PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BAB 6 PENINGKA^TAN KEMAMPUAI\ PERTAHANAI\

dokumen-dokumen yang mirip
dalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap

MATRIKS TARGET KINERJA PEMBANGUNAN TAHUN 2012

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA

berkualitas agar siap untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya pokok dan personil, materiil terutama alutsista, dan fasilitas yang

BAB 7 PENINGKATAN KEMAMPUAN PERTAHANAN NEGARA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN

Bab II Perawatan Kendaraan Tempur di Lingkungan TNI AD

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamb

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

KEBIJAKAN PENGINTEGRASIAN KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENHAN. Pembina Administrasi. Veteran. Dukungan.

Bab IV Hasil Perhitungan, Analisis, dan Diskusi

BAB 7 PENINGKATAN KEMAMPUAN PERTAHANAN NEGARA

No Laut Kepulauan (archipelagic sea lane passage) dan jalur udara di atasnya untuk keperluan lintas kapal dan Pesawat Udara Asing sesuai denga

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RENCANA AKSI KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar belakang.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 146 TAHUN 2000 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN:

MATRIKS TARGET KINERJA DAN ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTAHANAN DAN KEAMANAN

2 Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Neg

NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR DEPUTI BIDANG POTENSI SAR SUKARTO MARSEKAL MUDA TNI

PRESENTASI DARI MENTERI PERTAHANAN RI DI GEDUNG DEPARTEMEN PERTAHANAN Senin, 04 Pebruari 2008

2016, No Tahun 2004 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439); 4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementeria

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Teknologi. Industri. Pengguna. Pembinaan.

BAB V KESIMPULAN. Laut China Selatan sebagai perairan semi tertutup telah berstatus konflik. Konflik yang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pemenuhan Alutsista dan Kemandirian Industri Pertahanan. Tubagus Hasanuddin (Wakil Ketua Komisi I DPR RI)

1.1 Latar belakang masalah

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

BAB XI PEMBANGUNAN PERTAHANAN DAN KEAMANAN

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

STRATEGI MODERNISASI MILITER INDONESIA DALAM PENYEIMBANGAN KEKUATAN MILITER DENGAN NEGARA-NEGARA DI ASIA TENGGARA TAHUN

I. Permasalahan yang Dihadapi

BAB V PENUTUP. diplomasi yang dibawa oleh TNI yang bergabung dalam Kontingen Garuda adalah

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

BAB 6 PENINGKATAN KEMAMPUAN PERTAHANAN

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tamb

Kreativitas dan Inovasi

ANATOMI KEAMANAN NASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

Bab 5 PENUTUP. Strategi pertahanan..., Taman Stevia, FISIP UI, Universitas Indonesia

Bab III Metodologi III.1 Identifikasi masalah dan model pendekatannya

2 2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PELANGGARAN HAK LINTAS DI WILAYAH UDARA INDONESIA OLEH PESAWAT MILITER ASING

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

Amanat Presiden RI pada Peringatan HUT TNI Ke-64, Senin, 05 Oktober 2009

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.

internasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan cetak biru (blue print) postur kekuatannya (Keputusan Kasal Nomor

RENCANA TINDAK PRORITAS BIDANG PERTAHANAN DAN KEAMANAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang terus bertambah tiap tahunnya. Berdasarkan data Departemen

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 1994 TENTANG PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN BAGI ORANG PRIBADI YANG BERTOLAK KE LUAR NEGERI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2010 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

MEMBANGUN HUBUNGAN PERTAHANAN TENTARA NASIONAL INDONESIA DAN AUSTRALIAN DEFENCE FORCE SEBAGAI MITRA SEJAJAR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.388, 2010 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Tunjangan Operasi Pengamanan. Petugas. Pulau Kecil. Terluar.

BAB I PENGANTAR. Republik Indonesia. Suasana keterbukaan pasca pemerintahan Orde Baru

DAFTAR ISI. ABSTRAKSI... i

BAB I PENDAHULUAN. Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

BAB I PENGANTAR. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1-1

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LAPORAN SINGKAT. Tahun Sidang : Masa Persidangan : I Jenis Rapat : Rapat Kerja Komisi I DPR RI dengan Menteri Pertahanan Rapat ke :

C. MATRIKS RENCANA TINDAK XI 7 REPETA Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) No. Instansi Pelaksana Program RAPBN 2004

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budi Setiawan Marlianto, 2013

MARKAS BESAR TENTARA NASIONAL INDONESIA Tim Teknis PWP dalam KLH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERMASALAHAN DALAM MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN INDUSTRI PERTAHANAN

