Pembentukan Tekstur Plat Baja Karbon Sangat Rendah Basil Deformasi Dingin yang Berbeda dad Anif. Ramli Sinaga2

dokumen-dokumen yang mirip
Beberapa sifat mekanis lembaran baja yang mcliputi : pengerasan. regang, anisotropi dan keuletan merupakan parameter-parameter penting

04 05 : DEFORMASI DAN REKRISTALISASI

Proses Lengkung (Bend Process)

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Konsep Dislokasi. Pengertian dislokasi

TUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( )

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah

Sifat Sifat Material

BAB I PENDAHULUAN. Pisau egrek adalah alat yang digunakan untuk pemanen kelapa sawit. Pisau

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

Karakterisasi Baja Karbon Rendah Setelah Perlakuan Bending

dislokasi pada satu butir terjadi pada bidang yang lebih disukai (τ r max).

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja

BAB II STUDI LITERATUR

SIFAT MAMPU BENTUK LEMBARAN PLAT BAJA KARBON RENDAH PADA PROSES TARIK DALAM

Proses Annealing terdiri dari beberapa tipe yang diterapkan untuk mencapai sifat-sifat tertentu sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keliatan dan kekuatan yang tinggi. Keliatan atau ductility adalah kemampuan. tarik sebelum terjadi kegagalan (Bowles,1985).

PENGARUH PROSES ANNEALING PADA HASIL PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA KARBON RENDAH

TIN107 Material Teknik. Mekanisme Penguatan. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. i d

BAB VII PROSES THERMAL LOGAM PADUAN

PENGARUH PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 1029 DENGAN METODA QUENCHING DAN MEDIA PENDINGIN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MAKRO STRUKTUR

Pada saat terjadinya deformasi plastis maka melibatkan pergerakan sejumlah besar dislokasi,

Program Studi Teknik Mesin S1

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV Pembahasan 69

II. KEGIATAN BELAJAR 2 DASAR DASAR PENGECORAN LOGAM. Dasar-dasar pengecoran logam dapat dijelaskan dengan benar

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

TEGANGAN (YIELD) Gambar 1: Gambaran singkat uji tarik dan datanya. rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah konstan

PROSES PELAPISAN SERBUK Fe-50at.%Al PADA BAJA KARBON DENGAN PENAMBAHAN Cr MELALUI METODA PEMADUAN MEKANIK SKRIPSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT

PENGARUH PEREGANGAN TERHADAP PENURUNAN LAJU PERAMBATAN RETAK MATERIAL AL T3 Susilo Adi Widyanto

PENGARUH SUHU DAN WAKTU ANIL TERHADAP TEKSTUR PADUAN Al TIPE 2024

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

KUAT TARIK BAJA 2/4/2015. Assalamualaikum Wr. Wb.

BAB V PEMBAHASAN 60 UNIVERSITAS INDONESIA

Gambar 4.1. Hasil pengamatan struktur mikro.

Kekuatan tarik komposisi paduan Fe-C eutectoid dapat bervariasi antara MPa tergantung pada proses perlakuan panas yang diterapkan.

02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM

PROSES MANUFACTURING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kekuatannya yang besar dan keliatannya yang tinggi. Keliatan (ductility) ialah

BAB I PENDAHULUAN. alat-alat perkakas, alat-alat pertanian, komponen-komponen otomotif, kebutuhan

PENGARUH PRESTRAIN BERTINGKAT TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN TARIK BAJA KARBON SEDANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH KECEPATAN DAN TEMPERATUR UJI TARIK TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA S48C

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

BAB II KERANGKA TEORI

Perpatahan Rapuh Keramik (1)

BAB II TEORI DASAR. Gage length

Tekstur Bidang Geser (111) pada Pelat Aluminium A1100P dengan Berbagai Rasio Pengerolan Dingin Berpengaruh terhadap Kekuatan Tarik

Materi #7 TIN107 Material Teknik 2013 FASA TRANSFORMASI

PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT)

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

PENGARUH VARIASI WAKTU PENAHANAN TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN, STRUKTUR MIKRO DAN LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM 6061 DENGAN METODE UJI JOMINY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MECHANICAL FAILURE (KERUSAKAN MEKANIS) #2

ANALISA LANJUT PERUBAHAN SIFAT MEKANIK BAHAN PEWTER DENGAN REDUKSI 50% PADA PROSES PENGEROLAN BAHAN

ANALISA MAMPU BENTUK ALUMINIUM KOMERSIAL TERHADAP EFEK PERBEDAAN KETEBALAN MATERIAL PADA PROSES SPINNING

II. TINJAUAN PUSTAKA

UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH DERAJAT DEFORMASI TERHADAP STRUKTUR MIKRO, SIFAT MEKANIK DAN KETAHANAN KOROSI BAJA KARBON AISI 1010 TESIS

BAB IV PERUBAHAN BENTUK DALAM PENGELASAN. tambahan untuk cairan logam las diberikan oleh cairan flux atau slag yang terbentuk.

Pengaruh Waktu Penahanan Artificial Aging Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro Coran Paduan Al-7%Si

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan pelaksanaan percobaan serta analisis sebagai berikut:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Laporan Praktikum Laboratorium Teknik Material 1 Modul A Uji Tarik

BAB I PENDAHULUAN. pisau egrek masalah yang sering dijumpai yaitu umur yang singkat yang. mengakibatkan cepat patah dan mata pisau yang cepat habis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA SIFAT MEKANIK PERMUKAAN BAJA ST 37 DENGAN PROSES PACK CARBURIZING, MENGGUNAKAN ARANG KELAPA SAWIT SEBAGAI MEDIA KARBON PADAT

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

PENGARUH VARIASI SUDUT DIES TERHADAP PENARIKAN KAWAT ALUMINIUM. Asfarizal 1 dan Adri Jamil 2. Abstrak

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM

PENGARUH BENDING RADIUS PADA LIGHTENING HOLES PROCESS TERHADAP KERETAKAN AL 2024 T3 SHEET

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

Alasan pengujian. Jenis Pengujian merusak (destructive test) pada las. Pengujian merusak (DT) pada las 08/01/2012

ANALISA PENGARUH MANIPULASI PROSES TEMPERING TERHADAP PENINGKATAN SIFAT MEKANIS POROS POMPA AIR AISI 1045

Proses perlakuan panas diklasifikasikan menjadi 3: 1. Thermal Yaitu proses perlakuan panas yang hanya memanfaatkan kombinasi panas dalam mencapai

Terjemahan ZAT PADAT. Kristal padat

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL. Tgl. Praktikum : 12 Desember : Helal Soekartono, drg., M.Kes

15: MEKANISME PENGUATAN

KEKUATAN MATERIAL. Hal kedua Penyebab Kegagalan Elemen Mesin adalah KEKUATAN MATERIAL

BAB VII PROSES THERMAL LOGAM PADUAN

bermanfaat. sifat. berubah juga pembebanan siklis,

PENGARUH TEMPERATUR DAN REDUKSI PADA PROSES CANAI PANAS PADUAN ALUMINIUM 2024

1. Pendahuluan Pembentukan Logam

Gambar 4.1 Penampang luar pipa elbow

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMAKASIH... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR GRAFIK...

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN KETANGGUHAN DENGAN PROSES HEAT TREATMENT PADA BAJA KARBON AISI 4140H

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

PENELITIAN PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN LOW TEMPERING

ANALISA PENGARUH CLEARANCE

ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK BAJA MANGAN AUSTENITIK HASIL PROSES PERLAKUAN PANAS

Pengaruh Tebal Blank dan Viskositas Pelumas Terhadap Nilai Stretchability dan Kekerasan Dinding Kubah Baja DDQ SPCE- SD

BAB IV PENGOLAHAN DATA

Audio/Video. Metode Evaluasi dan Penilaian. Web. Soal-Tugas. a. Writing exam.skor:0-100(pan) b. Tugas : Jelaskan cara membuat diagram teganganregangan

STUDI PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU AGING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR KOMPOSIT

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM

Transkripsi:

Prosiding Pertemuan lmiah gains Materi 1996 Pembentukan Tekstur Plat Baja Karbon Sangat Rendah Basil Deformasi Dingin yang Berbeda dad Anif Ramli Sinaga2 ABSTRAK PEMBENTUKAN TEKSTUR PLAT BAJA KARBON SANGAT RENDAH BASL DEFORMAS DNGN YANG BERBEDA DAN ANL. Penelitian ini meninjau tentang pembentukan tekstur plat baja karbon sangat rendah (.9% C) basil defonnasi dingin yang berbeda (73 % dengan ketebalan akhir.7 rom dan 77 % dengan ketebalan akhir.6 rom) dan di anil (6.C-85.C). Dengan prosedur penelitian yang dilakukan berupa pengambilan data pole figure refleksi. Dari basil penelitian ditunjukkan bahwa makin tinggi prosentase defonnasi dingin (73 % sid 77%) setelah di anil (6.C -85.C) memberikan penurunan nilai koefisien pengerasan regang (dari n =.287 sid n =.275) nilai koefisien anisotropi plastis (dari r =2.17 sid r = 1.87) serta keuletannya (dari & = 49 sid & = 47%) serta memberikan orientasi pilihan dan tekstur anil (111)< 112> lebih dominan dibandingkan (112)<11> pada temperatur 8.C dengan waktu tahan tetap 1 jam. ABSTRACT TEXTURE FORMNG FOR VERY LOW CARBON STEEL PLATE RESULTNG OF DFFERENT COLD DEFORMATON AND ANNEAL. This research observe about fonnation texture plate corbon steel very lower (.9 % C) result the deformation cold different ( 73 % with thick end.7 ntrn and 77 % with thick end.6 ntrn) and in anil (6-85 C). With procedure research done the of taking data pole figure reflextion. From the research result to point at that more higher prosentation defonnation cold (73 % until 77 %) after in anil (6-85 C) to give reduction mark coefision tight (from n =.287 until n =.275) mark coefisien anisotropi plastis (from r = 2.17 until r = 1.87) with the diligence (from s = 49 until s = 47%) with to give orientation choose and texture anil (111)<112> more dominan equal (112)<11> on temperature 8 c with hold time just 1 hours. PENDAHULUAN Perkembangan teknologi tinggi saat ini akan memacu industri baja untuk memproduk lembaran plat baja berkualitas yang merupa kan kebutuhan vital industri kecil dan menengah dalam memproduksi bentuk barang/komponen. Pemakaian lembaran plat baja karbon sangat rendah ini lebih mudah untuk dibentuk dalam pembuatan kebutuhan peralatan kantor peralatan elektronik peralatan rumah tangga dan industri minuman dan makanan. Salah satu sebab pemilihan lembaran plat baja tersebut sebagai bahan baku dalam industri dilihat dati segi pengubahan bentuk nya (model) yang tinggi pada saat penarikan dalam (deep drawing). Kondisi ini diperoleh setelah lembaran plat baja tersebut diberikan perlakukan panas. Akibat perlakukan panas (ani/) terhadap lembaran plat diharapkan sifat pengubahan bentuknya makin.tinggi dibandingkan sebelumnya dan juga diharapkan tekstur yang ada sebelum di anil tidak akan berubab walaupun telab dilakukan proses anil. Tekstur (disebut juga orientasi pilihan) yang terdapat pada lembaran plat baja sangat berpengaruh terhadap sifat mekanis dan sifat pengubahan bentuk. Ada-pun parameter sifat pengubaban bentuk (formabilitas) pada saat penarikan dalam ada-lab merupakan rasio regangan plastis (r = koefisien anisotropi plastis) dad koefisien pengerasan regang (n). Adanya Tekstur pada lembaran plat baja hal ini merupakan ciri baban memiliki sifat anisotropi (butir-butir-nya tidak acak) dan hal ini akan mengindi-kasikan butir merniliki arab tertentu. Maksud dad tujuan penelitian ini untuk melihat variasi deformasi dingin pada lembar-an plat setelab di anil terhadap sebaran tekstur pada lembaran plat baja karbon sangat rendah yang optimal. DASAR TEOR Beberapa parameter sifat pengubahan bentuk lembaran plat baja karbon sangat rendah yang meliputi: koefisien pengerasan regang (n) koefisien anisotropi plastis (r ) dan keuletan (e) serta tekstur merupakan parameter-parameter penting yang menentu kan dalam proses pengubahan bentuk yang diinginkan. 1 Dipresentasikan pada Seminar lmiah PPSM 1996 2 Puslitbang KM-LP Serpong Koefisien pengerasan regang (n) yang didefinisikan sebagai proses perringkatan kekerasan pada suatu proses pengubahan bentuk plastis sehingga tegangan yang diperlukan agar deformasi dapat berjalan dengan tetap akan meningkat. Proses penge-rasan regang (n) terjadi karena dihalanginya pergerakan dislokasi yang ada. Halangan 136

