BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004).

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi. masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. begitu pula dengan permasalahan kardiovaskuler dan DM (Marliyanti, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia mengalami permasalahan gizi ganda yaitu perpaduan antara gizi

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang baik dan setinggi-tingginya merupakan suatu hak yang fundamental

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan merupakan status gizi tidak seimbang akibat asupan giziyang

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Masa remaja adalah periode yang signifikan pada. pertumbuhan dan proses maturasi manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta

BAB 1 : PENDAHULUAN. akibat dari disregulasi dalam sistem keseimbangan energi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight terjadi jika individu

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh negatif yang secara langsung maupun tidak langsung. yang berperan penting terhadap munculnya overweight (Hadi, 2005).

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan atau obesitas selalu berhubungan dengan kesakitan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. akan menjadikan masyarakat Indonesia untuk dapat hidup dalam lingkungan sehat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. secara rasional mudah menyebabkan kelebihan masukan yang akan. menimbulkan berat badan meningkat (Sismoyo, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang belum dapat diselesaikan oleh negara-negara maju. dan berkembang di dunia. Studi pada tahun 2013 dari Institute for

BAB I PENDAHULUAN. diriwayatkan Nabi R. Al-Hakim,At-Turmuzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban: minum, dan sepertiga lagi untuk bernafas.

BAB I PENDAHULUAN. Kegemukan saat ini merupakan suatu epidemik global, lebih dari 1 miliar

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan degenerasi organ tubuh yang dipengaruhi gaya hidup. Gaya

BAB I PENDAHULUAN. higienis. Menurut (Irianto,2007) fast food memiliki beberapa kelebihan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN. antara konsumsi, penyerapan zat gizi, dan penggunaannya di dalam tubuh yang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegemukan sudah lama menjadi masalah. Bangsa Cina kuno dan bangsa Mesir kuno telah mengemukakan bahwa kegemukan sangat mengganggu kesehatan. Bahkan, bangsa Mesir kuno menyebutnya sebagai penyakit. Akan tetapi, tidak sedikit pula yang berpandangan bahwa kegemukan sebagai simbol kekayaan dan keindahan. Masyarakat yang sering ditimpa kelaparan melihat kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang beragam itu berubah ketika ilmu kedokteran mulai meneliti secara ilmiah dampak kegemukan terhadap penyakit. Pada 1940-an, kampanye antiobesitas mulai dilakukan setelah muncul studi tentang dampak kegemukan terhadap jantung. Kegemukan merupakan faktor risiko tertinggi penyebab penyakit jantung (Atkinson, 2002). Tahun 1996, ketika ditemukan Indeks Massa Tubuh (IMT), isu kegemukan makin mencuat. Indeks ini untuk menentukan apakah seseorang tergolong kegemukan atau tidak. Saat itu kasus kegemukan sudah sangat tinggi. Bahkan, sudah melanda anak-anak dan remaja (Barker & Phillips, 2005). Menurut The International Obesity Task Force, saat ini lebih dari 1,1 milyar orang dewasa di seluruh dunia mengalami overweight dan 312 juta diantaranya adalah obesitas (Haslam & James, 2005). Sedangkan berdasarkan pemantauan World Health Organization (WHO) diperkirakan terdapat 1,6 milyar orang dewasa di dunia berumur 15 tahun mengalami kelebihan berat badan.

2 Obesitas sudah menjadi masalah global yang tidak hanya banyak ditemukan pada negara-negara maju, tetapi sudah bergeser dan menyebar ke negara-negara berkembang. Salah satu negara maju yang banyak ditemui kasus obesitas adalah Amerika Serikat dan Jepang. Penelitian epidemi obesitas yang dilakukan Low, Chin dan Deurenberg-Yap (2009) memperlihatkan bahwa prevalensi kelebihan berat badan (overweight) sebesar 23,2% di Jepang dan 66,3% di Amerika Serikat Sebesar 60%. Sedangkan untuk di negara berkembang seperti Indonesia prevalensi obesitas juga sangat mengkhawatirkan dan selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data riskesdas pada tahun 2007, prevalensi obesitas pada orang dewasa secara nasional sebesar 19,1% yang terdiri dari 8,8% dikategorikan berat badan lebih (overweight) dan 10,3% dikategorikan obese. Pada tahun 2010 prevalensi obesitas nasional mengalami meningkatan menjadi 21,7% yang terdiri dari 10,0% dikategorikan berat badan lebih (overweight) dan 11,7% dikategorikan obese. Dan pada tahun 2013 prevalensi obesitas nasional kembali mengalami peningkatan menjadi 28,9% yang terdiri dari 13,5% dikategorikan berat badan lebih (overweight) dan 15,4% dikategorikan obese (Riskesdas, 2007). Obesitas mempunyai pengertian yang berbeda-beda bagi setiap orang. Pada kebanyakan orang, obesitas berarti kelebihan berat badan (BB) jauh melebihi berat yang diinginkan. Obesitas juga dapat diartikan kondisi dimana terjadi kelebihan lemak, baik di seluruh tubuh atau terlokalisasi pada bagian bagian tertentu. Ganong W.F, 2003 menyatakan bahwa seseorang dikatakan

3 obesitas apabila mengalami peningkatan total lemak tubuh, yaitu apabila ditemukan kelebihan berat badan >20% pada pria dan >25% pada wanita. Banyak faktor yang menjadi penyebab penimbunan lemak tubuh yang berlebih, faktor tersebut dapat dibedakan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu genetika, metabolisme dan hormonal. Semakin bertambahnya usia manusia, metabolisme dan produksi hormon tubuh pun menurun sehingga mebuat komposisi antara lemak dan otot dalam tubuh berubah dimana terjadi penurunan massa otot dalam tubuh dan peningkatan jumlah lemak. Faktor eksternal meliputi pola makan yang tidak sehat, kebiasaan hidup yang tidak sehat dan kebiasaan yang salah (Pangkahila, 2007). Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi banyak sekali berpengaruh terhadap diri dan lingkungan di sekitar. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi diberbagai bidang tidak hanya memberikan dampak yang positif tetapi juga memberikan dampak negatif. Salah satu contoh dampak negatif dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah banyaknya aktivitas manusia yang digantikan peranannya oleh sebuah mesin atau robot. Hal ini mengakibatkan menurunnya mobilitas gerak manusia sehingga aktivitas fisik manusia menjadi sangat rendah dan cenderung sedentari ( Slentz et al, 2004 & Newby et al 2003). Selain itu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diikuti dengan peningkatan pendidikan dan ekonomi masyarakat dapat mengubah gaya hidup dan pola makan dari pola makan tradisional ke pola makan makanan praktis dan siap saji yang dapat menimbulkan mutu gizi yang tidak seimbang. Hal tersebut juga terjadi di Indonesia terutama terlihat di kota-kota besar. Makanan yang siap saji

4 cenderung mengandung banyak kalori, lemak dan kolesterol menjadi pilihan utama (Garaulet et al, 2001) Rendahnya keluaran energi akibat rendahnya aktivitas fisik dan metabolisme tubuh serta diikuti dengan pola makan makanan tinggi kalori, lemak, dan kolesterol yang tidak rasional menyebabkan kelebihan masukan energi. Dampak kelebihan asupan energi akan disimpan dalam jaringan lemak, lama kelamaan akan mengakibatkan terjadinya obesitas. Jika tidak dikendalikan dengan baik, obesitas dapat menimbulkan risiko terjadinya berbagai penyakit seperti diabetes mellitus tipe 2, toleransi glukosa terganggu, hiperinsulinemia, dislipidemia, hipertensi, penyakit kardiovaskular, sleep apnea, infertilitas, batu saluran empedu, osteoarthritis, dan penyakit kanker (Grundy, 2004). Disamping dapat menimbulkan resiko penyakit, jika dilihat dari segi sosial, obesitas akan berdampak pada rasa rendah diri, kelambanan bergerak, kurang fashionable, dan rasa malu bergaul. Sedangkan jika dilihat dari segi ekonomi, obesitas dapat mengurangi produktivitas kerja, hari produktif, usia produktif, dan menyebabkan peningkatan pengeluaran kesehatan (Hardinsyah, 2007). Untuk menilai adanya obesitas dapat dipakai berbagai macam cara, mulai dari penilaian penampakan secara umum, perhitungan memanfaatkan rumus Broca dengan tinggi badan dan berat badan, penentuan indeks massa tubuh (IMT), penentuan tebal lemak bawah kulit, rasio lingkar pinggul/lingkar pinggang, dan pengukuran lingkar pinggang.

5 Penelitian prospektif yang dilakukan oleh Adams dkk, menunjukkan bahwa obesitas berhubungan erat dengan risiko kematian tanpa memandang jenis kelamin, etnik dan usia (Adams et al, 2006). Sedikitnya setiap tahun 2,6 juta orang meninggal karena overweight atau obesitas (Bray, 2007). Obesitas bisa menyerang semua kelompok umur, baik dari anak-anak, remaja dan dewasa. Namun perhatian khusus perlu diberikan pada kelompok dewasa dimana puncak pencapaian berat badan terjadi meskipun perkembangan berat badan ada di sepanjang siklus kehidupan (Departemen FKM UI Gizi dan Kesehatan Masyarakat 2007). 1.2 IDENTIFIKASI MASALAH Kejadian obesitas terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, tidak hanya terjadi di negara maju namun sudah mengarah ke negara berkembang dan banyak terjadi di daerah perkotaan. Menurut WHO (2003), 300 juta orang dewasa menderita obesitas. Di Amerika Serikat, 1 dari 3 orang penduduk menderita obesitas, di Inggris 16-17,3% penduduk menderita obesitas. Prevalensi overweight (kegemukan) dan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia - Pasifik, sebagai contoh 20,5% dari penduduk Korea Selatan tergolong overweight dan 1,5% tergolong obesitas. Di Thailand, 16% penduduknya mengalami overweight dan 4% mengalami obesitas (IMT 30 kg/m2). Menurut Depkes RI (2000), dari 210 juta penduduk Indonesia, jumlah penduduk yang overweight mencapai 76,7 juta (36,5%) dan penduduk yang mengalami obesitas mencapai 9,8 juta (4,7%). Penelitian yang dilakukan oleh

6 Depkes RI (2003) di 12 kota besar di Indonesia memperlihatkan bahwa 18,8% penduduk overweight dan 3,7% menderita obesitas. Salah satu faktor yang menyebabkan obesitas adalah perubahan pola konsumsi dari pola konsumsi tinggi serat rendah lemak menjadi pola konsumsi makanan manis dan berlemak. Pola konsumsi makanan manis dan berlemak akan berpengaruh pada asupan zat gizi seseorang. Jika pola konsumsi makanan manis dan berlemak berlebihan maka akan menyebabkan asupan yang berlebihan pula dan dapat menyebabkan terjadinya kegemukan atau bahkan obesitas. Di Indonesia pada tahun 2007 tercatat prevalensi obesitas tertinggi terjadi pada provinsi Sulawesi Utara sebesar 19,1% (Riskesdas, 2007). Salah satu fakta yang diduga sebagai penyebab terjadinya obesitas adalah pola konsumsi makanan berlemak dan makanan manis, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa di daerah tersebut tercatat pola konsumsi makanan berlemak sebesar 7,3% dan pola konsumsi makanan manis sebesar 69,6% (Riskesdas, 2007) 1.3 PEMBATASAN MASALAH Banyak faktor yang menyebabkan terjadiya obesitas. Faktor-faktor tersebut adalah faktor genetik, umur dan jenis kelamin, kerusakan pada salah satu bagian otak, asupan zat gizi, aktivitas fisik, pengaruh emosional, faktor hormon, faktor kesehatan, faktor perkembangan, RAS, dan tingkat sosial (Zainun, 2002). Satoto (1998) menyebutkan bahwa penimbunan lemak tubuh pada orang dewasa disebabkan oleh banyak faktor, antara lain status sosial ekonomi, konsumsi energi berlebih yaitu lebih dari 110% dari kebutuhan gizi yang

7 dianjurkan dan kelebihan konsumsi lemak, tingkat aktivitas, dan gaya hidup yang lebih banyak memanfaatkan waktu luang untuk bersantai. Makanan berisiko terdiri dari makanan/minuman manis, makanan asin, makanan berlemak, makanan dibakar/panggang, makanan yang diawetkan, minuman berkafein, dan bumbu berpenyedap (Riskesdar, 2007). Makanan asin cenderung menyebabkan hipertensi (Indrawati L et al, 2009) serta makanan dibakar/dipanggang dan makanan diawetkan dilaporkan menjadi pemicu terjadinya kanker saluran cerna (Jung KL et al, 1995). Oleh karena keterbatasan data dan waktu, maka variabel independen yaitu pola konsumsi makanan berisiko dibatasi pada pola konsumsi makanan berlemak dan makanan/minuman manis, sedangkan variabel dependen adalah kejadian obesitas yang merupakan data hasil laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. 1.4 PERUMUSAN MASALAH Apakah ada hubungan obesitas dan pola konsumsi makanan berisiko pada orang dewasa di provinsi Sulawesi Utara? 1.5 TUJUAN PENELITIAN 1.5.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan obesitas dan pola konsumsi makanan berisiko pada orang dewasa di provinsi Sulawesi Utara?

8 1.5.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, dan obesitas di Provinsi Sulawesi Utara. 2. Mengidentifikasi responden berdasarkan pola konsumsi makanan berlemak 3. Mengidentifikasi responden berdasarkan pola konsumsi makanan/ minuman manis. 4. Menganalisis hubungan obesitas dan pola konsumsi makanan makanan/ minuman manis pada orang dewasa di provinsi Sulawesi Utara. 5. Menganalisis hubungan obesitas dan pola konsumsi makanan berlemak pada orang dewasa di provinsi Sulawesi Utara. 1.6 MANFAAT PENELITIAN 1.6.1 Manfaat Bagi Praktisi Sebagai tambahan informasi hubungan obesitas dan pola konsumsi makanan manis dan berlemak, serta sebagai tambahan referensi tentang obesitas. 1.6.2 Manfaat Bagi Pendidikan Menambah pengetahuan bagi para mahasiswa kesehatan, khususnya mahasiswa Ilmu Gizi mengenai obesitas dan pola konsumsi makanan berlemak dan makanan manis.

9 1.6.3 Manfaat Bagi Peneliti Sebagai sarana penerapan pengetahuan ilmu gizi yang telah didapat selama kuliah dan sebagai sarana pendalaman pengetahuan tentang obesitas, serta sebagai syarat kelulusan Sarjana Gizi, Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul.