PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM MUATAN LOKAL

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI PEMBELAJARAN. Sosialisasi KTSP

PENGEMBANGAN MODEL MATA PELAJARAN. Sosialisasi KTSP

MODEL PENGEMBANGAN MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL. SD/MI/SDLB - SMP/MTs/SMPLB SMA/MA/SMALB/SMK

MATERI KULIAH PENGEMBANGAN KURIKULUM MULOK. By: Estuhono, S.Pd, M.Pd

Muatan Lokal dalam Kurikulum /27/2017 Nafan 1

MODEL MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL. SD/MI/SDLB - SMP/MTs/SMPLB SMA/MA/SMALB/SMK

MENGINTEGRASIKAN MUATAN LOKAL DALAM KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR

Latar Belakang Otonomi daerah; Desentralisasi; Multikultural; Pendidikan di sekolah perlu memberikan wawasan yang luas pada peserta didik tentang kekh

Kurikulum Muatan Lokal

PENYUSUNAN RPP BERBASIS KTSP PADA MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL DI TINGKAT SEKOLAH DASAR

SALINAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81A TAHUN 2013 TENTANG IMPLEMENTASI KURIKULUM

Minat Siswa Dalam Kurikulum Muatan Lokal

BAB I PENDAHULUAN. Melalui observasi awal di lapangan yang telah dilakukan di sekolah- sekolah

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

MATERI PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dan pembelajaran adalah dua konsep yang berbeda, namun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

SOSIALISASI DAN PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 / 34

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH DAN MONEV PELAKSANAANNYA. Makalah

PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2013 PUSAT LAYANAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP

EDISI : 4 PENGEMBANGAN SILABUS. Modul : Pengembangan Silabus Soal-soal Pengembangan Silabus

PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

Terima kasih telah mengunjungi

PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BAGI GURU SD DI KOTA SEMARANG

SILABUS SEBAGAI LANDASAN PELAKSANAAN DAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BAGI GURU YANG PROFESIONAL

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

MANAJEMEN KURIKULUM KHAS SEKOLAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 10

PENGEMBANGAN SILABUS

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan dalam tesis ini pada intinya bertujuan memberikan penjelasan awal

Pengembangan Silabus

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81A TAHUN 2013 TENTANG IMPLEMENTASI KURIKULUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS

Kompetensi Dasar. perencanaan program. rangka implementasi

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN. M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate)

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 16 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN KURIKULUM MUATAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS

Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global adalah pendidikan yang memanfaatkan keunggulan lokal

Pengembangan Silabus dan R P P. oleh : Susiwi S

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. antara lain dilakukan melalui pembaharuan kurikulum. Pembaharuan tersebut

Universitas Pendidikan Indonesia Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. Copyright by Asep Herry Hernawan

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Skor Maksimal Internasional

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan

PENDIDIKAN BERBASIS MUATAN LOKAL SEBAGAI SUB KOMPONEN KURIKULUM. Marliana dan Noor Hikmah

KEMAMPUAN CALON GURU BIOLOGI DALAM MENYUSUN RUBRIK ANALITIS PADA ASESMEN KINERJA PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus

I. PENDAHULUAN. PDF Created with deskpdf PDF Writer - Trial ::

PENGEMBANGAN SILABUS DAN RPP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Desentralisasi

PANDUAN PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN. Pusat Kurikulum - Balitbang Depdiknas

PANDUAN PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Implikasi kompetensi guru dapat dilihat antara lain meliputi : penguasaan bahan

BAB II KURIKULUM MUATAN LOKAL BERBASIS PESANTREN

ABSTRAK. Kaca kunci: lesson study, profesionalisme guru

PENGELOLAAN KURIKULUM MUATAN LOKAL (KML) BAHASA INGGRIS SD NEGERI SE-KECAMATAN GONDOKUSUMAN YOGYAKARTA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN PKN DI SMA SEKECAMATAN COMAL KABUPATEN PEMALANG a

PengembanganKurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Lampiran 1. Instrumen ini digunakan sebagai penggalian data pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan menurut pedoman penyusunan KTSP dari

Bab IV Analisis Hasil Penelitian

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 23 B. TUJUAN 23 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 24 D. UNSUR YANG TERLIBAT 24 E. REFERENSI 24 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 25

PELATIHAN PEMBUATAN ALAT PERAGA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SDN PAKIS V SURABAYA

Arini Estiastuti (Staf Pengajar PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES) ABSTRACT

Pengembangan Silabus dan RPP Kurikulum Catatan Pengantar

BAB I PENDAHULUAN. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan

BAB II KAJIAN TEORI. tentang kurikulum yang termasuk kategori pola lama seperti yang dikemukakan

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

KTSP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

PENGEMBANGAN MODEL ALOKASI BIAYA PENYEDIAAN AIR BERSIH STUDI KASUS P 3 KT KODYA DENPASAR TESIS. oleh. Putu Gede Suranata

PEMANTAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA GURU-GURU SMP LAB UNESA MELALUI LESSON STUDY

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. matematika di SMA Negeri 1 Klaten dapat disampaikan berikut.

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

BAB I PENDAHULUAN. haruslah menetapkan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.

Homeschooling Kak Seto di Bandung

IMPLEMENTASI INTEGRASI LIFE SKILLS DALAM PEMBELAJARAN DI MI MIFTAKHUL HUDA BENGKAL KRANGGAN TEMANGGUNG

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi ditandai

DAFTAR ISI. Kata Pengantar 1. Daftar Isi 2

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bab ini dikemukakan beberapa simpulan dan rekomendasi yang

PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang dihadapi. Dalam proses pembelajaran, guru maupun siswa juga

KESIAPAN GURU MENGIMPLEMENTASIKAN KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI 1 PANTAI CERMIN KABUPATEN SOLOK JURNAL

Kata kunci : analisis, implementasi, sistem, KTSP

ANALISIS PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DI SD SE-KECAMATAN BINJAI UTARA KOTA BINJAI

Jurnal Bidang Pendidikan Dasar (JBPD) Vol. 1 No. 1 Januari 2017

Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Volume 02 Nomor 03 Tahun 2014,

Suwarno, Wahyu Doko Ariyanto PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRACT

PENYUSU S NA N N KTSP

IMPLEMENTASI KURIKULUM BARU TAHUN 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI (Studi Deskriptif Kualitatif pada SDN Cilengkrang)

Transkripsi:

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM MUATAN LOKAL Elly Purwanti e-mail: purwantielly@gmail.com Abstract: Local content include parts of the structure and content of the curriculum contained in the Content Standards in the curriculum unit level education. The existence of local content subjects is a form of education that is not centralized, as an effort to provide education in their respective areas further increased its relevance to the circumstances and needs of the region. This is in line with efforts to improve the quality of national education curriculum so that the existence of local support and complement the national curriculum (UU Sisdiknas, 2003). The implementation of local content in basic education can be said to be still relatively new, so many problems in this curriculum still leaves many problematic. Issues in the implementation of local curriculum to date quite complicated. This is related to the planning, implementation and evaluation. Implementation of local content requires the organization in particular because it s involves a parts other than the school. The team teaching may be considered as an alternative to development. Besides, how to teach a regular classroom teacher, there should be an integrated cooperation between supervisors, field staff and resource. In terms of teaching and learning to use local content implementation process approach and the contextual approach. Through contextual learning strategies, learners can use the resources of the learning environment and play a more active role in gathering knowledge. But in practice the competence of teachers in applying, it is still a major issue that must be addressed further. Abstrak :Muatan lokal termasuk bagian dari struktur dan muatan kurikulum yang terdapat pada Standar Isi di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Keberadaan mata pelajaran muatan lokal merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang tidak terpusat, sebagai upaya agar penyelenggaraan pendidikan di masing-masing daerah lebih meningkat relevansinya terhadap keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Hal ini sejalan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan nasional sehingga keberadaan kurikulum muatan lokal mendukung dan melengkapi kurikulum nasional ( UU Sisdiknas, 2003). Implementasi muatan lokal pada pendidikan dasar dapat dikatakan masih relatif baru, sehingga berbagai persoalan dalam kurikulum ini masih menyisakan berbagai problematik. Persoalan dalam implementasi kurikulum muatan lokal sampai saat ini cukup cukup pelik. Hal ini berkaitan dengan dengan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasinya. Dilihat dari segi ketenagaan, pelaksanaan muatan lokal memerlukan pengorganisasian secara khusus karena melibatkan pihak pihak lain selain sekolah. Untuk itu mungkin team teaching sebagai alternatif dapat dipikirkan pengembangannya. Disamping cara cara mengajar yang rutin oleh guru kelas, harus ada kerjasama terpadu antara pembina, pelaksana lapangan dan nara sumber. Dilihat dari segi proses belajar mengajar pelaksanaan muatan lokal dapat menggunakan pendekatan proses dan pendekatan kontekstual. Melalui strategi pembelajaran kontekstual, peserta didik dapat muatan lokal, pengembangan SK, KD.menggunakan sumber belajar dari lingkungan dan berperan lebih aktif dalam mengumpulkan pengetahuan. Namun dalam prakteknya kompetensi guru guru dalam menerapkannya masih merupakan persoalan besar yang harus ditangani lebih lanjut. Kata Kunci: kemampuan guru, kurikulum muatan lokal 15

16 Jurnal Pemiiran dan Pengembangan SD, Jilid 1, Nomor 1, April 2013, hlm. 15-21 Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang memiliki keanekaragaman sumber daya alam dan multikultur (sumber daya alam, adat istiadat, tata cara, bahasa, kesenian, kerajinan, keterampilan daerah) merupakan ciri khas yang memperkaya nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia. Oleh karena itu keanekaragaman tersebut harus selalu dilestarikan dan dikembangkan dengan tetap mempertahankan nilainilai luhur bangsa Indonesia melalui upaya pendidikan. Pengenalan keadaan lingkunngan, sosial, dan budaya kepada peserta didik memungkinkan mereka untuk lebih mengakrabkan dengan lingkungannya. Pengenalan dan pengembangan lingkungan melalui pendidikan diarahkan untuk menunjang peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan pada akhirnya diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik. Kebijakan yang berkaitan dengan dimasukkannya program muatan lokal dalam Standar Isi dilandasi kenyataan bahwa di- Indonesia terdapat beranekaragam ligkungan alam, sosial dan kebudayaan. Sekolah tempat program pendidikan dilaksanakan merupakan bagian dari masyarakat. Oleh karena itu, program pendidikan di sekolah perlu memberikan wawasan yang luas pada peserta didik tentang kekhususan yang ada di lingkungannya. Standar Isi yang seluruhnya disusun secara terpusat tidak mungkin dapat mencakup muatan lokal tersebut. Sehingga perlulah disusun mata pelajaran yang berbasis pada muatan lokal. Landasan hukum Program Pengembangan muatan lokal adalah : UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 37 ayat (1) dan pasal 38 ayat (2), Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendididikan seluruhnya. Muatan Lokal Muatan Lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi mata pelajaran muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada mata pelajaran keterampilan. Muatan lokal termasuk bagian dari struktur dan muatan kurikulum yang terdapat pada Standar Isi di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Keberadaan mata pelajaran muatan lokal merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang tidak terpusat, sebagai upaya agar penyelenggaraan pendidikan di masing-masing daerah lebih meningkat relevansinya terhadap keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Hal ini sejalan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan nasional sehingga keberadaan kurikulum muatan lokal mendukung dan melengkapi kurikulum nasional (UU Sisdiknas, 2003). Tujuan umum adalah sebagai acuan bagi satuan pendidikan sekolah dalam pengembangan mulok yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan, sedangkan tujuan khusus adalah : memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan perilaku kepada peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai/aturan yang berlaku di daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional. Lebih jelas lagi terutama agar peserta didik dapat: (1) mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budayanya, (2) memiliki pengetahuan, kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada umumnya sebagai bekal siswa, (3) memiliki sikap dan

Purwanti, Peningkatan Kemampuan Guru Sekolah Dasar Muhammadiyah dalam Pengembangan 17 Kurikulum Muatan Lokal perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/aturan-aturan yang berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat dalam rangka menunjang pembangunan nasional (Dakir, 2004,Iim, 2007, Muhaimin, 2007). Ruang Lingkup Muatan Lokal Lingkup Keadaan dan Kebutuhan Daerah Keadaan daerah adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tertentu yang pada dasarnya berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan sosial budaya. Kebutuhan daerah adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh masyarakat di suatu daerah, khususnya untuk kelangsungan hidup dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat tersebut, yang disesuaikan dengan arah perkembangan daerah serta potensi daerah yang bersangkutan. Lingkup Isi/Jenis Muatan Lokal Dapat berupa: bahasa daerah, bahasa Inggris, kesenian daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat, dan pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar, serta hal-hal yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan. Pengembangan dan Penetapan Mata Pelajaran Pengembangan sesuai dengan kondisi Sekolah Saat Ini, seperti : (1) analisis mulok yang ada di sekolah. Apakah masih layak dan relevan Mulok diterapkan di sekolah? (2) bila mulok yang diterapkan di sekolah tersebut masih layak digunakan maka kegiatan berikutnya adalah merubah mulok tersebut ke dalam SK dan KD, (3) bila mulok yang ada tidak layak lagi untuk diterapkan, maka sekolah bisa menggunakan Mulok dari sekolah lain atau tetap menggunakan mu- lok yang ditawarkan oleh Dinas atau mengembangkan mulok yang lebih sesuai. Pengembangan dan Penetapan Standar kompetensi dan Kompetensi dasar 1) mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah 2) menentukan fungsi dan susunan atau komposisi Muatan lokal 3) mengidentifikasi bahan kajian Muatan lokal 4) menentukan Mata Pelajaran Muatan lokal 5) mengembangkan Standart kompetensi dan Kompetensi dasar berserta silabusnya dan RPP-nya 6) Pelaksanaan Sekolah yang mampu mengembangkan SK dan KD beserta silabus dan RPP-nya dapat melaksanakan Mulok. Bila belum mampu, dapat melaksanakan Mulok berdasarkan kegiatan-kegiatan yang direncanakan oleh sekolah, atau dapat meminta bantuan kepada sekolah lain yang masih dalam satu daerah. Bila beberapa sekolah dalam satu daerah belum mampu mengembangkan SK dan KD Mulok, dapat meminta bantuan Tim Pengembang Kurikulum (TPK) di daerah setempat, atau meminta bantuan dari LPMP di propinsi. Pihak yang Terlibat dalam Pengembangan Muatan Lokal TPK, LPMP, Perguruan tinggi, Instansi/- lembaga di luar Depdiknas, misalnya: pemerintah Daerah/Bapeda, Dinas Departemen lain terkait, dunia usaha/industri, dan tokoh masyarakat. Rambu-Rambu Bahan kajian disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik (pengetahuan dan cara berpikir, emosional, dan sosial). Pelaksanaan kegiatan belajar menga-

18 Jurnal Pemiiran dan Pengembangan SD, Jilid 1, Nomor 1, April 2013, hlm. 15-21 jar diatur sedemikian rupa agar tidak memberatkan peserta didik dan tidak mengganggu penguasaan pada kurikulum nasional. Oleh karena itu dalam pelaksanaan Mulok dihindarkan adanya pekerjaan rumah (PR). Program pembelajaran hendaknya dikembangkan dengan melihat kedekatan secara fisik dan secara psikis. Dekat secara fisik, maksudnya dalam lingkungan tempat tinggal dan sekolah peserta didik. Sedangkan dekat secara psikis maksudnya bahan kajian tersebut mudah dipahami oleh kemampuan berpikir dan mencernakan informasi sesuai dengan usianya. Untuk itu, bahan pengajaran hendaknya disusun berdasarkan prinsip (1) bertitik tolak dari hal-hal konkret ke abstrak; (2) dikembangkan dari yang diketahui ke yang belum diketahui; (3) dari pengalaman lama ke pengalaman baru; (4) dari yang mudah/sederhana ke yang lebih sukar/rumit. Selain itu bahan kajian/pelajaran hendaknya bermakna bagi peserta didik yaitu bermanfaat karena dapat membantu peserta didik dalam kehidupan seharihari. Bahan kajian/pelajaran hendaknya memberikan keluwesan bagi guru dalam memilih metode mengajar dan sumber belajar seperti buku dan nara sumber. Dalam kaitan dengan sumber belajar, guru diharapkan dapat mengembangkan sumber belajar yang sesuai dengan memanfaatkan potensi di lingkungan sekolah, misalnya dengan memanfaatkan tanah/kebun sekolah, meminta bantuan dari instansi terkait atau dunia usaha/industri (lapangan kerja) atau tokoh-tokoh masyarakat. Selain itu guru hendaknya dapat memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan peserta didik aktif dalam proses belajar mengajar, baik secara mental, fisik, maupun sosial. Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya beru- pa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Pelaporan hasil belajar mata pelajaran muatan lokal diwujudkan dalam bentuk kuantitatif. Implementasi Pengembangan Program Muatan Lokal Di Sekolah Dasar Muhammadiyah Malang Implementasi program muatan lokal di beberapa sekolah dasar Muhammadiyah di Malang didasarkan hasil survey yang didapatkan data bahwa : (1) muatan lokal yang sudah dilaksanakan di sekolah dasar sekolah dasar Muhammadiyah masih terbatas pada bahasa Arab, bahasa Inggris, bahasa Jawa. (2) belum mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar pada kurikulum muatan lokal yang diterapkan, (3) muatan lokal belum berdasarkan pada keanekaragaman lingkungan, sosial, maupun budaya di daerahnya. Tujuan kegiatan adalah: (1) mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta silabus, dengan mengacu pada Standar Isi yang ditetapkan oleh BS- NP. (2) pengembangan Kompetensi Dasar dengan melibatkan guru, ahli bidang kajian, ahli dari instansi lain yang sesuai. (3) pengembangan silabus secara umum mencakup: mengembangkan indikator, mengidentifikasi materi pembelajaran, mengembangkan kegiatan pembelajaran, pengalokasian waktu, pengembangan penilaian, menentukan sumber belajar; 4) mengidentifikasi muatan lokal berdasar keanekaragaman lingkungan, sosial maupun budaya daerah. METODE PENELITIAN

Purwanti, Peningkatan Kemampuan Guru Sekolah Dasar Muhammadiyah dalam Pengembangan 19 Kurikulum Muatan Lokal (1) Observasi ke sekolah: Observasi ke sekolah sekolah yang akan dijadikan mitra kegiatan yaitu SD Muhammadiyah di Lawang, SD Islam di Tajinan, SD Muhammadiyah di Pagak. Tujuan observasi untuk melakukan analisis situasi di masing masing SD Mitra akan kondisi sesungguhnya di SD Mitra pada pelaksanaan mata pelajaran mutan lokal. (2) kuosioner/angket: Pengisian kuosioner oleh guru guru dan kepala sekolah tentang pelaksanaan mata pelajaran muatan lokal di sekolah mitra. (2) Pelatihan: Peserta diundang ke kampus Universitas Muhammadiyah Malang a. Mendapatkan materi tentang pelaksanaan penyelenggaraan muatan lokal yang sesuai dengan UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 37 ayat (1) dan pasal 38 ayat (2), Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. b. Merancang pengembangan program muatan lokal. Mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta silabus, dengan mengacu pada Standar Isi yang ditetapkan oleh BSNP: (a) pengembangan Standar Kompetensi. Standar kompetensi adalah menentukan kompetensi yang didasarkan pada materi sebagai basis pengetahuan. (b) pengembangan Kompetensi Dasar: Kompetensi dasar merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa. Penentuan ini dilakukan dengan melibatkan guru, ahli bidang kajian, ahli dari instansi lain yang sesuai. c. Pengembangan silabus secara umum mencakup: (a) mengembangkan indikator (b) mengidentifikasi materi pembelajaran (c) mengembangkan kegiatan pembelajaran (d) pengalokasian waktu (e) pengembangan penilaian (f) menentukan Sumber Belajar (g) langkah-langkah tersebut dapat mengacu pada penyusunan silabus mata pelajaran. (3) Evaluasi kegiatan a. Analisis hasil observasi dari masingmasing SD mitra untuk menentukan metode/strategi pelaksanaan program muatan lokal pada SD mitra. b. Analisis hasil pengisian angket tentang SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) penyelenggaraan proram muatan lokal di sekolah mitra. c. Monev hasil penyelenggaraan pelatihan, berupa terwujudnya perangkat pembelajaran yaitu silabus, RPP, LKS muatan lokal di SD masing masing mitra. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil observasi masingmasing SD mitra sudah melaksanakan program muatan lokal Data sebagai berikut : SD Pagak: muatan lokal yang sudah ada bahasa Jawa, bahasa Arab, bahasa Inggris SD Islam Tajinan: muatan lokal bahasa Jawa, bahasa Inggris, ke Muhammadiyahan SD Muh Lawang: muatan lokal bahasa daerah, bahasa Inggris, TIK ( komputer) Keberhasilan kegiatan yang dilakukan tentang penyelenggaraan muatan lokal di SD mitra, berdasar evaluasi mencapai 65% - 70% tingkat keberhasilan yang dibuktikan dengan terwujudnya draft silabus, RPP muatan lokal di SD masing-masing Pelaksanaan belum mencapai 100% karena silabus, RPP dan perangkat pembelajaran pendukung lainnya belum terwujud, dengan baik kemudian implementasi dari hasil pelatihan yang telah dilakukan oleh PGSD belum terdeteksi dengan jelas. Indikator Keberhasilan

20 Jurnal Pemiiran dan Pengembangan SD, Jilid 1, Nomor 1, April 2013, hlm. 15-21 Peserta pelatihan membuat draf dan silabus dan RPP muatan lokal yang akan diimplementasikan disekolah masing-masing. Keberlanjutan Kegiatan di Mitra Memonitor hasil pelatihan kegiatan tahap I Memonitor implementasi hasil pelatihan tahap I Monitoring dan evaluasi dari kegiatan tahap I untuk rekomendasi pada kegiatan/program selanjutnya Potret permasalahan lain yang terekam. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di masing-masing SD mitra didapatkan permasalahan lain, yaitu : 1. Selain melaksanakan program muatan lokal yang wajib berdasarkan peraturan daerah (sesuai yang tercantum pada UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah). Masing-masing SD mitra ingin mengembangkan muatan lokal lain sesuai hasil analisis sekolah masing-masing SD Pagak: muatan lokal lain yang ingin diadakan adalah Oleh-oleh khas berdasarkan hasil daerah yaitu bahan yang terbuat dari ketela pohon SD Islam Tajinan: muatan lokal lain yang ingin dikembangkan adalah TO- GA SD Muh Lawang: muatan lokal yang i- ngin dikembangkan: Pengelolaan sampah dan pembuatan kompos, TOGA, keterampilan siswa dalam bidang keraji- nan tangan 2. Kendala pelaksanaan program muatan lokal yaitu: kurangnya sarana prasarana, tenaga pengajar, tidak adanya fasilitas pendukung, tenaga ahli/fasilitator, belum ada pembinaan/pelatihan. PEMBAHASAN Problematika muatan lokal : Pendidikan sebagai upaya manusia untuk mengembangkan hidupnya menjadi lebih baik, di- tuntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan dinamika masyarakat dalam proses ini, masuknya nilai-nilai baru menjadi tidak terelakkan, meskipun demikian, harus tetap diingat bahwa selain misi transformatif, pendidikan juga berperan sebagai wadah konservasi nilai-nilai luhur yang diwariskan secara turun temurun sebagaimana terdapat dalam budaya dimana peserta didik berada. Dalam kaitan ini, pendidikan jangan sampai mencabut peserta didiknya dari a- kar kultur yang dimilikinya. Dalam kontak inilah kemudian keberadaan kurikulum muatan lokal menemukan signifikansinya. Kurikulum sebagaimana dipahami tidaklah selesai dengan selesainya dokumen kurikulum semata, tetapi yang lebih mendasar adalah bagaimana kurikulum tersebut diterapkan dalam keseluruhan aktivitas yang berlangsung di sekolah, yang pada gilirannya turut memberi kontribusi pada perubahan sikap, perilaku dan keterampilan peserta didik. Implementasi muatan lokal pada pendidikan dasar dapat dikatakan masih relatif baru, sehingga berbagai persoalan dalam kurikulum ini masih menyisakan berbagai problematik. Persoalan dalam implementasi kurikurikulum muatan lokal sampai saat ini cukup pelik. Hal ini berkaitan dengan dengan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasinya. Dilihat dari segi ketenagaan, pelaksanaan muatan lokal memerlukan pengorganisasian secara khusus karena melibatkan pihak pihak lain selain sekolah. Untuk itu mungkin team teaching sebagai alternatif dapat dipikirkan pengembangannya. Disamping cara mengajar yang rutin oleh guru kelas, harus ada kerjasama terpadu antara pembina, pelaksana lapangan dan nara sumber. Dilihat dari segi proses belajar mengajar pelaksanaan muatan lokal dapat menggunakan pendekatan proses dan pendekatan kontekstual. Melalui strategi pembelajaran kontekstual, peserta didik dapat menggunakan sumber belajar dari lingkungan

Purwanti, Peningkatan Kemampuan Guru Sekolah Dasar Muhammadiyah dalam Pengembangan 21 Kurikulum Muatan Lokal dan berperan lebih aktif dalam mengumpulkan pengetahuan. Namun dalam prakteknya kompetensi guru-guru dalam menerapkannya masih merupakan persoalan besar yang harus ditangani lebih lanjut. DAFTAR PUSTAKA Dakir, S. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta. Depdikbut. 1998. Proyek Pengelolaan Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal. Jakarta: Kerjasama Depdikbud dengan UNDP. Dinas Pendidikan Jawa Barat. 2002. Pendidikan Berbasis Luas Kecakapan Hidup dengan Model Pelaksanaan Pembelajaran Hidup di Sekolah. Bandung: CV Dwi Rama. Iim Waslimin. 2007. Modul Problematika Pendidikan Dasar. Bandung : Pps Pendidikan Dasar UPI. Marwanti, 2004, Life Skill dalam Pengembangan Kurikulum, Makalah Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia V, Surabaya, Oktober 2004. Muhaimin, dkk. 2007. Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada Sekolah Madrasah. Jakarta : Rajawali. Sumiyarso. 2004. Kebijakan Pengembangan Kurikulum Dalam Menjawab Tantangan Lokal, Nasional, Dan Global: Berdasarkan Analisis Kualitas Lulusan Pendidikan Makalah Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia V, Surabaya, Oktober 2004.