BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterampilan (Hakim dalam Munawar, 2009: 06). Sejalan dengan pendapat. sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

dokumen-dokumen yang mirip
II. LANDASAN TEORI. Menulis adalah suatu proses kegiatan menuangkan pikiran manusia yang hendak

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu.

PEMBELAJARAN MENULIS. oleh Isah Cahyani Diadaptasi dari berbagai sumber dan hasil diskusi

BAB 2 UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DAN METODE AKTIF-REFLEKTIF

PEMBELAJARAN MENULIS SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ALFA (EKSPERIMEN KUASI)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas

I. PENDAHULUAN. dapat dipisahkan antara satu sama lain. Keempat komponen itu ialah keterampilan

2. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMP/MTs

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 MEDIA KARIKATUR DAN KARANGAN NARASI. Sadiman, 1984:6) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen

BAB II LANDASAN TEORI. dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

CONTOH KARANGAN ILMIAH, SEMI ILMIAH & NON ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitan Betta Anugrah Setiani, 2013

BAB II KAJIAN TEORITIS Kedudukan Pembelajaran Menyimpulkan Isi Bacaan dalam KTSP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran, terutama keterampilan kebahasaan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan berdasarkan dua sudut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu

BAB II LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Sugono,2008:1744) dinyatakan

Sifat dan Bentuk Karangan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran yang menghasilkan interaksi antara guru dan anak

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

KOHESI GRAMATIKAL ANTARKALIMAT DAN ANTARPARAGRAF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI KELAS X SMA NEGERI I SUKODONO KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB II MODEL KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DALAM MENULIS PANTUN

BAB II KAJIAN TEORI. adalah membuat huruf, angka, dan sebagainya dengan pena, pensil, cat, dan

BAB I PENDAHULUAN. sampai ke perguruan tinggi, oleh karena itu semestinya diadakan penelitian dalam

JENIS TULISAN. Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 12 KONAWE SELATAN. ANDI SUSI SURIANA PUSPITA DEWI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa dibagi

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi. dikonsentrasikan secara penuh agar mendapat hasil yang benar-benar

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kemampuan mengamati, kemampuan menilai, kemampuan menyimpulkan, kemampuan bertanya, dan kemampuan menjawab pertanyaan.

I. PENDAHULUAN. secara kreatif dapat memikirkan sesuatu yang baru. berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan hendaknya berupa kata-kata

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia menempatkan bahasa Indonesia sebagai salah satu

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENULIS TEKS PERCAKAPAN MELALUI MEDIA GAMBAR DI KELAS IV SDN 1 LIMBOTO KECAMATAN LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Menurut Lorsbach (dalam Suyatna, 2008: ), bahwa

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sekolah. Lerner (dalam Mulyono, 2003:224) berpendapat bahwa menulis adalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan

BAB II LANDASAN TEORI

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS SKRIPSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal,

PENGGUNAAN TEKNIK WAWANCARA DALAM PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 CISURUPAN KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar dikatakan berhasil apabila siswa dianggap

II. LANDASAN TEORI. menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan. Dalam bukunya, Akhadiah

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Dewi Arini 1 Korespondensi berkenaan dengan artikel dapat dialamatkan ke-

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam penerapan pendekatan, metode, dan teknik dalam pengajaran

BAB II KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF EKSPOSISI. Menulis memiliki berberapa definisi. Menurut Tarigan (1994:3) Menulis

BAB I PENDAHULUAN. Risma Dwi Saraswati, SISWA SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

KETERAMPILAN MENULIS TEKSPROSEDUR KOMPLEKS SISWA KELAS X MIA 5 SMA NEGERI 4 PONTIANAK

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun 2012

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. bahasa itu akan dimengerti orang lain atau pembaca bila dituangkan dalam bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

SKRIPSI OLEH RAHMAWATI NIM A1B ABSTRAK

KAJIAN PUSTAKA. Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang

Keterampilan Dasar Menulis

K BAB I PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Graaves dalam Masnur Muslich (2010:121). Fungsi dasar pengajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN MODEL PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS III DI SEKOLAH DASAR BAWAMAI PONTIANAK KOTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, berbagi pengalaman belajar, dan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

