Pengembangan Varietas Lokal Sumenep Zainal Arifin 1), Nurul Istiqomah 1) dan Fatmawati 2) 1)BPTP Jawa Timur, Jl. Raya Karangploso Km. 4 Po Box 188 Malang 6511 Jawa Timur 2)Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi 274 Maros, Sulawesi Selatan Abstrak lokal Sumenep banyak ditanam di wilayah Kabupaten Sumenep karena digunakan sebagai makanan subtitusi beras serta untuk pakan ternak. Pengkajian ini bertujuan untuk pengembangan jagung varietas lokal Sumenep di daerah yang mempunyai agroekologi sama. Ketiga jagung varietas lokal Sumenep tersebut telah diputihkan menjadi varietas unggul Gulukguluk, Manding dan Talango. Pengkajian dilaksanakan di Kecamatan Ganding, Kabupaten Sumenep dan KP. Mojosari, Kabupaten Mojokerto pada MK I tahun 29. Kegiatan pengkajian berupa demplot, yaitu : 1. ha untuk varietas Gulukguluk, 1. ha untuk varietas Manding dan 1. ha untuk varietas Talango. Hasil pengkajian menunjukkan pengembangan jagung lokal di Kecamatan Ganding, Kabupaten Sumenep diperoleh hasil pipilan kering dari varietas Gulukguluk 3.5 kg/ha, varietas Talango 2.72 kg/ha dan varietas Manding 1.996 kg/ha. Pengembangan jagung di KP. Mojosari, Kabupaten Mojokerto diperoleh hasil pipilan kering dari varietas Gulukguluk 1.656 kg/ha, diikuti varietas Talango 1.848 kg/ha, dan varietas Manding 1.576 kg/ha. Kata kunci : Pengembangan, jagung varietas lokal, Kabupaten Sumenep Pendahuluan merupakan komoditas pangan kedua setelah padi di Jawa Timur dengan luas panen sekitar 1,3 juta ha dan produktivitas 4,2 t/ha. Penggunaan jagung lebih banyak untuk keperluan pakan (7%) dibandingkan pangan (3%) (Diperta Kab. Sumenep, 26). Madura memiliki areal jagung terluas di Jawa Timur (4. ha), dan seluas 151.879 ha berada di Kabupaten Sumenep (BPS Kab. Sumenep, 1997), sehingga Sumenep merupakan sentra penghasil jagung. Meski demikian tingkat produksi jagungnya tergolong rendah hanya 2. ton per tahun atau ratarata produktivitas sekitar 1,4 ton per ha. Rendahnya produktivitas tersebut antara lain disebabkan tingkat kesuburan tanah dan curah hujan yang rendah, penggunaan benih bermutu rendah karena umumnya petani menggunakan benih dari pertanaman sendiri tanpa tindakan seleksi lanjut (Arifin et al., 27). merupakan tanaman favorit masyarakat Sumenep pada umumnya, disamping sebagai makanan subtitusi beras juga sangat dibutuhkan dalam mencukupi kebutuhan pakan ternak. Luas panen jagung sejak tahun 25 mengalami penurunan dibanding tahun 26 sebesar 8,3%. Namun produktivitas jagung mengalami peningkatan sebesar 11,36%, sehingga berpengaruh terhadap peningkatan produksi jagung sebesar 2,11% (Arifin et al., 27). Peningkatan produktivitas dan produksi jagung dipengaruhi oleh perbaikan teknologi budidaya jagungnya. Varietas jagung lokal Sumenep paling dalam berumur 75 hari dan tergenjah umur 65 hari. Umur tanaman merupakan pertimbangan utama bagi petani Sumenep dalam menetapkan varietas jagung yang akan 98
diusahakan, terkait pergiliran tanaman yang cukup ketat karena ketersediaan air yang terbatas. Dengan umur jagung yang cukup genjah petani bisa meningkatkan intensitas pertanaman, sehingga memungkinkan pola tanam jagung padi tembakau atau jagung jagung tembakau (Sukarno, et al., 29).. Menyikapi kondisi tersebut, BPTP Jawa Timur telah bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Sumenep melaksanakan kegiatan pemurnian varietas jagung lokal yang ada di Kabupaten Sumenep dengan tujuan untuk memperbaiki potensi hasil tanpa mengubah sifatsifat spesifik lain utamanya umur tanaman. Pemurnian tersebut telah menghasilkan 3 varietas dan telah diputihkan sebagai varietas unggul lokal dengan nama Manding, Gulukguluk dan Talango (Lampiran 1, 2 dan 3). Selanjutnya perlu dilakukan pengembangan jagung varietas lokal Sumenep di wilayah yang mempunyai agroekologi sama yang di dukung dengan penyedian benih bermutu dalam jumlah yang memadai. Pengkajian ini bertujuan untuk pengembangan jagung varietas lokal Gulukguluk, Manding dan Talango di daerah yang mempunyai agroekologi sama. Bahan dan Metode Benih sumber dari tiga varietas jagung lokal Madura (Gulukguluk, Manding dan Talango) yang baru mendapat rekomendasi untuk diputihkan oleh Menteri Pertanian tahun 28 (Lampiran 1) untuk dikembangkan di wilayah yang mempunyai agroekosistem sama, menggunakan benih jagung hasil pemurnian, yaitu : 1. Varietas lokal Manding, hasil pemurnian dari Kecamatan Manding 2. Varietas lokal Talango, hasil pemurnian dari Kecamatan Talango 3. Varietas lokal Gulukguluk, hasil pemurnian dari Kecamatan Gulukguluk Kegiatan ini dilaksanakan di Kabupaten Sumenep (Kecamatan Ganding) dan Kabupaten Mojokerto (kebun Percobaan Mojosari) pada MK I tahun 29, berupa demoplot, yaitu : 1. ha untuk varietas Gulukguluk, 1, ha untuk varietas Manding dan 1, ha untuk varietas Talango. Jarak tanam 6 cm x 2 cm, dengan jumlah 12 biji per lubang. Pemupukan adalah 2 kg/ha Urea + 1 kg/ha ZA + 1 kg/ha SP 18 + 4 t/ha pupuk kandang. Pemeliharaan tanaman dilakukan secara intensif. Pengamatan tanaman meliputi variable pertumbuhan dan hasil. Analisis data dilakukan dengan tabulasi dan grafik sederhana. Hasil dan Pembahasan Kondisi wilayah Asal benih Kegiatan pengembangan jagung lokal varietas Manding, Gulukguluk dan Talango dilaksanakan di Kebun Percobaan Mojosari, Kabupaten Mojokerto dan Kecamatan Ganding, Kabupaten Sumenep. Sumber benih ketiga varietas lokal tersebut berasal dari Kecamatan Manding, Kecamatan Talango dan Kecamatan Gulukguluk dan mempunyai tipe iklim dan pola tanam serta analisis usahatani, disajikan pada Gambar 1, 2 dan 3. 99
mm 25 2 15 1 5 Tipe iklim E4 NOP DES JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT CH HH 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Sawah irigasi Kedelai Sawah tadah hu Kedelai Kc.hijau Tegal Kc.tanah Kc.hijau Gambar 1. Distribusi curah hujan dan pola tanam di Kecamatan Manding, Kabupaten Sumenep mm 25 Tipe iklim E4 CH HH 25 2 2 15 15 1 1 5 5 NOP DES JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT Sawah Tadah Kc.tanah Kc.hijau Ubikayu Gambar 2. Distribusi curah hujan dan pola tanam di Kecamatan Talango, Kabupaten Sumenep 1
mm 25 2 Tipe iklim D3 CH HH 14 12 1 15 8 1 6 4 5 2 NOP DES JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT Sawah irigasi Swh tadah hujan Tegal Kedelai Gambar 3. Distribusi curah hujan dan pola tanam di Kecamatan Gulukguluk, Kabupaten Sumenep Hasil jagung varietas lokal Sumenep dipengaruhi oleh faktor genetik dan kemampuan adaptasi terhadap kondisi lingkungan tumbuhnya (Tabel 1) Penanaman jagung varietas Manding diperoleh hasil pipilan kering 2.5 kg/ha dengan pendapatan Rp. 3.75. dan B/C ratio 1,86, sedangkan jagung varietas Talango diperoleh hasil pipilan kering 3.2 kg/ha dengan pendapatan Rp. 4.5. dan B/C ratio 2,46, dan jagung varietas Gulukguluk diperoleh hasil pipilan kering tertinggi sebesar 4.9 kg/ha dengan pendapatan Rp. 6.135. dan B/C ratio 3,18. Pertumbuhan dan Hasil Pertanaman jagung varietas Manding, Talango dan Gulukguluk di Kecamatan Ganding. Kabupaten Sumenep pertumbuhannya lebih baik dibandingkan yang terdapat di KP. Mojosari, Kabupaten Mojokerto, karena faktor kekurangan air pada awal pertumbuhannya (Gambar 4). Penanaman jagung pada musim kemarau pengairannya dibantu dengan pompanisasi dari sumur pantek di KP. Mojosari, Kabupaten Mojokerto, sedangkan di Kecamatan Ganding, Kabupaten Sumenep menggunakan pompanisasi dari sungai. 11
Tabel 1. Analisis usahatani jagung varietas lokal Sumenep, MH 25/26 Komponen Biaya Volume Harga Satuan (Rp) Saprodi (kg) : Benih 2 3. Pupuk Urea SP36 ZK Obatobatan (pak) Pemeliharaan 5 5 5 5 1.25 2. 3. 2. 6. Nilai (Rp) 187.5 1. 15. 1. Jumlah 67.5 Tenaga Kerja (HOK) Pengolahan tanah 1 x bajak 15. 15. Tanam 5 2. 1. 1 2. 2. Tenaga jenur & pemipilan Manding Talango GulukGuluk Total Biaya Manding Talango GulukGuluk Hasil (kg/ha) Manding Talango GulukGuluk B/C ratio Manding Talango GulukGuluk Jumlah 45., 2.5 3.2 4.9 1.5 1.5 1.5 1,86 2,48 3,18 25. 32. 49. 1.37.5 1.377.5 1.466.5 3.75. 4.5. 6.135. Gambar 4. Pertanaman jagung varietas Gulukguluk umur 7 hari pada MK 29, di Kecamatan Ganding. Kabupaten Sumenep 12
Penanaman jagung lokal Sumenep (Manding, Talango dan Gulukguluk) yang di tanam di lahan sawah tadah hujan, menunjukkan pertumbuhan dan hasil pipilan kering dari jagung varietas Gulukguluk lebih tinggi mencapai 3.5 kg/ha, diikuti dengan varietas Talango (2.72 kg/ha) dan varietas Manding (1996 kg/ha) (Tabel 2). Keragaan tanaman jagung varietas lokal Sumenep yaitu varietas Manding, varietas Talango dan varietas Gulukguluk yang di tanam pada musim kemarau di KP. Mojosari, Kabupaten Mojokerto kurang baik, karena pada awal pertumbuhan tanaman jagung kekurangan air (Gambar 5). Tabel 2. Pertumbuhan dan hasil biji pipilan kering jagung varietas lokal Manding, Talango dan Gulukguluk, di Kecamatan Ganding, Kabupaten Sumenep, MK 29 Varietas Tinggi tanaman Tinggi tongkol Umur Panjang tong Hasil pipilan (cm) (cm) (hari) kol (cm) (kg/ha) Manding 16,9 56,6 65 8,276 1.996 Talango 159,55 65,8 75 9,322 2.72 Gulukguluk 169, 72,3 75 1,58 3.5 Keragaan tongkol yang panjang dan besar dari jagung varietas Gulukguluk mempengaruhi bobot biji dengan rendemen sekitar 8%. Namun demikian, jagung varietas Gulukguluk mempunyai umur tanaman agak lama yaitu 75 hari dan sama dengan varietas Talango. varietas Manding mempunyai biji kecilkecil sehingga sangat sesuai untuk pakan ayam dan burung serta umurnya sangat pendek 65 hari. Keragaan tumbuh jagung varietas lokal Sumenep meliputi tinggi tanaman, tinggi tongkol, dan hasil pipilan kering tertinggi dijumpai pada varietas Gulukguluk sebesar 1.656 kg/ha, diikuti varietas Talango sebesar 1.848 kg/ha, dan varietas Manding sebesar 1.576 kg/ha (Tabel 3). Pertumbuhan tanaman dan keragaan tongkol jagung varietas lokal Sumenep akan mempengaruhi hasil pipilan kering (Gambar 6, 7 dan 8). Gambar 5. Pertanaman jagung Sumenep umur 1 hari dan 2 hari pada MK 29 di KP. Mojosari, Mojokerto 13
Tabel 3. Pertumbuhan dan hasil biji pipilan kering jagung varietas lokal Manding, Talango dan Gulukguluk, di KP. Mojosari, Mojokerto, MK 29 Varietas Tinggi tanaman Tinggi tongkol Hasil pipilan (kgha) (cm) (cm) Manding 122 57 1.576 Talango 184 72 1.848 Gulukguluk 179 67 1.656 Gambar 6. Penampilan biji dan tongkol varietas Gulukguluk yang ditanam pada MK 29 di KP. Mojosari, Kabupaten Mojokerto Gambar 7. Penampilan biji dan tongkol varietas Talango yang ditanam pada MK 29 di KP. Mojosari, Kabupaten Mojokerto 14
Gambar 8. Penampilan biji dan tongkol varietas Manding yang ditanam pada MK 29 di KP. Mojosari, Kabupaten Mojokerto Kesimpulan 1. Petani di Kabupaten Sumenep umumnya menanam jagung varietas lokal Manding, Talango dan Gulukguluk, karena faktor umur tanaman lebih genjah sehingga memudahkan dalam menata pola tanam dalam setahun. 2. Pengembangan jagung varietas lokal Manding, Talango dan Gulukguluk yang telah dilakukan pemutihan di Kecamatan Ganding, Kabupaten Sumenep diperoleh hasil pipilan kering dari varietas Gulukguluk 3.5 kg/ha, diikuti varietas Talango 2.72 kg/ha dan varietas Manding 1996 kg/ha, sedangkan pengembangan jagung di KP. Mojosari, Kabupaten Mojokerto diperoleh hasil pipilan kering dari varietas Gulukguluk 1.656 kg/ha, diikuti varietas Talango 1.848 kg/ha, dan varietas Manding 1.576 kg/ha. Daftar Pustaka Arifin, Z., Q.D. Ernawanto, dan G. Kartono. 27. Roadmap Pembagunan Perta nian Tanaman Pangan Kabupaten Sumenep. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sumenep Bekerjasama Dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur. Sukarno, RM dan Z. Arifin, S.Z. Saadah, N. Istiqomah dan Indriana RD, 29. Perbanyakan Benih Sumber Lokal Madura Dalam Rangka Pelepasan Varietas BPS Kab. Sumenep, 27 Jawa Timur dalam angka, Surabaya Diperta Kab. Sumenep, 26. Laporan Tahunan 26. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sumenep. 15
Lampiran 1. DESKRIPSI Varietas Manding Nama Tipe Asal Umur Tinggi Tanaman Keseragaman Batang Warna batang Kerebahan Warna daun Bentuk Malai Warna malai Warna sekam Warna rambut Perakaran Bentuk tongkol Kedudukan tongkol Kelobot Baris biji Jumlah baris biji Tipe biji Warna biji Bobot 1 butir biji Hasil ratarata Potensi hasil Ketahanan penyakit Daerah sebaran Anjuran tanam Pengusul Pemulia Peneliti Teknisi Lapang : Manding : Lokal (Komposit) : Kecamatan Manding Sumenep diseleksi sejak tahun 23 dengan metode Ear To Row : Genjah 5% berbunga : 38 42 hari 5% keluar rambut : 39 45 hari Masak fisiologis : 65 hari : 16,9 cm : Seragam : Kecil (diameter : 1, 1,75 cm) : Tahan : Kecil terbuka (merekah) kemerahan : Sempurna (baik) : Kecil lonjong : Di pertengahan tinggi tanaman : Menutup tongkol sempurna : Lurus dan rapat : 9 12 : Mutiara : Kuning : 139,4 gram : 2,44 ton/ha : 2,97 ton/ha : Tahan terhadap bulai : Kec. Manding, Dasuk, Ambunten, Pasongsongan, Rubaru, Batu putih, BatangBatang Sumenep (+ 51. ha) : Mampu ditanam rapat 6 cm x 2 cm, 2 tanaman/lubang (166. tan/ha) : BPTP Jawa Timur; Dinas Pertanian Kabupaten Sumenep : S. Roesmarkam, F. Arifin : Sri Zunaini Saadah, Chusnurrofiq, Moh Hafi dan Farid : Robiin, Abu, Suryadi, Bambang H dan dan Herunoto 16
DESKRIPSI Varietas Talango Nama Tipe Asal Umur Tinggi Tanaman Keseragaman Batang Warna batang Kerebahan Warna daun Bentuk Malai Warna malai Warna sekam Warna rambut Perakaran Bentuk tongkol Kedudukan tongkol Kelobot Baris biji Jumlah baris biji Tipe biji Warna biji Bobot 1 butir biji Hasil ratarata Potensi hasil Ketahanan penyakit Daerah sebaran Anjuran tanam Pengusul Pemulia Peneliti Teknisi Lapang : Talango : Lokal (Komposit) : Kecamatan Talango Sumenep diseleksi sejak tahun 23 dengan metode Ear To Row : Genjah 5% berbunga : 4 43 hari 5% keluar rambut : 42 5 hari Masak fisiologis : 75 hari : 159,55 cm : Seragam : Kecil (diameter : 2,1 2,4 cm) : Tahan : Kecil terbuka (mencar) kemerahan : Sempurna (baik) : Pendek dan gemuk : Di pertengahan tinggi tanaman : Menutup tongkol sempurna : Lurus dan rapat : 1 13 : Mutiara : Kuning : 151,3 gram : 3,35 ton/ha : 3,92 ton/ha : Tahan penyakit bulai : Kec. Kota, Batuan, Gapura, Dungkek, Kalianget dan Talango : Jarak tanam 6 cm x 2 cm, 2 tanaman/lubang (166. tan/ha) : BPTP Jawa Timur; Dinas Pertanian Kabupaten Sumenep : S. Roesmarkam, F. Arifin : Sri Zunaini Saadah, Chusnurrofiq, Moh Hafi dan Farid : Robiin, Abu, Suryadi, Bambang H dan dan Herunoto 17
DESKRIPSI Varietas Gulukguluk Nama Tipe Asal Umur Tinggi Tanaman Keseragaman Batang Warna batang Kerebahan Warna daun Bentuk Malai Warna malai Warna sekam Warna rambut Perakaran Bentuk tongkol Kedudukan tongkol Kelobot Baris biji Jumlah baris biji Tipe biji Warna biji Bobot 1 butir biji Hasil ratarata Potensi hasil Ketahanan penyakit Daerah sebaran Anjuran tanam Pengusul Pemulia Peneliti Teknisi Lapang : GulukGuluk : Lokal (Komposit) : Kecamatan GulukGuluk Sumenep diseleksi sejak tahun 23 dengan metode Ear To Row : Genjah 5% berbunga : 42 45 hari 5% keluar rambut : 44 51 hari Masak fisiologis : 75 hari : 169 cm ( 118 196 cm) : Seragam : Kecil (diameter : 1,5 2, cm) : Tahan : Sedang terbuka (mencar) kemerahan : Kuat : Bulatpanjang (lonjong) : Di pertengahan tinggi tanaman : Menutup tongkol sempurna : Lurus dan rapat : 12 15 : Mutiara : Kuning : 169,61 gram : 3,5 ton/ha : 4,83 ton/ha : Tahan penyakit bulai : Kec. Lenteng, Ganding, Bluto, GulukGuluk Sumenep (luas areal ± 44. ha) : Mampu ditanam rapat 6 cm x 2 cm, 2 tanaman/lubang (166. tan/ha) : BPTP Jawa Timur; Dinas Pertanian Kabupaten Sumenep : S. Roesmarkam, F. Arifin : Sri Zunaini Saadah, Chusnurrofiq, Moh Hafi dan Farid : Robiin, Abu, Suryadi, Bambang H dan dan Herunoto 18