BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia memiliki kemampuan yang berbeda-beda tergantung pada usia

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF KELAS 1 SEKOLAH DASAR PELITA BANGSA. oleh : Setia Armawati, Herpratiwi, Eddy Purnomo

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Karakteristik Perkembangan anak usia kelas awal SD

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK SISWA SD KELAS AWAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan sistem pendidikan diharapkan mewujudkan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum memainkan peran yang sangat penting dalam Sistem Pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perkembangan peserta didik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peserta didik pada Sekolah Dasar yang duduk di kelas-kelas awal (kelas

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Sekolah Dasar. Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai

PLPG CEPI SAFRUDDIN ABD. JABAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III. Sosialisasi KTSP

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9. tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Pembelajaran Tematik Integratif pada Kurikulum 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Tema-tema pada pembelajaran tematik integratif Kurikulum 2013

Implementasi Pembelajaran Tematik pada Kelas Awal Sekolah Dasar di Provinsi Sulawesi Selatan

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditetapkan, yaitu untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia. Hal

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru, kurikulum

Subagyo, Amat Komari dan Aris Fajar Pambudi Universitas Negeri Yogyakarta, Jl. Kolombo No. 1, Karangmalang Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deni Ahmad Munawar, 2013 :

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik kelas rendah di Sekolah Dasar merupakan rentang usia yang

BAB I PENDAHULUAN. tujuan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memberikan hasil yang

MENGAPA PERLU PEMBELAJARAN TEMATIK?

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar merupakan jenjang terbawah dari sistem pendidikan

KAJIAN PUSTAKA. mendalam mengenai makna hasil belajar, akan dibahas. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3), hasil belajar merupakan hasil dari

BAB I PENDAHULUAN. Jenjang Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) memilki peran yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA SMP PADA TEMA ENERGI DALAM TUBUH MENGGUNAKAN METODE 4S TMD

BAB I PENDAHULUAN. luar pendidikan formal yang teroganisasi, sistematis, dan berjenjang.

DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 109

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran

1. Konsep Dasar KurikulumTingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP) pasal 1 ayat 15 (Mulyasa, 2010:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kelompok Materi: MATERI POKOK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurikulum 2013 (Kemendikbud, 2014: 2) merupakan Kurikulum penyempurnaan KTSP yang tertera pada Peraturan Menteri

BAB I PENDAHULUAN. pemecahan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Banyumas yang menjadi sekolah dasar untuk Pilot Project yang

Disampaikan pada Pembekalan Mikro teaching Mahasiswa PGSD-UAD RINI NINGSIH, M.Pd.

BAB III STANDAR KOMPETENSI LULUSAN STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak hanya berlangsung pada satu tahap perkembangan saja

EDISI : 2. PENGEMBANGAN RPP. Modul : Pengembangan RPP Soal-soal seputar RPP

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan mendasar yang saat ini dialami oleh bangsa kita adalah

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran dengan mata pelajaran lain dalam satu tema. Alasannya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. suatu wadah yang disebut sebagai lenbaga pendidikan. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP dan MTs

STUDI TENTANG PERAN DAN MANFAAT KURIKULUM NON AKADEMIK DALAM PEMBENTUKAN SIKAP DI MI MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. siswa yang tidak tergolong dalam berbagai kegiatan kelompoknya, tetapi siswa ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan

MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS)

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang tertera pada Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yang

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Model Penyelenggaraan Peminatan Kurikulum 2013 di SMA KATA PENGANTAR. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah ii

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional Indonesia. Sukmadinata (2010:3) menyatakan bahwa

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS

Oleh: Nyoman Dantes PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS

BAB I PENDAHULUAN. keaktifan siswa. Bahan uji publik Kurikulum 2013 menjelaskan standar penilaian

BAB I PENDAHULUAN. perlu dilaksanakan, sebab dengan proses pendidikan manusia akan dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa melalui kegiatan

Struktur Kurikulum Disampaikan Oleh: Dra. Titik Sugiarti, M.Pd

I. PENDAHULUAN. yang berkualitas. Pembelajaran yang dilakukan guru hendaknya dapat. tinggi selalu memperbaharui mekanisme dan pola pembelajaran kearah

BAB II KAJIAN TEORITIS. mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Atmodiwiryo,2000:5). Selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KARAKTERISTIK SISWA SD KELAS RENDAH DAN PEMBELAJARANNYA

BAB I PENDAHULUAN. adalah sumber daya manusia indonesia yang memiliki kekuatan spiritual,

