ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN SARJANA KATOLIK INDONESIA SANCTUS ALBERTUS MAGNUS. BAB I Lambang dan Atribut Organisasi

dokumen-dokumen yang mirip
ANGGARAN DASAR IKATAN SARJANA KATOLIK INDONESIA SANCTUS ALBERTUS MAGNUS PEMBUKAAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI SMA NEGERI DELAPAN JAKARTA

AD/ART PPI UT Pokjar Kuala Lumpur

AD KAI TAHUN 2016 PEMBUKAAN

Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Pelajar Indonesia di Jerman

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN SURVEYOR INDONESIA BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1. Pasal 2. Pasal 3

ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN INDONESIA

:: LDII Sebagai Ormas/Anggaran Rumah Tangga:

ANGGARAN DASAR IKATAN PUSTAKAWAN INDONESIA PERIODE

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA INFORMATIKA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

ANGGARAN DASAR KONGRES ADVOKAT INDONESIA (PERUBAHAN PERTAMA) TAHUN 2016 PEMBUKAAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT AKUNTAN MANAJEMEN INDONESIA TAHUN 2009 BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1 KETENTUAN UMUM

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI KONTRAKTOR TATA LINGKUNGAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1 LANDASAN PENYUSUNAN

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA U-GREEN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PENDIDIK DAN PENELITI BAHASA DAN SASTRA (APPI-BASTRA) BAB I PENGERTIAN UMUM

ANGGARAN DASAR & ATURAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI UNPAR (IKA UNPAR)

KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL PERHIMPUNAN AHLI EPIDEMIOLOGI INDONESIA NOMOR: 06/MUNAS/PAEI/2013

RANCANGAN TATA TERTIB MUSYAWARAH LOKAL XII ORARI LOKAL GARUT

MUSYAWARAH DAN RAPAT KERJA NASIONAL IKATAN LEMBAGA MAHASISWA PSIKOLOGI INDONESIA ( ILMPI ) PSIKOLOGI BERSATU DEMI NUSANTARA

ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN ANAK TRANSMIGRAN REPUBLIK INDONESIA ( P A T R I ) MUKADIMAH

ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN RUMAH TANGGA JARINGAN MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA (JMKI)

DRAFT ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN KELUARGA ALUMNI TEKNIK KIMIA (IKA TEKNIK KIMIA) POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI KONTRAKTOR MEKANIKAL ELEKTRIKAL INDONESIA ( A S K O M E L I N ) BAB I UMUM Pasal 1 DASAR 1. Anggaran Rumah Tangga ini

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH PERUBAHAN KE VII

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN RUMAH TANGGA KOMITE NASIONAL PEMUDA INDONESIA K N P I

Lampiran SURAT KEPUTUSAN Nomor: 007/MUNASLUB/APKOMINDO/III/2014. Tentang

ANGGARAN RUMAH TANGGA

AIBI ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA. Asosiasi Inkubator Bisnis Indonesia (Indonesian Business Incubator Association)

ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN HOTEL & RESTORAN INDONESIA. Disempurnakan Pada Munas XV Februari 2010

MUSYAWARAH NASIONAL IX HISKI HIMPUNAN SARJANA-KESUSASTRAAN INDONESIA (HISKI)

IKATAN KELUARGA ALUMNI PENDIDIKAN KESEHATAN PANTI RAPIH (IKADIKTIRA) Sekretaris Akper Panti Rapih Jl. Kaliurang KM 14 Yogyakarta (0274)

PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN NOTARIS INDONESIA HASIL RAPAT PLENO PENGURUS PUSAT YANG DIPERLUAS DI BALIKPAPAN, 12 JANUARI 2017

BAB I KETENTUAN UMUM

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IMMG ITB

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA FISIKA UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT AKUNTAN MANAJEMEN INDONESIA ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT AKUNTAN MANAJEMEN INDONESIA TAHUN 2016

