BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi, transaksi tidak hanya terjadi dalam suatu negara saja

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI BANK, BANK INDONESIA, DAN OTORITAS JASA KEUANGAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMINAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.03/2017 TENTANG PEMANFAATAN TENAGA KERJA ASING DAN PROGRAM ALIH PENGETAHUAN DI SEKTOR PERBANKAN

I. PENDAHULUAN. kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/1/PBI/2004 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB II KEDUDUKAN BANK INDONESIA DALAM SISTEM KEUANGAN NEGARA. Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran N

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/2/PBI/2003 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING GUBERNUR BANK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /POJK.03/2016 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI PIHAK UTAMA LEMBAGA JASA KEUANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

ekonomi Kelas X BANK SENTRAL DAN OTORITAS JASA KEUANGAN KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Sentral Tujuan Pembelajaran

- 4 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut menimbulkan hak dan kewajiban bagi negara yang dapat dinilai

BAB I PENDAHULUAN. kiprah dan sepak terjang industri perbankan syariah di tanah air. Hal ini dengan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/201 /PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

2016, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa K

Usulan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan. Pasal/ Ayat BAB I KETENTUAN UMUM. Cukup jelas.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 15 /PBI/2014 TENTANG KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No e. bahwa sehubungan dengan beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan jasa keuangan di sektor perbankan dari Ban

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI UANG KARTAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata Bank dalam kehidupan sehari-hari bukanlah merupakan hal yang asing lagi.

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah perusahan pembiayaan dan perusaha

BAB I PENDAHULUAN. bidang-bidang tertentu, Salah satunya adalah dalam bidang keuangan, yang

BUPATI BANGKA TENGAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1992 TENTANG BANK UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/11/PBI/2007 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING GUBERNUR BANK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Upaya perkembangan perekonomian nasional dalam mewujudkan masyarakat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi, yang bertugas menghimpun dana dari masyarakat dan

-2- Dengan mempertimbangkan hal di atas dan sehubungan dengan beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan jasa keuangan di sektor

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Bank Indonesia t

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 43 /POJK.03/2017 TENTANG TINDAK LANJUT PELAKSANAAN PENGAWASAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 28 /PBI/2008 TENTANG PEMBELIAN VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH KEPADA BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*36403 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 28 TAHUN 1999 (28/1999) TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK

Lex Privatum, Vol.III/No. 2/Apr-Jun/2015

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perantara keuangan. Perbankan adalah salah satu sektor kunci yang

-2- b. modal disetor atau modal koperasi serta lingkup wilayah operasional; c. pemegang saham pengendali; d. persyaratan dan tata cara perizinan usaha

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/7/PBI/2017 TENTANG PEMBAWAAN UANG KERTAS ASING KE DALAM DAN KE LUAR DAERAH PABEAN INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I. KETENTUAN UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN POJK PERUSAHAAN INDUK KONGLOMERASI KEUANGAN

II. Tinjauan Pustaka. Kata Bank dalam kehidupan sehari-hari bukanlah merupakan hal yang asing lagi. Beberapa

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Le

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/8/PBI/2015 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I. KETENTUAN UMUM

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 /SEOJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/28/PBI/2006 TENTANG KEGIATAN USAHA PENGIRIMAN UANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1992 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia terus menunjukkan perkembangan yang begitu cepat. Hal

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /POJK.03/2016 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI PIHAK UTAMA LEMBAGA JASA KEUANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/22/PBI/2010 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. yang mendorong manusia untuk berbondong-bondong memenuhi kebutuhan

2016, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d perlu menetapkan Peraturan Bank Indonesia te

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan

2 d. bahwa untuk mengelola eksposur risiko sebagaimana dimaksud dalam huruf a, konglomerasi keuangan perlu menerapkan manajemen risiko secara terinteg

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 /SEOJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /POJK.05/2015 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA

II. LANDASAN TEORI. atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.07/2017

-2- Mekanisme yang diatur dalam Peraturan Bank Indonesia ini adalah bahwa Pembawaan UKA dengan jumlah yang nilainya paling sedikit setara dengan Rp1.0

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan berdasarkan asas kehati-hatian, mampu meredam hingga sekecil-kecilnya

BAB I PENDAHULUAN. tertarik olehnya. Sejak itu, berkembanglah bank dengan cara-caranya. 1

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. masyarakat dalam bentuk pinjaman dan atau bentuk lainya, sedangkan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu bank adalah untuk pencapaian profitabilitas yang maksimal, maka perlu

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kembali Peraturan Bank Indonesia mengenai

BAB I PENDAHULUAN. (pasangan mata uang/pair) yang melibatkan pasar-pasar uang utama di dunia

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 1 / 9 /PBI/1999 TENTANG PEMANTAUAN KEGIATAN LALU LINTAS DEVISA BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN NON BANK

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi individu dan masyarakat secara keseluruhan, tetapi juga berperan

Sistem Informasi Perbankan, Pertemuan Ke-1 PENGENALAN BANK. DEFINISI BANK BANK Bahasa ITALIA Banco yang artinya Bangku

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/8/PBI/2007 TENTANG PEMANFAATAN TENAGA KERJA ASING DAN PROGRAM ALIH PENGETAHUAN DI SEKTOR PERBANKAN

- 1 - SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEPEMILIKAN ASING PADA PERUSAHAAN PERASURANSIAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 11/ 11 /PBI/2009 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

I. PENDAHULUAN. perekonomian. Kebutuhan masyarakat yang tinggi terhadap sektor masyarakat

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 4/2/PBI/2002 TENTANG PEMANTAUAN KEGIATAN LALU LINTAS DEVISA PERUSAHAAN BUKAN LEMBAGA KEUANGAN

RANCANGAN POJK PENETAPAN STATUS DAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN BANK UMUM

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pemberi layanan perbankan bagi masyarakat. Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang ada di Indonesia.

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era globalisasi, transaksi tidak hanya terjadi dalam suatu negara saja melainkan sudah melewati batas lintas negara, termasuk transaksi perbankan. Di era pertukaran informasi yang serba canggih seperti sekarang ini, bank bukan lagi semata-mata hanya berkembang dalam suatu wilayah negara, melainkan sudah terkoneksi dan dapat didirikan antar negara. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) selain mengizinkan pendirian bank dalam negeri seperti Bank Milik Pemerintah, Bank Swasta Nasional, dan Bank Milik Koperasi, juga mengizinkan berdirinya Bank Asing. Pemberian izin didirikannya bank asing di Indonesia ini salah satunya diatur dalam pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. Pasal tersebut menyebutkan bahwa pendirian Bank Asing di Indonesia atau Bank Asing yang akan membuka cabang di Indonesia adalah diperbolehkan. Pada tahun 1997/1998, terjadi krisis ekonomi di Indonesia yang berdampak pada hancurnya dunia perbankan Indonesia 1. Akibatnya Indonesia sendiri sangatlah terbuka terhadap kepemilikan dan pendirian bank asing. Hal Ini dilakukan untuk 1 Dian Cahyaningrum, Politik Hukum Kepemilikan Asing Pada Perbankan Nasional, Negara Hukum, Vol. 16 No. 1 (Juni, 2015).

menambah devisa dan menstabilkan kurs Rupiah. Kala itu banyak bank nasional dibeli oleh asing. Mereka mengubah dan mencetuskan bank baru berupa cabang dari bank mereka yang berada di luar negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing. 2 Dalam Pasal 1 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 45/POJK.03/2015 Tentang Penerapan Tata Kelola Dalam Pemberian Remunerasi Bagi Bank Umum, memberikan pengertian tentang Bank Asing adalah Kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri. Pendirian suatu badan hukum dalam bentuk apapun di Indonesia haruslah mendapat izin dari instansi pemerintah terlebih dahulu, terlebih lagi izin untuk melakukan suatu usaha perbankan. 3 Kewajiban untuk memperoleh izin usaha sebagai Bank Umum atau Perkreditan Rakyat ini adalah disebabkan karena kegiatan perbankan berupa penghimpun dana dari masyarakat, oleh siapa pun, pada dasarnya merupakan kegiatan yang perlu diawasi secara serius karena kegiatan ini terkait dengan kepentingan masyarakat yang menyimpan dananya di bank. 4 Sehingga bank sebagai badan usaha yang mempunyai kegiatan menghimpun dan meyalurkan dana dari masyarakat tentu seharusnya mempunyai izin pendirian resmi dari suatu instansi 2 Kasmir, 2014, Dasar-Dasar Perbankan Edisi Revisi 2014, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, hlm. 23. 3 Kasmir, 2014, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta, PT RajaGrafindo Indonesia, hlm. 41. 4 Rachmadi Usman, 2011, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, hlm 69.

pemerintahan. Terlebih dia merupakan bank asing milik swasta atau pemerintah asing. Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, pendirian suatu Badan Usaha di Indonesia baik yang didirikan oleh warga negara Indonesia, badan hukum Indonesia, warga negara asing atau badan hukum asing sekalipun diwajibkan untuk berbadan hukum Indonesia kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-indangan. Pengecualian tersebut berlaku bagi Kantor Cabang dan atau Kantor Perwakilan dari Bank Yang Berkedudukan Di Luar Negeri. Dalam Pasal 21 ayat (3) Undang-undang Perbankan menegaskan bahwa bentuk hukum dari Kantor perwakilan dan kantor cabang bank yang berkedudukan di luar negeri mengikuti bentuk hukum kantor pusatnya, yang berarti Kantor Cabang dan Kantor Perwakilan Bank yang berkedudukan di luar negeri bukanlah berstatus badan hukum Indonesia, melainkan berbadan hukum asing dan sama seperti kantor pusatnya di luar negeri. Undang-undang Perbankan memang tidak mewajibkan Kantor Cabang Bank Asing untuk berbadan hukum Indonesia seperti Perseroan Terbatas. Karena pemerintah menilai bahwa hal ini dikhawatirkan dapat memisahkan identitas Kantor Cabang Bank Asing dengan Induk atau kantor pusatnya di luar negeri. Hal yang sama juga dapat membuat Kantor Cabang Bank Asing ini secara tidak langsung berdampak terhadap pemberhentian kucuran dana dari kantor pusatnya di luar negeri. Namun pemerintah dalam memberikan izin pembukaan Kantor Cabang Bank Asing di Indonesia tetap memerintahkan Kantor Cabang Bank Asing untuk dapat

melaksanakan tujuan Perbankan Indonesia yakni membangun dan memajukan ekonomi nasional serta tetap tunduk terhadap ketentuan dan peraturan yang berlaku di Indonesia, khusunya dalam peraturan perbankan Indonesia seperti yang ditegaskan dalam Pasal 5 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1999 Tentang Ketentuan Dan Tata Cara Pembukaan Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu Dan Kantor Perwakilan Dari Bank Yang Berkedudukan Di Luar Negeri. Kegiatan perbankan yang riskan dengan resiko merugikan masyarakat sangat diawasi oleh pemerintah dari berbagai aspek. Namun dengan status atau bentuk badan hukum dari Kantor Cabang Bank dan Kantor Perwakilan Bank Asing yang mengikuti bentuk hukum kantor pusatnya atau dalam arti lain bukan dalam bentuk badan hukum Indonesia tentunya akan menimbulkan ketidakpastian hukum yang berlaku terhadap Kantor Cabang dan Kantor Perwakilan Bank Asing tersebut, karena yang tercantum dalam Pasal 5 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1999 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pembukaan Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu dan Kantor Perwakilan Bank Yang Berkedudukan Di Luar Negeri yang memerintahkan untuk tetap tunduk terhadap ketentuan dan peraturan di Indonesia, tetapi secara tidak langsung Kantor Cabang dan Kantor Perwakilan Bank Asing ini juga harus tetap tunduk terhadap regulasi yang diberikan oleh kantor pusatnya diluar negeri yang jelas berbeda sistem hukum dengan Indonesia. Sehingga tidak mudahnya pemerintah dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai lembaga pengatur dan pengawas di sektor perbankan dapat mengawasi

dan memberikan regulasi pengaturan serta sanksi terhadap Kantor Cabang dan Kantor Perwakilan bank yang bukan berstatus badan hukum Indonesia. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pelaksanaan pengawasan Bank Asing yang bukan berstatus badan hukum Indonesia oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK)? 2. Bagaimana kewenangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam memberikan sanksi terhadap Bank Asing yang melanggar ketentuan perbankan Indonesia? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Obyektif a. Untuk mengkaji pelaksanaan pengawasan Bank Asing yang bukan berstatus badan hukum Indonesia oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). b. Untuk mengetahui kewenangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam memberikan sanksi terhadap Bank Asing yang melanggar ketentuan perbankan Indonesia. 2. Tujuan Subyektif Penulisan hukum ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis Memberikan suatu gambaran yang jelas mengenai pelaksanaan pengawasan Bank Asing yang bukan berstatus badan hukum Indonesia oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan kewenangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam memberikan sanksi terhadap Bank Asing yang melanggar ketentuan perbankan Indonesia. 2. Manfaat Praktis Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pelaksanaan pengawasan Bank Asing oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).