BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS TERHADAP TIDAK ADANYA HAK WARIS ANAK PEREMPUAN PADA MASYARAKAT KARO DI DESA RUMAH BERASTAGI KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV. Setelah mempelajari putusan Pengadilan Agama Sidoarjo No. 2355/Pdt.G/2011/PA.Sda tentang izin poligami, penulis dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perjalanan hidup manusia akan mengalami kelahiran dan. lingkungan sekitar, terutama dengan orang-orang yang hidup dekat

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SANKSI PIDANA PELANGGARAN HAK PEMEGANG PATEN MENURUT UU NO. 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN

BAB IV PEMERATAAN HARTA WARISAN DI DESA BALONGWONO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA

BAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA BANJARMASIN TENTANG HARTA BERSAMA. A. Gambaran Sengketa Harta Bersama pada Tahun 2008 di PA Banjarmasin

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya hukum waris yang terdapat di Indonesia ini masih bersifat

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAGIAN WARIS BERDASARKAN KONDISI EKONOMI AHLI WARIS DI DESA KRAMAT JEGU KECAMATAN TAMAN KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. pusaka peninggalan mayit kepada ahli warisnya. 1

Analisis Hukum Islam Terhadap Pembagian Waris Dalam Adat Minang (Studi Kasus Di Desa Biaro Gadang, Sumatera Barat)

Pengertian Mawaris. Al-miirats, dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar (infinitif) dari kata waritsa-yaritsuirtsan-miiraatsan.

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARISAN KEPADA AHLI WARIS PENGGANTI

A. Analisis Terhadap Metode Penerapan Nilai Tanah Waris di Pulau Bawean. pembagian dengan cara hukum waris Islam. Kedua; pembagian waris dengan

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB IV ANALISA TENTANG TINJAUN HUKUM ISLAM TERHADAP KAWIN DI BAWAH UMUR. A. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kawin di Bawah Umur

BAB VI ANALISIS DATA. PELAKSANAAN EKSEKUSI HARTA BERSAMA DALAM PERKARA PERDATA NO 0444/Pdt.G/2012/PA.Tnk

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI LAMONGAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PEMERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK UMMAT SIDOARJO. Keuangan Syariah dalam melakukan aktifitasnya yaitu, muraba>hah, ija>rah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain

BAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Terhadap Prosedur Pengajuan Izin Poligami Di Pengadilan Agama

BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM

BAB IV ANALISIS TERHADAP BATAS USIA DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ANAK DIBAWAH UMUR DALAM KASUS PIDANA PENCURIAN

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar yang terjadi. Salah satunya yang menandai. perubahan orientasi masyarakat muslim dari urusan ibadah yaitu

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI PENETAPAN TARIF JASA ANGKUTAN UMUM BIS ANTAR KOTA/PROVINSI SURABAYA-SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. milik mawhub lah (yang menerima hibah). Dalam Islam, seseorang dianjurkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR. A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor

AZAS-AZAS HUKUM WARIS DALAM ISLAM

BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH

BAB I PENDAHULUAN. Sistem hukum waris Adat diperuntukan bagi warga Indonesia asli yang pembagiannya

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006)

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan. Beberapa kalangan mencurigai islam sebagai faktor penghambat

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia akan mengalami peristiwa hukum yang dinamakan kematian.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT, yang disebut hablum minallah dan yang kedua bersifat horizontal,

BAB IV. Surat Keputusan Pemkot Surabaya tentang Ijin Pemakaian Tanah (IPT/ berwarna ijo/surat ijo) dengan cara sewa tanah negara yang dikuasai Pemkot

BAB I PENDAHULUAN. Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW merupakan agama

BAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERNIKAHAN SIRRI SEORANG ISTRI YANG MASIH DALAM PROSES PERCERAIAN

BAB IV WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF. dan ditegakkan oleh atau melalui pemerintah atau pengadilan dalam negara

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SENGKETA AHLI WARIS DALAM PENGGUNAAN TANAH YAYASAN AL-HIKMAH

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG ISBAT NIKAH. Mengisbatkan artinya menyungguhkan, menentukan, menetapkan

KEADILAN DALAM HUKUM WARIS ISLAM Oleh : SURYATI Dosen Fakultas Hukum Universitas Wijayakusuma Purwokerto

BAB IV ANALISIS MAṢLAḤAH TENTANG POLIGAMI TANPA MEMINTA PERSETUJUAN DARI ISTRI PERTAMA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP PEMALSUAN MEREK SEPATU DI KELURAHAN BLIMBINGSARI SOOKO MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia. Apabila ada peristiwa hukum, yaitu meninggalnya seseorang

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN CUTI BERSYARAT DI RUTAN MEDAENG MENURUT UU NO. 12 TENTANG PEMASYARAKATAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP SEBAB-SEBAB JANDA TIDAK MENDAPAT WARIS

TINJAUAN HUKUM TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN ANAK DAN ORANG TUA DILIHAT DARI UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Qur anul Karim dan Sunnah Rosullulloh saw. Dalam kehidupan didunia ini, Firman Allah dalam Q.S. Adz-Dzaariyat : 49, yang artinya :

PEMBAHASAN KOMPILASI HUKUM ISLAM

BAB 5 PENUTUP. Universitas Indonesia

BAB IV ANALISIS. Setelah mempelajari duduk perkara No 709/Pdt.G/2006/PA.Bgl dan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SUKU CADANG MOTOR HONDA DI DEALER HONDA CV. SINARJAYA KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak mampu. Walaupun telah jelas janji-janji Allah swt bagi mereka yang

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. Allah menjadikan makhluk-nya berpasang-pasangan, menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. seluruh alam, dimana didalamnya telah di tetapkan ajaran-ajaran yang sesuai

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rachmad Syafei, Ilmu Usul Fiqh, Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm. 283.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTIM JUAL BELI HASIL PERKEBUNAN TEMBAKAU DI DESA RAJUN KECAMATAN PASONGSONGAN KABUPATEN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Anak merupakan titipan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Perkataan

P E N E T A P A N Nomor : 0015/Pdt.P/2010/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PEMBAGIAN WARISAN. Pertanyaan:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERAN STRATEGIS UED

BAB I PENDAHULUAN. antara mereka dan anak-anaknya, antara phak-pihak yang mempunyai

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH BORONGAN PADA BURUH PABRIK PT INTEGRA INDOCABINET BETRO SEDATI SIDOARJO

AZAS-AZAS HUKUM WARIS DALAM ISLAM

IMA>MIYAH TENTANG HUKUM MENERIMA HARTA WARISAN DARI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UPAH SISTEM TANDON DI TOKO RANDU SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV. A. Analisis hukum formil terhadap putusan perkara no. sebagai tempat untuk mencari keadilan bagi masyarakat pencari keadilan.

BAB I PENDAHULUAN. rohani. Dalam kehidupannya manusia itu di berikan akal serta pikiran oleh Allah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. poligami yang diputus oleh Pengadilan Agama Yogyakarta selama tahun 2010

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. dunia maupun di akhirat. Secara garis besar ajaran Islam berisi kandungan-kandungan

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGUASAAN TIRKAH AL-MAYYIT YANG BELUM DIBAGIKAN KEPADA AHLI WARIS

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB II PERJANJIAN DALAM PERKAWINAN

BAB IV ANALISIS AH TERHADAP AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM PERDATA. A. Ahli waris pengganti menurut hukum perdata

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

BAB I PENDAHULUAN. istri dan anak-anaknya, ini didasarkan pada Surat Al-Baqarah ayat 233. Yang

BAB IV ANALISIS DATA. A. Pelaksanaan Pembagian Waris Pada Masyarakat Suku Bugis di Kelurahan Kotakarang Kecamatan Teluk Betung Timur

BAB I PENDAHULUAN. Demikian menurut pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang. manusia dalam kehidupannya di dunia ini. 1

BAB IV PEMBAGIAN WARIS AHLI WARIS PENGGANTI. A. Pembagian waris Ahli Waris Pengganti Menurut Kompilasi Hukum Islam

Transkripsi:

60 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK Salah satu asas kewarisan Islam adalah asas bilateral yang merupakan perpaduan dari dua arah tidak hanya dari garis laki-laki saja melainkan garis keturunan perempuan juga berhak untuk menerima warisan. Selain itu, dalam ajaran hukum Islam yang menjadi penghalang menerima warisan adalah perbudakan, pembunuhan, murtad dan beda agama. Bukan berdasarkan kedudukan yang dianggap tinggi dan rendah yang pada akhirnya akan mendiskriminasi hak ahli waris yang dianggap lebih rendah karena tidak mempunyai keturunan. Perlu diketahui ahli waris yang ada dalam keluarga pewaris di Desa Bangeran Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik adalah Ranti sebagai istri dari Wiro Wongso Kamdu, Najwa sebagai anak perempuan hasil perkawinan dari Wiro Wongso Kamdu dan Ranti, Ahmad sebagai anak laki-laki hasil perkawinan dari Wiro Wongso Kamdu dan Ranti, Dakir anak laki-laki hasil perkawinan dari Wiro Wongso Kamdu dan Ranti, Layin anak laki-laki hasil perkawinan dari Wiro Wongso Kamdu dan Ranti, Najih anak laki-laki terakhir hasil perkawinan dari Wiro Wongso Kamdu dan Ranti. Najih merupakan anak laki-laki yang sah dari hasil perkawinan Wiro Wongso Kamdu dengan Ranti yang tidak mempunyai keturunan dalam masa pernikahannya dengan Hasanah selama 10 tahun. Dirasa oleh keluarga usia 60

61 perkawinan Najih sudah cukup lama, pihak keluarga terutama Najwa menyarankan agar Najih mengasuh anak Najwa untuk diangkat menjadi anak angkatnya. Akan tetapi, Najih menolaknya. Tiga tahun berlalu, Najih memutuskan untuk mengadopsi anak laki-laki dari tetangganya di Surabaya. Ketika warisan sudah dibagi, tanah waris bagian dari Najih telah dialihkan nama kepemilikannya oleh Najwa dengan alasan karena Najih tidak mempunyai anak kandung dan agar tanah waris tidak jatuh ke tangan anak angkat Najih sebagai hibah. Praktek pengalihan nama atas harta waris sebab ahli waris tidak punya anak ini dilatar belakangi oleh 3 faktor, antara lain faktor adanya i tikat buruk, faktor pendidikan dan faktor ekonomi. Faktor-faktor ini mendorong Najwa untuk melakukan pengalihan nama atas harta waris sehingga apa yang dilakukannya ini adalah yang terbaik menurutnya untuk kelangsungan hidupnya dan saudarasaudaranya. Menurut Najwa dengan mengalihkan nama atas harta waris saudaranya dapat menimbulkan kemaslahatan baginya dan saudara-saudaranya karena dari persoalan yang terjadi, adanya praktek seperti ini dikarenakan saudara dari Najwa tidak memiliki keturunan dan ditakutkan akan terjadi penghibahan terhadap anak angkatnya. Dari masing-masing ahli waris telah menadapatkan bagian harta warisan masing-masing setelah melakukan pembagian. Pada peristiwa ini Najwa melakukan pengalihan nama atas harta waris dengan tanpa seizin dan musyawarah dari Najih dan ahli waris lainnya. Hal ini tidak sesuai dengan apa

62 yang dijelaskan dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 183 yang berbunyi : Para ahli waris dapat bersepakat melakukan perdamaian dalam pembagian harta warisan, setelah masing-masing menyadari bagiannya. Dalam agama Islam juga menganjurkan untuk bermusyawarah dalam memutuskan suatu urusan-urusan yang baik sesuai dengan Firman Allah SWT dalam surat al Shu<ra< ayat 38 : Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. 1 Ayat tersebut menjelaskan bahwa bermusyawarah dalam mencapai mufakat itu diperbolehkan. Hal ini karena untuk melindungi manusia dari perpecahan. Dengan melaksanakan musyawarah untuk menentukan keputusan maka segala permasalahan dapat dibicarakan dengan baik-baik sehingga berujung pada kerelaan masing-masing pihak dan dapat menemukan solusi dari aneka ragam permasalahan yang ada. Mengenai praktek pengalihan nama atas harta waris sebab ahli waris tidak punya anak sebagaimana telah diuraikan dalam bab III yang dilakukan di balai desa Bangeran. Najwa melakukan pengalihan nama yang di bantu oleh Kepala desa Bangeran. Saat itu, Kepala desa tidak mengetahui bahwa tanah itu adalah warisan milik Najih yang akan dialihkan oleh Najwa sebab Najih tidak 1 Tim Disbintalad, Al-Qur an Terjemah Indonesia..., 968