KEBIJAKAN PENYELARASAN MINIMUM ESSENTIAL FORCE KOMPONEN UTAMA LATAR BELAKANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA BESERTA PENJELASANNYA

NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

fundamental management journal ISSN: (print) (online) Volume:2 No.1 April 2017

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB 6 PENINGKA^TAN KEMAMPUAI\ PERTAHANAI\

BAB 6 PENINGKATAN KEMA MPUAN PERTAIIANAN A. KONDISI UMUM Upaya peningkatan kemampuan pertahanan telah diupayakan melalui'pembangunan dan pengembangan kekuatan dan kemampuan sistem, personil, materiil dan fasilitas. Dari segi pengembangan alutsista TNI, sasaran pembentukan kemampuan pertahanan pada skala kekuatan pokok minimum (minimum essentialforce) mencapai kesiapan Alutsista rata-raia 45 persen dari yang dimilikinya. Kondisi ini berdampak pada efek penangkal (detercent effect) sistem pertahanan Indonesia. Meskipun level ancamannya masih rendah, tetapi adanya beberapa gangguan kedaulatan di wilayah perbatasan dan udara nasional berupa pelayaran dan penerbangan gelap oleh militer asing mengindikasikan bahwa kekuatan asing terkesan kurang memperhitungkan kemampuan sistem pertahanan Indonesia. Terbatasnya dukungan anggaran untuk pembangunan pertahanan menjadi salah satu kendala dalam upaya pencapaian sasaran yang telah ditentukan. Untuk membangun postur pertahanan pada tingkat minimum essential force diperlukan anggaran sebesar 2-3 persen dari PDB. Sampai dengan tahun 2008, anggaran pertahanan rata-rata berkisar 0,9 - I persen dari PDB atau baru dapat memenuhi 44 persen kebutuhan TNI. Oleh karena itu, untuk mengatasi kesenjangan kebutuhan anggaran, pemerintah masih mengandalkan pinjaman luar negeri dalam rangka pemenuhan alutsista dengan resiko harga mahal, ketergantungan teknologi, dan kurang mendukung pengembangan industri pertahanan dalam negeri. Kesiapan material dan alutsista pada matra darat, laut dan udara dari segi kualitas maupun kuantitas diupayakan memenuhi kebutuhan sesuai TOP/DSPP. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya terdapat beberapa peningkatan yang berasal dari penambahan baru, menghidupkan kembali, atau repowering/retrofitting terhadap alutsista yang secara ekonomi masih dapat dipertahankan. Sampai dengan akhir tahun 2007, kekuatan TNI AD yang meliputi ranpur, ranmor, pesawaterbang, serta senjata berbagai jenis kesiapannya hanya 35 persen. Kekuatan TNI AL yang bertumpu pada kekuatan KRI, KAL, pesawat terbang, dan ranpur kondisi kesiapannya rata-rata hanya 39 persen. Sedangkan kekuatan alutsista TNI AU yang mencakupesawat, radar, dan rudal kesiapannya rata-rata hanya 38 persen akibat habisnya masa keselamatan operasional. Kesiapan tersebut akan lebih memprihatinkan apabila ditinjau dari perspektif kesiapan tempur. Selanjutnya dalam pengembangan sarana, prasana, dan fasilitas TNI, telah dilakukan pembangunar/renovasi asrama dan perumahan dinas/perumahan prajurit, asrama/barak prajurit, gedung perkantoran, pangkalan, dan fasilitas pemeliharaan sesuai dengan kemampuan alokasi anggaran yang telah ditetapkan bagi TNI. Sementara itu, untuk mendukung kesiapan tempur TNI, telah dilakukan pengadaan amunisi kaliber kecil dan amunisi kaliber besaq pengadaan senjata ringan, pengadaan tabung, pelontar/roket, dan pemeliharaan materi il untuk memperpanj ang usia pakai Alustista. Dalam pengembangan personil, telah dilakukan pengadaan personil melalui rekruitmen, pendidikan dan pelatihan baik perorangan, satuan, maupun latihan gabungan. Pemantapan kekuatan TNI dilakukan melalui pengembangan kekuatan terpusat, kewilayahan, satuan Ir.6 - I

tempur, satuan bantuan tempur dan satuan pendukung. Pada awal tahun 2007, personel TM berjumlah 442.954 prajurit, terdiri atas 298.172 prajurit TNI AD, 108.840 prajurit TNI AL dan 29.033 prajurit TNI AU, sedangkan PNS TNI sebanyak 103.538 orang. Meskipun belum memenuhi kebutuhan standar kalori prajurit TNI, terhitung sejak awal tahun 2007 setiap prajurit mengalami peningkatan ULP menjadi Rp. 30.000/hari. Langkah peningkatan ULP ini diharapkan mampu mempertahankan kesejahteraan prajurit dan keluarganya dari gejolak harga kebutuhan pokok. Sementara itu, dalam peningkatan jaminan keluarga prajurit dilakukan peningkatan program pemberian santunan resiko kematian khusus (SRKK), pemeliharaan kesehatan, kredit perumahan rakyat, dan pemberian bantuan pendidikan ketrampilan bagi personel TNI yang akan memasuki masa pensiun dan keluarga prajurit yang tidak mampu. Kerja sama militer dengan negara tetangga atau negara asing telah memberikan manfaat yang besar dalam meningkatkan profesionalisme TNI, khususnya dalam meningkatkan kemampuan operasional dan pengetahuan teknologi kemiliteran yang lebih maju. Sehubungan dengan hal tersebut, meskipun perjanjian Defence Coorperation Agreement (DCA) Indonesia - Singapura telah ditandatangani pada akhir bulan April 2007 belum dapat direalisasikan, tetapi militer kedua negara tetap konsisten melakukan kerjasama yang telah dirintis sebelumnya seperti program latihan bersama CHANDRAPURA-XIV/2007, SAFKAR INDOPURA-19/2007, operasi laut bersama Trilateral Coordinate Patrol Malsindo-2\08, latihan bersama Camar Indopura di Pontianak dan di Ranai. Di sisi lain, kerjasama pertahanan berupa latihan operasi bersama atau pengamanan bersama wilayah perbatasan dengan negara Malaysia, Philipina, Thailand, Brunei Darussalam, Australia, Amerika Serikat secara rutin terus dilakukan, Keikutsertaan Indonesia dalam pemeliharan perdamaian dunia dilakukan dengan pengiriman Pasukan TNI pada misi PBB baik berupa Kontingen Garuda maupun Military Observer, yaitu: Konga XX-DA4ONUC di Kongo sebanyak 175 orang, Konga XV^INOMIG di Georgia sebanyak 4 orang, Konga XXMONUC di Kongo Sebanyak 15 orang, Konga XXIIiTINMIS di Sudan sebanyak l0 orang, Konga XXIVruMN di Nepal sebanyak 6 orang, dan Konga XXIII-AAINIFIL di Libanon sebanyak 857 orang. Peran aktif Indonesia dalam pemeliharaan perdamaian dunia tersebut, telah meningkatkan kepercayaan dunia terhadap Indonesia dengan dipilihnya Indonesia sebagai salah satu anggota Dewan Keamanan tidak tetap PBB. Sejak tahun 2006 pemerintah telah berkomitmen meningkatkan peran industri pertahanan nasional guna memenuhi kebutuhan Alutsista TNL Namun komitmen tersebut belum dapat dilaksanakan secara maksimal terkait dengan mekanisme pembiayaannya. Upaya pengalihan sebagian pinjaman luar negeri yang biasanya berupa kredit komersial (Kredit Ekspor) ke pinjaman dalam negeri terbentur pada peraturan perundangan yang belum ditetapkan. Apabila di tahun 2008 peraturan perundangan yang mengatur pinjaman dalam negeri untuk pembiayaan kebutuhan Alutsista TNI sudah ditetapkan, diharapkan ke depan pemanfaatan industri pertahanan nasional semakin mengambil peran dalam pemenuhan Alutsista TNI. Beberapa hasil penelitian dan pengembangan yang telah dapat dimanfaatkan untuk kepentingan TNI yang sesuai spesifikasi matra diantaranya adalah prototype payung udara orang (PUO), alat komunikasi (alkom) spread spectrum, hovercraft, landing craft rubber (LCR), combat system PC-40, SKS Tracking Optic, rudal Qurface to Surface, Ground to Ground dan Ground to Air), roket 70 mm dan 80 mm, Unman Aerial Vehicle (UAV), angkut personil sedang (APS), panser APS, senjata SS-2, il.6-2

dan gtro digital yang telah memenuhi persyaratan dan siap digunakan oleh TM. Grkait dengan kebutuhan kendaraan tempur, diharapkan pada akhir tahun 2008 sejumlah unit Panser APS buatan PT. Pindad sudah dapat dipakai untuk menambah kemampuan tempur TNI. Sementara itu dalam pengembangan Korvet Nasional, diharapkan dua tahun ke depan sudah dapat dibuat rancang desain yang sudah mantap sebelum memasuki tahap produksi pada RPJM 2010-2014. Namun dihadapkan pada kondisi keuangan negara yang terbatas dan skala prioritas pembangunan nasional, maka pencapaian sasaran tersebut di atas diupayakan untuk dipenuhiperiode RPJMN 2010-2014. Meskipun dihadapkan pada keterbatasan alutsista, TNI dalam beberapa kesempatan telah berhasil melaksanakan operasi militer selain perang diantaranya adalah operasi di daerah rawan, pengamanan daerah perbatasan darat, laut, dan udara; penegakan hukum di wilayah laut, dan udara; tugas bantuan rehabilitasi/rekonstruksi di Provinsi NAD-Nias dan Yogyakarta; TMMD yang dilaksanakan secara rutin 2 kali setahun, serta membantu mengatasi korban berbagai bencana alam yang terjadi di wilayah Indonesia. Terkait dengan pengamanan wilayah perbatasan, TNI AD dan TNI AL telah membangun sejumlah pos perbatasan dan pos pengamanan pulau terdepan yang terintegrasi dalam sistem pengamanan l2 pulau kecil terluar. Selanjutnya dalam rangka meningkatkan peran serta warga negara dalam bela negara, Departemen Pertahanan terus berupaya melaksanakan sosialisasi kesadaran bela negera dalam rangka menumbuhka nasionalisme, terlebih di daerah rawan konlfik dan daerah perbatasan. Pada tahun 2008, pemerintah akan mengajukan RUU Komponen Cadangan yang apabila disetujui oleh Parlemen dapat meningkatkan kekuatan hukum dalam mengelola sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya buatan yang sangat melimpah dimiliki negara Indonesia. Berkenaan dengan kondisi tersebut di atas maka tantangan yang dihadapi dalam pembangunan pertahanan nasional tahun 2009 adalah meningkatkan kemampuan Alutsista TNI dengan mendorong peningkatkan peran industri pertahanan nasional dalam pengadaan Alutsista/materiil untuk mencapai tingkat minimum essential force, meningkatkan kesejahteraan prajurit dengan menaikan standar ULP prajurit, serta meningkatkan kerjasama militer luar negeri guna mewujudkan kerjasama internasional dalam menciptakan perdamaian dunia. Sementara itu, terkait dengan pelaksanaan pemilu 2009, netralitas anggota TNI dan pelaksanaan tugas perbantuan dalam mengamankan proses demokratis tersebut merupakan tantangan yang akan dihadapi dalam rangka meneguhkan tujuan reformasi internal TNI. B. SASARAN PEMBANGUNAN TAHUN 2OO9 Sasaran pokok yang akan dicapai dalam upaya meningkatkan kemampuan pertahanan pada tahun 2009 adalah sebagai berikut: l. Tersusunnya rancangan postur pertahanan Indonesia berdasarkan Strategic Defense Review (SDR) dan Strategi Raya Pertahanan yang disusun sebagai hasil kerjasama civil society dan militer; 2. Dapat dipertahankannya sebagian kesiapan alutsista pertahanan serta pelaksanaan modernisasi Alutsista TNI secara sangaterbatas; 3. Tercapainya dasar-dasar pemanfaatan teknologi dan produksi alutsista industri strategis dalam negeri dalam prinsip kemandirian berkesinambungan; 4. Meningkatnya secara bertahap kesejahteraan prajurit TNI dan pensiunannya; II.6-3

5. 6. 7. Terpeliharanya profesionalisme TNI dalam operasi militer perang maupun selain perang; Terlaksananya optimasi anggaran pertahanan serta tercukupinya anggaran minimal secara simultan; Terselenggaranya secara sangat terbatas pendayagunaan potensi pertahanan dan meningkatnya peran aktif masyarakat (civil society) dalam pembangunan pertahanan negara, terlebih masyarakat di daerah perbatasan. C. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHTIN 2OO9 Arah kebijakan yang akan ditempuh dalam rangka meningkatkan kemampuan pertahanan pada tahun 2009 adalah sebagai berikut : l. Sinkronisasi dan penajaman kebijakan dan strategi pertahanan dan keamanan, serta penguatan koordinasi dan kerjasama diantara kelembagaan pertahanan dan keamanan; 2. Mempertahankan kemampuan dan profesionalisme TNI mencakup dimensi Alutsista, material, personil serta sarana dan prasarana; 3. Membangun dasar-dasar kemampuan dan kemandirian industri strategis pertahanan nasional dalam memenuhi kebutuhan Alutsista; 4. Meningkatkan kesejahteraan prajurit TNI dan pembekalan yang memadai bagi prajurit TNI yang akan memasuki usia pensiun; 5. Mengoptimalkan anggaran pertahanan dalam upaya menuju minimum essentialforce; 6. Meningkatkan pemasyarakatan dan pendidikan bela negara secara formal dan informal, terlebih masyarakat di daerah perbatasan. It.6-4