BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malnutrisi semakin diketahui sebagai faktor. prosnosis penting yang dapat mempengaruhi keluaran

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Komplikasi infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) terhadap

BAB I PENDAHULUAN. proses-proses kehidupan (Soenarjo, 2000). Menurut Soenarjo (2000), Nutrisi

BAB I PENDAHULUAN. Malnutrisi merupakan salah satu permasalahan yang banyak dialami

BAB I PENDAHULUAN. inap di rumah sakit. Pada penelitian Kusumayanti dkk (2004) di tiga Rumah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regenatif (Nurdjanah, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. (PGK) tahap akhir yang menjalani dialisis masih sangat tinggi, kira-kira 15 -

BAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemeriksaan rutin kesehatan atau autopsi (Nurdjanah, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Sirosis hati merupakan stadium akhir dari penyakit. kronis hati yang berkembang secara bertahap (Kuntz, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi

Perubahan Status Fungsi Hati, Status Nutrisi, Keseimbangan Nitrogen pada Pasien Sirosis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah pembedahan tergantung pada jenis pembedahan dan jenis. dilupakan, padahal pasien memerlukan penambahan kalori akibat

BAB IV METODE PENELITIAN. Dalam, Sub Bagian Gastroenterohepatologi.

BAB I KONSEP DASAR. menderita deferensiasi murni. Anak yang dengan defisiensi protein. dan Nelson membuat sinonim Malnutrisi Energi Protein dengan

Pengukuran Status Gizi pada Lanjut Usia

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan

CRITICAL ILLNESS. Dr. Syafri Guricci, M.Sc

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal adalah organ vital yang berperan penting dalam mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. arsitektur hati dan pembentukan nodulus regeneratif (Sherlock dan Dooley,

BAB 1 PENDAHULUAN. diprediksikan terdapat peningkatan usia harapan hidup penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pada usus yang diperantarai proses aktivasi imun yang patofisiologinya kompleks

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Status gizi mempunyai efek penting terhadap kesehatan. Status gizi kurang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO pada tahun 2002, memperkirakan pasien di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Schizophrenia adalah penyakit otak yang timbul akibat. normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan

I. PENDAHULUAN. keluhan maupun gejala klinis kecuali sudah terjun pada stadium terminal (gagal

OLEH : KELOMPOK 5 WASLIFOUR GLORYA DAELI

BAB I PENDAHULUAN. dari 14 tahun. Kasus SN lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. Pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yang menjalani hemodialisis reguler

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN

SKRINING DAN PENILAIAN NUTRISI

1. 4A 2. 3A 3. 3B. : Mengetahui masalah gizi dan penatalaksanaannya pada sistem respirasi

KOMPOSISI TUBUH LANSIA I. PENDAHULUAN II.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Buku 2 : RKPM PENILAIAN STATUS GIZI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Sirosis hati (SH) menjadi problem kesehatan utama di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

B A B I PENDAHULUAN. kesehatan global karena prevalensinya yang cukup tinggi, etiologinya yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi suplemen secara teratur 2. Sementara itu, lebih dari setengah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit kritis merupakan suatu keadaan sakit yang membutuhkan dukungan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa anak dan remaja adalah masa dimana manusia. mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik secara

BAB I PENDAHULUAN. Albumin merupakan protein terbanyak dalam plasma, sekitar 60% dari total

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. akibat kanker setiap tahunnya antara lain disebabkan oleh kanker paru, hati, perut,

BAB I PENDAHULUAN. sel tubuh normal mengadakan mutasi menjadi sel kanker yang kemudian. Penyakit kanker saat ini sudah merupakan masalah kesehatan di

MALNUTRISI. Prepared by Rufina Pardosi UNICEF Meulaboh

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa

PENATALAKSANAAN DIIT PADA HIV/AIDS. Susilowati, SKM, MKM.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penunjang medik yang merupakan sub sistem dalam sistem pelayanan. mempunyai peranan penting dalam mempercepat tercapainya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

Faktor-faktor yang Berkorelasi dengan Status Nutrisi pada Pasien Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD)

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

asuhan gizi, penyelenggaraan makanan, kegiatan penelitian dan pengembangan gizi (Depkes, 2006). Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan hak setiap

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya prevalensi malnutrisi pada pasien di rumah sakit masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit perlemakan hati non alkohol atau Non-alcoholic Fatty Liver

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sangat susah ditanggulangi, sebagian besar berakhir dengan kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesembilan di Amerika Serikat, sedangkan di seluruh dunia sirosis menempati urutan

BAB I PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG MASALAH. Infeksi virus hepatitis B (VHB) merupakan salah. satu masalah kesehatan utama dengan tingkat morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda gangguan metabolisme lipid (dislipidemia). Konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh dan. menyumbang 1,5-2% dari berat tubuh manusia (Ghany &

BAB I PENDAHULUAN. satu kegawatdaruratan paling umum di bidang bedah. Di Indonesia, penyakit. kesembilan pada tahun 2009 (Marisa, dkk., 2012).

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dan cairan tubuh lain. Disamping itu pemeriksaan laboratorium juga berperan

a. Tujuan terapi.. 16 b. Terapi utama pada hepatitis B.. 17 c. Alternative Drug Treatments (Pengobatan Alternatif). 20 d. Populasi khusus

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya malnutrisi pada pasien dan meningkatkan angka infeksi, atrofi otot,

PENGEMBANGAN INSTRUMEN SKRINING GIZI DI RUMAH SAKIT. Dr. Susetyowati DCN,M.Kes Universitas Gadjah Mada 2014

BAB I PENDAHULUAN. bertahap dengan bertambahnya umur. Proses penuaan ditandai dengan. kehilangan massa otot tubuh sekitar 2 3% perdekade.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu keadaan klinis

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 merupakan salah satu. penyakit tidak menular yang semakin meningkat di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pada macam pembedahan dan jenis penyakit penyerta.

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit dan pola pengobatan,

ASUHAN GIZI pada HIV - AIDS

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PENELITIAN. Program Pendidikan Dokter Subspesialis Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Divisi Gastroenterologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara di dunia. Keadaan ini dapat berupa defisiensi makronutrien,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Hepatitis kronik virus B dan virus C adalah masalah kesehatan di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. atrofi otot karena kurang bergerak. Atrofi (penyusutan) otot menyebabkan otot

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut World Health Organization (WHO), obesitas adalah

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi dari makanan diet khusus selama dirawat di rumah sakit (Altmatsier,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malnutrisi semakin diketahui sebagai faktor prosnosis penting yang dapat mempengaruhi keluaran klinis pasien penderita penyakit hati tahap akhir. Meskipun faktanya malnutrisi tidak lagi termasuk di dalam klasifikasi Child-Pugh, adanya hal tersebut harus diwaspadai para klinisi sama halnya komplikasi yang lain, seperti asites dan ensefalopati hati. Nutrien yang tidak adekuat, status hipermetabolik pada sirosis, berkurangnya kapasitas sintetik hati, dan kerusakan absorpsi nutrien adalah alasan utama gangguan keseimbangan metabolik pada penyakit hati tahap akhir. Identifikasi pasien yang mengarah ke status malnutrisi dengan metode yang sederhana dan mudah merupakan hal yang penting untuk penyediaan bantuan tambahan nutrisi bagi yang membutuhkannya. Berdasar pada European Society for Clinical Nutrition and Metabolism, metode seperti Subjective Global Assessment dan parameter antropometrik bisa diandalkan dalam penilaian status

nutrisi pada penderita sirosis (Tsiaousi, et al., 2008). Berbagai macam mekanisme disadari berkontribusi kepada malnutrisi pada sirosis : asupan makanan yang buruk, malabsorpsi, peningkatan kehilangan protein di usus, sintesis protein rendah, gangguan pembentukan substrat, dan hipermetabolisme. Banyak dari hal ini tidak dimengerti secara penuh. Pada penyakit hati tingkat lanjut, pasien-pasien sering mangalami asupan makanan yang buruk. Jenis makanan yang direkomendasikan mungkin tidak disukai atau karena restriksi natrium diperlukan sebagai kontrol dari asites dan edema perifer. Distorsi atau penurunan sensasi rasa (dysgeusia) yang berhubungan dengan defisiensi seng atau magnesium, dapat dianalisis dengan baik dan mungkin mempunyai pengaruh terhadap malnutrisi pada pasien sirosis (O Brien dan Williams, 2008 ). Ada banyak faktor yang membingungkan di dalam evaluasi status nutrisi pasien-pasien dengan sirosis. Banyak dari penanda malnutrisi yang biasa dipakai, bukan merupakan parameter yang berguna untuk memprediksi malnutrisi di populasi pasien ini. Berat badan, sebagai contoh, bukan merupakan indikator malnutrisi yang bisa diandalkan, dikarenakan asites dan

edema yang akan meningkatkan pengukuran berat, dan juga lean body mass juga tereduksi. Juga, banyak dari tes laboratorium yang merupakan penanda tipikal status nutrisi, lebih tidak bisa diandalkan untuk pasien dengan sirosis. Contohnya, konsentrasi albumin dan pre albumin bisa menjadi rendah dikarenakan rendahnya level sintesis, bukan karena status nutrisi yang buruk. Parameter yang lain harus digunakan di dalam evaluasi pasien-pasien ini. Metode yang biasa digunakan adalah antropometri. Pengukuran antropometrik termasuk tebal lemak triceps dan lingkar lengan atas, yang menilai simpanan lemak dan massa otot skelet. Metode ini bukannya tanpa masalah. Keterbatasan potensial antropometri, termasuk reproduksibilitas buruk antar pengamat dan overestimasi nilai ini dikarenakan thirdspacing dari cairan tubuh (Henkel dan Buchman, 2006). Karena itu, penulis tertarik melihat hubungan kadar seng serum penderita sirosis hati dengan parameter antropometrik tebal lemak trisep, sehingga di kemudian hari dapat mengetahui penting tidaknya pemberian asupan seng berdasarkan status nutrisi penderita.

B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka perumusan masalah menjadi: Apakah ada hubungan antara kadar seng serum dan parameter antropometrik tebal lemak trisep pada penderita sirosis hati? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kadar seng serum dengan parameter antropometrik tebal lemak trisep pada penderita sirosis hati. D. Keaslian Penelitian Penelitian terkait hubungan antara kadar seng dengan status nutrisi pernah dilakukan oleh beberapa peneliti, antara lain : 1. Indrarti (2007) yang meneliti status nutrisi pada penderita sirosis hati 2. Triwikatmi dan Nurdjanah (2008) yang meneliti tentang kadar seng serum penderita sirosis hati berdasarkan skor Child-Turcotte-Pugh.

3. Darmayani dan Nurdjanah (2011) yang meneliti korelasi kadar seng serum dan kualitas hidup pada penderita sirosis hati. Beda penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada penelitian ini, status nutrisi diukur menggunakan parameter antropometrik tebal lemak trisep. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis Hasil penelitian dapat menambah tentang teori status nutrisi, terutama pengukuran antropometrik bagi penulis. Jika di kemudian hari ilmu ini dibutuhkan dalam aktivitas di lingkungan kerja penulis, maka penulis dapat menggunakannya dengan baik. 2. Bagi pasien Hasil penelitian akan memberi masukan pertimbangan tentang penambahan suplemen seng oral, khususnya dalam memperbaiki status nutrisi penderita sirosis hati. 3. Bagi institusi Hasil penelitian dapat menjadi bahan pertimbangan perlunya penambahan suplemen seng untuk penderita

sirosis hati serta sebagai prediksi awal malnutrisi dalam penatalaksanaan sirosis hati di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. 4. Bagi ilmu pengetahuan Hasil penelitian akan menambah wawasan pengetahuan tentang hubungan kadar seng serum dengan status nutrisi penderita sirosis hati yang dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya.