BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu : keterampilan

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh Indah Fajrina

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu: keterampilan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wulan Nurchasanah, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum tingkat satuan pendidikan sekolah dasar (KTSP) mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari semua bidang studi. Bahasa Indonesia berperan sebagai alat untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, membaca dan menulis. Menulis merupakan kegiatan yang produktif

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. terbatas oleh usia, ruang, dan waktu. Dalam situasi dan kondisi apapun apabila

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan

ALTERNATIF PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SD/MI TERHADAP MATERI MEMBANDINGKAN PECAHAN SEDERHANA

BAB I PENDAHULUAN. signifikan untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan. bangsa dan negara demi tercapainya sumber daya manusia yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari sikap kurang baik menjadi

PERPADUAN KONSEP METODE PEMBELAJARAN SOMATIS AUDITORY VISUAL INTELEKTUAL (SAVI) DENGAN METODE DRILL DALAM PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN AKUNTANSI

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Matematika dari dulu hingga sekarang merupakan mata pelajaran yang sarat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 PALU

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA DENGAN PENDEKATAN SAVI SISWA KELAS VIIIA SMP NEGERI 2 KEPOHBARU TAHUN PELAJARAN 2008/2009 Endang Tri Bawani

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sarana untuk berkomunikasi antar manusia. Bahasa sebagai alat. mempunyai kemampuan berbahasa yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan terhadap empat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. individu lainnya. Menurut Wibowo (Hidayatullah, 2009), bahasa adalah sistem

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS SAVI PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNTUK SEKOLAH DASAR KELAS III SEMESTER II.

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi dan salah satunya adalah menulis puisi. Puisi dalam Kamus Besar. penataan bunyi, irama, dan makna khusus; sajak.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fatmawati, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut UU tentang Sisdiknas No. 20 tahun 2003: terhadap manusia menuju ke arah yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERMAIN DRAMA MELALUI PENDEKATAN SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, INTELLEKTUAL (SAVI)

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS MELALUI PENDEKATAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, INTELEKTUAL)

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan ialah membaca di dalam sebuah puisi. Mata pelajaran Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain

PENERAPAN PROSEDUR SAVI DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA PRAKTIS

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dalam rangka membentuk manusia seutuhnya.

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN BAGI SISWA KELAS V SDN 2 NGALI KECAMATAN BELO KABUPATEN BIMA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Ketrampilan berbahasa (atau language atrs, language skills) dalam

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bidang pembangunan yang dapat perhatian serius dari pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, pengalaman, kreatifitas imajinasi manusia, sampai pada penelaahan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. membiasakan peserta didik aktif dalam kegiatan berbahasa secara lisan.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI MELALUI PENDEKATAN VAK PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 5 CILACAP TESIS. Diajukan Kepada

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No.20

Oleh Rosmindo Sitorus Prof. Dr. Rosmawaty, M.Pd

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan proses belajar mengajar Bahasa Indonesia di Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. 2008:73). Pada jaman dahulu dongeng disampaikan secara lisan sebelum

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMERANAN DRAMA. Kata Kunci : Metode Bermain Peran dan Pemeranan Drama

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 13 orang siswa perempuan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) a. Pengertian Pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual

I. PENDAHULUAN. berupa transformasi nilai-nilai, pengetahuan, teknologi, dan kemampuan.

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

MENGATASI KESULITAN MENULIS PUISI PADA SISWA SEKOLAH DASAR DENGAN MODEL SAVI. Supriyadi Universitas Muhammasdiyah Malang

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia

BAB I PENDAHULUAN. langsung tetapi juga dapat memahami informasi yang disampaikan secara

MODALITAS BELAJAR. Nama : Faridatul Fitria NIM : Prodi/SMT : PGMI A1/ V. : Ringkasan :

BAB I PENDAHULUAN. seorang pendidik yang mempunyai kompetensi, baik kompetensi pedagogik,

I. PENDAHULUAN. membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Melalui karya sastra, seseorang

ABSTRAK. Kata kunci: Memahami drama, menulis teks drama, model pembelajaran SAVI.

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya berlangsung dalam suatu proses yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengalaman, semangat, ide, pemikiran, dan keyakinan dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. menulis seseorang dapat menyampaikan hal yang ada dalam pikirannya.

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam dunia pendidikan, diajarkan mulai dari sekolah dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 KEEFEKTIFAN MODEL SOMATIS, AUDITORIS, VISUAL, INTELEKTUAL (SAVI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk berupaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

BAB I PENDAHULUAN. Retno Friethasari, 2015 PENERAPAN METODE STORY TELLING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu : keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan tersebut satu sama lain saling berhubungan (DEPDIKNAS, 2004). Dalam proses belajarmengajar, penguasaan keempat keterampilan tersebut sangat diperlukan, dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan siswa. Selain itu juga merupakan syarat bagi keberhasilan siswa dalam belajar. Berbicara merupakan suatu keterampilan, dan keterampilan tidak akan berkembang kalau tidak dilatih secara terus menerus. Oleh karena itu, kepandaian berbicara tidak akan dikuasai dengan baik tanpa dilatih. Apabila selalu dilatih, keterampilan berbicara tentu akan semakin baik. Sebaliknya jika tidak dilatih dan merasa malu, ragu, atau takut salah dalam berlatih berbicara, maka kepandaian berbicara itu semakin jauh dari penguasaan. Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya terdapat standar kompetensi No. 6 yaitu mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan bermain peran. Kemudian, kompetensi dasar yang harus dicapai siswa adalah Bermain peran sesuai dengan naskah yang di tulis siswa. Melalui pembelajaran ini, siswa diharapkan mampu menghayati watak tokoh yang akan diperankan, 1

2 mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama dan menanggapi penampilan dialog para tokoh dalam pementasan drama. Menurut Waluyo (2006:178) yang diperhatikan dalam penampilan memerankan sesuatu tokoh yaitu akting lebih dititikberatkan pada penghayatan tepat, dialog suara yang tepat, dan ekspresi. Menurut Suyoto (dalam Kartindari, 2012:3) kemampuan bermain peran lebih dititikberatkan pada pelafalan, intonasi, mimik, kinesik, dan penghayatan. Bermain drama merupakan dasar dari pada pengembangan kualitas berbicara agar menjadi lebih baik. Berdasarkan hasil observasi di lapangan, umumnya saat ini guru kurang menggunakan model pembelajaran yang bervariasi. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia guru lebih dominan menggunakan model ekspositori dan menggunakan perangkat pembelajaran seadanya. Model ini menuntut guru menyampaikan materi pelajaran secara verbal, yaitu bertutur secara lisan sehingga strategi ini diidentikan dengan ceramah. Penggunaan model ini dalam pengajaran memerankan tokoh mengakibatkan siswa kurang mendapat kesempatan melakukan praktik berbicara di depan orang lain, karena lebih banyak bersifat teori. Untuk mengatasi hal tersebut pemilihan model pembelajaran yang tepat akan sangat memberi arti bagi siswa, sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Untuk mengatasi masalah yang ditemukan maka diperlukan sebuah model atau strategi pembelajaran yang tepat terhadap kemampuan bermain drama. Salah satu Model yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan bermain drama adalah model SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual). Model pembelajaran SAVI merupakan suatu prosedur pembelajaran yang didasarkan atas

3 aktivitas yang dilakukan oleh pembelajar dengan melibatkan seluruh indra sehingga seluruh tubuh dan pikiran terlibat dalam proses belajar. Model ini bermaksud untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya. Ngalimun (2013 : 166) mengatakan bahwa, Pembelajaram SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Teori yang mendukung pembelajaran SAVI adalah Accelerated Learning, teori otak kanan / kiri, teori otak triune, pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik), teori kecerdasan ganda, pendidikan (holistic) menyeluruh, belajar berdasarkan pengalaman, belajar dengan simbol. Pembelajaran SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi seluruh tubuh, semua indera, dan segenap kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda. Mengkaitkan sesuatu dengan hakikat realitas yang nonlinear, nonmekanis, kreatif dan hidup. Model ini dilaksanakan dengan empat tahap penampilan hasil. Jadi, dalam pembelajaran bemain peran dengan model pembelajaran SAVI ini siswa dituntut untuk menggunakan semua indra dan pelaksanaan aktivitas yang menuntun siswa mampu melakukan kegiatan bermain drama dengan baik. Belajar berdasarkan aktivitas berarti bergerak aktif secara fisik ketika belajar, dengan memanfaatkan indra sebanyak mungkin dan membuat seluruh tubuh/ pikiran terlibat dalam proses belajar. Pelatihan konvensional cenderung membuat orang tidak aktif secara fisik dalam jangka waktu lama. Terjadilah kelumpuhan

4 otak dan belajar pun melambat layaknya merayap atau bahkan berhenti sama sekali. Mengajak orang untuk bangkit dan bergerak secara berkala akan menyegarkan tubuh, meningkatkan peredaran otak, dan dapat berpengaruh positif pada belajar. Gerakan fisik meningkatkan proses mental, bagian otak manusia yang terlibat dalam gerakan tubuh terletak tepat disebelah bagian otak yang digunakan untuk berpikir dan memecahkan masalah. Oleh karena itu, menghalangi gerakan tubuh berarti menghalangi gerakan tubuh berarti menghalangi pikiran untuk berfungsi maksimal. Sebaliknya melibatkan tubuh dalam belajar, cenderung membangkitkan kecerdasan secara terpadu manusia seutuhnya. Peserta didik adalah pembelajar yang hebat karena mereka menggunakan seluruh tubuh dan semua indra untuk belajar. Dapat kita bayangkan seorang peserta didik mempelajari sesuatu sambil duduk di ruang kelas untuk jangka waktu lama, tidak kita sadari bahwa hal yang sama berlaku pada kebanyakan orang dewasa. Belajar akan selalu terlambat jika kita memisahkan tubuh dan pikiran, mengabaikan tubuh, dan menekankan kesadaran rasional saja sebagai pintu gerbang menuju pikiran. Pembelajaran SAVI sejalan dengan gerakan Accelerated Learning (AL), maka prinsipnya juga sejalan dengan Accelerated Learning (AL) yaitu pertama pembelajaran melibatkan seluruh pikiran dan tubuh, pembelajaran berarti berkreasi bukan mengkonsumsi, kerjasama membantu proses pembelajaran, pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan, belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri dengan umpan balik, emosi positif sangat

