlah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. Pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang menggunakan. cara invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan

BAB I PENDAHULUAN. dokter menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar

EFEKTIVITAS AROMATERAPI DALAM MENURUNKAN KECEMASAN MENGHADAPI KELAHIRAN ANAK PERTAMA. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami berbagai perkembangan penyakit yang bersifat degeneratif.

BAB I PENDAHULUAN. periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak tahun 2000, angka kejadian penyakit tidak menular semakin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. progresif. Perubahan serviks ini memungkinkan keluarnya janin dan produk

ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN

SKRIPSI. Diajukan Oleh : PARYANTO J

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh yang seimbang. Hal tersebut sesuai

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa ditentukan dengan cara menanyakan intensitas atau merujuk pada skala nyeri.

BAB I PENDAHULUAN. hingga kematian. Proses menua berlangsung secara alamiah dalam tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi. masyarakat yang dapat meningkat penggunaan alat transportasi /

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang banyak dialami oleh manusia. Meskipun bukan merupakan

Sueni Yuliati Program Studi Sarjana Keperawatan STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), ada sebanyak 234,2 juta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

Ditetapkan Tanggal Terbit

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal.

BAB I PENDAHULUAN. cacing (appendiks). Infeksi ini bisa terjadi nanah (pus) (Arisandi,2008).

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. keperawatan kecemasan pada pasien pre operasi sectio caesarea di RSUD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan seseorang yang memiliki rentang usia sejak anak dilahirkan

Pemberian Terapi Relaksasi Pernapasan Diapragma bagi Pasien Hipertensi di. Instalasi Gawat darurat Eka Hospital Tangerang Selatan 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsurangsur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI SULASTRI J

BAB I PENDAHULUAN. International for the Study of Pain (IASP) nyeri merupakan pengalaman yang

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi sorotan banyak negara. Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam pengobatan modern. Terminologi ini dikenal sebagai terapi modalitas atau aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan. Bentuk terapi yang digunakan dalam terapi komplementer ini beragam sehingga disebut juga dengan terapi holistik. Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi. Pengobatan dengan menggunakan terapi komplementer mempunyai manfaat selain dapat meningkatkan kesehatan secara lebih menyeluruh juga lebih murah (Smith et al, 2004). Instansi Gawat Darurat adalah salah satu bagian terdepan dari rumah sakit dimana semua pasien gawat darurat ditanggulangi. Penanganan pasien di IGD hendaknya berdasarkan dengan sistem triage. Triage adalah cara penilaian pasien berdasarkan kebutuhan terapi sumber daya yang tersedia, dan berdasarkan pada kondisi airway, breathing, circulation, disability dan eksposure pasien. Salah satu tindakan yang sering dilakukan untuk menangani pasien pada masalah circulation adalah dengan pemasangan infus. Pemasangan infus merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada 1

2 pasien dengan cara memasukan cairan melalui intravena dengan bantuan infus set. Cairan merupakan komponen terbesar yang membentuk tubuh sekitar 60% dari berat badan orang dewasa (Potter & Perry, 2009). Pemenuhan cairan dan elektrolit merupakan kebutuhan dasar manusia secara fisiologis berdasarkan kebutuhan dasar hiraki Maslow. Selain untuk pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, pemasangan infus juga bertujuan untuk pemberian obat melalui intravena dan resusitasi cairan (Smeltzer & Bare, 2006). Pemasangan infus akan menimbulkan rasa nyeri pada pasien oleh karena adanya stimulus mekanik yang merangsang ujung-ujung saraf bebas nosiseptor pada jaringan perifer yang akan menyebabkan keluarnya mediatormediator kimia penghasil nyeri dan akan mengirimkan impuls nyerinya sampai ke otak. Tindakan ini dilakukan dengan memasukkan jarum ke dalam pembuluh darah yang dapat mengakibatkan nyeri. Nyeri ini timbul karena kerusakan pada jaringan yang diakibatkan masuknya jarum dalam tubuh (Potter & Perry, 2009). Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang sudah atau berpotensi terjadi, atau dijelaskan berdasarkan kerusakan tersebut. Oleh karena itu nyeri yang timbul secara fisik dapat menyebabkan nyeri secara fisiologis. Keluhan sensori yang dinyatakan sebagai pegal, linu, ngilu dan seterusnya dapat dianggap sebagai modalitas nyeri (Muttaqin, 2009). Pemberian pertolongan pertama untuk menangani nyeri merupakan hak dasar manusia yang terdapat didalam rancangan undang-undang mengenai penanganan nyeri (American Pain Foundation, 2011). Perawat

