BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sejarah aktivitas manusia berkomunikasi timbul sejak manusia diciptakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki rasa minder untuk berinteraksi dengan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia telah mempunyai naluri untuk bergaul dengan sesamanya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Juanita Sari, 2015

MEMANDIRIKAN ANAK TUNANETRA DALAM KEGIATAN KEHIDUPAN SEHARI HARI (ACTIVITY OF DAILY LIVING) DI ASRAMA KENARI PSBN WYATA GUNA BANDUNG

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari komunikasi massa. Sesuai dengan definisi komunikasi massa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyandang tuna rungu adalah bagian dari kesatuan masyarakat Karena

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. 1. Penghayatan hidup tak bermakna yang menyertai pengalaman derita di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan fisik maupun mental. Semua perubahan dan perkembangan

merupakan unit terkecil dari ruang lingkup masyarakat. Kesejahteraan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. tiap tahunnya, hal ini ditandai dengan prestasi anak bangsa yang sudah mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilihat dari fisik, tetapi juga dilihat dari kelebihan yang dimiliki.

BAB I. pada bab XIII Pendidikan Dan Kebudayaan Pasal 31 ayat 1 setiap Warga Negara

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Studi penelitian yang dilakukan oleh lembaga demokrafi Universitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Putri Shalsa Novita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran Stres..., Muhamad Arista Akbar, FPSI UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

ciptaan-nya. Sebagai makhluk yang sempurna, manusia diberikan fisik yang telah didesain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari hari, tanpa disadari individu sering kali bertemu

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat menunjukkan bahwa anak berkebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB 1 PENDAHULUAN. Perawatan dan penelitian mengenai kesehatan gigi dan mulut pada penderita

BAB I PENDAHULUAN. adanya perbedaan kondisi dengan kebanyakan anak lainnya. Mereka adalah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, baik jasmani maupun rohani. Kondisi ini adalah kesempurnaan yang

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI (KKS) PENYANDANG TUNANETRA. Irham Hosni

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis proses dari pelaksanaan bimbingan dan konseling islam dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia terlahir di dunia dengan kekurangan dan kelebihan yang berbedabeda.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian. terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. yang lain untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, baik kebutuhan secara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia pengklasifikasian anak itu sudah dibagi dengan jelas. Untuk anak yang

Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel

Program Bimbingan Perkembangan Kompetensi Sosial Bagi Anak Tunanetra

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN. gambaran pengalaman psikososial remaja yang tinggal di panti asuhan.

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan membaca yang diperoleh pada tahap membaca permulaan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan di tengah masyarakat modern memiliki tingkat persaingan

BAB I PENDAHULUAN. mata, bahkan tak sedikit yang mencibir dan menjaga jarak dengan mereka. Hal

KUALITAS INTERAKSI SOSIAL SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 24 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia yang mengglobal ini, media massa telah menjadi alat

BAB I PENDAHULUAN. yang begitu bahagia dan ceria tanpa lagi ada kesepian. dengan sempurna. Namun kenyataannya berkata lain, tidak semua anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

BAB I PENDAHULUAN. menjadi orang tua dari anak-anak mereka. Orang tua merupakan individu yang

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang dilakukan di setiap sekolah secara umum memiliki tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

Konseling merupakan inti kegiatan bimbingan secara keseluruhan yang berkenaan dengan pengentasan masalah dan fasilitasi perkembangan individu

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan pada fokus permasalahan yang dikaji yaitu kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai gangguan postpartum depression. Depresi postpartum keadaan emosi

HAYAT NUR ISNAINI JUNIARTI,

BAB I PENDAHULUAN. Disability (kekhususan) merupakan konsekuensi fungsional dari kerusakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Gilang Angga Gumelar, 2015

BAB IV ANALISIS MASALAH. 4.1 Analisis Tentang Kepercayaan Diri Anak Tuna Netra di Balai

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan Hawa sebagai pendamping bagi Adam. Artinya, manusia saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. apabila individu dihadapkan pada suatu masalah. Individu akan menghadapi masalah yang lebih

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : kerja Bagi Penyandang Disabilitas Netra. dapat dinyatakan

PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D IV FISIOTERAPI TINGKAT AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Universitas Indonesia Hal 4

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KEMANDIRIAN ACTIVITY OF DAILY LIVING ANAK LOW VISION SEKOLAH DASAR KELAS IV DI SLB NEGERI A KOTA BANDUNG

