MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI SAMBUTAN PENYERAHAN LAPORAN HASIL EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA WILAYAH II Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
2 ARAHAN PRESIDEN TERKAIT PERMASALAHAN EFISIENSI BIROKRASI Money Follow Program Alokasi anggaran harus digunakan untuk program pembangunan yang bermanfaat bagi masyarakat, misalnya infrastruktur, pengentasan kemiskinan, pendidikan, dan kesehatan (pemerintahan berorientasi hasil) e-government Stop Pemborosan Anggaran Seberapapun anggaran yang diberikan kepada K/L/Pemda pasti habis, tetapi tujuan (hasil) tidak tercapai Dalam sistem pemerintahan elektronik, rakyat dapat mengakses dokumendokumen pemerintah, dan semua hal dapat dilihat secara transparan, termasuk soal anggaran publik Fokus Kinerja bukan SPJ ASN jangan terlalu menghabiskan waktu dan tenaga hanya untuk mengurusi SPJ EFISIENSI Menghemat jumlah anggaran yang dibelanjakan dari kegiatankegiatan yang tidak penting Anggaran digunakan hanya untuk membiayai program/kegiatan prioritas yang mendukung pencapaian tujuan pembangunan Anggaran yang digunakan menghasilkan manfaat besar untuk masyarakat
3 EFISIENSI BIROKRASI MELALUI PENERAPAN MANAJEMEN KINERJA (SAKIP) UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN Azas akuntabilitas dalam penyelenggaraan negara UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Asas pengelolaan keuangan negara adalah akuntabilitas berorientasi hasil Penerapan anggaran berbasis prestasi kinerja PP Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah Kewajiban melaporkan akuntabilitas keuangan dan akuntabilitas kinerja pemerintah Perpres Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah SAKIP diperlukan untuk meningkatkan efektivitas penggunaan anggaran berorientasi pada hasil MEMASTIKAN TERDAPAT PERBAIKAN BERKELANJUTAN UNTUK PENINGKATAN KINERJA MEMASTIKAN PENCAPAIAN KINERJA TELAH DIRIVIU DAN DIEVALUASI REVIU DAN EVALUASI KINERJA RENCANA STRATEGIS SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) PELAPORAN KINERJA PERJANJIAN KINERJA MEMASTIKAN SASARAN K/L DAN PEMERINTAH DAERAH SESUAI DENGAN SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL PENGUKURAN KINERJA PENGELOLAAN DATA KINERJA MEMASTIKAN UPAYA PENCAPAIAN TARGET-TARGET DIPERJANJIKAN KEPADA PEJABAT YANG BERKOMPETEN MEMASTIKAN KEMAJUAN PENCAPAIAN TARGET DIUKUR DENGAN TEPAT MEMASTIKAN DATA KINERJA DIKELOLA DENGAN BAIK UNTUK MENGETAHUI PENCAPAIAN DARI TAHUN KE TAHUN MEMASTIKAN PENCAPAIAN KINERJA DILAPORKAN KEPADA PEMBERI AMANAH SECARA JUJUR
4 EVALUASI AKUNTABILITAS KINERJA (menilai tingkat akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dalam penggunaan anggaran) Dilakukan evaluasi tiap tahun untuk mengukur perkembangan efektivitas implementasi SAKIP di instansi pemerintah (pusat & daerah) Efektivitas & Efisiensi Penggunaan Anggaran pada Instansi Pemerintah
5 PERKEMBANGAN NILAI AKUNTABILITAS KINERJA 2012-2016 60 50 40 30 20 10 0 Trend Rata-rata Nilai Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012-2016 40.36 43.73 44.94 46.39 49.87 2012 2013 2014 2015 2016 Column1 Column2 Kabupaten/Kota Nilai ini menunjukkan ada potensi untuk melakukan efisiensi lebih dari 30% untuk K/L dan provinsi serta lebih dari 50% untuk kabupaten/kota Senilai: ± 392,87 T
6 INSTANSI PEMERINTAH DENGAN NILAI AKUNTABILITAS KINERJA DI BAWAH 70 (50K/L, 24 PROV, 456 KAB/KOTA) BERPOTENSI TERJADI INEFISIENSI > 30% DARI APBN/APBD di luar Belanja Pegawai ± 392,87 T HASIL EVALUASI SAKIP K/L & PEMDA TAHUN 2015-2016 Skala nilai Kategori Range Nilai 1. Tidak jelas hasil yang akan dicapai (tujuan/sasaran tidak berorientasi hasil) 2. Ukuran kinerja tidak jelas Kementerian/ Lembaga Pemerintah Provinsi Kabupaten / Kota 2015 2016 2015 2016 2015 2016 AA 90-100 0 0 0 0 0 0 A 80-90 4 4 2 3 1 2 BB 70-80 21 28 7 7 7 7 B 60-70 36 36 8 12 31 31 CC 50-60 16 11 13 10 174 172 C 30-50 0 3 3 2 239 239 D 0-30 0 0 1 0 14 14 INEFISIENSI TERJADI KARENA : Efisien Inefisiensi Semakin tinggi nilai akuntabilitas kinerja, semakin tinggi tingkat efisiensi penggunaan anggaran 3. Tidak ada keterkaitan antara Program/Kegiatan dengan Sasaran 4. Rincian kegiatan tidak sesuai dengan maksud kegiatan
7 CONTOH PENERAPAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA YANG TERINTEGRASI DENGAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG E-planning e-performance e-budgeting EFISIENSI: 1. PENGHEMATAN/ EFISIENSI PENGGUNAAN ANGGARAN SEBESAR 2 TRILIUN (35% DARI APBD) 2. REFOCUSING KEGIATAN DARI 5.701 KEGIATAN PADA TAHUN 2016 MENJADI 4.814 KEGIATAN PADA TAHUN 2017, SEHINGGA LEBIH MENDUKUNG PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN
8 Kategori Akuntabilitas Kinerja Wilayah II (Jawa Timur, Kalimantan, Bali, NTT, NTB dan Lampung) 70 60 50 61 50 40 30 31 20 10 0 0 1 3 1 AA A BB B CC C D
9 KERJA NYATA MENINGKATKAN EFISIENSI PEMERINTAH DAERAH Mengintruksikan pemerintah daerah untuk mempercepat penerapan e-planning dan e-budgeting yang terintegrasi dengan e-performance Melakukan studi tiru kepada daerah-daerah percontohan penerapan e-planning dan e-budgeting yang terintegrasi e- performance (Provinsi D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Kota Bandung, dan Kabupaten Banyuwangi)
TERIMA KASIH Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi