BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Event sponsorship merupakan salah satu elemen promosi yang dilakukan oleh perusahan atau organisasi melalui dukungan tehadap aktifitas yang tidak secara langsung terhubung dengan aktifitas bisnis normal perusahaan atau organisasi. Praktek event sponsorship mengikat suatu merek dengan aktivitas publik yang menarik, seperti aktifitas olah raga, hiburan, atau kebudayaan dan sosial. Event sponsorship oleh Dinas Pasar Sleman sebagai pihak pengelola merek TKC diterapkan baik dengan menyelenggarakan event sendiri ataupun dengan menjadi sponsor atau mendukung pelaksanaan kegiatan komunitas dengan menyediakan fasilitas yang ada di TKC. Dengan menjadi pihak sponsor baik untuk event yang diciptakan sendiri ataupun untuk kegiatan komunitas, diharapkan akan didapat publikasi positif yang mendukung merek TKC dan tercapainya tujuan Dinas Pasar Sleman untuk menarik minat masyarakat untuk datang ke TKC. Melalui event sponsorship, Dinas Pasar Sleman berusaha memperkenalkan merek TKC kepada masyarakat yang belum mengetahui keberadaan TKC sehingga terbangun kesadaran merek (brand awareness). Aktifitas event sponsorship oleh Dinas Pasar Sleman pada tahun 2013 terlihat dengan terselenggaranya banyak event berskala besar di TKC. Akan tetapi pelaksanaan event berskala besar tersebut tidak luput dari resiko yang ditimbulkan seperti energi yang besar terkuras untuk pelaksanaannya serta polusi suara yang berpotensi mengganggu lingkungan sekitar lokasi TKC. Pengalaman terhadap produk yang ditawarkan di TKC (brand experience) juga tidak terjadi dan dampak pada kenaikan jumlah pengunjung setelah pelaksanaan event tidak signifikan. Pada tahun 106
2014, bersamaan dengan pergantian pengurus Unit Pelaksana Teknis (UPT) TKC, pihak pengelola cenderung lebih mendukung pelaksanaan kegiatan-kegiatan komunitas di TKC yang tidak menimbulkan banyak resiko dibandingkan pada pelaksanaan event berskala besar yang dilaksanakan sendiri oleh Dinas Pasar Sleman. Selain itu, saat mensponsori berbagai kegiatan komunitas yang dilaksanakan sacara rutin dan berkelanjutan di TKC, justru audiens sasaran dari kegiatan komunitas sebagai konsumen potensial mendapatkan pengalaman terhadap merek TKC dengan adanya kesempatan mencoba produk yang ditawarkan di TKC, sehingga tujuan promosi dapat tercapai meski belum pada tahap seperti yang diharapkan oleh pihak pengelola TKC. Dalam penerapan event sponsorship, Dinas Pasar Sleman perlu mempertimbangkan tujuannya, mengidentifikasi sasaran dan constituents yang terlibat, memanfaatkan media untuk menyebarkan informasi, serta melakukan evaluasi setelahnya. Akan tetapi, Dinas Pasar Sleman belum mempertimbangkan identifikasi konsumen saat ini dan konsumen potensial untuk menentukan secara spesifik sasaran event sponsorship yang dilaksanakan. Koordinasi pihak pengelola TKC dengan internal constituent, khususnya para penjual kios restoran di TKC, dalam pelaksanaan event belum berjalan secara efektif. Dalam mensponsori kegiatan komunitas, pengurus komunitas juga lebih aktif mempublikasikan kegiatan komunitas yang dilaksanakn di TKC, khususnya menggunakan media baru dan media sosial, dibandingkan pihak pengelola TKC sendiri. Aktifitas promosi lain untuk mendukung potensi event sponsorship juga belum dilakukan. 107
B. Saran Berdasarkan analisis terhadap temuan penelitian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, adapun saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah: 1. Level Praktis a. Untuk mencapai tujuan event sponsorship secara efektif diperlukan hubungan yang kuat, positif dan bertahan lama antara TKC sebagai merek yang mensponsori event, sehingga secara konsisten perlu dilaksanakan sebuah event yang sesuai dengan citra merek TKC setiap tahunnya. Selain itu, sasaran event sponsorship yang sesuai dengan karakteristik konsumen saat ini dan konsumen potensial dari merek TKC juga perlu ditentukan sebelum event dilaksanakan. b. Diperlukan koordinasi internal antara pihak pengelola TKC dengan para penjual pada penerapan event sponsorship. Para penjual di TKC sebagai internal constituent sekaligus sebagai garda depan upaya promosi merek TKC perlu dilibatkan saat persiapan dan pelaksanaan event hingga evaluasi setelahnya. c. Perlu didisain sebuah program promosi pendukung yang memungkinkan audiens sasaran event atau kegiatan komunitas mendapat kesempatan untuk mencoba produk yang ditawarkan di TKC, sehingga akan ada pengalaman bersama merek TKC yang dirasakan oleh mereka. d. Pemanfaatan media baru (website Dinas Pasar Sleman) serta media sosial untuk publikasi event sponsorship harus dilakukan secara aktif. Pengurus komunitas atau anggotanya juga dapat diminta untuk turut mengaktifkan akun media sosial milik TKC sebagai timbal balik dari dukungan pihak pengelola TKC terhadap pelaksanaan kegiatan komunitas di TKC. Selain memuat informasi mengenai event berskala besar oleh Dinas Pasar Sleman, media publikasi juga perlu menampilkan informasi tentang pelaksanaan kegiatan komunitas yang rutin dilaksanakan di TKC meskipun masih dalam skala kecil. Dengan informasi tersebut maka masyarakat akan mengetahui adanya kehidupan di TKC. 108
e. Sebagian pengunjung TKC datang untuk ambil bagian atau melihat kegiatan yang dilaksanakan di TKC, namun sebagian pengunjung lain ingin menikmati suasana sepi dan santai jauh dari kebisingan kota, sehingga jadwal kegiatan rutin maupun nonrutin perlu diinformasikan baik melalui media pajang (spanduk/baliho) di depan lokasi TKC maupun melalui media baru/website dan media sosial. Dengan begitu para pengunjung dapat memilih waktu kedatangan sesuai dengan kebutuhan mereka. f. Pihak pengelola TKC perlu lebih mengeksploitasi kelebihan TKC dalam advertising yang dibuat, terutama lingkungan hijau dan ketersediaan air bersih melimpah yang menunjang higienitas proses pembuatan dan penyajian produk kuliner di TKC, serta harga produk yang relatif murah. g. Seluruh program promosi yang dilakukan oleh pihak pengelola TKC untuk menarik minat pengunjung akan menjadi upaya yang sia-sia apabila tidak didukung dengan pembenahan dan perbaikan fasilitas fisik di TKC. Kios-kios yang tutup, khususnya kios-kios yang berada di deret depan dan menghadap jalan masuk pengunjung, akan menimbulkan kesan yang kurang mendukung terhadap merek TKC. Para pengunjung yang telah susah payah diajak datang ke TKC justru akan merasa kecewa dengan kondisi TKC yang kurang nyaman dan dapat beresiko menyebarkan informasi ketidaknyamanan tersebut secara word-of-mouth kepada publik. h. Perbandingan jumlah kios restoran dan nonrestoran adalah satu banding dua. Namun, mengingat nama Taman Kuliner yang sudah mulai diketahui oleh banyak orang dan sudah merupakan nama kedua dari awal beroperasinya (sebelumnya bernama Taman Gaul), maka mengganti lagi nama Taman Kuliner mungkin bukan pilihan yang bijaksana. Kios restoran yang berjumlah 40 sudah terbilang banyak apabila semuanya beroperasi. Variasi menu yang standar tidak menjadi persoalan ketika didukung dengan harga terjangkau dan ditujukan untuk karakteristik target konsumen tertentu, seperti mahasiswa dan masyarakat kelas menengah di sekitar lokasi TKC. 109
2. Level Akademis Kegiatan sponsorship baik yang mencakup investasi dalam event maupun cause sebagai bentuk komunikasi dalam pemasaran oleh perusahaan atau organisasi di tingkat merek dewasa ini semakin tinggi. Penelitian ini lebih difokuskan pada aktifitas sponsorship yang terkait dengan pelaksanaan event atau kegiatan, sedangkan jenis sponsorship lain yang berkaitan dengan cause hanya disinggung sedikit pada bagian pengertian. Di kemudian hari diharapkan ada penelitian lain untuk meningkatkan pemahaman tentang sponsorship serta penerapannya secara efektif, baik menyangkut event sponsorship maupun cause-related sponsorship, sebagai opsi komunikasi strategis bagi perusahaan atau organisasi. 110
DAFTAR PUSTAKA Abrar, Ana Nadhya. 2005. Terampil Menulis Proposal Penelitian Komunikasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Allison, Graham T. 1992. Public and Private Management: Are They Fundamentally Alike in All Unimportant Respects?. Dalam G.M. Shafritz dan A.C. Hyde (Ed). Belmont: C.A. Wordsworth Argenti, Paul A. 2009. Corporate Communication. Boston: McGraw-Hill. Belch, George E. dan Michael A. Belch. 2009. Advertising and Promotion: An Integrated Marketing Communications Persepctive 8 th Edition. New York; McGraw-Hill. Chandra, Gregorius. 2002. Strategidan Program Pemasaran. Yogyakarta: Andi. Cornelissen, Joep. 2011. Corporate Communication: A Guide to Theory and Practice 3 rd Edition. London: Sage Publication Ltd. Hahn, Fred E. & Kenneth G. Mangun. 1997. Do-it-Yourself Advertising & Promotion: How to Produce Great Ads, Brochures, Catalogs, Direct Mail, Web Sites, and More!. Jakarta: Grasindo. Kotler, Philip. 1992. Dasar-dasar Pemasaran (Ed.5). Jakarta: Intermedia Kriyantono, Rachmat. 2010. TeknikPraktisRisetKomunikasi. Jakarta: Kencana. Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: ANDI. Percy, Larry. 2008. Strategic Integrated Marketing Communications: Theory and Practice. Oxford: Elsevier. Robert Stake. 1994. Case Study. Dalam Norman K. Densin dan Yvonna S. Lincoln (Ed). Ruslan, Rosady. 2012. Manajemen Public Relations & Media Komunikasi: Konsepsi dan Aplikasi (Ed. Revisi). Jakarta: Rajawali Pers. Shimp, Terence A. 2000, Periklanan & Promosi: Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu ed.5 (jilid I). Jakarta: Erlangga. 111