BAB II KETERAMPILAN MENULIS LAPORAN PERJALANAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE GROUP RESUME

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan seni. Peningkatan pengetahuan berbahasa Indonesia berhubungan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain keterampilan (Hakim dalam Munawar, 2009: 06). Sejalan dengan pendapat tersebut Daryanto (2009: 2) mengemukakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Skinner (dalam Dimyati dan Mujiono, 2009: 9) belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, responnya menjadi lebih baik dan sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Secara jelas Thorndike (dalam Ruseffendi, 1997: 184) mengemukakan beberapa hukum belajar yang dikenal dengan sebutan Law of Effect. Menurut hukum ini belajar akan lebih berhasil bila respon siswa terhadap suatu stimulus, segera diikuti dengan rasa senang atau kepuasan, biasa disebut dengan teori stimulus-respon.

10 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu secara menyeluruh, sebagai bentuk pengalaman individu tersebut dalam interaksi dengan lingkungannya. 2.2 Pengertian Aktivitas Belajar Dalam Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dinyatakan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan mengolah pengalaman dan atau praktik dengan cara mendengar, membaca, menulis, mendiskusikan, merefleksikan rangsangan, dan memecahkan masalah. Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa keterampilan-keterampilan dasar sedangkan kegiatan psikis berupa keterampilan terintegrasi. Keterampilan dasar yaitu mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Sedangkan keterampilan terintegrasi terdiri dari mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antarvariabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen (Juliantara, 2010: 04). Selanjutnya Nasution (1986: 88) menyatakan bahwa aktivitas adalah asas yang terpenting, oleh sebab belajar sendiri merupakan suatu kegiatan.

Dengan demikian aktivitas merupakan kegiatan atau kesibukan siswa sebagai objek dalam penelitian ini. 11 Penulis dapat menyimpulkan bahwa aktivitas belajar ialah kegiatan yang dilakukan sehingga terjadi perubahan tingkah laku, nilai-nilai sikap dan keterampilan pada siswa sebagai akibat dari latihan yang disengaja. 2.3 Hakikat Menulis 2.3.1 Pengertian Menulis Menulis adalah menuangkan ide ke dalam suatu bentuk visual (Lerner dalam Mulyono, 2004: 224). Dalam buku yang sama definisi lain diungkapkan oleh Tarigan (dalam Mulyono, 2004: 224) yang menyatakan bahwa menulis sebagai melukiskan lambang-lambang grafis dari bahasa yang dipahami oleh penulisnya maupun orang lain yang menggunakan bahasa yang sama dengan penulis tersebut. Sejalan dengan pendapat di atas, dalam KBBI (2005: 1219) tertulis bahwa menulis merupakan suatu kegiatan membuat huruf (angka dan sebagainya) dengan pena, pensil, kapur dan sebagainya. Dapat juga diartikan sebagai suatu kegiatan melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan, mengarang cerita, membuat surat, dan berkirim surat. Sedangkan menurut Suparno dan Yunus (2008: 1.3) menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) yang menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Dalam komunikasi bahasa tulis paling tidak terdapat empat unsur yang terlibat:

penulis sebagai penyampai pesan (penulis), pesan atau isi tulisan, saluran atau media berupa tulisan dan pembaca sebagai penerima pesan. 12 2.3.2 Pengertian Keterampilan Menulis Berdasarkan definisi yang diungkapkan para ahli tentang keterampilan dan menulis, maka pengertian keterampilan menulis itu sendiri merupakan kemampuan yang didapat atau dimiliki seseorang setelah melalui proses latihan secara intens khusus dalam bidang menulis, dengan berlatih secara intens, maka seseorang dapat terampil menulis (Ahira, 2010: 2). Berdasarkan pendapat dan pengertian di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa keterampilan menulis merupakan kecakapan seseorang yang diperoleh dari lahir maupun hasil dari berlatih dalam mengungkapkan suatu ide/gagasannya ke dalam sebuah bentuk tulisan atau karangan. 2.3.3 Tujuan Menulis Menurut Tarigan (dalam Maarif (2011: 6), tujuan menulis (the writer s intention) adalah respons atau jawaban yang diharapkan oleh penulis akan diperoleh dari pembaca. Berdasarkan batasan di atas dapat dikatakan bahwa tujuan menulis adalah: 1) Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar disebut wacana informatif (informative discourse); 2) Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif (persuasive discourse); 3) Tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer (literary discourse); 4) Tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api disebut wacana ekspresif (expressive discourse).

Selain itu, Hartig (dalam Cahyani, 2006: 98) menyatakan tujuan dari menulis, yaitu: 13 (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) Tujuan penugasan (assignment purpose) Kegiatan menulis dilakukan karena ditugaskan menulis sesuatu, bukan atas kemauan sendiri Tujuan altruistic (altruistic purpose) Kegiatan menulis dilakukan untuk menyenangkan atau menghindarkan kedukaan pembaca Tujuan persuasif (persuasive purpose) Kegiatan menulis bertujuan untuk meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan Tujuan penerangan (informational purpose) Kegiatan menulis bertujuan untuk memberikan informasi atau keterangan kepada pembaca. Tujuan pernyataan diri (self expressive purpose) Kegiatan menulis bertujuan untuk memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada pembaca. Tujuan kreatif (creative purpose) Kegiatan menullis bertujuan untuk mencapai nilai-nilai artistic atau nilai-nilai kesenian. Tujuan pemecahan masalah (problem solving purpose). Dalam tulisan seperti ini, penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan serta meneliti secara cermat pikiran dan gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh pembaca. Dari beberapa pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa tujuan dari menulis ialah menginformasikan, menyampaikan atau mengungkapkan suatu kegiatan, kejadian atau pengalaman seseorang kepada pembaca melalui media tulis. 2.3.4 Jenis-jenis Tulisan Tulisan memiliki jenis-jenis sesuai dengan tujuan dari tulisan itu sendiri. Jenis-jenis tulisan dapat diklasifikasikan berdasarkan isi tulisan. Menurut Syarief, dkk., (2009: 7) berdasarkan sudut pandang isi, jenis tulisan yaitu: a. Ekposisi, yaitu bentuk karangna yang berisi pemaparan, menerangkan, menguraikan, atau menganalisis suatu topik yang dapat memperluas pengetahuan dan pandangan seseorang.

b. Deskripsi, yaitu bentuk karangan yang berisi pengambaran dengan kata-kata suatu benda, tempat, suasana atau keadaan. c. Narasi, yaitu karangan yang berisi pengisahan suatu pengalaman atau peristiwa dari waktu ke waktu. d. Argumentasi, yaitu suatu bentuk karangan yang bertujuan membuktikan pendapat penulis untuk meyakinkan pembaca agar menerima pendapatnya. e. Persuasi, yaitu karangan yang berisi paparan yang mengajak, menghimbau, membangkitkan motivasi pembaca untuk mengikuti dan menerima serta meyakini ajakan dari penulis. Sejalan dengan itu Suparno dan Yusuf (2006: 4.6) mengemukakan bahwa jenis tulisan adalah sebagai berikut: a. Deskripsi, yaitu suatu bentuk karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium dan merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisnya. b. Narasi, yaitu jenis karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa. Karangan ini berusa menyampaikan serangkaian kajadian menurut urutan terjadinya, dengan maksud memberi arti pada serangkaian kejadian sehingga pembaca dapat memetik hikmahnya. c. Persuasi, yaitu jenis karangan yang berisi paparan berdayabujuk, berdaya- ajuk, ataupun berdaya himbau yang dapat mengakibatkan ketertarikan pembaca untuk meyakini dan menuruti himbauan implisit maupun eksplisit yang dilontarkan oleh penulis. d. Argumentasi, yaitu jenis karangan yang berisi paparan, alasan, dan pendapat untuk membangun kesimpulan. e. Eksposisi, yaitu jenis tulisan yang bertujuan utama untuk memberitahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu agar pembaca memperoleh pengetahuan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jenis tulisan terdiri dari lima jenis yaitu, tulisan eksposisi, deskripsi, narasi, argumentasi dan persuasi. Eksposisi yaitu tulisan yang memaparkan suatu topik, sedangkan deskripsi merupakan karangan yang menggambarkan suatu keadaan, narasi merupakan karangan berbentuk pengisahan, argumenatasi menjelaskan tentang pendapat penulis dan persuasi yaitu bentuk karangan yang berusaha mempengaruhi pembaca. 14

15 2.4 Menulis Prosa Nonfiksi 2.4.1 Pengertian Prosa Prosa adalah suatu karangan bebas tidak terikat oleh kaidah yang terdapat dalam puisi (KBBI, 2005: 899). Lebih lanjut Kumpulan istilah.com (2010:1) menjelaskan bahwa prosa ialah karya sastra dalam bentuk bahasa yang terurai tidak terikat oleh rima, ritma, jumlah baris dan sebagainya. Selanjutnya dalam Binabangsa.sch.id (2011: 1) dijelaskan bahwa prosa memiliki karakteristik yang berbeda dengan puisi. Dalam menuliskannya tidak terikat oleh kalimat-kalimat yang padat atau oleh aturan-aturan seperti yang mengikat dalam puisi. Kekuatan prosa ada dalam paparan tokoh, latar, dan peristiwa yang dirangkaikan. Prosa dapat berupa kisah nyata dan khayalan atau imajinasi yang dikembangkan penulis. Dari beberapa pendapat di atas maka penulis dapat simpulkan bahwa prosa ialah karya sastra yang tidak terikat pada rima, ritma dan jumlah baris seperti yang ada dalam puisi. Prosa lebih terikat pada kalimat-kalimat yang tersusun padat dan dirangkai secara sistematis serta terkandung tokoh, latar, peristiwa dan lain sebagainya. 2.4.2 Pengertian dan Jenis-Jenis Prosa Nonfiksi 2.4.2.1 Pengertian Prosa Nonfiksi Prosa nonfiksi adalah karya sastra yang dibuat berdasarkan data-data yang otentik saja, tapi bisa juga data itu dikembangkan menurut imajinasi penulis Habibah (dalam ayotulis.com (2009:1)). Selanjutnya

dijelaskan oleh Wiki Berita (2011: 1) bahwa prosa nonfiksi adalah cerita inspiratif yang mengangkat kisah nyata dari diri atau orang lain. 16 Sejalan dengan definisi di atas, Aldonsamosir (2009: 10) mengungkapkan bahwa karangan nonfiktif yaitu karangan yang dibuat berdasarkan fakta, realita, atau hal-hal yang benar-benar dan terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Tulisan nonfiktif biasanya berbentuk tulisan ilmiah dan ilmiah populer, laporan, artikel, feature, skripsi, tesis, desertasi, makalah, dan sebagainya. Karangan nonfiktif berusaha mencapai taraf objektivitas yang tinggi, berusaha menarik, dan menggugah nalar (pikiran) pembaca. Berdasarkan beberapa definisi di atas maka penulis menyimpulkan bahwa prosa nonfiksi ialah karya sastra yang berdasarkan fakta, kenyataan yang telah terjadi. 2.4.2.2 Jenis-jenis Prosa Nonfiksi Dalam Wiki Berita (2011: 1) nonfiksi dibagi menjadi 2 yaitu: 1) nonfiksi murni, ialah buku yang berisi pengembangan berdasarkan data-data yang otentik, 2) nonfiksi kreatif berawal dari data yang otentik kemudian pengembangannya berdasarkan imajinasi yang pada umumnya dalam bentuk novel, puisi, prosa. Menurut tingkat pemakaiannya nonfiksi kreatif dibagi menjadi dua kelompok: (a) nonfiksi kreatif yang sering dipakai, (b) nonfiksi kreatif yang jarang dipakai. Sedangkan Widjojoko (2006: 47-49) menyebutkan bahwa ragam prosa nonfiksi terdiri dari:

(b) Biografi dan otobiografi, biografi ialah suatu cerita (novel biografi yang melukiskan riwayat hidup seorang tokoh, bagaimana masa kecilnya, cita-cita, perjuangan dan sukses hidupnya, pengalaman hidupnya, kehidupan keluarganya dan lain-lain yang ditulis orang lain, sedangkan otobiografi ialah suatu cerita yang melukiskan seseorang tokoh yang ditulisnya sendiri. (c) Kisah atau lukisan, merupakan cerita yang mengisahkan suasana, keadaan, dan kejadian-kejadian yang dilihatnya, dialami penulisnya, tetapi di dalamnya tidak menceritakan persoalan jiwa sang tokoh. (d) Sejarah (tambo/babat), adalah karangan yang berisi uraian sejarah suatu kerajaan yang umumnya mengenai silsilah raja dan keturunannya, asal-usul kerajaan yang acapkali bercampur dengan dongeng. (e) Esei (Essay), karangan yang mengupas, membahas persoalanpersoalan di bidang seni dan budaya umumnya. (f) Kritik Sastra, adalah sebuah karangan yang memberikan penilaian objektif terhadap suatu karya sastra seperti novel, cerpen, puisi, drama, dan lain-lain. Dari beberapa jenis prosa di atas, dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis prosa kedua yaitu, prosa nonfiksi yang menceritakan atau mengisahkan suasana, keadaan dan kejadian yang dilihat dan dialami sebagai bentuk pengalaman pribadi siswa. 17 2.4.3 Jenis-jenis Menulis Menurut Syarif (2008: 1) keterampilan menulis dapat diklasifikasikan berdasarkan dua sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang tersebut adalah, 1) kegiatan atau aktivitas dalam melaksanakan keterampilan menulis dan, 2) hasil dari produk menulis itu. Klasifikasi keterampilan menulis berdasarkan sudut pandang kedua menghasilkan pembagian produk menulis atau empat kategori, yaitu: (a) Karangan narasi Narasi atau kisahan merupakan corak tulisan yang bertujuan menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu. Paragraf narasi itu dimaksudkan untuk memberi tahu pembaca atau pendengar tentang apa yang telah diketahui atau apa yang dialami oleh penulisnya. Narasi lebih menekankan pada dimensi waktu dan adanya konflik (Pusat Bahasa. 2003.46).

18 (b) (c) (d) Karangan eksposisi Eksposisi biasa juga disebut pemaparan, yakni salah satu bentuk karangan yang berusaha menerangkan, menguraikan atau menganalisis suatu pokok pikiran yang dapat memperluas pengetahuan dan pandangan seseorang. Penulis berusaha memaparkan kejadian atau masalah secara analisis dan terperinci memberikan interpretasi terhadap fakta yang dikemukakan. Dalam tulisan eksposisi, teramat dipentingkan informasi yang akurat dan lengkap. Eksposisi merupakan tulisan yang sering digunakan untuk menyampaikan uraian ilmiah, seperti makalah, skripsi, tesis, desertasi, atau artikel pada surat kabar atau majalah. Karangan deskripsi Deskrisi adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata suatu benda, tempat, suasana atau keadaan. Seorang penulis deskripsi mengharapkan pembacanya, melalui tulisannya, dapat melihat apa yang dilihatnya, dapat mendengar apa yang didengarnya, merasakan apa yang dirasakanya, serta sampai kepada kesimpulan yang sama dengannnya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa deskripsi merupakan hasil dari obesrvasi melalui panca indera, yang disampaikan dengan kata-kata (Marahimin. 1993.46) Karangan argumentasi Argumentasi merupakan corak tulisan yang bertujuan membuktikan pendapat penulis meyakinkan atau mempengaruhi pembaca agar amenerima pendapanya. Argumentasi berusaha meyakinkan pembaca. Cara menyakinkan pembaca itu dapat dilakukan dengan jalan menyajikan data, bukti, atau hasil- hasil penalaran (Pusat Bahasa. 2001. 45). 2.5 Pengertian Menulis Pengalaman Pribadi Pengalaman adalah yang pernah dijalani, dirasakan, ditanggung dan diserap oleh panca indra manusia. Sedangkan pribadi adalah manusia sebagai perseorangan (diri manusia atau diri sendiri). Jadi pengalaman pribadi adalah segala sesuatu yang pernah dijalani atau yang pernah diserap oleh panca indra seseorang (Berita, 2011: 3).