Pengantar Ilmu Komunikasi. Modul ke: 06FIKOM PERSEPSI. Fakultas. Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM

BAB 1 PENDAHULUAN. kecerdasan yang rendah di bawah rata-rata orang pada umumnya (Amrin,

BAB I PENDAHULUAN. dipersepsikan oleh sebagian masyarakat, dimana penyandang tunanetra dianggap,

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. ada kecacatan. Setiap manusia juga ingin memiliki tubuh dan alat indera yang

BAB I PENDAHULUAN. dan masa dewasa, berlangsung antara usia 12 sampai 24 tahun (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah sekumpulan orang-orang yang hidup bersama di dalam

STRATEGI COPING IBU DALAM MENJALANI PERAN SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari eksistensi manusia di dunia. Kebahagiaan itu sendiri dapat dicapai dengan

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyadari akan penting nya mencerdaskan rakyat nya, Cita cita mulia itu pun

GAMBARAN KONSEP DIRI PADA PASIEN YANG MENGALAMI CIDERA TULANG BELAKANG DI BANGSAL DAHLIA RUMAH SAKIT ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Melalui penglihatan seseorang dapat menerima informasi

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejarah aktivitas manusia berkomunikasi timbul sejak manusia diciptakan hidup di dunia ini. Manusia tidak dapat terlepas dari interaksi dengan manusia lain untuk melangsungkan kehidupannya. Di dalam berinteraksi antara manusia yang satu dengan yang lainnya tidak dapat terlepas dari kegiatan komunikasi. Manusia yang normal akan selalu terlibat komunikasi dalam melakukan interaksi dengan sesamanya sepanjang kehidupannya. Melalui komunikasi pula, segala aspek kehidupan manusia di dunia tersentuh. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa komunikasi adalah proses memberi dan menerima dari pihak yang satu kepada pihak lain. Komunikasi dapat digunakan untuk membentuk saling pengertian sehingga menumbuhkan tali persahabatan, menyampaikan informasi, mengungkapkan perasaan kasih sayang, dan untuk melestarikan peradaban manusia. Beragam komunikasi yang diciptakan oleh manusia. Pada umumnya manusia normal akan berkomunikasi dengan indra yang mereka miliki secara utuh, mata dianggap memiliki peran strategis dalam komunikasi manusia, tapi bagaimana dengan komunikasi orang buta (tuna netra)?. Kajian atau studi-studi komunikasi tentang realitas komunikasi penyandang cacat sangat jarang dilakukan khususnya penyandang cacat tunanetra. Komunikasi yang dipelajari oleh 1

mahasiswa selama ini adalah teori komunikasi untuk orang normal (awas mata), dalam hal ini peneliti ingin mengkaji komunikasi tunanetra pada usia dewasa. Apabila orang telah mengalami tunanetra pada usia sejak lahir, mereka lebih dapat menerima dan terbiasa dengan keadaannya dibandingkan dengan tunanetra yang mengalami kebutaannya pada usia dewasa dapat mengalami dampak psikologis tertentu, bila kebutaan tersebut terjadi pada ego mulai berkembang, maka pengalaman traumatik tidak dapat dihindarinya, orang itu akan mengalami shock kemudian depresi lalu menghindari kontak sosial, ini akan mengakibatkan pada perubahan kesadaran (transformasi identitas), pada umumnya keadaan yang dia rasakan membuat mereka menjadi merasa minder atau tidak percaya diri, dan ini akan mempengaruhi pola komunikasi dan psikology konsep dirinya. Mata memiliki fungsi strategis dalam proses komunikasi manusia, maka bagaimana dengan orang yang mengalami ketidakfungsian mata seperti tunanetra? Bagaimana tunanetra mengkonstruksi realitas komunikasinya kepada masyarakat?. Perubahan fisik (kebutaan) yang dialami tunanetra khususnya usia dewasa membuat mereka berpikir kembali mengenai keberadaan atau eksistensi dirinya. Tunanetra sangatlah membutuhkan dukungan moril dari sisi keluarga dan lingkungan sekitar agar dia merasakan kenyamanan dan diakui eksistensinya dimata masyarakat. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan tunanetra dewasa adalah orang yang menjadi tunanetra sesudah menginjak usia dewasa. Bila seorang individu normal kemudian tiba-tiba menjadi tunanetra, dia akan melewati suatu masa syok karena menyadari bahwa hidupnya akan berubah secara radikal. 2

