BAB I PENDAHULUAN. belakang, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, dan (4) manfaat penelitian.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era globalisasi yang semakin berkembang menuntut adanya

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia serta keterampilan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan. Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus.

616 Seminar Nasional dan Launching ADOBSI

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi kualitas. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas

BAB V PEMBAHASAN. 1. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray. peserta didik 20 dengan rincian 9 perempuan dan 11 laki-laki.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun kewajiban sebagai warga negara yang baik. Untuk mengetahui

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. akan dibahas secara khusus keempat bagian-bagian tersebut.

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS ( TWO STAY TWO STRAY )

II. TINJAUAN PUSTAKA. solusi dari masalah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Alhadad (2010: 34)

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup yang lebih baik. Agar dapat memiliki kemampuan dan

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DAN JIGSAW DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia karena selalu digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pangeran Puger No.23 desa Grobogan kecamatan Grobogan. Dalam

Skripsi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Matematika. Oleh : SITI NURHAYATI A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang paling penting dalam kehidupan kita. Seorang guru dalam pendidikan memegang

APLIKASI PEMBELAJARAN SAINTIFIK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY-TWO STRAY

I. PENDAHULUAN. berlaku sehingga bila kesadaran ini terwujud, maka seseorang dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

memiliki tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah yakni siswa terampil berbahasa. Keterampilan berbahasa diajarkan kepada siswa agar mampu

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar meruapakan suatu perubahan di dalam diri seseorang dari tudak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik dalam

I. PENDAHULUAN. Globalisasi seperti saat ini menimbulkan persaingan di berbagai bidang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sumbangan langsung terhadap berbagai bidang kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat khususnya generasi muda, yang nantinya akan mengambil alih

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seseorang. Ada beberapa teori belajar salah satunya adalah teori belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Jolanda Dessye Parinussa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan penelitian pendahuluan melalui wawancara dengan salah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan nasional dan menghasilkan lulusan yang memiliki keunggulan

ELSA YUNIAR PRAMITA DEWI A

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterlibatan atau partisipasi yang tinggi dari siswa dalam

BAB I PENDAHULUAN. otoritas tertinggi keilmuan (teacher centered). Pandangan semacam ini perlu

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STRUKTURAL TEKNIK TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang terdapat dalam UUSPN No. 20 tahun 2003 (Sagala, 2009:3)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMK NU GRESIK

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN MELALUI PEMBELAJARAN TWO STAY-TWO STRAY (TS-TS)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latarbelakang Masalah

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Semakin lama tuntutan pada dunia akademik semakin berkembang,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. depannya pada hal-hal yang baik. Menurut Sagala (2013 : 3) Pendidikan adalah

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Oleh : SUBIARTI A

BAB I PENDAHULUAN. juga belajar diluar kelas supaya siswa itu tidak merasa bosan, misalnya saja siswa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan nasional merupakan sesuatu hal yang beku dalam artian

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk meningkatkan kualitas diri seseorang di

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses untuk membantu. manusia dalam mengembangkan dirinya hingga mampu menghadapi setiap

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. perubahan dan pengalaman dalam diri seseorang yang dinyatakan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

BAB I PENDAHULUAN. universal yang dilakukan oleh manusia. Dengan pendidikan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan pendidikan merupakan suatu kebutuhan bagi suatu bangsa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

Anna Revi Nurutami Universitas PGRI Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini, yang mana praktik-praktik pembelajaran di lapangan cenderung

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan di dalam GBHN tahun 1973 yang dikutip oleh (Fuad Ihsan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mata pelajaran yang menakutkan dan susah untuk dipahami. Kebanyakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMK Negeri 4 Kota

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terwujud apabila strategi-strategi belajar yang digunakan mampu menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. Dalam tinjauan pustaka ini akan memaparkan pengertian-pengertian konsep yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TAI

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Salah satu cara yang digunakan meningkatkan kualitas pendidikan. adalah dengan pembaharuan sistem pendidikan.

BAB II KAJIAN TEORI. murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 1. anak setelah melakukan suatu kegiatan belajar. 2

BAB I PENDAHULUAN. diistilahkan dengan proses belajar mengajar. Hal ini dikarenakan, dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan kemampuan keterampilan atau skill seseorang 1. Oleh karena itu, masyarakat terutama siswa sekolah formal.