DPN APPEKNAS ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PENGUSAHA PELAKSANA KONTRAKTOR DAN KONSTRUKSI NASIONAL

PENGURUS PUSAT PERHIMPUNAN ERGONOMI INDONESIA INDONESIAN ERGONOMIC SOCIETY

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

ANGGARAN DASAR. ASOSIASI KONTRAKTOR KETENAGALISTRIKAN INDONESIA (Association of Indonesia Electrical Contractors) A K L I N D O

ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA

DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Kampus IPB Darmaga, Wing barat rektorat lt. 1

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA (AIPTKMI) BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 BAB II KEANGGOTAAN

ANGGARAN DASAR BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I NAMA, WAKTU, DAN KEDUDUKAN. Pasal 1

ANGGARAN DASAR. Research Study Club Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya BAB I NAMA, WAKTU, DAN TEMPAT KEDUDUKAN

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PHRTSB SE- INDONESIA

ANGGARAN DASAR DEWAN PENGURUS PUSAT IKATAN KELUARGA ALUMNI INSTITUT MANAJEMEN KOPERASI INDONESIA MUKADIMAH

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

IKATAN ARSITEK INDONESIA ANGGARAN DASAR

ASOSIASI AHLI MANAJEMEN ASURANSI INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANTROPOLOGI INDONESIA

ANGGARAN DASAR SERIKAT PEKERJA PT INDOSAT BAB I NAMA, SIFAT, JANGKA WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN. Pasal 1 Nama

PERHIMPUNAN BANTUAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA INDONESIA INDONESIAN LEGAL AID AND HUMAN RIGHTS ASSOCIATION

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan KeluaRga Anak Riau Telkom University

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERSEKUTUAN GEREJA KRISTEN PERJANJIAN BARU

ANGGARAN DASAR ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA (ASTTI)

ANGGARAN DASAR/ANGGARAN RUMAH TANGGA SERIKAT KARYAWAN PT ANGKASA PURA II (PERSERO) (SEKARPURA II) PEMBUKAAN

Halaman PEMBUKAAN

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pasal 15

Anggaran Rumah Tangga Daihatsu Zebra Club (ZEC)

BAB I STATUS PERKUMPULAN. Pasal 1

1 A D I A R T I I K A L U N I D U A P U L U H D U A B E L A S

IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH. BAB I WAKTU DAN LAMBANG Pasal 1 Milad Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah tanggal 14 Maret.

ANGGARAN DASAR FEDERASI PANJAT TEBING INDONESIA

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI STEMBAYO

ANGGARAN DASAR IKATAN SENAT MAHASISWA PETERNAKAN INDONESIA (ISMAPETI) HASIL MUNAS XIII Universitas Muhammadiyah Malang Januari 2015 MUKADDIMAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG

RANCANGAN TATA TERTIB KONGRES IJTI KE-5 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

KONGRES XI IKATAN SARJANA PETERNAKAN INDONESIA Nomor : 05/KONGRES XI-ISPI/XI/2014. Tentang: ANGGARAN DASAR/ANGGARAN RUMAH TANGGA (AD/ART)

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN PELAJAR DAN MAHASISWA INDONESIA DI PHILIPPINA (PPMIP)

ISMKMI Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia Indonesian Public Health Student Executive Board Association

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA FEDERASI ARUNG JERAM INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA SERIKAT KARYAWAN PT WIJAYA KARYA BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1. Prosedur Keanggotaan

ANGGARAN DASAR ( AD ) GAKESLAB INDONESIA

Musyawarah Nasional VI Ikatan Refraksionis Optisien Indonesia. Tata Tertib Musyawarah Nasional

Anggaran dasar/anggaran Rumah Tangga HIMAFI ITB ANGGARAN DASAR MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR/ ANGGARAN RUMAH TANGGA (AD/ART), PROGRAM KERJA DAN KODE ETIK AHLI GIZI