3 secara legal dan etik bertanggung jawab dalam menangani serta mengurangi nyeri penderitaan klien (Potter & Perry, 2009). Banyak pasien yang masuk rumah sakit termasuk anak, remaja dan orang tua melihat jarum sebagai suatu hal yang menakutkan dan akan menimbulkan nyeri. Pencegahan nyeri yang baik sebelum, selama dan setelah tindakan medis akan menghasilkan efek jangka pendek dan efek jangka panjang serta efek psikologis bagi pasien. Efek psikologis yang didapatkan pasien nantinya akan menimbulkan kecemasan, trauma yang panjang dan membekas diingatannya terhadap sebuah prosedur medis yang menimbulkan nyeri terutama pada anak dan remaja (Tamsuri, 2007). Dampak yang dapat timbul dengan adanya nyeri pada saat pemasangan infus yang dirasakan oleh pasien sesuai dengan pengamatan, pasien akan berusaha untuk menghindari stimulus nyeri dengan menarik tangan, sehingga akan merubah lokasi vena, akan menyulitkan untuk dilakukan pemasangan infus dan mungkin akan dilakukan penusukan ulang. Rasa nyeri yang terjadi pada tubuh manusia sebenarnya merupakan respon pertahanan untuk memberitahukan adanya kerusakan yang berbahaya pada jaringan tubuh. Penangana nyeri harus segera di atasi, karena dapat menyebabkan proses rehabilitasi pasien tertunda dan hospitalisasi lama. Hal ini karena pasien memfokuskan semua perhatianya pada nyeri yang dirasakan. Penatalaksanaan nyeri dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara farmakologis dan non farmakaologis. Secara farmakologis penanganan nyeri dapat dilakukan dengan pemberian obat-obatan, sedangkan secara non farmakologis melalui distraksi, relaksasi dan stimulasi kulit kompres hangat

4 atau dingin, latihan nafas dalam, terapi musik, aromaterapi, imajinasi terbimbing dan relaksasi (Tamsuri, 2007). Aromaterapi merupakan salah satu tindakan keperawatan secara non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri. Aroma terapi adalah suatu metode dalam relaksasi yang menggunakan minyak esensial atau uap dalam pelaksanaanya berguna untuk meningkatkan kesehatan fisik, emosi dan sprit seseorang. Mekanisme kerja perawatan aromaterapi dalam tubuh manusia berlangsung melalui sistem sirkulasi tubuh. Wewangian dapat mempengaruhi kondisi psikis, daya ingat dan emosi seseorang. Bau merupakan suatu molekul yang mudah menguap ke udara dan akan masuk ke rongga hidung melalui penghirupan sehingga akan direkam oleh otak sebagai proses penciuman (Koensoemardiyah, 2009). Aroma terapi lemon merupakan jenis aroma terapi yang dapat digunakana untuk mengatasi nyeri dan cemas. Zat yang terkandung dalam lemon salah satunya adalah linalool yang berguna untuk menstabilkan system saraf sehingga dapat menimbulkan efek tenang bagi siapapun yang menghirupnya. Minyak lemon untuk tubuh bermanfaat untuk mengatasi masalah pencernaan, untuk meredakan sakit dan nyeri pada persendian dan diterapkan untuk kondisi seperti rematik dan asam urat, untuk menurunkan tekanan darah dan membantu untuk meredakan sakit kepala (Clarke, 2009). Aromaterapi lavender bekerja dengan mempengaruhi tidak hanya fisik tetapi juga tingkat emosi. Kandungan lavender oil yang terdiri dari linalool, linalyl acetate, dan 1,8 - cincole dapat menurunkan, mengendorkan, dan melemaskan secara spontan ketegangan pada seseorang yang mengalami