Karena kehilangan penglihatan mempengaruhi individu pada berbagai level sekaligus, yang menuntut individu itu untuk mengubah caranya berpersepsi, berperilaku, berpikir, berkomunikasi dan merasakan berbagai hal maka penyesuaian dirinya dapat merupakan proses yang panjang, dan mungkin harus dilakukan melalui beberapa macam cara, tergantung pada temperamen individu itu, pengalamannya terdahulu, dan caranya mengatasi krisis 1. Mengatasi kehilangan penglihatan harus dilakukan pada level emosi, persepsi, kognitif, dan perilaku, dan ini semua saling terkait. Ketunanetraan yang terjadi tiba-tiba pada usia dewasa dapat mengakibatkan depresi, persepsi diri yang tidak tepat, sangat menurunnya tingkat motivasi dan rendanya harga diri. Ditengah minimnya penelitian-penelitian mengenai tunanetra, peneliti ini semakin dibutuhkan, karena sikap dan pandangan negatif masyarakat pada penyandang cacat disebabkan minimnya pengetahuan mereka (masyarakat) tentang hal-hal yang berkaitan dengan penyandang cacat itu sendiri. Dengan adanya hal ini penulis ingin mendalami atau membahas mengenai komunikasi antarpribadi yang menyangkut tentang konsep diri, cara komunikasi dan perubahan komunikasi pada penyandang tuna netra usia dewasa sehingga kita dapat mengetahui setiap pemikiran dan perubahan-perubahan yang terjadi pada pola hidupnya. Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin Jl. Dewi Sartika No.200, Cawang, Jakarta Timur. Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin berdiri kurang lebih sejak 20 tahun yang lalu (1980an), didirikan oleh Pemerintah. 1 Dodds, 1991, dalam Didi, Tarsidi, Konseling untuk Penyesuaian Psikologis terhadap Kehilangan Penglihatan pada Individu Tunanetra Dewasa, 6 Agustus 2007 3

Keluarga para tunanetra sama sekali tidak mengeluarkan biaya apapun, semua sudah disediakan untuk tidur, makan, minum, pendidikan. Pendidikan di Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin mengikuti pendidikan SD (Sekolah Dasar), bedanya disana lebih khusus untuk Tunanetra. Kurang lebih ada 40 (empat puluh) orang tunanetra di Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin yang terdiri dari perempuan dan laki-laki berusia 15 tahun sampai dengan 35 tahun dengan berbagai kasus yang mengakibatkan ketunanetraannya. Alasan ingin melakukan penelitian tunanetra usia dewasa, karena ingin mengetahui fenomena transformasi komunikasi dari tunanetra dan alasan ingin melakukan penelitian di Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin Jl. Dewi Sartika No.200, Cawang, Jakarta Timur karena tuna netra yang ada di panti tersebut dari beragam kasus yang mengakibatkan kebutaan, sangat membantu sekali dalam penelitian ini, untuk meneliti kebutaan usia dewasa yang dialami oleh tunanetra di Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin, dengan begitu peneliti lebih mudah mencari data-data yang dibutuhkan. Penelitian ini juga diharapkan bermakna positif bagi para aktifis sosial khususnya dipemerintahan untuk lebih memperhatikan keberadaan tunanetra dipanti-panti tunanetra khususnya di Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin. 4

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis ingin mengetahui : 1.2.1 Bagaimana transformasi identitas para tunanetra penghuni Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin, Cawang, Jakarta? 1.2.2 Bagaimana pola komunikasi tunanetra penghuni Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin, Cawang, Jakarta? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Untuk mengetahui proses transformasi identitas para tunanetra penghuni Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin, Cawang, Jakarta 1.3.2. Untuk mengetahui pola komunikasi tunanetra penghuni Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin, Cawang, Jakarta 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis Hasil penelitian diharapkan mahasiswa atau akademisi dapat mengetahui realitas komunikasi yang terjadi pada penyandang cacat tunanetra. 1.4.2 Manfaat Praktis Hasil penelitian diharapkan juga bermanfaat bagi pemerintah dan lembaga-lembaga sosial, khususnya lembaga-lembaga sosial tunanetra, agar lebih memperhatikan keberadaan tunanetra dalam menunjang komunikasi. 5