Analisis Vektor Pergeseran Postseismic Stasiun GPS SuGAr Akibat Gempa Mentawai 2008

dokumen-dokumen yang mirip
Estimasi Nilai Pergeseran Gempa Bumi Padang Tahun 2009 Menggunakan Data GPS SuGAr

Analisa Perubahan Kecepatan Pergeseran Titik Akibat Gempa Menggunakan Data SuGar (Sumatran GPS Array)

Analisa Pergeseran Titik Pengamatan GPS pada Gunung Merapi Periode Januari-Juli 2015

PEMODELAN MEKANISME GEMPA BUMI PADANG 2009 BERDASARKAN DATA SUGAR

Analisa Pengolahan Data Stasiun GPS CORS Gunung Merapi Menggunakan Perangkat Lunak Ilmiah GAMIT/GLOBK 10.6

PENGGUNAAN TITIK IKAT GPS REGIONAL DALAM PENDEFINISIAN STASIUN AKTIF GMU1 YANG DIIKATKAN PADA ITRF Sri Rezki Artini ABSTRAK

Analisis Deformasi Gunung Merapi Berdasarkan Data Pengamatan GPS Februari- Juli 2015

Analisa Kecepatan Pergeseran di Wilayah Jawa Tengah Bagian Selatan Menggunakan GPS- CORS Tahun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar belakang. tatanan tektonik yang kompleks. Pada bagian barat Indonesia terdapat subduksi

Jurnal Geodesi Undip Januari 2017

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2015

BAB III Deformasi Interseismic di Zona Subduksi Sumatra

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Evaluasi Penurunan Tanah Kawasan Lumpur Sidoarjo Berdasarkan Data Pengamatan GPS April, Mei, Juni, dan Oktober 2016

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang subduksi Gempabumi Bengkulu 12 September 2007 magnitud gempa utama 8.5

ANALISIS PERGESERAN AKIBAT GEMPA BUMI SUMATERA 11 APRIL 2012 MENGGUNAKAN METODE GPS CONTINUE

BAB IV PENGOLAHAN DATA

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2016

PENENTUAN KOORDINAT STASIUN GNSS CORS GMU1 DENGAN KOMBINASI TITIK IKAT GPS GLOBAL DAN REGIONAL

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENENTUAN KOORDINAT STASIUN GNSS CORS GMU1 DENGAN KOMBINASI TITIK IKAT GPS GLOBAL DAN REGIONAL

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

BAB III PENGAMATAN GPS EPISODIK DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Analisis Ketelitian Penetuan Posisi Horizontal Menggunakan Antena GPS Geodetik Ashtech ASH111661

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penentuan posisi/kedudukan di permukaan bumi dapat dilakukan dengan

Trench. Indo- Australia. 5 cm/thn. 2 cm/thn

BAB II Studi Potensi Gempa Bumi dengan GPS

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2013

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2013

BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG

BAB 3 PEMBAHASAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV ANALISIS. Lama Pengamatan GPS. Gambar 4.1 Perbandingan lama pengamatan GPS Pangandaran kala 1-2. Episodik 1 Episodik 2. Jam Pengamatan KRTW

BAB III GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS)

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2017

BAB 4 ANALISIS DATA TIME SERIES GPS KONTINU SUGAR

Jurnal Geodesi Undip Januari 2017

Akumulasi Regangan di Sumatera Berdasarkan Data Pengamatan GPS Tahun dan Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Pelepasan Regangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS 4.1 Vektor Pergeseran Titik Pengamatan Gunungapi Papandayan

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Pemodelan Tinggi dan Waktu Tempuh Gelombang Tsunami Berdasarkan Data Historis Gempa Bumi Bengkulu 4 Juni 2000 di Pesisir Pantai Bengkulu

Jurnal Geodesi Undip Juli 2014

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2014

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2016

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2014

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

BAB I PENDAHULUAN I.1.

Analisis Metode GPS Kinematik Menggunakan Perangkat Lunak RTKLIB

Jurnal Geodesi Undip Juli 2014

BAB 3 PENGOLAHAN DATA DAN HASIL. 3.1 Data yang Digunakan

Gempa atau gempa bumi didefinisikan sebagai getaran yang terjadi pada lokasi tertentu pada permukaan bumi, dan sifatnya tidak berkelanjutan.

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Global Positioning System (GPS) Konsep Penentuan Posisi Dengan GPS

PEMODELAN TINGKAT AKTIVITAS SESAR CIMANDIRI BERDASARKAN DATA DEFORMASI PERMUKAAN

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2013

B A B IV HASIL DAN ANALISIS

batuan pada kulit bumi secara tiba-tiba akibat pergerakaan lempeng tektonik.

PEMANTAUAN POSISI ABSOLUT STASIUN IGS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB III DEFORMASI BERDASARKAN MODEL DISLOKASI DAN VEKTOR PERGESERAN GPS

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Jurnal Geodesi Undip Januari 2017

Jurnal Geodesi Undip Januari 2017

Jurnal Geodesi Undip April 2016

PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SESMISITAS. Bayu Baskara

ANALISA PENENTUAN POSISI JARING KONTROL HORIZONTAL NASIONAL ORDO 1 DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT. Oleh : Eko Purnama, H. Rorim Panday, Joni Efendi

B A B III GPS REALTIME UNTUK PENGAMATAN TROPOSFER DAN IONOSFER

PENERAPAN METODE DINSAR UNTUK ANALISA DEFORMASI AKIBAT GEMPA BUMI DENGAN VALIDASI DATA GPS SUGAR (STUDI KASUS: KEPULAUAN MENTAWAI, SUMATERA BARAT)

Analisa Perubahan Ionosfer Akibat Gempa Bumi Sumatra Barat Tanggal 2 Maret 2016

BAB IV ANALISIS Seismisitas sesar Cimandiri Ada beberapa definisi seismisitas, sebagai berikut :

ANALISIS DEFORMASI GUNUNG API BATUR BERDASARKAN DATA PENGAMATAN GPS BERKALA TAHUN 2008, 2009, 2013, DAN 2015

BAB IV Analisis Pola Deformasi Interseismic Gempa Bengkulu 2007

MELIHAT POTENSI SUMBER GEMPABUMI DAN TSUNAMI ACEH

ANALISA NILAI TEC PADA LAPISAN IONOSFER DENGAN MENGGUNAKAN DATA PENGAMATAN GPS DUA FREKUENSI PEMBIMBING EKO YULI HANDOKO, ST, MT

ANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL

Studi Penurunan Tanah Kota Surabaya Menggunakan Global Positioning System

BAB II GEMPA ACEH DAN DAMPAKNYA TERHADAP BATAS

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1. Cuplikan data kegempaan wilayah Sumatera bagian utara tahun 2011 (BMKG, 2015)

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2015

Jurnal Geodesi Undip Januari 2017

Analisa Perubahan Ionosfer Akibat Gempa Bumi Sumatra Barat Tanggal 2 Maret 2016

INTERPRETASI EPISENTER DAN HIPOSENTER SESAR LEMBANG. Stasiun Geofisika klas I BMKG Bandung, INDONESIA

VISUALISASI PENJALARAN GELOMBANG TSUNAMI DI KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATERA BARAT

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2015

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Lempeng Eurasia. Lempeng Indo-Australia

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

ANALISIS SEISMISITAS DAN PERIODE ULANG GEMPA BUMI WILAYAH SULAWESI TENGGARA BERDASARKAN B-VALUE METODE LEAST SQUARE OLEH :

BAB 4 HASIL PENGOLAHAN DATA & ANALISIS

Perbandingan Hasil Pengolahan Data GPS Menggunakan Hitung Perataan Secara Simultan dan Secara Bertahap

ANALISIS PROBABILITAS GEMPABUMI DAERAH BALI DENGAN DISTRIBUSI POISSON

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1. Grafik One Earthquake cycle fase interseismic postseismic[andreas, 2005]

Jurnal Geodesi Undip April 2016

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Rumusan Masalah

Transkripsi:

Analisis Vektor Pergeseran Postseismic Stasiun GPS SuGAr Akibat Gempa Mentawai 2008 Postseismic Displacement Vector Analysis of SuGAR GPS Station on Mentawai s Earthquake 2008 Ihsan Naufal Muafiry 1, Muhammad Nur Cahyadi 1, Meiriska Yusfania 1 1 Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Email: yusfania_mei@geodesy.its.ac.id Abstrak Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Hindia-Australia, dan lempeng Pasifik. Akibatnya gempa bumi dan letusan gunung api akan sering terjadi tidak jauh dari batas-batas lempeng tersebut. Tanggal 25 Februari 2008, di sekitar Mentawai, pada lokasi 100,018 o BT; 2,353 o LS, terjadi gempa berkekutan 7,2 Mw. Sebagai salah satu bentuk langkah dalam mitigasi bencana bagi masyarakat di zona gempa, pengamatan aktivitas geodinamika saat ini dibutuhkan untuk pembuatan model potensi gempa bumi. Dengan adanya teknologi Global Positioning System (GPS), studi geodinamika menjadi lebih mudah dikerjakan. Melalui pemantauan GPS kontinu dapat diketahui pergerakan deformasi yang terjadi setelah gempa (postseismic). Untuk itu dalam penelitian ini dilakukan pengamatan fase gempapostseismic, dari Gempa Mentawai 2008 dengan metode GPS pada stasiun SuGAr. Dihasilkan arah vektor pergerakan stasiun GPS pada fase postseismic didapatkan mengarah pada arah mata angin south-west dengan kecepatan horisontalnya 0,1020 muntuk stasiun GPS SLBU, 0,0659 m untuk stasiun BSAT, 0,0385 untuk stasiun PRKB dan 0,0636 m untuk stasiun LNNG. Sedangkan untuk stasiun PPNJ mengarah ke south-east dengan kecepatan horisontalnya 0,0309 m. Kata Kunci: Gempa, GPS, Postseismic, Vektor Pergeseran. Abstract Indonesia is located among three tectonic plates, which are Eurasia, Hindia-Austalia and Pacific Plate. It is then affected some tectonic activities such as earthquake and volcano eruption at nearest tectonic zone area. February 25th 2008 around Mentawai Island, located at 100.018 o E; 2.353 o W, occured an earthquake with a magnitude of 7.2 Mw. As one of disaster mitigation action in the earthquake zone societies, geodynamic analysis nowadays is needed in modelling an earthquake probability. With a new Global Positioning System (GPS) technology, geodynamic study is easier to be completed. By using continued GPS method, it can analyse a deformation after an earthquake phase (postseismic). In this research will examine Postseismic Displacement Vector of Mentawai 2008 Earthquake phase using GPS method in Sumatra GPS Array (SuGAr) network. The results obtained thedirection of vector movement of GPS stations at the postseismic phase headed to the south-west direction with the horizontal velocity for SLBU station is 0,1020 m, 0,0659 m for BSAT, 0,0636 mfor LNNG, and 0,0385 m for PRKB. Exception for PPNJ has difference direction between other four GPS stations, which is headed to the south-east direction with the vector displacement amount is 0,0309 m for PPNJ. Keywords: Earthquake, GPS, Deformation, Vector Displacement. PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng tektonik, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Hindia- Australia, dan Lempeng Pasifik. Pada daerah sekitar batas lempeng tersebut umumnya aktifitas tektonik utama berlangsung, seperti misalnya subduksi, tumbukan (collision), pemekaran punggung tengah samudra, dan sesar transform (Sule, 2007). Akibatnya gempa bumi dan letusan gunung api akan sering terjadi tidak jauh dari batas-batas lempeng tersebut. Tanggal 25 Februari 2008, di sekitar Mentawai, pada lokasi 1

100,018 o BT; 2,353 o LS, terjadi gempa berkekutan 7,2 Mw. Gambar 1. Lokasi Gempa Mentawai 2008 Sebagai salah satu bentuk langkah dalam mitigasi bencana bagi masyarakat di zona gempa, pengamatan aktivitas geodinamika saat ini dibutuhkan untuk pembuatan model potensi gempa bumi. Dengan adanya teknologi Global Positioning System (GPS), studi geodinamika menjadi lebih mudah dikerjakan. Melalui pemantauan GPS kontinu dapat diketahui pergerakan deformasi yang terjadi pasca gempa (postseismic). Untuk itu dalam penelitian ini dilakukan pengamatan fase gempa postseismic, dari Gempa Mentawai 2008 dengan metode GPS pada stasiun SuGAr. Dengan adanya pengamatan GPS di Pulau Sumatera menggunakan data SuGAr, studi deformasi sesudah gempa Mentawai tahun 2008 dapat dilakukan, guna pembuatan model potensi bencana gempa bumi berikutnya sebagai salah satu bentuk langkah dalam mitigasi bencana bagi masyarakat Sumatera dan sekitarnya. METODOLOGI PENELITIAN Data Dan Peralatan - Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data observasi rinex stasiun GPS SuGAr (PPNJ, PRKB, SLBU, BSAT dan LNNG) pada saat setelah Gempa Mentawai 2008 (hari pengamatan ke 063-150). 2. Data tambahan yaitu: file gelombang pasang surut, file atmosfer, file pemodelan cuaca. 3. Titik ikat GPS IGS untuk kontrol file (BAKO, NTUS, SHAO, POHN, MIZU, HYDE dan KARR). 4. Data orbit satelit; IGS SP3 ephemeris file (igswwwd.sp3). 5. Nilai jam satelit; file navigasi RINEX (brdcddd0.yyn). 6. Data sekunder yang dibutuhkan saat pengolahan yang akan diunduh otomatis oleh perangkat lunak GAMIT/GLOBK - Peralatan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Sistem operasi Microsoft Windows 7 2. Linux Ubuntu 12.04 3. GAMIT dan GLOBK versi 10.4 4. Microsoft Office 2013 5. netcdf (Network Common Data Form) 3.6.1 6. GCC (GNU C Compiler) 4.4.1 7. GMT (Generic Mapping Tools) 4.0 Metode Penelitian Adapun tahapan pengolahan data dalam penelitian ini secara garis besar seperti yang dijelaskan pada Gambar 2.Pada proses pengolahan menggunakan aplikasi GAMIT tujuan akhirnya adalah untuk mendapatkan solusi pengolahan koordinat per-hari di seluruh stasiun pengamatan berdasarkan epok pertama pengamatan dalam bentuk loosely constrained solution (h-file) yang berisikan matriks kovarian dan parameter perataannya sebagai data input pengolahan GLOBK, (q-file) yang berisikan informasi koordinat apriori, spheris, adjust, formal dan postfit koordinat spheris untuk setiap stasiun pengamatan dalam satuan meter,dan sh_gamit_ddd.summary yang berisi nilai postfit Normalised Root Mean Square (nrms). Langkah pertama dalam pengolahan data GPS menggunakan GAMIT adalah membuat direktori pekerjaan EXPT dan menghubungkan seluruh file yang dibutuhkan seperti control file yang terletak di ~gg/tables/ dengan perintah sh_setup -yr yyyy pada terminal linux. Selanjutnya adalah melakukan editingcontrol file yang akan digunakan sesuai dengan parameter dan skenario pengamatan yang telah direncanakan. 2

GAMIT GLOBK Persiapan data pendukung lainnya Proses Pengolahan GAMIT dengan sh_gamit Binary file (h-files), q files dan sh_gamit_ddd.summary Nilai WL => 90% Nilai N: => 80% dan nilai nrms <~0.25 YA Proses Pengolahan GLOBK dengan sh_glred Hasil file *org, *VaL*,ps_base (time series) Data outliers? Tidak Deret waktu (time series) Ya Analisa vektor pergeseran sebelum gempa (interseismic) Tidak Remove Outlier perlu diubah adalah choice of experimentnya diubah menjadi tipe pengolahan baseline jenis RELAX. vi. File sites.defaults yang digunakan dalam automatic batch processing. File ini berfungsi sebagai kontrol penggunaan stasiun GPS RINEX yang digunakan. vii. File process.defaults yang di dalamnya terdapat pengaturan direktori file dan data yang akanmdigunakan dalam pengolahan aplikasi GAMIT/GLOBK. Jika seluruh data yang dibutuhkan sudah disiapkan di letakkan pada direktori kerja dan seluruh file control dalam direktori /tables sudah di sesuaikan dengan kebutuhan, maka langkah berikutnya adalah melakukan perintah sh_gamit pada terminal linux dengan perintah lengkap sebagai berikut: Besar dan arah Vektor Pergeseran Sebelum Gempa (interseismic) sh_gamit s yyyy ddd 1 ddd 2 expt EXPT nogifs > sh_gamit.log& GMT Plot Vektor Pergeseran Interseismic Peta pergeseran sebelum gempa (interseismic) Gambar 2.Tahapan Penelitian. Berikut adalah control file yang perlu di-edit: i. File *.apr yang di dalamnya adalah berisi kumpulan koordinat apriori stasiun pengamatan yang akan digunakan. Koordinat ini bisa diperoleh dari data RINEX GPS. ii. File lfile yang di dalamnya adalah berisi kumpulan koordinat pendekatan masingmasing stasiun GPS yang digunakan. iii. File station.info yang di dalamnya berisi informasi tentang jenis receiver, antena, dan waktu/sesi kerja GPS. Tipe data ini adalah ASCII. iv. File sittbl.yang di dalamnya berisi nilai constraint pada setiap koordinat apriori stasiun yang akan diolah. Tipe data ini adalah berformat ASCII. v. File sestbl.yang di dalamnya berisi skenario pengolahan. Untuk melakukan analisa deformasi maka salah satu parameter yang Maka hasil dari perintah tersebut akan menghasilkan sejumlah folder day of year (DOY) sesuai dengan jumlah DOY yang diatur pada tahap persiapan data. File h-file memiliki format h[expt]a.yyddd, dimana EXPT adalah nama direktori kerja, yy adalah dua angka tahun terakhir dan ddd DOY dari data yang diproses. i. Evaluasi Solusi GAMIT Proses pengamatan GPS dapat dikatakan baik atau salah dengan melihat beberapa parameter hasil solusi file GAMIT seperti h- file, q-file dan postfit.autcl.summary. Parameter yang dicek adalah: Nilai postfit nrms(normalized root mean square), yang merupakan perbandingan nilai varians aposteriori dan varians apriori untuk unit bobot.sesuai dengan pedoman manual pengolahan GPS dengan GAMIT, bahwa nrms solusi harian <~ 0.25. Nilai Wide Lane (WL) dan Narrow Lane (NL) resolusi ambiguitas fase hasil pengolahan harian berada di atas 90% dan 80 % untuk masingmasing nilai. Jika nilai WL tersebut 3