BAB I PENDAHULUAN. dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Formal dalam memasuki era globalisasi ditandai dengan adanya

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU. Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar

TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang dilalui dan dilakukan oleh setiap manusia dalam rangka memahami sesuatu. Dalam belajar, setiap manusia akan melewati tahapan proses belajar dari yang mudah hingga yang sulit. Dalam belajar pula setiap manusia memiliki kemampuan yang berbeda-beda tergantung pada usia manusia itu sendiri. Setiap manusia melalui tahapan belajar berdasarkan usia dan perkembangan kognitifnya ( Piaget dalam Wolfolk (2004: 32)). Anak-anak yang berada di kelas 1 sekolah dasar umumnya berusia 7 tahun dan mereka berada pada tahap perkembangan kognitif konkret operasional (7 sampai 11 tahun). Pada usia tersebut tingkah laku yang tampak pada anak berdasarkan hipotesis Piaget, anak-anak mampu menyelesaikan masalah-masalah konkret dengan logika, mampu mengklasifikasi, mampu memahami sifat-sifat zat yang dapat kembali ke wujud semula atau bersifat reversibel, dan mampu mengurutkan dari yang terkecil hingga yang terbesar atau sebaliknya (Wolfolk, 2004: 32). Anak-anak usia kelas 1 sekolah dasar pada umumnya masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan atau holistik (Rusman, 2012: 257), sehingga

2 mereka belum mampu mempelajari konsep dari berbagai disiplin ilmu sekaligus secara terpisah-pisah sehingga diperlukan keterpaduan konsep dari berbagai ilmu yang dikemas dalam satu tema menjadi pengalaman belajar yang bermakna. Selain itu mereka masih bergantung kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialami secara langsung untuk membuat mereka mampu memahami suatu konsep. Atas dasar pemikiran tersebut maka pembelajaran pada anak kelas 1 sekolah dasar dikelola dalam pembelajaran terpadu melalui pendekatan pembelajaran tematik serta memberikan pengalaman langsung supaya pembelajarannya lebih bermakna. Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik ada beberapa rambu-rambu yang harus diperhatikan guru, antara lain: (1) tidak semua mata pelajaran harus dipadukan, (2) dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester, (3) kompetensi dasar yang tidak dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak diintegrasikan dibelajarkan secara tersendiri, (4) kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri, (5) Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral, (6) Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat, lingkungan, dan daerah setempat (Rusman, 2012: 259). Menurut Permendikbud (2013: 2), standar penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan

3 informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah. Menurut Rusman (2012: 255), secara filosofis pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat, yaitu: (1) progresivisme; (2) konstruktivisme; dan (3) humanisme. Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus-menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahu sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Lebih jauh dikatakan bahwa setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata, yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui

4 proses asimilasi, yaitu menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran anak dan akomodasi, yaitu proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikirannya untuk menafsirkan objek yang dilihatnya. Kedua proses tersebut jika berlangsung terus-menerus akan membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan cara seperti itu anak secara bertahap dapat membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan di sekitarnya (Piaget dalam Rusman, 2012: 251). Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi atau materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi atau materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa siswa harus mempelajarinya. Landasan yuridis dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka perkembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakat (pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada

5 satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b). Implementasi pembelajaran tematik memberikan banyak keuntungan, diantaranya: (1) siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu; (2) siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama; (3) pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; (4) kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa; (5) siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas; (6) siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain; dan (7) guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan. Berdasarkan isi dari Dokumen Kompetensi Dasar untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, saat ini kurikulum SD/MI menggunakan pendekatan pembelajaran tematik integratif dari kelas I sampai kelas VI (Kemendikbud, 2013: 6). Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi

6 sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan. Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar secara parsial. Dengan demikian pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada peserta didik seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia. Dalam pembelajaran tematik integratif, tema yang dipilih berkenaan dengan alam dan kehidupan manusia. Untuk kelas I, II, dan III, keduanya merupakan pemberi makna yang substansial terhadap mata pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, Seni-Budaya dan Prakarya, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Disinilah Kompetensi Dasar dari IPA dan IPS yang diorganisasikan ke mata pelajaran lain memiliki peran penting sebagai pengikat dan pengembang Kompetensi Dasar mata pelajaran lainnya (Kemendikbud, 2013: 6) Dari sudut pandang psikologis, peserta didik kelas I, II dan III belum mampu berpikir abstrak untuk memahami konten mata pelajaran yang terpisah kecuali kelas IV, V, dan VI sudah mulai mampu berpikir abstrak. Pandangan psikologi perkembangan Gestalt memberi dasar yang kuat untuk integrasi Kompetensi Dasar yang diorganisasikan dalam pembelajaran tematik. Dari sudut pandang transdisciplinarity maka pengotakan konten kurikulum secara terpisah ketat tidak memberikan keuntungan bagi kemampuan berpikir selanjutnya (Kemendikbud, 2013: 6). Pembelajaran tematik integratif dalam kurikulum 2013 baru diterapkan di beberapa sekolah yang ditunjuk oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam

7 proses penerapannya sekolah dihadapkan pada berbagai masalah, diantaranya kesiapan sekolah, kesiapan guru, kesiapan siswa, kesiapan orang tua siswa dimana semuanya saling memiliki keterkaitan satu dengan lainnya. Meskipun sekolah-sekolah dasar di Indonesia sudah cukup lama menerapkan pembelajaran tematik, namun tidak menutup kemungkinan bahwa setiap sekolah sedikit banyaknya memiliki kekurangan yang mengakibatkan pembelajaran tematik tidak dapat diterapkan dengan efektif. Sekolah Dasar Pelita Bangsa telah mengimplementasikan pembelajaran tematik sejak awal berdiri. Sebagai sekolah nasional plus, Sekolah Pelita Bangsa mengkombinasikan kurikulum nasional dengan kurikulum internasional. Meskipun sudah cukup lama menerapkan pembelajaran tematik, namun masih banyak ditemukan kendala. Berdasarkan hasil observasi mengajar guru di kelas 1 SD Pelita Bangsa, diketahui bahwa guru belum sepenuhnya menerapkan pembelajaran tematik. Hal ini karena guru-guru yang mengajar di kelas 1 SD kebanyakan bukan dari jurusan kependidikan sehingga mereka tidak memiliki latar belakang pengetahuan tentang pembelajaran tematik. Sejak menerapkan program pembelajaran tematik hingga dijadikan sebagai sekolah percobaan implementasi kurikulum 2013 oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan belum pernah dilakukan evaluasi terhadap penerapan pembelajaran tematik baik secara internal maupun eksternal di SD Pelita Bangsa. Oleh karena itu peneliti ingin mengevaluasi program pembelajaran tematik pada kurikulum 2013 di SD Pelita Bangsa.

8 Berdasarkan beberapa hal yang melatarbelakangi penerapan program pembelajaran tematik integratif di SD Pelita Bangsa maka dipandang perlu dilakukan evaluasi terhadap penerapan program pembelajaran tematik integratif kurikulum 2013 di SD Pelita Bangsa. Evaluasi terhadap penerapan program pembelajaran tematik integratif tersebut dilakukan dengan mengevaluasi proses pembelajaran di kelas 1, dimana proses pembelajaran itu sendiri menurut Knirk dan Gustafson dalam Sagala (2010: 64) merupakan suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi. Selain itu menurut Dunkin dan Biddle dalam Sagala (2010: 63), proses pembelajaran itu sendiri berada pada empat variabel interaksi yaitu (1) variabel pertanda (presage variables) berupa pendidik; (2) variabel konteks (context variables), berupa peserta didik, sekolah, dan masyarakat; (3) variabel proses (process variables) berupa interaksi peserta didik dengan pendidik; dan (4) variabel produk (product variables) berupa perkembangan peserta didik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Berdasarkan keempat variabel tersebut maka penelitian evaluasi ini menggunakan model evaluasi CIPP yang digunakan untuk mengevaluasi konteks (context), input, proses (process) dan produk (product). Tujuan evaluasi ini adalah untuk membantu administrator (kepala sekolah dan guru) di dalam membuat keputusan. Menurut Stufflebeam dalam Arifin (2009: 78), evaluasi diartikan sebagai suatu proses mendeskripsikan, memperoleh dan menyediakan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan.

9 Berdasarkan beberapa kajian di atas maka perlu dilakukan pengkajian yang berjudul " Evaluasi Program Pembelajaran Tematik Integratif Kelas I di Sekolah Dasar Pelita Bangsa". 1.2 Fokus Penelitian Fokus penelitian ini adalah evaluasi proses pembelajaran tematik integratif di kelas I Sekolah Dasar Pelita Bangsa. Komponen-komponen evaluasi yaitu konteks (context), masukan (input), proses (process), dan produk (product): 1.2.1. Evaluasi konteks (context) dalam program pembelajaran tematik integratif mencakup kondisi sekolah yang mendukung program pembelajaran tematik integratif, baik lingkungan fisik sekolah maupun psikologis warga sekolah, yaitu meliputi visi dan misi sekolah serta pola interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran. 1.2.2. Evaluasi input dalam pelaksanaan program pembelajaran tematik integratif di sekolah meliputi ketersediaan sarana dan prasarana sekolah yang menunjang program pembelajaran tematik integratif, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran tematik, dan karakteristik siswa. 1.2.3. Evaluasi process dalam pelaksanaan program pembelajaran tematik integratif meliputi proses program pembelajaran tematik integratif di sekolah yang terdiri dari proses perencanaan program pembelajaran tematik integratif dan proses pelaksanaan program pembelajaran tematik integratif.

10 1.2.4. Evaluasi product dalam pelaksanaan program pembelajaran tematik meliputi hasil belajar peserta didik pada ranah kognitif,afektif dan psikomotor. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan fokus masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut: 1.3.1 Rumusan tentang evaluasi context program pembelajaran tematik integratif meliputi: a. Bagaimana kondisi lingkungan fisik sekolah yang mendukung program pembelajaran tematik integratif di kelas I Sekolah Dasar Pelita Bangsa? b. Bagaimana kondisi psikologis warga Sekolah Dasar Pelita Bangsa? 1.3.2 Rumusan tentang evaluasi input dalam program pelaksanaan pembelajaran tematik integratif meliputi: a. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana sekolah dalam menunjang pelaksanaan program pembelajaran tematik integratif? b. Bagaimana sumber daya manusia yang meliputi jenjang pendidikan dan kesesuaian pendidikan guru dengan mata pelajaran yang diampu? 1.3.3 Rumusan tentang evaluasi process dalam pelaksanaan program pembelajaran tematik integratif meliputi: a. Bagaimana proses perencanaan program pembelajaran tematik integratif? b. Bagaimana proses pelaksanaan program pembelajaran tematik integratif?

11 1.3.4 Rumusan tentang evaluasi product dalam program pelaksanaan pembelajaran tematik integratif meliputi: a. Bagaimana hasil belajar siswa pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor? 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1.4.1 Memberikan informasi dan nilai terhadap komponen Context dalam program pembelajaran tematik mencakup kondisi lingkungan yang mendukung proses program pembelajaran tematik integratif, baik lingkungan fisik sekolah maupun psikologis warga sekolah. Input dalam program pembelajaran tematik integratif meliputi ketersediaan sarana dan prasarana sekolah yang menunjang, sumber daya manusia meliputi jenjang pendidikan dan kesesuaian pendidikan guru dengan mata pelajaran yang diampu. Process dalam program pembelajaran tematik integratif meliputi proses perencanaan dan proses pelaksanaan program pembelajaran tematik terintergratif. Product dalam program pembelajaran tematik integratif meliputi penilaian hasil belajar siswa pada ranah kognitif,afektif dan psikomotor yang hasilnya akan memberi rekomendasi untuk perbaikan pada setiap komponen tersebut. 1.4.2 Memberi rekomendasi untuk perbaikan terhadap kelemahan-kelemahan yang ditemukan pada komponen Context, Input, Process, Product yang diteliti.

12 1.5 Manfaat Hasil Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis sebagai berikut: 1.5.1 Manfaat Teoritis Mengembangkan konsep, teori, prinsip dan prosedur Teknologi Pendidikan dalam kawasan penilaian suatu program pembelajaran untuk SD Kelas I. 1.5.2 Manfaat Praktis Secara praktis penelian ini diharapkan dapat digunakan : 1.5.2.1 Sebagai salah satu bahan informasi kepada pihak pengambil keputusan dalam melaksanakan pembelajaran tematik integratif di kelas I Sekolah Dasar, yaitu: Kepala SD Pelita Bangsa sebagai penyelenggara pendidikan. 1.5.2.2 Sebagai dasar pertimbangan guru khususnya terhadap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program pembelajaran tematik integratif. 1.5.2.3 Memberikan informasi kepada pemerintah terkait pembinaan dan pengelolaan program pembelajaran tematik integratif di Sekolah Dasar. 1.5.2.4 Memberikan informasi kepada orang tua siswa terkait proses program pembelajaran tematik integratif di Sekolah Dasar Pelita Bangsa.