tersebut dapat berupa batas butir interaksi dislokasi atom larut impurities dan partikel rasa kedua[ll. Salah satu konsep dislokasi untuk menjelaskan tentang pengerasan regang (n) adalah adanya penumpukan dislokasi yang terkunci di dalam kristal. Hal ini merupakan sumber tegangan dalam (internal) yang berfungsi melawan pergerakan dislokasi yang lain sehingga tegangan yang diperlukan untuk menggerakkan dislokasi akan meningkat. Kemampuan suatu bahan untuk mengalami pengerasan regang diukur oleh harga n. Metoda pengukuran harga n dilakukan dengan mengunakan uji tarik pada regangan 1 %. Setelah itu dilakukan pengukuran dimensi terhadap perubahan sampel uji pada saat terjadinya perpanjangan 1 %. Untuk menentukan besamya harga koefisien pengerasan regang (n) dapat ditentukan melalui persamaan: pemotongan sampel uji karena adanya sifat anisotropi bahan. Sehingga pengukuran harga n dari sampel uji perlu dilakukan dati ketiga arah ( 9 ) agar diperoleh nilai ratarata dari harga n sebagai berikut : n= _no ~n~9 (3) 4 (1) dimana : n = harga koefisien pengerasan regang pada sudut ( 9 deg) Wu = beban ultimate Wi = beban saat 1 % Efek pengerasan regang dapat dipresentasikan oleh kelakuan sampel uji pada uji tarik uniaksial. Kurva aliran sebagian besar logam pada daerah plastis dapat dinyatakan dalam persamaan berikut : (2) cr=k.sn dimana cr = tegangan sebenarnya K = koefisien kekuatan E = regangan sebenarnya n = koefisien pengerasan regang Jika dilakukan pemetaan log-log antara tegangan dan regangan sebenamya hingga beban sampai mencapai maksimum akan mengbasilkan kurva berbentuk garis lurns seperti pada Gambar 1. Dimana n adalab derajat kemiringan basil pemetaan dan K adalab tegangan sesungguhnya pada E = 1. Koefisien pengerasan regang (n) berkisar antara n = (mataerial bersifat plastis) hingga n = 1 (material bersifat elastis). Untuk sebagian besar logam harga n berkisar antara 1 hingga 5. Tetapi harga n akan menghasilkan nilai yang berbeda akibat arab Koefisien pengerasan regang (n) yang tinggi menunjukkan kemampuan mendistribu sikan regangan yang lebih baik sehingga dapat memperkecil terbentuknya penciutan loka! yang dapat menyebabkan perpatahan pada saat pembentukan model. Sedangkan harga n yang rendah akan mengalami penciutan lokal pada saat dibentuk yang dapat mencapai regangan kritis sehingga terjadi perpatahan (sobek) Koefisien pengerasan regang (n) terutarna berpengaruh sekali terhadap pengubahan bentuk stretching dari baja. Deformasi pada stretch forming dibatasi sampai mulai terjadinya penipisan setempat. Oleh karena itu deformasi maksimum yang dapat diterima lembaran plat baja karbon sangat rendah yang mengalami stretch forming sarna dengan regangan maksimum yang terjadi ketika sampel uji tarik mengalami penciut-an lokal. Sehingga lembaran plat dengan koefisien pengerasan regang (n) yang tinggi sangat diinginkan dalam hat ini. Pada umunya logam bersifat anisotropi yang berarti memiliki sifat yang berbeda untuk setiap arab dad orientasinya[2]. Anisotropi menyebabkan lembaran plat baja karbon sangat rendah memiliki tegangan alir yaitu tegangan yang diperlukan untuk deformasi plastis yang tidak sarna pada arab yang berbeda pada bidang sampel uji. 137

Tegangan alir pada satu arab lebih kecil dibandingkan arab lain. Beberapa logarn berdeformasi lebih rnudah pada bidang lernbaran (arah lebar) dibandingkan arab tebal plat. Dengan kata lain ketika dibentuk bahan akan rnerniliki ketahanan yang tinggi terhadap penipisan dan kemampuan yang tinggi untuk berdeformasi pada bidang lernbaran. Untuk rnenunjukkan ketahanan bahan terhadap penipisan digunakanlah harga r yaitu perbandingan tegangan alir pada bidang lernbaran terhadap tegangan alir pada arab ketebalan. Sulit bagi kita untuk rnengukur tegangan alir pada arab ketebalan sehingga per-bandingan ini dapat ditentukan dengan rnenggunakan perbandingan regangan sebenarnya pada arab lebar dan tebal. Perbandingan ini disebut perbandingan regangan plastis [1]. r= sw sf dimana Ew = regangan dalam arab lebar fit = regangan dalam arab tebal (4) Bila diinginkan lembaran plat baja karbon sangat rendah yang lebih tahan terhadap penipisan maka regangan dalam arab lebar hams lebih besar dibandingkan regangan dalam arab tebal sehingga r > 1 anisotropi semacam ini disebut normal anisotropi. Sedangkan untuk bahan isotrop memiliki harga r = 1 atau r <1 [3]. Lembaran plat baja karbon sangat rendah yang sesuai untuk proses pembentukan terutama dengan teknik deep drawing adalah lembaran plat yang memiliki normal anisotropi dengan harga r > 1. Makin besar harga r dari 1 makin meningkat kemampuan baban untuk menahan penipisan sehingga makin tinggi suat pengubaban bentuknya. Hal ini dapat dilihat dengan mengendalikan tekstur kristalografis. Karena suat pada bidang lembaran berbeda pada arab yang berbeda maka harga r suatu lembaran baja diukur sebagai perbandingan regangan plastis yang diukur pada arab 9 terhadap arab pengerolan sebagai berikut. r=!o+ 2r + r9 (5) 4 dimana ro = pemotongan sampel searah dengan rot r = pemotongan sampel terhadap arab rol r9()= pemotongan sampel terhadap arab rol uji uji derajat 9 derajat Nilai r tinggi diharapkan untuk penarikan dalam. Dalam kondisi ini lembaran plat tahan terhadap penipisan. Nilai r tinggi untuk lembaran plat baja 15 atau lebih [4]. Nilai minimum r = 15 pada arab longitudinal dibutuhkan untuk basil yang baik pada tarikan (drawing) yang sukar. Krista! tunggal seperti besi -a. dengan tekstur (111)<11> (11)<1> dan (112)<11> menghasilkan nilai r tinggi sedangkan (1)<11> memberikan nilai Dol atau nilai sangat rendah pada ro dad r9. Nilai r tinggi juga dibasilkan hila reduksi dingin akhir dari lembaran plat baja adalah dalam range ( 6-75) %[4]. Nilai r tinggi tersebut berhubungan dengan tekstur (111)<11> pada lembaran plat baja yang di anil. Jika reduksi dingin melebihi 75 % komponen mendekati tipe (111)<112> [4]. Selain itu nilai r tinggi dapat diperoleh dengan meminimumkan tekstur (1) dad memaksimumkan (ll) bal ini disempumakan oleh presipitat AN TiN selama anil setelab pengerolan dingin. Pada besi-a. pengerjaan dingin energi dalam pada butir-butir yang memiliki orientasi (ll) lebih besar dari pada yang memiliki orientasi (1). Oleh karena itu selama anil butir-butir pemuliban dan rekristalisasi pertama bertekstur (ll). Kecendrungan membentuk ears /kuping-kuping pada drawing cup adalah suatu fungsi Ar.Bilamana Ar positif ears cendrung terbentuk pada arab pengerolan dad pada arab 9 dari arab pengerolan. Bilamana Ar negatif ears cendrung terbentuk pada arab dari arab pengeroalan [4]. Bahan polikrista! merupakan bahan yang memiliki butir atau kristal dalam jumlah cukup banyak. Masing-masing kristal dipisahkan oleh batas butir yang jelas. Butirbutir ini memiliki orientasi tertentu dan jika dibandingkan dengan barns butir tiap-tiap butir memliki cacat yang relatif rendah dibandingkan terhadap batas butir. Suatu logam dapat memiliki distribusi orientasi yang random (tidak bertekstur) maupun non-random (bertekstur)[8]. Tetapi kondisi ideal dari suatu material adalab berorien tasi random setiap butir menguatkan butir yang lain maka baban seperti ini bersifat isotropik. Meskipun demikian dalam prakteknya akibat perilaku pengerolan panas pengerolan dingin ataupun anil maka bahan 138