63 mempunyai keturunan. Sehingga Kepala desa Bangeran menerima permintaan Najwa untuk mengalihkan nama harta waris tersebut. Praktek pengalihan nama atas harta waris tersebut sangat berbeda dengan aturan hukum Islam karena dalam hukum Islam tidak mengenal adanya pengalihan nama atas haris melainkan harta waris yang berpindah dengan sendirinya menurut ketetapan Allah SWT tanpa digantungkan pada kehendak pewaris atau ahli waris. Hal inilah yang disebut dengan asas kewarisan ijba<ry yaitu Perkara waris terjadi secara langsung sebagai perpindahan harta seseorang yang meninggal dengan meninggalkan harta kepada orang yang berhak menerimanya tanpa adanya penunjukan sebelumnya ketika ia hidup dan tanpa adanya upaya transaksi amal tertentu kepada orang lain sebagai perwujudan kehendaknya ataupun adanya kehendak orang lain. Hal ini merupakan titik temu sehingga perkara waris dianggap sebagai perkara ijba>ry, tanpa kehendak siapapun hukum kewarisan berlaku setelah seseorang meninggal dunia, jika meninggalkan tirkah dan ada yang berhak menerimanya. Hal ini berarti bahwa peralihan harta seseorang yang telah meninggal dunia kepada ahli warisnya berlaku dengan sendirinya menurut kehendak Allah tanpa tergantung kepada kehendak ahli waris atau pewaris. Ahli waris langsung menerima kenyataan pindahnya harta si menginggal dunia kepadanya sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan. Dilihat dari si pewarispun ia tidak dapat menolak peralihan tersebut. 2 2 M. Idris Ramulyo, Perandingan Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam..., 115.

64 Adanya asas ijba>ry dalam hukum kewarisan Islam dapat dilihat dari segi: 1) Segi peralihan harta 2) Segi jumlah pembagian 3) Segi kepada siapa harta itu beralih Dari segi peralihan harta dapat dilihat dari Firman Allah suran an-nisaa ayat 7 : Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang Telah ditetapkan. 3 Berdasarkan macam asas-asas kewarisan dalam hukum kewarisan Islam, maka dalam hukum Islam tidak mengenal adanya pengalihan nama atas harta waris, melainkan peralihan harta waris dari seseorang yang telah meninggal dunia kepada yang masih hidup dengan sendirinya tanpa ada perbuatan hukum atau pernyataan kehendak dari si pewaris, bahkan si pewaris semasa hidupnya tidak dapat menolak atau menghalang-halangi terjadinya peralihan tersebut. Hal ini yang dinamakan sebagai asas ijba<ry. Hukum kewarisan Islam memandang bahwa terjadinya peralihan harta hanya semata-mata disebabkan adanya kematian. Dengan perkataan lain, harta seseorang tidak dapat beralih (dengan pewarisan) seandainya ia masih hidup. Walaupun ia berhak mengatur hartanya tersebut semata-mata hanya sebatas 3 Tim Disbintalad, Al-Qur an Terjemah Indonesia..., 142.

65 keperluannya semasa ia masih hidup dan bukan untuk penggunaan harta tersebut sesudah ia meninggal. Yang dimaksud dengan meninggal dunia di sini adalah baik meninggal dunia h{aqy>qy> (sejati), meninggal dunia h{ukmy> (menurut putusan hakim) dan meninggal taqdy>ry> (dugaan). Tanpa ada kepastian bahwa pewaris meninggal dunia, warisan tidak boleh dibagi-bagikan kepada ahli waris. Perkara waris terjadi secara langsung sebagai perpindahan harta seseorang yang meninggal dengan meninggalkan harta kepada orang yang berhak menerimanya tanpa adanya penunjukan sebelumnya ketika ia hidup dan tanpa adanya upaya transaksi amal tertentu kepada orang lain sebagai perwujudan kehendaknya ataupun adanya kehendak orang lain. Hal ini merupakan titik temu sehingga perkara waris dianggap sebagai perkara ijba>ry, tanpa kehendak siapapun hukum kewarisan berlaku setelah seseorang meninggal dunia, jika meninggalkan tirkah dan ada yang berhak menerimanya. Dari berbagai uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa proses pengalihan nama harta waris yang dilakukan oleh ahli waris merupakan tindakan yang menyalahi aturan ketentuan hukum kewarisan Islam. Hal tersebut karena tidak sesuai dengan Al-Qur an, Hadits dan Kompilasi hukum Islam. Pada kenyataannya pelaksanaan pengalihan nama atas harta waris adalah sebuah perbuatan yang melanggar syari at dan terlebih lagi tidak menimbulkan kemaslahatan. Dari kasus pengalihan nama atas harta waris di Desa Bangeran Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik ini terjadi karena najwa menganggap bahwa apa yang dilakukannya dianggap maslahah oleh akal pikiran, akan tetapi

66 dianggap palsu karena kenyataannya bertentangan dengan ketentuan syariat. Hal ini sesuai dengan macam-macam maslahah, yaitu :Pertama, segi tujuan syara dalam menetapkan hukum yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan lima prinsip pokok bagi kehidupan manusia, yaitu : agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Kedua, dilihat dari segi tingkat kebutuhan dan tuntutan kehidupan manusia. 4 Sesuatu yang dianggap maslahah oleh akal pikiran, tetapi dianggap palsu karena kenyataannya bertentangan dengan ketentuan syari at. Inilah anggapan dari ahli waris bahwa pengalihan nama atas harta waris yang dilakukannya adalah akan mendatangkan kemaslahatan bagi ahli waris dengan saudarasaudaranya. Dalam hal pengalihan nama atas harta waris sebab ahli waris tidak punya anak ini penulis menqiyaskan dengan masalah adanya anggapan bahwa masyarakat telah mengakui emansipasi wanita untuk menyamakan derajatnya dengan laki-laki. Oleh karena itu, akal menganggap baik atau mashlahah untuk menyamakan hak perempuan dan laki-laki dalam memperoleh harta warisan. Hal inipun dianggap sejalan dengan tujuan ditetapkannya hukum waris oleh Allah untuk memberikan hak waris kepada perempuan sebagaimana yang berlaku pada laki-laki. Namun hukum Allah telah jelas dan ternyata berbeda dengan apa yang dikira baik oleh akal itu, yaitu hak waris anak laki-laki adalah dua kali lipat dari hak anak perempuan sebagaimana ditegaskan dalam surat Al-Nisa ayat 176. 4 Amir Syarifuddin, UshulFiqhJilid 2 Cet-4, (Jakarta : Kencana, 2008), 371

67 Artinya: Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah)[387]. Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, Maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, Maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki dan perempuan, Maka bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu. 5 Seperti halnya dalam kasus pengalihan nama atas harta waris di desa Bangeran, Najwa menganggap bahwa dengan cara mengalihkan nama harta warisnya Najih itu lebih mashlahah agar harta waris Najih nantinya tidak jatuh kepada anak angkatnya sebagai hibah. Hal inipun dianggap sejalan dengan tujuan ditetapkannya hukum waris oleh Allah untuk memberikan hak waris kepada masing-masing ahli waris sebagaimana yang telah ditentukan Allah dalam Al- Quran. Namun hukum Allah telah jelas dan ternyata berbeda dengan apa yang dikira baik oleh akal itu. 5 Tim Disbintalad, Al-Qur an Terjemah Indonesia..., 191.

68 Al-Quran sendiri selain memberikan jaminan hak terhadap ahli waris juga menerangkan larangan memakan hak orang lain secara batil yang terkandung dalam surat al Nisa< ayat 29 : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu[287]; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. 6 Dalam uraian di atas dan dari penjelasan bab-bab sebelumnya dapat diambil pernyataan bahwa dalam hukum Islam tidak mengenal adanya pengalihan nama atas harta waris, melainkan peralihan harta waris dari seseorang yang telah meninggal dunia kepada yang masih hidup dengan sendirinya tanpa ada perbuatan hukum atau pernyataan kehendak dari si pewaris. Hal inilah yang disebut dengan asas ijbari. Praktek pengalihan nama atas harta waris sebab ahli waris tidak punya anak di Desa Bangeran Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik menurut hukum Islam tidak ada nash yang menjelaskan secara gamblang mengenai pengalihan nama atas harta waris sebab ahli waris tidak punya anak. Akan tetapi, masalah ini penulis menqiyaskan dengan masalah adanya anggapan bahwa masyarakat telah mengakui emansipasi wanita untuk menyamakan derajatnya dengan laki-laki. Oleh karena itu, akal menganggap baik atau mashlahah untuk menyamakan hak perempuan dan laki-laki dalam memperoleh harta warisan. 6 Ibid, 150.