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI BADAN USAHA MILIK DESA SE INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA SEVENIST CLUB ALUMNI SMA 7 JAKARTA

ANGGARAN DASAR IKATAN ORTODONTIS INDONESIA (IKORTI) ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ORTODONTIS INDONESIA (IKORTI)

BAB I UMUM. Pasal 1 LANDASAN PENYUSUNAN

ANGGARAN DASAR IKATAN JURNALIS TELEVISI INDONESIA (IJTI)

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN INDONESIA MUKADIMAH

IKATAN ZEOLIT INDONESIA (Indonesian Zeolite Association)

ANGGARAN RUMAH TANGGA PERSATUAN GOLF INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1 DASAR BAB II UMUM. Pasal 2 SYARAT SYARAT MENJADI ANGGOTA

ANGGARAN DASAR PERSATUAN PERUSAHAAN GRAFIKA INDONESIA (INDONESIA PRINT MEDIA ASSOCIATION) MUKADIMAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERSATUAN PERAWAT GIGI INDONESIA

MERCEDES BENZ CLUB MEDAN (MBCM) ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PELAKU PARIWISATA INDONESIA ( AD/ART ASPPI )

ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA TAEKWONDO INDONESIA

Transkripsi:

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN SARJANA KATOLIK INDONESIA SANCTUS ALBERTUS MAGNUS BAB I Lambang dan Atribut Organisasi Pasal 1 Lambang organisasi ISKA mempunyai unsur-unsur: 1. Bokor: yang tertulis ISKA, artinya ialah wadah atau tempat berhimpun para sarjana/cendekiawan Katolik tanpa membedakan profesi dan asal maupun keturunan. 2. Padi dan Kapas: yang menghiasi dan memberi isi pada ISKA, berarti mengutamakan keseimbangan antara pengabdian pada masyarakat dan kesejahteraan sosial bagi anggota-anggotanya. 3. Kitab/Buku: artinya ilmu pengetahuan perlu dikembangkan oleh/dan di kalangan ISKA dan masyarakat. 4. Salib: semangat cinta kasih Kristus atau jiwa Katolik mengilhami ISKA dalam berkarya. 5. Warna Dasar Kuning: menunjukkan semangat Kekatolikan. Pasal 2 1. Mars ISKA dan penggunaannya ditetapkan oleh Musyawarah Nasional. 2. Bendera dan kartu tanda anggota di tingkat Cabang dan penggunannya diatur melalui keputusan Presidium Pusat. BAB II Kegiatan Pasal 3 1. Kegiatan internal organisasi: a. Mengadakan kegiatan kerohanian/pendalaman iman. b. Mengadakan kaderisasi anggota. c. Mengadakan pertemuan-pertemuan ilmiah. d. Menyelenggarakan acara-acara kekeluargaan. e. Dan lain-lain sesuai dengan ketetapan pengurus. 2. Kegiatan eksternal organisasi: a. Mengadakan komunikasi dengan hierarki dan pemerintah. b. Mengadakan komunikasi dan kerjasama dengan organisasi/lembaga lainnya. c. Mengadakan kegiatan pelayanan kepada masyarakat. d. Dan lain-lain sesuai dengan ketetapan pengurus. 1

BAB III Keanggotaan Pasal 4 1. Permintaan untuk menjadi anggota biasa disampaikan secara tertulis kepada Dewan Pimpinan Cabang. 2. Dewan Pimpinan Cabang menerima atau menolak permintaan tersebut dalam waktu selambat-lambatnya tiga puluh hari setelah menerima permintaan, melalui rapat Dewan Pimpinan Cabang. Pasal 5 1. Permintaan untuk menjadi anggota luar biasa diajukan secara tertulis kepada Presidium Pusat melalui Dewan Pimpinan Cabang berdasarkan rekomendasi Dewan Pimpinan Daerah. 2. Dewan Pimpinan Daerah segera meneruskan surat permintaan tersebut kepada Presidium Pusat disertai pertimbangan-pertimbangan. 3. Presidium Pusat setelah memperhatikan pertimbangan-pertimbangan Dewan Pimpinan Cabang dan Dewan Pimpinan Daerah memutuskan untuk menerima atau menolak permintaan tersebut dalam waktu selambat-lambatnya 40 hari setelah menerima permintaan tersebut. Pasal 6 1. Penetapan sebagai anggota kehormatan diberikan oleh Musyawarah Nasional kepada mereka yang diakui telah berjasa luar biasa kepada ISKA. 2. Usulan menjadi anggota kehormatan dilakukan melalui Dewan Pimpinan Cabang berdasarkan rekomendasi Dewan Pimpinan Daerah yang diajukan kepada Presidium Pusat, untuk mendapat persetujuan Musyawarah Nasional yang disertai pertimbangan-pertimbangan. 3. Dalam hal khusus, Presidium Pusat dapat mengangkat anggota kehormatan yang akan dipertanggungjawabkan dalam Musyawarah Nasional. BAB IV Hak dan Kewajiban Anggota Pasal 7 1. Setiap anggota berhak untuk mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh ISKA. 2. Anggota luar biasa dan anggota kehormatan mempunyai hak memberikan pendapat dan saran-saran. Pasal 8 1. Setiap anggota wajib mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta peraturan-peraturan lain yang ditetapkan oleh ISKA. 2. Setiap anggota wajib menjunjung tinggi nama baik ISKA. 3. Anggota biasa dan anggota luar biasa wajib membayar iuran anggota. 2

Pasal 9 Keanggotaan berakhir karena: 1. Permintaan berhenti secara tertulis sebagai anggota. 2. Meninggal dunia. 3. Diberhentikan dengan tidak hormat karena terbukti melanggar AD/ART dan ketentuan organisasi. Pasal 10 1. Permintaan berhenti secara tertulis ditujukan kepada Presidium Pusat melalui Dewan Pimpinan Cabang. 2. Anggota biasa dan luar biasa yang merugikan ISKA dapat diberhentikan oleh Dewan Pimpinan Cabang dan anggota yang diberhentikan berhak melakukan pembelaan diri dalam Musyawarah Cabang. 3. Pembelaan dianggap telah dilakukan apabila anggota yang bersangkutan tidak bersedia membela diri atau pun tidak hadir dalam Musyawarah Cabang setelah dipanggil tiga kali berturut-turut secara tertulis dalam jangka waktu 60 hari. 4. Pengiriman surat panggilan dilaksanakan melalui pos tercatat/bukti ekspedisi 5. Apabila anggota biasa tersebut juga menduduki jabatan dalam kepengurusan ISKA, terlebih dahulu Presidium Pusat memberhentikan yang bersangkutan dari jabatannya. 6. Presidium Pusat mempertanggungjawabkan tindakan pemberhentian tersebut di dalam Musyawarah Nasional yang berikutnya. Pasal 11 1. Anggota kehormatan yang melakukan tindakan yang merugikan ISKA dapat dicabut keanggotaannya oleh Presidium Pusat. 2. Yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri di depan Rapat Presidium Pusat. 3. Pembelaan dianggap telah dilakukan apabila anggota yang bersangkutan tidak bersedia membela diri atau pun tidak hadir dalam Rapat Presidium Pusat setelah dipanggil tiga kali berturut-turut baik secara tertulis dalam jangka waktu 90 hari. 4. Pengiriman surat panggilan dilaksanakan melalui pos tercatat/bukti ekspedisi 5. Presidium Pusat mempertanggungjawabkan tindakan pencabutan keanggotaan kehormatan tersebut di dalam Musyawarah Nasional yang berikutnya. BAB V Keorganisasian Pasal 12 Cabang 1. Cabang dapat didirikan di ibukota kabupaten atau kota, apabila terdapat sekurang-kurangnya lima orang yang mempunyai syarat-syarat sebagai anggota biasa. 3