akan memilki orientasi pilihan. Terdapat 2 tipe orientasi pilihan (tekstur) yaitu : Tekstur serat dan tekstur lembaran. Tekstur lembaran ini dipresentasikan oleh dua parameter yakni bidang dan arab dan diberi notasi {hkl}<uvw>. sedangkan tekstur serat dipresentasikan oleh satu parameter yakni arab dengan notasi (UVW>[9]. Bidang {hkl} adalah suatu bidang dalam sampel uji yang sejajar dengan bidang rol begitu pula untuk arab <uvw> adalab suatu arab dalam sampel uji yang serjajar terbadap arab rol. Tekstur yang terdapat pada bahan biasanya digambarkan dalam bentuk pole figure merupakan proyeksi stereografik sederbana dan memperlihatkan distribusi arab kristal dari butir. Tekstur yang terbentuk selama deformasi tergantung pada struktur kristal dan jenis serta besar proses pengerjaan. Disamping itu faktor lain seperti: komposisi tekstur awal riwayat termal dan mekanik serta temperatur juga berpengafuh. Operasi pengerjaan dingin yang paling umum seperti pengerolan dan wire drawing keduanya merupakan tipe deformasi.bila suatu material mengalami pengerjaan dingin maka yang sebenarnya terjadi pada butir-butir adalah reorientasi dari butir sebagai basil dati proses slip ataupun twinning sehingga orientasi tertentu menjadi pilihan daripada lainnya. Orientasi piliban disebabkan oleh deformasi disebut tekstur deformasi. Tekstur besi-a. (1)<11> merupakan tekstur yang selalu ada dalam bahan yang menjadi komponen prinsip meskipun tidak hanya tekstur tersebut [2.3]. Tekstur tertentu berkembang setelah reduksi dingin sekitar 3 %. Suatu lembaran plat dengan ketebalan 3 mm atau kurang maka tidak ada perbedaan antara tekstur permukaan dan tekstur pusatltengab setelab reduksi sekitar 5 % [4]. Tekstur menjadi lebih berkembang dengan rneningkatnya deformasi dingin. Tekstur yang terjadi selama pengerolan dingin tidak akan lenyap seluruhnya setelah rekristalisasi karena tekstur anil berkaitan dengan tekstur deformasi. Orientasi pilihan disebabkan oleh pemanasan biasanya disebut tekstur anil atau tekstur rekristalisasi. Perkembangan tekstur anil menyangkut beberapa mekanisme dasar yaitu : pemulihan rekristalisasi pertarna dan rekristalisasi tahap kedua (grain growth) [1]. Tekstur anil dapat disebut sebagai basil dari kom~tisi sejurnlab pemulihan' rekristalisasi pertama dan pertumbuhan butir. Terkadang~ lebih dari satu proses ini mempengaruhi tekstur anil. Pada proses pemulihan tekstur anil akan menduplikasikan tekstur yang ada sebelum di anil. Adapun pada proses rekristalisasi pertama tekstur-tekstur dari besi pengerjaan dingin diubab yang dimotori oleh energi dalam pengerjaan dingin. Selama pemanasan berikutnya material dapat terekristalisasi lagi jika batas-batas butir rekristalisasi pertama telab dijepit oleh partikel-partikel rasa kedua [4]. Tekstur dati kondisi ini disebut tekstur rekristalisasi kedua. Pada rekristalisasi kedua inklusi dad pori tidak menghalangi pertum buhan butir. Ada 2 teori perkembangan tekstur selama anil dari logam pengerjaan dingin yaitu teori Nukleasi orientasi dan teori pertumbuhan orientasi [41] tetapi teori yang sekarang umumnya diakui adalab teori pertumbuhan orientasi. Pada toori tersebut tekstur berkembang selama rekristalisasi pertama karena adanya mobilitas batas butir dengan orientasi tertentu tumbuh dalam tekstur materiallebih cepat dati pada lainnya [1]. Hal itu berarti pergeseran atom-atom dati matriks regang pada butir rekristalisasi hanya berjalan dengan perlahan bilamana butir barn memiliki orientasi yang hampir sarna seperti matriks pengerjaan dingin dad paling cepat bilamana orientasinya berbeda pada arab-arab tertentu dari orientasi matriks[o]. RAsa DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang diperoleh terhadap parameter sifat mampu bentuk meliputi arab ( dad 9 deg) kemudian diambil harga nya dari setiap penentuan harga r n dan tekstur hal ini diharapkan memberikan gambaran sifat -sifat material sarnpel uji yang telah mengalami deformasi dingin 73 % dan 77 % sebelum dad sesudah di anil. Dari basil pengukuran harga koefisien pengerasan regang dad anisotropi plastis melalui pengujian tarik pada Tabel 123 dan Gambar 2 dan 3 didapat koefisien pengerasan regang sebelum di anil n = 69 (73 %) dad n = 82 (77%) sedangkan koefisien anisotropi plastis (r ) pada sampel uji sebelum di anil tidak dapat whitling dengan menggunakan mrtoda uji tarik 15 % regangan karena masih getas dad cepat mengalami perpatahan. Setelah dilakukan anil terjadi peningkatan harga koefisien pengerasan regang dari n = 192 menjadi 287 dad koefisien anosotropi plastis dati r = 97 menjadi r = 162 pada deformasi dingin 73 %. Untuk deformasi dingin 77 % juga terjadi 139

peningkatan n = 163 menjadi 275 dan dati r = 73 menjdi 187 pada temperatur 8 C dengan waktu tahan tetap 1 jam. Sedangkan untuk waktu tahan yang bervariasi (1471 jam) pada temperatur tetap 7 C terjadi peningkatan harga n = 165 menjadi n = 236 dan r = 84 menjadi r = 127. Tabell. Data hasil pengukuran harga koefisien pengerasan regang (n) koefisien anisotropi plastis (r ) serta pengukuran % keuletan pada deformasi dingin 73 % R.D = sudut pengerolan DeCor magi (%) Tempe ratur ( C) 6 Waktu tahan (jam) RoD ft 9 9 9 9 9 9 9 9 Harga Harga Harga n --o~.199.173.192 1.2.99 1.7 1.3 1.16 1.31 Harga (r) Keuletan (%).22 65.23.22 1.21 34.21.23 7.244.234 -m 42 39 73 1.233 -w-.249 47 75 8 85.264.255.268.275.268.281.293.28.258.272.287 1.69 1.47 1.83 2.53 1.8 1.54 1.85 1. 1.58 2.17 1.62 42 46 49.77 73 28.84.8 7.75.64 77 28.71.69 4 ~-.97 26 Gambar 2. Grafik basil pengukuran harga koefisien pengerasan regang (n) sebagai fungsi waktu tahan yang bervariasi pada deformasi dingin 77% 14

