Hasil Uji Kepekaan Bakteri Yang Diisolasi Dari Sputum Penderita Infeksi Saluran Pernafasan Bawah Di Poliklinik BP 4 Medan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada

(Juniatiningsih, 2008). Sedangkan di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari - Desember 2010 angka kejadian sepsis neonatorum 5% dengan angka kematian

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) menurut Global Initiative of

BAB 1 PENDAHULUAN. neonatus dan 50% terjadi pada minggu pertama kehidupan (Sianturi, 2011). Menurut data dari

PENDAHULUAN. kejadian VAP di Indonesia, namun berdasarkan kepustakaan luar negeri

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) merupakan suatu inflamasi pada mukosa rongga hidung

BAB 1 PENDAHULUAN. dari saluran napas bagian atas manusia sekitar 5-40% (Abdat,2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. bermakna (Lutter, 2005). Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terisi dengan cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan. ureter, kandung kemih dan uretra merupakan organ-organ yang

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di Indonesia, termasuk dalam daftar jenis 10 penyakit. Departemen Kesehatan pada tahun 2005, penyakit sistem nafas

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sumber infeksi, seperti: gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, sebagai akibatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit paru obstruktif kronik atau yang biasa disebut PPOK merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. sinus yang disebabkan berbagai macam alergen. Rinitis alergi juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dengan imunitas pejamu, respon inflamasi, dan respon koagulasi (Hack CE,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang ditemukan pada banyak populasi di

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama. morbiditas dan mortalitas di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya masih tinggi, bahkan

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN

ABSTRAK ANTIBIOGRAM INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI KLINIK RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI -DESEMBER 2008

Pola bakteri aerob pada sputum penderita infeksi saluran pernapasan akut di Poliklinik Paru RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepsis adalah terjadinya SIRS ( Systemic Inflamatory Respon Syndrome)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. satunya bakteri. Untuk menanggulangi penyakit infeksi ini maka digunakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pneumonia, mendapatkan terapi antibiotik, dan dirawat inap). Data yang. memenuhi kriteria inklusi adalah 32 rekam medik.

BAB 1 PENDAHULUAN. berkontribusi terhadap terjadinya resistensi akibat pemakaian yang irasional

Prevalensi Kuman Multi Drug Resistance (MDR) di Laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari Desember 2012

POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN PERIODE AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2015 SKRIPSI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Keywords : P. aeruginosa, gentamicin, biofilm, Chronic Supurative Otitis Media

Infeksi Nosokomial. Chairuddin P. Lubis. Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract PENDAHULUAN. Jaka Kurniawan 1, Erly 2, Rima Semiarty 3

ISOLASI, IDENTIFIKASI DAN UJI RESISTENSI ANTIBIOTIKA MIKROORGANISME DARI SPUTUM PENDERITA BATUK KRONIS

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. adalah infeksi. Sekitar lima puluh tiga juta kematian

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. pernapasan bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit, radang tenggorokan,

BAB 4 METODE PENELITIAN. Pulmonologi serta Ilmu Mikrobiologi Klinik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam morbiditas dan mortalitas pada anak diseluruh dunia. Data World

Pseudomonas aeruginosa adalah kuman patogen oportunistik yang dapat

25 Universitas Indonesia

POLA KUMAN DAN UJI KEPEKAANNYA TERHADAP ANTIBIOTIKA PADA PENDERITA OTITIS EKSTERNA DI POLIKLINIK THT-KL BLU RSU PROF. DR. R. D.

UNIVERSITAS INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian yang berjudul Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak. Pemberian antibiotik merupakan pengobatan yang utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama penyakit infeksi (Noer, 2012). dokter, paramedis yaitu perawat, bidan dan petugas lainnya (Noer, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. mikroba yang terbukti atau dicurigai (Putri, 2014). Sepsis neonatorum adalah

POLA KUMAN DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA INFEKSI SALURAN NAFAS BAWAH DI RSUD DR. MOEWARDI TAHUN 2014 SKRIPSI

PENGARUH KOINSIDENSI DIABETES MELITUS TERHADAP LAMA PENGOBATAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

POLA KUMAN PENYEBAB INFEKSI SALURAN KEMIH DAN SENSITIVITASNYA TERHADAP ANTIBIOTIKA DI RSUP H.ADAM MALIK PERIODE JANUARI 2009-DESEMBER 2009.