2. Calon Cabang harus mengajukan permintaan pengesahan sebagai Cabang kepada Presidium Pusat berdasarkan rekomendasi Dewan Pimpinan Daerah dan akan dikukuhkan dalam SK Presidium Pusat. 3. Dalam hal disatu Propinsi belum terbentuk Dewan Pimpinan Daerah, maka pengajuan Cabang baru ditujukan kepada Presidium Pusat. 4. Pengesahan dan pelantikan dilakukan oleh Presidium Pusat atau yang ditunjuk mewakili Presidium Pusat. 5. Dewan Pimpinan Cabang berwenang untuk menjalankan organisasi berdasarkan AD/ART dan peraturan organisasi yang berlaku. 6. Untuk mendukung kegiatan organisasi, Dewan Pimpinan Cabang dapat membentuk lembaga otonom yang kepengurusannya diatur dalam peraturan organisasi ditingkat cabang. Pasal 13 Daerah 1. Dewan Pimpinan Daerah dibentuk sekurang-kurangnya oleh 3 Dewan Pimpinan Cabang berdasarkan musyawarah daerah. 2. Dalam situasi Dewan Pimpinan Cabang belum terbentuk, maka Presidium Pusat dapat menetapkan Dewan Pimpinan Daerah. 3. Dewan Pimpinan Daerah berwenang untuk menjalankn organisasi berdasarkan AD/ART dan peraturan organisasi yang berlaku serta koordinasi/pembinaan terhadap Dewan Pimpinan Cabang pada wilayahnya. 4. Untuk mendukung kegiatan organisasi, Dewan Pimpinan Daerah dapat membentuk lembaga otonom yang kepengurusannya diatur dalam peraturan organisasi ditingkat daerah. Pasal 14 Pusat 1. Presidium Pusat bertugas untuk menyelenggarakan roda organisasi secara nasional. 2. Presidium Pusat berhak membekukan dan atau membubarkan Dewan Pimpinan Cabang / Dewan Pimpinan Daerah yang melakukan tindakan merugikan nama baik ISKA atau pelanggaran berat terhadap keputusan/ketetapan/kebijaksanaan organisasi yang lebih tinggi dari keputusan musyawarah Cabang/ Musyawarah Daerah. 3. Dewan Pimpinan Cabang / Dewan Pimpinan Daerah tersebut diberi kesempatan untuk membela diri di depan Rapat Presidium Pusat. 4. Pembelaan dianggap telah dilakukan apabila Dewan Pimpinan Cabang / Dewan Pimpinan Daerah tersebut tidak bersedia membela diri atau pun tidak hadir dalam Rapat Presidium setelah dipanggil tertulis tiga kali berturut-turut dalam jangka waktu 60 hari. 5. Presidium Pusat akan mempertanggungjawabkan tindakan pembekuan atau pembubaran di dalam Musyawarah nasional yang berikutnya. 6. Pengiriman surat panggilan dilaksanakan melalui pos tercatat/bukti ekspedisi 4

BAB VI Pengaturan Keuangan Pasal 15 1. Besarnya iuran/uang pangkal ditetapkan Musyawarah Cabang. 2. Perolehan iuran disetorkan 10% (sepuluh persen) ke Dewan Pimpinan Daerah yang penggunaannya dipertanggungjawabkan kepada Musyawarah Daerah. 3. Perolehan iuran disetorkan 10% (sepuluh persen) ke Presidium Pusat yang penggunaannya dipertanggungjawabkan kepada Musyawarah Nasional. 4. Perolehan iuran sebesar 80 % (Delapan puluh persen) diperuntukkan bagi oleh Dewan Pimpinan Cabang yang penggunaannya dipertanggungjawabkan kepada Musyawarah Cabang. 5. Jumlah minimum dan jumlah maksimum iuran/uang pangkal dimasukkan dalam kebijaksanaan umum yang ditetapkan pada Musyawarah Nasional. 6. Pengaturan keuangan diselenggarakan oleh bendahara secara akuntabel. 7. Laporan keuangan dipertanggungjawabkan sebagai bagian dari laporan pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Cabang / Dewan Pimpinan Daerah /Presidium Pusat. BAB VII Musyawarah-musyawarah, Rapat Kerja dan Rapat Pengurus Pasal 16 Segala permasalahan yang timbul dalam ISKA dibicarakan secara musyawarah dan mufakat, dengan semangat kekeluargaan tanpa mengurangi hak Presidium Pusat dan DPC/ DPD untuk menjalankan kebijakannya. Pasal 17 Musyawarah-musyawarah 1. Musyawarah Nasional diselenggarakan oleh Presidium Pusat. 2. Musyawarah Nasional Luar Biasa dapat diselenggarakan atas inisiatif Presidium Pusat atau Dewan Pimpinan Cabang / Dewan Pimpinan Daerah apabila sekurang-kurangnya 2/3 jumlah Dewan Pimpinan Cabang dan 2/3 Jumlah Dewan Pimpinan Daerah menyetujuinya, dengan tujuan yang jelas dan dilengkapi dengan uraian tentang alasan penyelenggaraan Musyawarah Nasional Luar Biasa. 3. Permintaan tersebut harus dipenuhi dalam jangka waktu selambat-lambatnya 90 hari setelah diterimanya surat permintaan, dan dipandang relevan dengan situasinya. Pasal 18 1. Musyawarah Nasional dianggap sah bila dihadiri oleh wakil-wakil dari sekurang-kurangnya lebih dari separuh jumlah Dewan Pimpinan Daerah dan Dewan Pimpinan Cabang. 5

2. Bila jumlah Dewan Pimpinan Daerah dan Dewan Pimpinan Cabang yang diwakili kurang dari separuh, maka keputusan dianggap sah bila memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Dewan Pimpinan Daerah dan Dewan Pimpinan Cabang yang tidak hadir harus memberikan alasan ketidakhadirannya atau memberikan mandat kepada Dewan Pimpinan Daerah atau Dewan Pimpinan Cabang yang terdekat atau langsung ke Presidium Pusat. b. Apabila Dewan Pimpinan Daerah dan Dewan Pimpinan Cabang tersebut tidak dapat hadir dan tidak memberikan mandat, dianggap menerima semua keputusan-keputusan Musyawarah Nasional. c. Undangan kepada Dewan Pimpinan Daerah dan Dewan Pimpinan Cabang dilakukan melalui surat tercatat, dikirimkan sekurang-kurangnya satu bulan sebelum tanggal penyelenggaraan Musyawarah Nasional /Musyawarah Nasional Luar Biasa. Pasal 19 1. Musyawarah Daerah diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Daerah. 2. Musyawarah Daerah dalam satu provinsi berfungsi untuk merumuskan kebijakan dan program strategis ISKA di tingkat propinsi, menerima pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Daerah dan memilih ketua Dewan Pimpinan Daerah. 3. Undangan dikirimkan kepada Dewan Pimpinan Cabang dengan bukti ekspedisi/tercatat/ sekurang-kurangnya sepuluh hari sebelum hari/tanggal diselenggarakannya Musyawarah Daerah. 4. Musyawarah Daerah Luar Biasa dapat diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Daerah atau Dewan Pimpinan Cabang apabila sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah Dewan Pimpinan Cabang menyetujuinya, dengan maksud yang jelas dan disertai tentang alasannya. 5. Permintaan tersebut harus dipenuhi dalam jangka waktu selambat-lambatnya 30 hari setelah diterimanya surat permintaan, bila relevan dengan situasinya. Pasal 20 1. Musyawarah Cabang diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Cabang. 2. Musyawarah Cabang dianggap sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya lebih dari separuh anggotanya. 3. Undangan dikirimkan kepada anggota dengan bukti ekspedisi/tercatat/ sekurang-kurangnya sepuluh hari sebelum hari/tanggal diselenggarakannya Musyawarah Cabang. 4. Bila quorum tidak tercapai, maka Musyawarah Cabang dianggap sah apabila pertemuan telah ditunda selama satu setengah jam dari saat dinyatakan dibuka oleh Pimpinan/Ketua Dewan Pimpinan Cabang atau yang mewakilinya. 5. Musyawarah Cabang Luar Biasa dapat diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Cabang atau anggota apabila sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota menyetujuinya, dengan maksud yang jelas dan disertai tentang alasannya. 6. Permintaan tersebut harus dipenuhi dalam jangka waktu selambat-lambatnya 30 hari setelah diterimanya surat permintaan, bila relevan dengan situasinya. 6

Pasal 21 Rapat Pimpinan 1. Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) a. Rapimnas merupakan Rapat antara Presidium Pusat, Dewan Pimpinan Daerah dan Dewan pimpinan Cabang untuk membahas hal-hal penting menyangkut perjalanan dan perkembangan organisasi serta mengkaji masalah aktual yang terjadi dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan meng-gereja. b. Rapimnas diselenggarakan pada setiap tahun kedua dari tiga tahun masa bakti Presidium Pusat. 2. Rapat Pimpinan Daerah (Rapimda) a. Rapimda merupakan rapat antara Dewan Pimpinan Daerah dan Dewan Pimpinan Cabang di wilayahnya, membahas hal-hal penting menyangkut perjalanan dan perkembangan organisasi. b. Rapimda diselenggarakan pada setiap tahun kedua dari tiga tahun masa bakti Dewan Pimpinan Daerah.. 3. Rapat Kerja Cabang (Rakercab) a. Rapat Kerja Cabang merupakan rapat kerja antara Pengurus harian Dewan Pimpinan Cabang, bidang-bidang dan lembaga dalam cabang tersebut untuk membahas hal-hal penting menyangkut perjalanan dan perkembangan organisasi. b. Rapat Kerja cabang diselenggarakan pada setiap tahun, mengevaluasi program kerja tahun yang telah berjalan dan menjabarkan program pokok masa bakti Dewan Pimpinan Cabang untuk tahun berikutnya. Pasal 22 Rapat Pengurus 1. Rapat rutin Presidium Pusat, Dewan Pimpinan Daerah, dan Dewan Pimpinan Cabang sedapatnya diadakan sebulan sekali. 2. Rapat Presidium Pusat untuk mendengarkan pembelaan dilaksanakan setelah pemberitahuan tertulis kepada Dewan Pimpinan Daerah dan Dewan Pimpinan Cabang dengan bukti ekspedisi/tercatat, dan dapat dihadiri oleh utusan-utusan Dewan Pimpinan Daerah dan utusan-utusan Dewan Pimpinan Cabang. BAB VIII Keputusan/Ketetapan/Kebijaksanaan Organisasi Pasal 23 Tingkatan/susunan keputusan, ketetapan dan kebijaksanaan organisasi adalah sebagai berikut: 1. Keputusan/ketetapan Musyawarah Nasional/Musyawarah Nasional Luar Biasa. 2. AD/ART. 3. Keputusan Presidium Pusat. 4. Peraturan Organisasi (PO). 7

5. Ketetapan-ketetapan hasil rapat pimpinan nasional (Rapimnas). Pasal 24 Perubahan Anggaran Rumah Tangga Perubahan Anggaran Rumah Tangga dilaksanakan dalam Musyawarah Nasional. BAB IX Lain-lain Pasal 25 Segala sesuatu yang belum diatur dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga, diatur dalam bentuk keputusan, ketetapan, kebijaksanaan organisasi yang lebih rendah. 8