BAB I PENDAHULUAN. Nasional sebagai mana yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003,

BAB V PEMBAHASAN. A. Aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif berpengaruh positif

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Pada bab yang pertama ini, akan dibahas tentang 4 (empat) hal, yaitu (1) latar belakang, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, dan (4) manfaat penelitian. 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka (Fuad Ihsan, 2003: 2). Fuad Ihsan, (2005: 5) juga mengungkapkan bahwa pendidikan tidak hanya dipandang sebagai usaha pemberian informasi dan pembentukan keterampilan saja, namun diperluas sehingga mencakup usaha untuk mewujudkan keingingan, kebutuhan dan kemampuan individu sehingga tercapai pola hidup pribadi dan sosial yang memuaskan, pendidikan bukan semata-mata sebagai sarana untuk persiapan kehidupan yang akan datang, akan tetapi untuk kehidupan anak sekarang yang sedang mengalami perkembangan menuju ke tingkat kedewasaannya. Pada prinsipnya pendidikan adalah usaha untuk memberi tuntunan, bantuan, pertolongan kepada peserta didik. Di dalam pengertian memberi tuntunan telah tersimpul suatu dasar pengakuan bahwa anak memiliki potensi untuk berkembang. Potensi ini secara berangsur-angsur tumbuh dan 1

2 berkembangnya potensi-potensi agar menjadi lancar dan terarah, diperlukan pertolongan, tuntutan dari luar (Fuad Ihsan, 2010: 11). Dengan demikian, lembaga pendidikan harus memiliki sistem pembelajaran yang menekankan pada proses dinamis yang didasarkan pada upaya meningkatkan keingintahuan (curiosity) siswa tentang dunia. Pendidikan harus mendesain pembelajarannya yang responsif dan berpusat pada siswa agar minat dan aktivitas sosial mereka terus meningkat. Dalam konteks ini John Dewey dalam Miftahul Huda, (2011: 3) menyatakan bahwa, sekolah bertanggung jawab penuh untuk membangun sikap sosial siswa dengan cara menerapkan komunikasi interpersonal dan keterlibatan kelompok diantara mereka. Oleh karena itu setiap sekolah bertanggung jawab untuk menyelenggarakan pembelajaran yang dapat membangun sikap sosial dengan cara menerapkan komunikasi interpersonal dan keterlibatan kelompok siswa. Salah satu mata pelajaran yang dapat mengembangkan sikap sosial siswa adalah pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan menitikberatkan kepada kemampuan penalaran ilmiah yang kognitif dan efektif tentang bela negara dalam rangka Ketahanan Nasional sebagai geostrategi Indonesia (Bakry, 2009: 2). Sehingga, dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu pembelajaran yang menuntut siswa untuk dapat menunjukkan sikap yang baik, kreatif, dan bertanggung jawab. Menurut Bakry (2009: 3) Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran berbangsa dan bernegara serta berjiwa demokratis

3 yang berkeadaan. Berdasarkan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan tersebut, semua kompetensi dasar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) menuntut perilaku nyata (over behavior) sehingga konsep dan nilai kewarganegaraan yang diajarkan tidak boleh hanya berhenti pada pemikiran semata, tetapi harus terwujudkan dalam perbuatan nyata. Dengan kata lain PKn menuntut terwujudnya pengalaman belajar yang bersifat utuh memuat belajar kognitif, belajar nilai dan sikap, dan belajar perilaku. Pencapaian tujuan PKn memerlukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang cocok karena penggunaan metode atau strategi dan evaluasi yang cocok sangat menentukan keberhasilan tujuan pembelajaran. Menurut Hamruni (2012: 21) prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran adalah bahwa setiap strategi memiliki kekhasan sendiri-sendiri dan tidak semua strategi pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua kompetensi dan semua keadaan. Hal ini menunjukkan bahwa guru harus mampu memilih strategi yang dianggap cocok dengan keadaan. Sehingga, guru perlu memahami prinsip-prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran. Sedangkan Wina Sanjaya, (2008: 204) mengungkapkan bahwa, dalam proses pembelajaran terdiri dari beberapa komponen yang satu sama lain saling berinteraksi dan berinterrelasi. Komponen-komponen tersebut adalah tujuan pembelajaran, materi pelajaran, metode atau strategi pembelajaran, media, dan evaluasi.

4 Tujuan merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pembelajaran. Mau dibawa kemana siswa, apa yang harus dimiliki oleh siswa, semuanya tergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Oleh karenanya, tujuan merupakan komponen yang pertama dan utama. Keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran sangat ditentukan oleh strategi atau metode yang digunakan dalam proses pembelajaran. Bagaimanapun lengkap dan jelasnya komponen lain, tanpa dapat diimplementasikan melalui strategi atau metode yang tepat, maka komponen-komponen tersebut tidak akan memiliki makna dalam proses pencapaian tujuan (Wina Sanjaya, 2008: 206). Menurut Wina Sanjaya, (2008: 197) guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan tergantung pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik, dan taktik pembelajaran. Oleh karena itu, setiap guru harus mampu memilih strategi yang dianggap cocok dengan keadaan. Guru juga perlu memahami secara baik peran dan fungsi metode dan strategi dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Strategi pembelajaran yang dapat menunjang pencapaian tujuan pembelajaran PKn antara lain adalah strategi pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Miftahul Huda, (2011: 27) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif (cooperative learning) diyakini sebagai praktik pedagogis untuk meningkatkan proses pembelajaran, gaya berfikir tingkat tinggi, perilaku sosial, sekaligus kepedulian terhadap siswa-siswa yang memiliki latar belakang kemampuan, penyesuaian, dan kebutuhan yang