~ Tabel. 2. Data basil pengukuran harga koefisien pengerasan regang (n) koefisien anisotropi plastis (r) serta pengukuran % keuletan pada deformasi dingin 77 % R.D = sudut pengerolan Defor mast (%) Tempe ratut ( C) Waktu tahan (jam ) RD Harga Harga.255.268.285.263 Harga 1.81 Harga Keuletan (%) () (n) ill (r)-.169.47 6.167.163.89.73 23 9.l-5.65.28.76 65.228.217 1.29 1.9 31 9.24 1..218.94.247.236 1.49 1.28 34 9.232 1.19.241 1.19 75.258.249 1.69 1.47 4 9.238 1.32.251 1.52 8.265.259 2.7 1.87 44 7 77 1 85 9 9.81.275 1.47.22 47 1.12 Gambar 3. Grafik basil pengukuran harga koefisien pengerasan regang (n) sebagai fungsi temperatur anil pada deformasi dingin 73% dan 77% 141

Tabel. 3. Data basil pengukuran hargakoefisien pengerasan regang (n) koefisien anisotropi plastis (r ) serta pengukuran % keuletan pada deformasi dingin 77 % dengan temperatur tetap 7 C R.D = sudut pengerolan Defor masl (%) 77 7 Tempe Waktu R.D Harga Harga ratur tahan <. C) (jam) (deg) (n) (n).163.165.165 9.168.189 4.193 9.192.213 7.221.219 9.219.218 1.247.236 9.232 Harga.66 rga (r) Keuletan (%).91!.84 25.86.66.192.99 28 1.16 i~~~= 1.24 :-~ 1.49! 1.26 1.14 1.27 34 Gambar 4. Grafik basil pengukuran harga koefisien anisotropi plastis (r) sebagai fungsi temperatur pada deformasi dingin 73 % dad 77 % Hasil pengujian tekstur sampe1 uji sebe1um di ani1 dapat dilihat Gambar 8 pada lampiran berupa pole figure yang menunjuk kan intensitas tertinggi pada bidang (111) <112> (111)<11>(111)<321>(112)<531> (112)<311> (112)<11>. Setelah dilakukan proses anil pole figure yang timbul diamati dari basil sebelum di anil yaitu pacta bidang (111)<112> dan (112)<11» libat Gambar 67 ~ ~ 31 142

dan 9 sd 2 pada larnpiran. DaTi Tabel 4 dan Garnbar 6 dan 7 diperoleh intensitas tertinggi pole figure bidang (111)<112 dan (112)<11> terjadi pada temperatur 8 c. Pada penelitian ini penulis membatasi bahwa bidang-bidang sebaran yang timbul sebelum di anil tidak dianalisa karena penulis ingin mengetahui pergeseran intensitas pole figure sebagai peningkatan temperatur anil dan waktu tahan pada bidang (111)<112> dan (112)<11>. Pada lembaran plat baja karbon sangat rendah yang dominan memberikan sifat pengubahan bentuk (model yang diinginkan) selain koefisien pengerasan regang (n) koefisien anisotropi plastis (r ) juga pole figure bidang (111)<112> pada intensitas tertinggi. -;... ~-. ;-=.! 4...a. -.: 2.! 7 8 r-.711.771 - -:;;.. -Ȧ. M-.~. - -. A.-Ċ.-C r- r7 f/ 1/ 1/ "" ~ / 8 8S 7 71 8 85 T l"pa...c Gambar 6.Graflk intensitas pole figure (111)<112>. sebagai fungsi temperatur. 1 /1 1/..1 \. 8 85 7 7& 8 8S Temperal.roC Gambar 7. Grafik intensitas pole figure ( 12)<1 O>sebagai fungsi temperatur. Tabe14. Data hasil pengukuran intensitas pole figure bidang (111)<112> dad (112)<11> sebagai fungsi temperatur dan waktu tahan anil pada deformasi dingin 73 dan 77 %. 5 4 3 2 ~ - Deforrnasi dingin Tempera tur Waktu tahan %t L9 6 65 7 (iam) 73 71 75 8 85 6 65 7 75 8 85 1 Bidang (111)<112> Bidang (112)<11> (kcps) 2. 2.5 1.8 2.4 4. 2. 1.5 2.4 1.5 2.5 3.6 2. Pole figure (hkl)<uvw> (111)<112> (kcps) '- ~ :~- 2.8-3.5 4.2 4.78 5.6 3.5 2.5 2.8 2.5 3. 6.3 3. Pole figure (hkl)<uvw> (112)<11> -.--++ '-- ~ rru i; '-1-.73-.77- ~:'1::: 143

Dari basil pengukuran barga parameter sifat mampu bentuk yang ditentukan oleh harga n dan harga r juga mengalami peningkatan dengan bertambahnya temperatur anil dad waktu tahan. Khusus harga r berdasarkan basil penelitian ternyata menunjukkan harga optimum setelah di anil terjadi pada temperatur 8 C dad waktu tahan tetap 1 jam. Peningkatan waktu tahan juga dapat meningkatkan nilai koefisien pengerasan regang (n) hingga temperatur 85 C dengan waktu tahan tetap 1 jam sedangkan pada temperatur konstan 7 C dengan waktu tahan yang bervariasi (147 dan 1 jam) juga memberikan peningkatan barga n dan r. Hal ini memberikan gambaran pada kita bahwa harga n yang tinggi dapat memiliki regangan uniform yang lebih besar atau tegangan alir yang lebih besar sebelum terjadinya perpatahan. Sedangkan harga r yang tinggi juga dapat memiliki kemampuan pengubahan bentuk yang lebih uniform pada seluruh posisi dad 9. Pengaruh deformasi dingin yang lebih besar pada sampel uji setelah di anil memberikan penurunan harga n dibandingkan deformasi dingin yang lebih rendah. Semakin besar deformasi dingin yang dilakukan maka semakin besar energi simpanan yang dimiliki sampel uji yang merupakan gaya penggerak rekristalisasi sehingga rekristalisasi berlangsung lebih mudah atau menghasilkan peningkatan jumlah dislokasi berdasarkan interaksi mereka mengakibatkan tegangan dalam yang lebih tinggi sehingga butiran mengalami pengerasan regang. Peningkatan temperatur anil menyebabkan tegangan dalam pada sampel uji hilang dan juga semakin rendahnya tegangan yang dibutuhkan agar deformasi plastis yang ditandai oleh pergerakan dislokasi dapat berjalan. Meningkatnya kemampuan sampel uji untuk terdeformasi plastis dengan bertambahnya temperatur anil menyebabkan sampel uji memiliki kemampuan yang lebih besar untuk mengalami pengerasan regang dan lebih mudah untuk membentuk model yang diinginkan. Peningkatan koefisien anisotropi plastis berkaitan erat dengan adanya preferred orientation (orientasi yang diutamakan) yang menyebabkan sampel uji memiliki tegangan alir yang lebih besar pada satu arab dibandingkan arab lainnya. Atau dengan kala lain sampel uji semakin bersifat anisotrop. Sifat anisotropi (r> 1) menguntungkan dilihat dari aspek formabilitas dan hal ini akan memberikan ketajaman pole figure bidang~ (111)<112> di dalarn pembuatan model-model yang diinginkan dari lembaran plat baja karbon sangat rendah. Makin tajarn intensitas pole figure pada bidang (111)<112> akan memberikan garnbaran sifat pengubahan bentuk yang diinginkan lebih baik. Akan tetapi jika sifat bahan isotrop hal ini memberikan bahwa butiran bersifat acak (r<l) clan tidak memiliki tekstur. Pada deformasi dingin terlihat bahwa intensitas tertinggi terjadi pada pole figure bidang (111)<112> yang memiliki AlN yang berfungsi untuk mempertahankan sifat anisotropi pada proses anil. Dari proses anil diperoleh pergeseran intensitas tertinggi pole figure pada bidang (111)<112> dan (112)<11> terjadi pada temperatur 8 DC seperti terlihat pada Gambar 6 7 clan Tabel 4. Deformasi dingin yang besar akan memberikan nilai koefisien pengerasan regang (n) clan koefisien anisotropi plastis (r ) yang lebih rendah dibandingkan dengan deformasi dingin yang lebih rendah. Peningkatan temperatur anil hingga 8 DC memberikan harga r yang optimum dan hal ini sarnpel uji bersifat anisotrop akan tetapi pada temperatur 85 DC harga r menurun clan hal ini sudah berada pada rasa austenite dan dimungkinkan sampel uji bersifat isotrop. Tekstur mengindikasikan bahwa sampel uji bersifat anisotrop clan juga tekstur akan lebih nyata dengan meningkatnya deformasi dingin yang dilakukan. Makin tinggi deformasi dingin pada lembaran plat baja karbon sangat rendah akan memberikan nilai intensitas pole figure yang lebih besar. Pada temperatur 6 DC tekstur anil masih menduplikasikan tekstur yang ada sebelum di anil. Peningkatan temperatur hingga 85 DC memberikan tekstur yang sarna pada penurunan pergeseran intensitas pole figure sebelum di anil. Dari Tabel 4 diperoleh intensitas tertinggi terjadi pada temperatur 8 DC pada bidang (111)<112> dengan deformasi dingin 77 % sedangkan pada deformasi dingin 73 % juga terjadi pada temperatur 8 DC bidang (112)<11> yang lebih rendah dibandingkan deformasi dingin 73 %. KESMPULAN Setelah dilakukan penelitian mengenai pembentukan tekstur plat baja karbon sangat rendah basil deformasi dingin yang berbeda (73 % dad 77 %) dad proses anil dapat diambil beberapa kesimpulan : 1. Meningkatnya tingkat deformasi dingin dapat menyebabkan penurunan nilai koefisien anisotropi plastis dari r = 217 (73%) menjadi r = 187 (77%) pada 144

4. 2. 3 temperatur 8 C dan koefisien pengerasan regang n = 287 (73 %) menjadi n = 275 (77%) Parameter sifat mampu bentuk sampel uji semakin meningkat dengan bertambahnya temperatur anil yang ditunjukkan dengan 163 menjadi n = 275 (77%) n = 192 menjadi 287 (73%) dad r = 73 menjadi 187 pada 8 C kemudian urun r = 122 (77 %) r = 97 menjadi 217 pada 8 C kemudian turun r = 162 (73%). Paramater sifat mampu bentuk yang ditentukan oleh harga r mengalami pening-katan dengan bertambahnya temperatur anil 8 DC tetapi pada temperatur 85 C harga r turun hal ini dimungkinkan sampel uji bersifat isotrop (fasa austenite). Untuk temperatur tetap 7 C dad waktu tahan yang divariasikan (147 dad 1 jam) juga memberikan peningkatan nilai r = 84-127 dad n = 165-236 serta keuletannya s = 25-34 % DAFTAR PUSTAKA. KEELER.S.P" Sheet Metal Formability" American ron and nstitute 1 16 th Street N.W Washington D.C 236 August 1984 2. BLCKWEDE.D.J" Sheet Steel- Micrometal-lurgy by the Millions" vol 61 Campbell Memorial Lecture 1986 1

Pole figure- pole figure dari sampel uji basil deformasi dingin 73 % (.7 rom) dan 77 % (.6 rom) sebelum dan setelah di Anil dapat dilihat pada gambar 8-2 dibawah ini : ///":~~~.~~~~~"""'\ " ' " 1- \ \ ' "' :' J / / /' ~:--~ ~~ ~~r~~..\.t "~J \ 1 '.1.."(".." \ ' " '....1.2'"..:....."" 'l ( 29-' / " "-.../ Gambar 8. Pole figure pada temperatur 28.C red~1 73 % = 7 % dlperoleh: L....1 1.1 1.1 1.1 "~-~~~~~~:/ Gambar12. Pole figure pada temperatur 7SOoC reduksl 73 % & = 4 % dlperoleh (111)<112>(112)<11> (111)<112>(111)<11>(111)<321>(112)<531> (112)<311>(112)<11> ~~~-~ 1. 1. 1. 'x... "'. v--- "' --." J Gambar 9. Pole figure pada temperatur 6'C reduksi 73 % s = 23 % diperoleh : (111)<112>(112)<11>...."1" /' J"'--~-~-~ ~-_"".~...-+- --+- ""..~1..1- "V.t.4..!" "8 " ~~/./. ~l~'-"...t< Gambar 1. Pole figure pada temperatur 65..c. redubi 73 % E = 31 % diperoleh (111)<112>(112)<11> "'~~~-: ""'" /.t ~' ~.~ t- ~' ""' OJ. / ~... '.! O... 1.t. 4.1.~ '.1.). to.."" :~ " l..\ '" ' '\' -' -r::o-(}-1 4.-' J ~ ;J:.:::-" '\.. ~\'i~'1 /1 \' ':~ :;//~ J ")"-1 "" '- ';/ "' l Gambar 13. Pole figure pada temperatur 8.C reduksi 73% = 44 % diperoleh : (111)<112>(112)<11> 1 / D"'..."..... D..' '.S 'Ṣ H..".... / / \ " ~~ Gambar 14. Pole figure pada temperatur 85.C reduksi 73 % = 47 % (111)<112>(112)<11>...."'...1 '.1 LV..'...-' or"t 1.1 '.1 C>-'."". $'....1.1"" t. 1.11'" :z P \ ~.~ "~_.J-"'" '\"""' 1 ;/..1 J J." Gambar 11. Pole figure pada temperatur 7.C reduksl73 % E = 34 % dlperoleh : (111)<112>(112)<11> /""---+-:'~~;"~ / ~ ~ +' il '-.-L- r. \ ~ J '7"' / l- ' ' '" '-_!-~~ /./ "" J-~ Gambar 15. Pole figure pad a temperatur 6.C reduksi 77 % ; = 26 % diperoleh (111)<112>(112)<11> / \ \ J l '" '\ ~ )) ;"" ""... :~. 146

"'... 11;)i; 147....!.""..".1..1...J."'" J...."" (11' )-j: ' ' lḷ '"...CliO' 1 ' ~. ~". "."'" Gambar 16. Pole figure pada temperatur 65.C reduksi 77 % = 34 % diperoleh (111)<112>(112)<11> Gambar 19. Pole figure pada temperatur 8.C reduksi 77 %..-46 % diperoleh (111)<111>(111)<11>.1...'" "'c LO...1.' Ż... '.1.n'" W.........1 /. j{] ~ '"'-'" \" a ~--- "". +"... ~"" "'.- \ "\' ~ \ 1 <"' r~1 " :.-'11''.1"" 'L"".... 1 l' '" j.s. J..'.S'" Gambar 17. Pole figure pada temperatur 7.C reduksi 77 % s = 39 % diperoleh (111)<112>(112)<11> :\;\{ Gambar 2. Pole figure pada temperatur 85.C reduksl77 "1 = 49 "1 dlperoleh (111)<112>(112)<11> b.o".;"'li'" "-'vc'. ;11:;1('; '.1.' JJJ:)21:'l 1.' ; J J;nr~. " 1.1 ~.!f;"t:1...'. (":.i:i!r'!::~!'~:::.f;;. ~C':"'~;;: " )"11 :ii;c;:~.'f ~~ + LV '- - ""-+"""-+:'7" --" '\::1 G8mbar 18. Pole figure pada temperatur ;!: i.. 756 'c. reduksi 77 %. s = 42 %. diperoleh "E ali!" (1.11)<112>. (1.12)<11>"':'.1 ":-.; ;.. "~" ru"" c;'1.~ rl""; "~.wttrd nwtllvnlb }1i<J~:)Jn&i'Jflc;fj.;Q-"Bi)i.f:)'n~ w ff;;{lr;1 '~1J.