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tentunya pernah mengalami kejadian yang mereka anggap lucu, khas, unik, aneh, menyedihkan, mengharukan, dan menggembirakan. Setiap pengalaman yang dialami seseorang pasti berbeda satu sama lain. Adapun kemungkinan kesamaan pengalaman secara persis sifatnya jarang terjadi. Berbagai pengalaman tersebut akan lebih bermakna apabila dapat dikomunikasikan dengan orang lain. Dengan demikian, orang lain pun dapat merasakan atau ikut terbawa dalam suasana yang diceritakan. Dalam konteks ini, komunikasi dilakukan melalui bahasa tulisan. Namun demikian sebenarnya pengalaman pribadi dapat pula dikomunikasikan secara lisan dengan orang lain (Maarif, 2011: 10). 19 Dari pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa menulis pengalaman pribadi ialah kegiatan seseorang menuangkan segenap imajinasi dan pemikirannya, berdasarkan peristiwa yang pernah dialami atau dirasa oleh panca indra penulis. 2.6 Langkah-langkah Menulis Prosa Nonfiksi Menurut Wijaya (2006: 3) terdapat beberapa langkah mudah untuk menulis prosa nonfiksi, mulai dari ide sampai menghasilkan tulisan dalam waktu singkat, yaitu sebagai berikut. (a) (b) (c) Temukan Ide Pertama-tama penulis harus menemukan topik apa yang ingin ditulis. Dengan menentukan topik tertentu, berarti penulis sudah mengetahui apa saja yang ingin disampaikan. Lakukan Riset Setelah mendapatkan ide, saatnya penulis mencari bahanbahan tulisan yang berkaitan dengan ide tersebut. Penulis bisa mendapatkan materi tulisan dari catatan pengalaman atau riset yang dilakukan sendiri, referensi dari buku, majalah atau koran, atau dari internet. Lakukan Brainstorming Setelah bahan atau materi referensi dirasa cukup, saatnya penulis mengambil sehelai kertas atau langsung mengetik di komputer ide apa saja yang ingin ditulis. Ketik semua ide yang muncul di kepala. Tidak perlu mengurutkan. Ide yang

20 (d) (e) (f) (g) diketik bisa berupa kata kunci, frasa, fakta, atau pertanyaan penting tentang topik tersebut. Kelompokkan Ide-ide tersebut Setelah semua ide tersebut diketik, penulis dapat membaca ulang dan menyeleksi mana yang akan dipertahankan, dibuang atau direvisi. Setelah itu kelompokkan ide yang berkaitan dalam satu kelompok. Setiap kelompok merefleksikan satu pokok pikiran yang akan ditulis. Biasanya satu pokok pikiran ini akan menjadi satu bab bila penulis menulis dalam bentuk buku. Penulis juga dapat memberi nama khusus untuk masing-masing pokok pikiran, yang akan menjadi judul bab. Urutkan Pokok-pokok Pikiran tersebut Setelah penulis mengelompokkan, urutkan semua pokok pikiran. Tentukan mana yang menjadi bagian pembuka, isi dan penutup. Di sini, seakan penulis membuat "daftar isi" dari naskah yang akan ditulis. Cek Kembali Pokok Pikiran tersebut Baca kembali urutan pokok pikiran tersebut. Urutkan dan tambahkan keterangan tambahan untuk detail bila diperlukan. Bila pokok pikiran tersebut memerlukan data tambahan, lakukan riset lagi seperlunya. Langkah Terakhir, mulailah menulis Berdasarkan catatan pokok pikiran tersebut, mulailah menulis. Buat transisi yang baik dari pokok pikiran yang satu ke pokok pikiran yang lain. Seiring dengan pendapat di atas, Sabarti, dkk. (2008: 5), secara teoritis proses penulisan meliputi tiga tahap utama, yaitu prapenulisan, penulisan, dan revisi. Pada tahap prapenulisan kegiatan yang dilakukan ialah membuat persiapan-persiapan atau dengan kata lain merencanakan karangan. Sedangkan pada tahap penulisan kegiatan yang dilakukan ialah menulis dengan menuangkan semua ide dan gagasan yang telah direncanakan. Selanjutnya ialah revisi yang merupakan kegiatan membaca dan menelaah lagi hasil dari tulisan.

21 2.7 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: Apabila dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya keterampilan menulis prosa nonfiksi melalui pengalaman pribadi siswa, maka aktivitas dan keterampilan menulis prosa nonfiksi siswa kelas V SD Negeri 4 Adipuro Trimurjo dapat meningkat.