5 membantu pembelajaran, dan otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis. (Meier, 2002 : 54) SAVI adalah singkatan dari somatis, auditori, visual dan intelektual. Apabila seluruh pembelajaran dapat melibatkan seluruh unsur SAVI ini, pembelajaran akan berlangsung efektif sekaligus atraktif. Pembelajaran tidak otomatis meningkat dengan menyuruh orang berdiri dan bergerak ke sana kemari. Akan tetapi menggabungkan gerakan titik dengan aktivitas Intelektual dan penggunaan semua indra dapat berpengaruh besar pada pembelajaran. Dave Meier menamakan ini dengan sebutan pembelajaran SAVI. Unsur-unsurnya adalah Somatis yaitu belajar dengan bergerak dan berbuat, Auditori yaitu belajar dengan berbicara dan mendengar, Visual yaitu belajar dengan mengamati dan menggambarkan dan keempat Intelektual yaitu belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Keempat cara belajar ini harus ada agar belajar berlangsung optimal karena unsur-unsur ini semuanya terpadu. Belajar yang paling baik bisa berlangsung jika semuanya itu digunakan secara simultasi. Sedangkan Model pembelajaran ekspositori bertolak dari pandangan bahwa tingkah laku kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru/pengajar. Hakikat mengajar menurut pandangan ini adalah menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa. Biasanya guru menyampaikan informasi mengenai bahan pengajaran dalam bentuk penjelasan dan penuturan secara lisan yang dikenal dengan istilah kuliah dan ceramah. Dalam model pembelajaran ini, siswa diharapkan dapat menangkap dan mengingat informasi yang telah diberikan guru.

6 Komunikasi yang digunakan guru dalam interaksinya dengan siswa, menggunakan komunikasi satu arah atau komunikasi sebagai aksi. Oleh sebab itu, kegiatan belajar siswa kurang optimal, sebab terbatas kepada mendengarkan uraian guru dan mencatat. Pembelajaran ekspositori menunjukkan bahwa guru berorientasi aktif, lebih banyak melakukan aktivitas dibandingkan siswanya karena guru telah mengelola dan mempersiapkan bahan ajar secara tuntas sedangkan siswa berperan lebih pasif tanpa banyak melakukan pengolahan bahan, karena hanya menerima bahan ajaran yang disampaikan oleh guru. Kemampuan bermain drama adalah kesanggupan untuk memainkan sebuah drama sebagai seorang pemain (aktor/aktris) dengan akting dan juga menggunakan alat ekspresinya (vokal, ekspresi, gerak tubuh, penghayatan peran dan keselarasan) sebaik mungkin dalam sebuah pementasan drama. Melalui media (modul) ini mudah-mudahan motivasi siswa untuk lebih menyukai pembelajaran pementasan drama lebih mudah. Hal-hal sebagaimana dipaparkan di atas, melatarbelakangi penulis untuk membahas tesis dengan judul: Pengembangan Bahan Ajar Bermain Drama dengan Model Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual) pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya Tahun Pembelajaran 2016/2017. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

7 1. Apakah pengembangan bahan ajar bermain drama dengan model SAVI layak digunakan dalam pembelajaran bermain peran drama pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya? 2. Bagaimanakah respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan bahan ajar bermain drama dengan model SAVI pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya? 3. Bagaimanakah hasil validasi bahan ajar bermain drama dengan model pembelajaran SAVI dapat meningkatkan kemampuan bermain drama pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya? C. Tujuan Pengembangan Sesuai dengan identifikasi masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai adalah untuk : 1. Mengetahui kelayakan bahan ajar bermain drama pembelajaran Bahasa Indonesia untuk pembelajaran bermain drama pada siswa kelas VIII pada siswa SMP Negeri 2 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya, 2. Mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan bahan ajar bermain drama dengan model SAVI pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya, 3. Memperoleh gambaran validasi bahan ajar model pembelajaran SAVI pada pembelajaran bermain drama pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya.

8 D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini di bagi atas manfaat teoritis serta manfaat praktis : 1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat menambah referensi dalam khazanah ilmu pengetahuan ilmiah dalam pembelajarn drama, khususnya pembelajaran bermain peran drama dengan menggunakan model SAVI. 2. Secara Praktis Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi : a. Siswa, dengan model SAVI sebagai alternatif pembelajaran pementasan drama, siswa dapat lebih mudah dalam mempelajari seni drama, b. Guru Sekolah Menengah Pertama khususnya pengampu mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang di dalamnya terdapat mata pelajaran drama. Pada tataran ini para guru dapat menggunakan model SAVI, sehingga efektivitas pembelajaran pementasan drama dapat tercapai, c. Peminat pendidikan, dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai tambahan ilmu pengetahuan khususnya pembelajaran pementasan drama dengan menggunakan model SAVI.