Analisis Hayati KEPEKAAN TERHADAP ANTIBIOTIKA. Oleh : Dr. Harmita

BAB I PENDAHULUAN. masalah besar yang harus benar-benar diperhatikan oleh setiap orang tua. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. Di berbagai negara khususnya negara berkembang, peranan antibiotik dalam

sex ratio antara laki-laki dan wanita penderita sirosis hati yaitu 1,9:1 (Ditjen, 2005). Sirosis hati merupakan masalah kesehatan yang masih sulit

I. PENDAHULUAN. penurunan sistem imun (Vahdani, et al., 2012). Infeksi nosokomial dapat terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua yaitu, infeksi saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Diare,

Resistensi Bakteri Gram Negatif Terhadap Antibiotik Di UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Lampung Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kambing peranakan etawa (PE) merupakan salah satu ternak di Indonesia

I. PENDAHULUAN. atas yang terjadi pada populasi, dengan rata-rata 9.3% pada wanita di atas 65

UNIVERSITAS INDONESIA

Pola bakteri aerob dan kepekaan antibiotik pada otitis media supuratif kronik yang dilakukan mastoidektomi

I. PENDAHULUAN. kematian di dunia. Salah satu jenis penyakit infeksi adalah infeksi

BAB I PENDAHULUAN. yang rasional dimana pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. (Saifudin, 2008). Infeksi Luka Operasi (ILO) memberikan dampak medik berupa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan kemajuan teknologi dan perkembangan zaman, penggunaan. lensa kontak sebagai pengganti kacamata semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. angka yang pasti, juga ikut serta dalam mengkontribusi jumlah kejadian infeksi. tambahan untuk perawatan dan pengobatan pasien.

BAB 1 P ENDAHULUAN. irasional dapat menyebabkan terjadinya resistensi bakteri yaitu menggunakan

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Farmasi dalam kaitannya dengan Pharmaceutical Care harus memastikan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL. Isolat Pseudomonas aeruginosa

INTISARI. Lisa Ariani 1 ; Erna Prihandiwati 2 ; Rachmawati 3

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di

BAB 1. Infeksi terkait dengan perawatan kesehatan melalui pemasangan alat-alat medis

BAB 1 PENDAHULUAN. penting bagi kelangsungan hidup, modal dasar dan fungsi utama pembangunan

Transkripsi:

Hasil Uji Kepekaan Bakteri Yang Diisolasi Dari Sputum Penderita Infeksi Saluran Pernafasan Bawah Di Poliklinik BP 4 Medan R.S. Parhusip Bagian Paru Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Infeksi saluran pernafasa bawah masih merupakan masalah di bidang kesehatan baik di negara berkembang maupun negara maju. Di Indonesia menurut hasil surve kesehatan runah tangga tahun 1986 penyakit infeksi saluran pernafasan bawah, perupakan salah satu daru sepuluh penyakit terbanyak penyebab kematian menduduki peringkat pertama. (1) Hadiarto (1990) menemukan 50% kuman Streptococcus Viridans, kemudian Streptococcus Pneumoniae (14, 6% - 20%) yang diisolasi dari bahan sputum dan sikatan bronkhus, sedangkan dari Garam Negatif didapatkan Kleibsiel Pneumoniae, Pseudomonas dan E. Coli. (2) Wibowo S. (1991) melaporkan bahwa dari hasil kultur aspirat Transtrakheal 40 penderita Bronkhietase terinfeksi di RS. Persahabatan didapatkan Streptococcus Viridans Predominan dan diikuti oleh Bseudomonas Sp,Enterobacteriaceae dan dari kuman anaerob Bacterioides Sp. Menonjol. (4) Berkembangnya tekhnologi kedokteran dan banyaknya penelitian terutama di bidang farmasi, akan memberikan hasil sensitif terhadap berbagai mikrooganisme dengan efektifitas yang tinggi dan efek samping yang minimal, seperti golongan Quinolone. (5) Sebaliknya semangkin banyaknya pemakaian antibiotika tanpa didukung hasil pemeriksaan kultur mikroorganisme sentivity test, pemakaian antibiotika yang tidak teratur, dan dosis obat yang kurang tepat akan memberikan derajat resentensi yang semakin meningkat terhadap berbagai antibiotika. Dalam tulisan ini penulis ingin melaporkan hasil kultur sputum bakteri dan sensitivitasnya terhadap berbagai antibiotik dari 101 penderita infeksi saluran perbafasan bawha yang berobat di Poliklinik BP4 Medan. (9) TUJUAN PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola kepekaan bakteri dari hasil kultur sputum penderita infeksi saluran pernafasan bawah terhadap bergai antibiotika, dalam kurun waktu 6 bualan. PETUNJUK PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penganalisaan data hasil kultur sputum dan sensitivity test dari penderita infeksi saluran pernafasan bahwa, yang berobat-jalan di Poliklinik PPOM BP4 Medan periode 1 September 1993 28 February 1994, secara retrospektif. e-usu Repository 2005 Universitas Sumatera Utara 1

BAHAN DAN CARA KERJA. Penderitan yang dimasukkan dalam penelitian ini adalah penderitan infeksi saluran pernafasan bahwa yang berobat pertama kali di Poliklinik PPOM BP4 Medan. Diagnosa penderita dilakukan bedasarkan pemeriksaan klinis, fisik, radiologis dan laboratorium sederhana serta faal paru. Seluruh penderita dirujuk ke sebuah laboratorium klinik untuk dilakukan kultur sputum resistensi test. Data hasil kultur sputum adalah jawaban rujukan dari laboratorium klinik tersebut. Diambil 8 (delapan) jenis antibiotik yang dilakukan untuk resistensi test terhadap semua penderita tersebut untuk dianalisa. HASIL Sejak 1 September 1993 s/d 28 February 1994 didapatkan data hasil kultur sputum 101 penderita. Seluruh penderita di diagnosa sebagai Bronchitis Kronis 62 (61, 3%) dan PPOM sebanyak 39 (38, 6), terdiri dari 46 (45, 5%) laki laki dan 55 (54,9) perempuan. Usia termuda 16 tahun dan tertua 70 tahun. Hasil biakan kuman dapat dilihat pada diagram I. Diagram I Spektrum Bakteri Dari 101 Penderita Infeksi Saluran Nafas Bagian Bawah Di Poliklinik PPOM BP4 Medan. Pada 2 penderita dijumpai pertumbuhan bakteri 2 (dua) galur, keduanya adalah Streptococcus viridans dan Staphylococcus aureus. Hasil uji kepekaan Bakteri infeksi saluran nafas bagian bawah di Poliklinik PPOM BP4 Medan dapat dilihat pada DIAGRAM II, III, IV. e-usu Repository 2005 Universitas Sumatera Utara 2

Diagram II Hasil Uji Kepekaan Bakteri Infeksi Saluran Nafas Bagian Bawah di Poliklinik PPOM BP4 Medan. Diagram III Hasil Uji Kepekaan Bakteri Gram Positip Infeksi Saluran Nafas Bagian Bawah di Poliklinik PPOM BP4 Medan e-usu Repository 2005 Universitas Sumatera Utara 3

Diagram IV Hasil Uji Kepekaan Bakteri Gram Negatip Infeksi Saluran Nafas Bagian Bawah Di Poliklinik PPOM BP Medan Hasil uji kepekaan bakteri terhadap berbagai Antibiotik dapat dilihat pada DIAGRAM V, VI, VII,VIII dan IX. Diagram V Hasil Uji Kepekaan Steptococcus Viridans Terhadap Antibiotik e-usu Repository 2005 Universitas Sumatera Utara 4

DIAGRAM VI Hasil uji kepekaan Enterobacter aerogens terhadap Antibiotik Diagram VI Hasil Uji Kepekaan Enterobacter aerogens Terhadap Antibiotik e-usu Repository 2005 Universitas Sumatera Utara 5

Diagram VII Hasil Uji Kepekaan Pseudomonas Aeruginosa Terhadap Antibiotik Diagram VIII Hasil Uji Kepekaan Klebsiella sp Terhadap Antibiotik e-usu Repository 2005 Universitas Sumatera Utara 6