masih di bawah ketentuan maka menanjukkan pengolahan tersebut masih terdapat noise pada pseudorange. Demikian juga jika nilai NL masih di bawah ketentuan menunjukkan pengolahan data masih terdapat kesalahan pada ukuran, konfigurasi jaringan, kualitas orbit, koordinat apriori, atau kondisi atmosfer. ii. Proses pengolahan data dengan GLOBK Dalam aplikasi GLOBK akan dilakukan kombinasi DOY dan plotting parameter koordinat h-file secara time series yang sebelumnya dilakukan filtering dengan metode Kalman Filter. Format data plot time series yang dihasilkan dari proses GLOBK ini adalah berformat postscript, dengan namapsbase_expt.gps, dimana EXPT adalah nama projekdan GPS adalah nama stasiun GPS yang digunakan. Adapun file yang perlu disiapkan dan di-edit sesuai dengan kebutuhan pengguna adalah file kontrol globk dan glorg yaitu globk_comb.cmd dan glorg_comb.cmd yang dapat dicopy dari folder ~gg/tables dan ditempatkan di folder gsoln di dalam direktori projek EXPT. Kemudian file nilai parameter orientasi bumi, pmu.usno, yang diperoleh dari ~gg/tables dan ditempatkan pada /tables di direktori projek. Terakhir adalah file global directory list (*.gdl) yang berisikan list file biner h-file hasil dari konversi proses hgtolb yang sudah tidak memiliki nilai ambigiutas biasnya, ambiguities resolve, format *.glx.jika semua file sudah disipkan maka lakukan proses perintah solusi harian dengan perintah sebagai berikut: glred 6 globk_rep.prt globk_rep.log xxxx.gdl globk_comb.cmd dimana glred adalah perintah untuk membuat solusi DOY, kemudian angka 6 menunjukkan bahwa akan dibuat sebanyak 6 file.gdl dalam setiap 30 hari pengolahan data, globk_rep.prt adalah keluaran berbentuk print file yang berisikan solusi glred, globk_rep.log adalah log file yang berisikan waktu pengolahan dan prefit chii square per nilai derajat kebebasan untuk setiap file matriks yang diolah, xxxx.gdl adalah file.gdl yang akan digunakan dan globk_comb.cmd adalah file kontrol globk yang secara otomatis akan terhubung dengan file glorg_comb.cmd. Dari proses glred didapatkan pergeseran titik stasiun GPS dalam bentuk file glred.org. Kemudian untuk melihat hasil plot secara timeseries penulis menggunakan MATLAB untuk melihat persebarannya.dalam pengolahan GLOBK didapatkan koordinat geosentrik dan lokal toposentrik yang selanjutnya akan diamati pergerakan posisi setiap stasiun GPS pada sumbu easting (E), northing (N) dan up (U), sehingga nantinya dapat diketahui besar pergeseran titik GPS yang diamati sepanjang DoY yang digunakan. Penggunaan sistem koordinat lokal toposentrik supaya pergeseran di permukaan bumi dapat terlihat. Adapun karena sistem koordinat hasil pengolahan data GPS adalah sistem koordinat geosentrik (X, Y, Z), maka perlu dilakukan transformasi dengan rumus transformasi (Kosasih dalam Yusfania, 2005): np ep up Δx Δy Δz R φo, λo = = R(φo, λo) = XP XO YP YO ZP ZO Δx Δy Δz (1) (2) sinφocosλo sinφosinλo cosφo sinλo cosλo 0 cosφocosλo cosφosinλo sinφo (3) dimana (np, ep, up) adalah koordinat toposentrik titik P, kemudian (φo, λo) adalah koordinat geodetik bujur dan lintang titik ikat, (XO,YO,ZO) adalahkoordinat geosentrik titik ikat (0,0,0), lalu (XP, YP, ZP) adalah koordinat geosentrik titik yang akan dicari, (Δx,Δy,Δz) adalah selisih koordinat geosentrik 4