5 spasme pada otot. Mekanisme massage pada tubuh dapat menstimulasi produksi endhorpin di otak, sehingga dapat memblokir transmisi stimulus nyeri. Minyak aromaterapi masuk ke rongga hidung melalui penghirupan langsung akan bekerja lebih cepat, karena molekul-molekul minyak esensial mudah menguap oleh hipotalamus karena aroma tersebut diolah dan dikonversikan oleh tubuh menjadi suatu aksi dengan pelepasan subtansi neurokimia berupa zat endorphin dan serotonin, sehingga berpengaruh langsung pada organ penciuman dan dipersepsikan oleh otak untuk memberikan reaksi yang membuat perubahan fisiologis pada tubuh, pikiran, jiwa, dan menghasilkan efek menenangkan pada tubuh (Balkam, 2004). Berdasarkan studi pendahuluan di IGD RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto, diperoleh data pasien IGD rata-rata tiap bulan 1761 pasien, yang rata-rata dalam satu shif jaga terdapat 6 sampai 12 pasien yang mendapat tindakan pemasangan infus. Kemudian pada saat dilakukan pengkajian nyeri insersi intravena pada 10 pasien di IGD, 20% mengalami nyeri ringan, 50% mengalami nyeri sedang dan 30% mengalami nyeri berat. Upaya yang dilakukan pihak RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto selama ini untuk mengurangi nyeri pada pemasangan infus adalah dengan teknik relaksasi otot dan teknik distraksi dengan mengajak pasien untuk berbincang-bincang dan masih jarang dilakukan teknik aromaterapi lemon dan teknik aromaterapi lavender didalam manejemen nyeri pemasangan infus RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Dari penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya mengenai pengaruh aromaterapi lemon dan lavender menunjukkan bahwa aromaterapi lemon dan lavender

6 merupakan dua jenis terapi non farmakologis yang efektif digunakan untuk mengurangi intensitas nyeri. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melanjutkan penelitian terdahulu yang sudah ada dengan membandingkan efektifitas antara pemberian aromaterapi lemon dan lavender terhadap tingkat nyeri pada saat pemasangan infus di IGD RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto guna mengetahui aroma manakah yang lebih efektif atara aromaterapi lemon dan lavender dalam menurunkan intensitas nyeri saat dilakukan pemasangan infus. B. Rumusan masalah Salah satu tindakan yang sering dilakukan untuk menangani pasien pada masalah circulation adalah dengan pemasangan infus, yang dapat mengakibatkan nyeri. Efek psikologis yang didapatkan pasien nantinya akan menimbulkan kecemasan, trauma yang panjang dan membekas diingatannya terhadap sebuah prosedur medis yang menimbulkan nyeri terutama pada anak dan remaja. Salah satu tindakan keperawatan untuk mengurangi rasa nyeri adalah teknik aromaterapi lemon dan aromaterapi lavender. Mekanisme kerja perawatan aromaterapi dalam tubuh manusia berlangsung melalui dua sistem fisiologis, yaitu sistem sirkulasi tubuh dan sistem penciuman. Secara teoritis aromaterapi lemon dan aromaterapi lavender bekerja dengan mempengaruhi tidak hanya fisik tetapi juga tingkat emosi. Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah yang peneliti lakukan adalah Bagaimanakah efektivitas aromaterapi lemon dan lavender terhadap tingkat nyeri pada saat pemasangan infus di IGD RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto?

7 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui efektifitas teknik aromaterapi lemon dan lavender terhadap tingkat nyeri pada saat pemasangan infus di IGD RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui karakteristik dan intensitas nyeri pemasangan infus pada pasien yang diberikan aromaterapi lemon dan aromaterapi lavender di IGD RSUD Prof. Dr Margono Soekarjo Purwokerto b. Menganalisis efektivitas aromaterapi lemon dan lavender terhadap tingkat nyeri pada saat pemasangan infus di IGD RSUD Prof. Dr Margono Soekarjo Purwokerto. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Keperawatan Dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam upaya memberikan pelayanan atau intervensi keperawatan pada pasien yang mengalami nyeri saat dilakukan pemasangan infus, serta dapat memberikan dan memperkaya ilmu keperawatan khususnya penanganan nyeri saat dilakukan pemasangan infus. 2. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman peneliti tentang efektivitas aromaterapi lemon dan aromaterapi lavender, serta sebagai

8 masukan tentang perbedaan efektivitas pemberian aromaterapi lemon dan aromaterapi lavender terhadap intensitas nyeri pemasangan infus 3. Bagi Rumah Sakit RSUD Prof. Dr Margono Soekarjo Purwokerto Sebagai bahan pertimbangan SOP (standar operasional prosedur) pihak rumah sakit dalam hal menurunkan intensitas nyeri pada pemasangan infus, sehingga dapat mengoptimalkan pemberian asuhan keperawatan yang berdasarkan pada respon pasien E. Penelitian Terkait 1. Penelitian Prita Swandari (2014) dengan judul perbedaan tingkat nyeri sebelum dan sesudah pemberian aromaterapi lavender pada ibu post sectio caesarea di RSUD Ambarawa. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan nyeri sebelum dan sesudah pemberian aromaterapi lavender, sebagian besar responden mengalami nyeri sedang sebelum pemberian aromaterapi lavender, sedangkan setelah pemberian aromaterapi lavender sebagian besar responden mengalami nyeri ringan, dengan penurunan tingkat nyeri sebesar 1.585. Persaman penelitian Prita Swandari dengan penelitian ini adalah samasama meneliti tentang pengaruh aromaterapi lavender terhadap penurunan tingkat nyeri, sedangkan perbedaan penelitian Prita Swandari dengan penelitian ini adalah pada penelitian Prita Swandari hanya meneliti efektifitas aromaterapi lavender terhadap penurunan tingkat nyeri. 2. Penelitian Fadhla Purwandari (2014) dengan judul efektifitas terapi aroma lemon terhadap penurunan skala nyeri pada pasien post laparatomi. Hasil

9 penelitian menunjukkan adanya penurunan skala nyeri yang signifikan sebelum dan setelah menghirup aroma lemon. Rata-rata intensitas nyeri responden sebelum diberikan aroma lemon adalah 5,07 dan setelah diberikan aroma lemon terjadi penurunan skala nyeri menjadi 2,60. Persaman penelitian Fadhla Purwandari dengan penelitian ini adalah samasama meneliti tentang pengaruh aromaterapi lemon terhadap penurunan tingkat nyeri, sedangkan perbedaan penelitian Fadhla Purwandari dengan penelitian ini adalah pada penelitian purwandari hanya meneliti efektifitas aromaterapi lemon terhadap penurunan tingkat nyeri 3. Penelitian Yuli Widiastuti (2013) dengan judul efektifitas aromaterapi lavender dalam menurunkan nyeri dan kecemasan pada pasien pre operasi fraktur femur di RS Ortopedi Prof. dr. R Soeharso Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan rerata tingkat nyeri antara kelompok intervensi pemberian aromaterapi lavender dengan kelompok kontrol. Persaman penelitian Yuli Widiastuti dengan penelitian ini adalah samasama meneliti tentang pengaruh aromaterapi lavender terhadap penurunan tingkat nyeri, sedangkan perbedaan penelitian Yuli Widiastuti dengan penelitian ini adalah pada penelitian Prita Swandari hanya meneliti efektifitas aromaterapi lavender terhadap penurunan tingkat nyeri. 4. Penelitian Timur Cahyasari (2014) dengan judul perbedaan efektivitas inhalasi aromaterapi lavender dan relaksasi nafas dalam terhadap persepsi nyeri pada insersi AV shunt pasien hemodialysis di RSUD Prof. Dr.

10 Margono Soekarjo Purwokerto. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan efektivitas antara inhalasi aromaterapi lavender dan teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan persepsi nyeri insersi av shunt pada pasien hemodialisis. Persaman penelitian Timur Cahyasari dengan penelitian ini adalah samasama meneliti tentang pengaruh aromaterapi lavender terhadap penurunan tingkat nyeri, sedangkan perbedaan penelitian Timur Cahyasari dengan penelitian ini adalah pada penelitian Timur Cahyasari membandingkan efektivitas aromaterapi lavender dengan teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan persepsi nyeri. 5. Penelitian Hale (2008) dengan judul penelitian lavender nature s aid to stress relief. Hasil penelitian menyebutkan bahwa aromaterapi dengan minyak lavender dapat mengurangi rasa nyeri dan mengurangi kegelisahan. Aromaterapi dapat digunakan sebagai terapi untuk menurunkan tingkat nyeri tanpa menimbulkan efek-efek yang merugikan seperti pada pemberian obat farmakologi. Persaman penelitian Hale dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang pengaruh aromaterapi lavender terhadap penurunan tingkat nyeri, sedangkan perbedaan penelitian Hale dengan penelitian ini adalah pada penelitian Hale hanya meneliti efektivitas aromaterapi lavender terhadap penurunan tingkat nyeri. 6. Penelitian Huang (2014) dengan judul the effectiveness of aromatherapy with lavender essential oil in relieving post arthroscopy pain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aromaterapi dengan 2% botol kalung

11 minyak esensial lavender efektif mengurangi rasa sakit untuk jangka panjang (72 jam) digunakan. Persaman penelitian Huang dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang pengaruh aromaterapi lavender terhadap penurunan tingkat nyeri, sedangkan perbedaan penelitian Huang dengan penelitian ini adalah pada penelitian Huang hanya meneliti efektivitas aromaterapi lavender terhadap penurunan tingkat nyeri.