5 berbeda-beda. Bahkan, Johnson, dkk. (2000) menegaskan bahwa -kecuali pembelajaran kooperatif- tidak ada satupun praktek pedagogis yang secara simultan mampu memenuhi tujuan pembelajaran yang beragam. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi pengajaran efektif yang dapat meningkatkan prestasi akademik dan keterampilan sosialisasi siswa sekaligus juga dapat berkontribusi bagi perbaikan sikap kultural siswa dan persepsi siswa tentang begitu pentingnya belajar dan bekerja sama, termasuk bagi pemahaman siswa tentang temantemannya yang berasal dari latar belakang etnis yang berbeda-beda (Johnson, dkk dalam Miftahul Huda, 2011: 18). Pembelajaran kooperatif memiliki berbagai jenis teknik pembelajaran. Namun, peneliti mengambil teknik pembelajaran kooperatif Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) dan teknik pembelajaran kooperatif Snowball Throwing. Menurut Anita Lie (2002: 60), Struktur Two Stay Two Stray, memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray merupakan teknik belajar kerja sama antar siswa dalam kelompoknya yang saling bergantung satu sama lain, dimana keberhasilan kelompok ditentukan oleh tanggung jawab individu anggota kelompoknya. Spencer Kagan (dalam Istarani, 2012: 201) juga mengungkapkan bahwa Keunggulan TSTS adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, menghindari rasa bosan yang disebabkan pembentukkan kelompok secara

6 permanen, dan melatih kemampuan siswa dalam memberikan informasi kepada temannya yang di dalam kelompok maupun di luar kelompoknya. Dalam pembelajaran kooperatif teknik Snowball Throwing, siswa dituntut untuk lebih berperan aktif dimana, siswa harus menggunakan bola bertanya dari kertas yang digulung bulat berbentuk bola kemudian dilemparkan secara bergiliran diantara sesama anggota kelompok untuk dijawab, sehingga hasil belajar siswa menjadi lebih meningkat. Miftahul Huda, (2013: 228) menyatakan bahwa kelebihan metode pembelajaran Snowball throwing adalah untuk melatih kesiapan siswa dan saling memberikan pengetahuan. Berdasarkan keunggulan dari kedua teknik tersebut maka, dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki kesiapan dalam mengikuti pelajaran, bekerja dalam kelompok yang dibentuk secara heterogen dan tidak selalu permanen, dan saling memberikan pengetahuan akan memabantu siswa lebih memahami materi pelajaran sehingga akan meningkatkan prestasi belajar siswa. Untuk menguji ketepatan penggunaan teknik Two Stay Two Stray dan Snowball Throwing, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: Perbedaan Pengaruh Teknik Pembelajaran Two Stay Two Stray dan Teknik Pembelajaran Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas VIII SMP Stella Matutina Semester Genap Tahun 2013/2014.

7 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan pengaruh signifikan Teknik Pembelajaran Two Stay Two Stray dan Teknik Pembelajaran Snowball Throwing terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas VIII SMP Stella Matutina Semester Genap Tahun 2013/2014? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Perbedaan Pengaruh Teknik Pembelajaran Two Stay Two Stray dan Teknik Pembelajaran Snowball Throwing terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas VIII SMP Stella Matutina Semester Genap Tahun 2013/2014. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik terhadap dunia pendidikan dan memberikan tambahan pengetahuan pada era yang modern ini. Adapun manfaat penelitian dapat di uraikan manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1) Manfaat Teoritis: Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan referensi dan kajian pengetahuan tentang perbedaan pengaruh teknik pembelajaran Two Stay Two Stray dan teknik pembelajaran Snowball Throwing terhadap hasil belajar siswa. 2) Manfaat Praktis a. Bagi Program Studi PPKn

8 Penelitian ini dapat dijadikan sebagai data ilmiah tentang perbedaan pengaruh teknik pembelajaran Two Stay Two Stray dan teknik pembelajaran Snowball Throwing terhadap hasil belajar siswa. b. Bagi pihak sekolah (Kepala Sekolah dan Guru) Diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan kajian tentang perbedaan pengaruh teknik pembelajaran Two Stay Two Stray dan teknik pembelajaran Snowball Throwing terhadap hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.