iii. titik ikat dan titik yang dicari, dan R adalah matriks rotasi. Deteksi data outlier Outlier adalah data yang menyimpang terlalu jauh dari data lainnya dalam suatu rangkaian data (time series). Agar analisis dari hasil tidak menjadi bias atau tidak sesuai dengan sebenarnya, maka perlu dihilangkan. Pada perangkat lunak GAMIT proses ini dilakukan menggunakan metode kuadrat terkecil. Sehingga dengan kata lain proses ini adalah termasuk ke dalam tahapan uji statistik. Adapun data yang dihasilkan adalah data berformat Val.<expt>, <expt> adalah nama experiment. Kemudian dilakukan pengolahan ulang dengan melakukan proses pengolahan GLOBK kembali dengan tidak mengikutsertakan data folder DOY yang teroutliers. Maka akan diperoleh data time series GPS yang sudah bersih dari noises. Penghapusan outlier dengan level of confidence yang digunakan untuk uji statistik kualitatif terhadap terhadap data GPS ini sebesar 95% atau sebesar 2 kali RMS error dengan menggunakan rumus: σ = ± Σε i 2 n 1 2 (4) iv. Analisa Deformasi dan Besar Pergesaran Vektor Fase Postseismic. Langkah berikutnya adalah mendapatkan besar dan arah kecepatan pergeseran titik stasiun GPS pada setiap fase gempa. Untuk mendapatkan besar pergeseran titik GPS setelah gempa (postseismic) digunakan 87 hari pengamatan setelah peristiwa gempa tanggal 25 Februari 2008 terjadi. Hal ini dimaksudkan agar didapatkan data yang linier, tidak terpengaruh efek gempa. Pada aplikasi GLOBK siapkan file perintah globk_vel.cmd dan glorg_vel.cmdyang didapat dari ~gg/tables kemudian di tempatkan pada folder gsoln. Kemudian atur parameter di dalamnya sesuai kebutuhan yang dibutuhkan pengguna. Dengan menggunakan perintah terminal Linux sebagai berikut: globk 6 globk.prt globk.log xxxx.gdl globk_vel.cmd dimana globk adalah perintah untuk menghasilkan estimasi kecepatan titik pantau GPS, kemudian angka 6 menunjukkan bahwa akan dibuat sebanyak 6 file.gdl dalam setiap 30 hari pengolahan data, globk.log adalah log file yang berisikan waktu pengolahan dan prefit chii square per nilai derajat kebebasan untuk setiap file matriks yang diolah, xxxx.gdl adalah file.gdl list experiment yang akan dilakukan (misal fase postseismic, maka masukkan seluruh hari pengamtan yang termasuk fase tersebut), globk_vel.cmd adalah file kontrol untuk menentukkan kecepatan titik. Secara manual besar kecepatan vektor pergeseran suatu stasiun GPS di masingmasing sumbu horisontal (easting dan northing) dapat diestimasi dengan rumus: X t = t t 0 V + X t0 (5) DimanaX t adalah koordinat stasiun pengamatan di epok t, kemudian X t0 adalah koordinat stasiun pengamatan di epok t 0, dan V adalah kecepatan pergeserannya. Sehingga pada bidang datar akan didapatkan resultan pergeserannya V R melalui parameter V n dan V e, yakni kecepatan pergeseran di sumbu northing dan easting: V R = (V n ) 2 + (V e ) 2 (6) v. Plot Vektor Pergeseran Fase Postseismic Dari proses globk di dapatkan kecepatan pergeseran titik stasiun GPS dalam bentuk file globk.org. Kemudian untuk melihat hasil plot secara spasial adalah dengan perintah GMT sebagai berikut: sh_plotvel f globk_vel.org R90/110/10/15 dimanash_plotvel adalah perintah untuk membuat plot spasial kecepatan titik GPS, globk_vel.org adalah file.org yang dihasilkan dari proses globk. 5

HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan dari penelitian ini mulai dari pengolahan data GPS, analisis data time series, perhitungan vektor kecepatan dan plotting vektor kecepatan. A. Pengolahan GAMIT Pengolahan GPS dengan menggunakan aplikasi GAMIT menghasilkan kumpulan folder dari Days of Year (DoY) yang diteliti dan setiap foldernya berisikan solusi GAMIT (h-file), kemudian q-file dan sh_gamit_ddd.summary serta file-file lainnya. Namun untuk memastikan bahwa penggunaan GAMIT dalam pengolahan data GPS dikatakan baik, ketiga file di atas sudah cukup mewakili informasi parameter yang akan dievaluasi. Parameter yang dievaluasi adalah nilai posfit nrms pengolahan GAMIT, didapatkan nilai posfit nrmsnya dalam Gambar 3. GAMIT. Nilai Wide Lane adalah resolusi ambiguitas fase yang didapat dengan mengkombinasikan sinyal GPS L1 dikurangkan dengan GPS L2 (Wide Lane). Nilai WL pada GAMIT dikatakan tidak memiliki noise pada pseudorange jika resolusi ambiguitas fase WL-nya adalah melebihi 90%. Sedangkan resolusi ambiguitas fase dengan mengkombinasikan sinyal GPS L1 ditambahkan dengan GPS L2 (Narrow Lane) dikatakan tidak terdapat kesalahan pada ukuran, konfigurasi jaringan, kualitas orbit, koordinat apriori, atau kondisi atmosfer jika resolusi ambiguitas fase NL-nya adalah melebihi 80%. Gambar 4 menunjukkan nilai WL setiap DoY sepanjang waktu observasi. Ditunjukkan bahwa nilai maksimal WL pada penelitian ini adalah 100%, nilai minimalnya adalah 91,3% dan nilai reratanya adalah 95,23%. Ini menunjukkan bahwa hasil pengolahan data GPS dalam penelitian ini masih dalam toleransi yang diberikan software GAMIT dan menggambarkan data GPS yang digunakan tidak memiliki noise pada pseudorange. Gambar 3.Nilai nrms Solusi Harian Pengolahan GAMIT. Pada penelitian ini dilakukan pengamatan GPS sepanjang DoY 002-049 (postseismic Gempa Mentawai 2008, DoY 056) Adapun untuk nilai nrms dalam pengolahan GAMIT harus memiliki <~ 0,25 dalam setiap pengamatan DoY-nya (Herring, 2010). Apabila nilai posfit nrms lebih besar dari 0,5 maka mengindikasikan data GPS masih terdapat efek cycle slip. Nilai nrms dari hasil pengolahan GPS dalam penelitian memiliki hasil nrms minimal adalah 0,1776, nrms maksimal adalah 0,1893, dan rerata nrms adalah 0,1846. Hal ini menunjukkan bahwa metode penggunaan GAMIT sesuai dengan kriteria. Selanjutnya adalah evaluasi nilai wide lane dan narrow lane hasil pengolahan data GPS oleh Gambar 4.Resolusi Fase Ambiguitas Wide Lane Sepanjang Hari Pengamatan. Sedangkan pada Gambar 5 menunjukkan nilai NL setiap DoY sepanjang waktu observasi. Dapat dilihat bahwa nilai maksimal NL pada penelitian ini adalah 91,9%, kemudian 24.4% untuk nilai minimalnya dan nilai rata-rata NL-nya adalah 81,7%. Mengindikasikan secara umum hasil pengolahan data GPS dalam penelitian ini baik namun di beberapa DoY observasi terdapat kemungkinan kesalahan pada ukuran, konfigurasi jaringan, kualitas orbit, koordinat apriori, atau kondisi atmosfer. Dengan demikian hasil 6

pengolahan GAMIT telah menunjukkan bahwa solusi h-file yang akan diolah di software GLOBK telah dikoreksi terhadap satelit orbit, jam satelit, kesalahan cycleslips dan pemecahan ambiguitas fase. Gambar 5.Resolusi Fase Ambiguitas Narrow Lane Sepanjang Hari Pengamatan. B. Pengolahan GLOBK Dalam pengolahan GLOBK didapatkan koordinat geosentrik dan lokal toposentrik yang selanjutnya akan diamati pergerakan posisi setiap stasiun GPS pada sumbu easting (E), northing (N) dan up (U), sehingga nantinya dapat diketahui deret waktu titik GPS yang diamati sepanjang DoY yang digunakan (postseismic Gempa Mentawai 2008). Berikut Gambar 6menunjukkan time series fase postseismicgempa Mentawai 2008 di stasiun pengamatan GPS SLBU. Dimana fase postseismic adalah fase awal dari siklus gempa bumi, dimana energi di dalam bumi menggerakan lempeng hingga bertemu pada suatu bidang temu (Yusfania, 2014). Kemudian nantinya dapat terjadi kuncian akibat gaya gesek antara kedua lempeng yang bertemu. Pada Gempa Mentawai 2008, berdasarkan USGS, merupakan gempa dengan kedalaman 35 km yang terjadi karena hasil dari akumulasi energi antara perbatasan dua lempeng, yakni Australia dan Sunda.Gambar 6 time series GPS SLBU adalah data pengamatan GPS yang telah dilakukan penghilangan outlier. Gambar 6.Deret Waktu Pengamatan GPS Stasiun SLBU Pada DoY 063-150 Fase PostseismicGempa Mentawai 2008. Adapun Tabel 1 menjelaskan nilai RMS yang didapat pada saat sebelum dan sesudah penghapusan outlier. Filtering outlier dilakukan menggunakan 2 sigma atau 95% tingkat kepercayaan. Sehingga jika data sudah bersih dari bias, analisa vektor pergeseran GPS fase postseismic Gempa Mentawai 2008 dapat dilakukan. Tabel 1. Nilai RMS Time Series PostseismicSebelum dan Sesudah Penghapusan Outlier GPS RMS Easting (±mm) RMS Northing (±mm) RMS Up (±mm) Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah LNNG 3,8 3,6 4,3 3,6 11,8 8,2 PPNJ 2,4 2,0 2,4 2,2 10,3 7,8 BSAT 4,7 4,6 4,3 3,5 9,0 7,7 PRKB 4,8 4,2 2,6 2,3 9,4 7,4 SLBU 8,9 6,0 8,5 6,5 8,9 9,3 7

C. Analisa Vektor PergeseranPostseismic Gempa Mentawai 2008 Penentuan besar pergeseran vektor fase Gempa Mentawai 2008 dihitung pada bidang horisontal (E dan N), dengan mengamati pergeseran DoY terakhir terhadap DoY awal. Sehingga dengan menggunakan persamaan (5) dan (6) didapatkan pergeseran stasiun GPS fase postseismicgempa Mentawai 2008 pada sumbu E dan N beserta besar kecepatan pergeserannya. Tabel 2 menunjukkan pergeseran titik stasiun GPS pada saat setelah Gempa Mentawai 2008. Kecepatan horisontal tertinggi dimiliki oleh stasiun BSAT. Sedangkan kecepatan horisontal terendah dimiliki oleh stasiun PPNJ. Dari data pada Tabel 3.2 dapat disimpulkan bahwa arah pergeseran stasiun GPS SLBU, PRKB, BSAT, dan LNNG pada fase postseismic adalah south-west Sedangkan stasiun PPNJ pada fase postseismicberada pada arah south-east. Tabel 2. Pergeseran Stasiun GPS Setelah (postseismic) Gempa Mentawai 2008. Kecepatan sd_e GPS de (m) dn (m) Horisontal sd_n (m) (m) (m) LNNG -0,0110-0,0626 0,0636 0,0049 0,0043 PPNJ 0,0236-0,0199 0,0309 0,0053 0,0046 BSAT -0,0237-0,0615 0,0659 0,0055 0,0047 PRKB -0,0199-0,0330 0,0385 0,0052 0,0045 SLBU -0,0501-0,0889 0,1020 0,0080 0,0068 Adapun pada Gambar 7menunjukkan arah dan besar pergeseran stasiun GPS fase postseismic Gempa Mentawai 2008 yang telah di plot menggunakan software GMT. Analisa yang dapat dilakukan pada fase setelah Gempa (postseismic) Mentawai 2008 adalah diilustrasikan pada Gambar 7 bahwa arah dan besar vektor pergeseran stasiun GPS BSAT, SLBU, LNNG, dan PKRB secara horisontal memiliki pergerakan lempeng ke arah South-West (SW). Hal ini berbanding lurus dengan vektor pergeseran stasiun GPS dalam fase postseismic gempa Mentawai 2007 yang juga memiliki arah vektor pergeseran South-West (SW)(Yusfania, 2014). Gambar 7.Besar dan Arah Vektor Pergeseran Horisontal Setelah Gempa Mentawai 2008 (postseismic). Hal tersebut disebabkan karena beradasarkan USGS, Gempa Mentawai 2008 ini adalah kelanjutan dari rentetan aktivitas gempa besar yang mengakibatkan destruktif di Sumatera dan sekitarnya. Rentetan gempa ini bermula dari Gempa Sumatera-Andaman pada 26 Desember, 2004 (9,1 Mw), dilanjutkan Gempa Nias pada 28 Maret, 2005 (8,6 Mw) dan terakhir adalah Gempa Mentawai pada 12 September, 2007 (8,4dan 7,9 Mw). Gempa Mentawai pada 25 Februari 2008 ini masih masuk ke dalam rentetan aftershock Gempa Mentawai 12 September 2007. Sehingga dapat disimpulkan bahwa fase postseismic Gempa Mentawai 2008 adalah termasuk fase postseismic GempaMentawai 2007. PENUTUP Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Melalui pengamatan GPS secara kontinu dengan menggunakan software pengolah data GPS ilmiah, GAMIT/GLOBK, di dapatkan nilai dan arah pergeseran vektor horisontal setiap stasiun GPS pada fase postseismicgempa Mentawai 2008 sebagai berikut: SLBU : 0,1020 m ke arah south-west BSAT : 0,0659 m ke arah south-west PPNJ : 0,0309 m ke arah south-east PRKB : 0,0385 m ke arah south-west 8

LNNG : 0,0636 m ke arah south-west 2. Gempa Mentawai 2008 adalah bagian dari fase Gempa Mentawai 2007 (8,4Mw dan 7,8 Mw), sehingga arah vektor pergeseran horisontal pada fase postseismicmemiliki arah pergerakan vektor yang sama, yaitu south-west. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih kepada Bapak M. Nur Cahyadi yang telah memberikan masukan dan saran dalam penelitian ini. Kemudian terimakasih pula kepada Ibu Meiriska Yusfania yang telah memberikan terkait analisis vektor pergerakan lempeng. DAFTAR PUSTAKA Abidin, Hasanuddin Z. 2009. Deformasi Koseismik dan Pascaseismik Gempa Yogyakarta 2006 dari Hasil Survei GPS. Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 4 No.4 Desember 275-284. Herring, T. A. (2010). GAMIT Reference Manual GPS Analysis at MIT Release 10.4. San Diego: Department of Earth, Atmospheric and Planetary Sciences Massachusetts Institute of Technology. Sudrajat, A. (2014). Analisa Pergerakan Lempeng di Daerah Pantai Barat Pulau Sumatera. Yogyakarta: Teknik Geodesi Universitas Gadjah Mada. Sule. 2007. "THE UTILIZATION OF RESISTIVITY AND GPS METHODS IN LANDSLIDE MONITORING: CASE STUDY AT PANAWANGAN AREA CIAMIS, INDONESIA." The 32nd HAGI, The 36th IAGI, The 29th IATMI Annual Conference and Exhibition. USGS. 2011. USGS. 27 April. Diakses November 01,2014.http://www.earthquake.usgs.gov/e arthquakes/eqinthenews/2008. Yusfania, M. (2014). The Utilization of Spatial Filtering for Tectonic Strain Study Based on SUGAR Data 2006-2008 (Study Case: The September 2007 Bengkulu Earthquake). FIG Congress 2014, Kuala Lumpur, Malaysia.. 9