Diagram IX Hasil Uji Kepekaan Staphilococcus aureus Terhadap Antibiotik Diskusi Dari hasil penelitian ini terlihat hasil biakan positip pada semua penderita. Pada semua penderita.pada 2 (dua) penderita di jumapai pertumbuhan 2 (dua) galur bakteri sedangkan yang lainnya hanya tumbuh 1 (satu) galur. Dari hasil biakan terlihat bahawa bakteri Streptococcus viridans adalah yang terbanyak diikuti oleh Enterobacter aerogens, Pseudomonas aeruginosa dan klebsiella sp.(diagram I ). Bakteri Gram positip yang dijumpai sebanyak 54 galur, (54.4%) dan bakteri Gram negatif 49 (47.6%). Dimana Streptococcus viridans adalah bakteri yang terbanyak dari Gram positip sedangkan bakteri Gram negatip (Enterobacter aerogens, pseudomonas aeruginosa, klebsiella sp) jumlahny berimbang. Secara keseluruhan tampak bahwa ciprofloxacine adalah antibiotik yang tertinggi sensitifitasnya terhadap semua bakteri diikuti oleh ofloxacine, Amoksilin dan kloramphenikol (DIAGRAM II ), Untuk bakteri GRAM dikutip tampak Ciprofloxacine dan ofloxancine mempunyai sensitifitas yang tertinggi diikuti oleh Amoksilin dan kloramphenikol (DIAGRAM III). Demikian juga untuk bakteri Gram negatip, ciprofloxacine mempunyai sensitifitas yang tertinggi di ikuti oleh ofloxacine, Amoksilin dan kloramphenikol (DIAGRAM IV). e-usu Repository 2005 Universitas Sumatera Utara 7

Untuk bakteri Streptococcus viridans terlihat bahwa Ciprofloxacine dan ofloxancine mempunyai sensitivitas yang tertinggi (DIAGRAM V). akan tetapi untuk bakteri Enterobacter aerogans, Amoksilin mempunyai sensitifitas yang tertinggi (100%) (DIAGRAM VI). Untuk bakteri pseudomonas aenuginosa, Ciprofloxacine dan kloramphenikol mempunyai sentifitas yang tertinggi (93.8%) (DIAGRAM VII). Akan tetapi bakteri kleibsiella sp. Ciprofloxacine mempunyai sentifitas yang tertinggi 85.7% (DIAGRAM VIII). Untuk bakteri Stapilococcus aure us, Amoksilin dan kloramphenikol mempunyai sensitifitas yang tertinggi (84,6%), diikuti oleh Ciprofloxacine dan ofloxacine 76.9% (DIAGRAM IX). Bila kita anggap hasil sensitif dan intermediate dapat mengatasi bakteri infeksi saluran nafas bagian bawah maka pilihan antibiotika yang terbaik adalah Ofloxacine 94,1%, Amoksilin 91,3%. Ciprofloxacilin 91,2%.kloramhenikal 87,1% Amikasine 75,7%, Ticarcillin 69,9%, Tetrasiklin 67,9% dan Cephalexin 46.5%. KESIMPULAN Telah dikemukakan hasil penelitian kepekaan bakteri yang di isolasi dari penderita infeksi saluran nafas bagian bawah di poliklinik PPOM BP4 Medan selama periode 6 bulan. Bakteri yang tersering di jumpai adalah Streptococcus viridans dan bakteri Gram negatip adalah Enterobacter Aerogens.Antibiotik yang paling tinggi sensitifitasnya tanpa melihat Gram positip atau Gram negatip adalah Ciprofloxacine di ikuti oleh Ofloxacine, Amoksilin dan kloramphenikol. Untuk bakteri Gram positip, Ciprofloxacine dan Ofloxacine mempunyai sentifitas yang tertinggi (88,9%), sedangkan untuk Gram negatip Ciprofloxacine mempunyai sentifitas yang tertinggi (89.7%). KEPUSTAKAAN 1. Budiarso Lr, Bakri Z. Soesanto SS,dkk. Survei kesehatan rumah tangga 1986. jakarta: Badan penelitian dan pengembangan kesehatan. Pusat penelitian Ekologi kesehatan. Pusat penelitian Ekologi kesehatan Depkes RI 1986: 3-79. 2. Adiarto Mangunnegoro pengelolaan ISNA bagian bawah, kumpulan Naskah Temu Ilmiah penelitian dan penukaran Antibiotika dalam klinik Jakarta 1990. 3. Naskah lengkap, Simposium infeksi paru dan Simposium penatalaksanaan kegawatan paru. Konfrensi kerja VI perhimpunan Dokter paru Indonesia, Ujung pandang 3-4 Juli hal 1-15. 4. Wibowo Surya Tenggara dkk. Uji klinik pengobatan Bronchiectse Majalah kedokteran Edisi Khusus 1991, vol. XXII/7-14. 5. The Treatment of Acute Excerbation of chronic Bronchitis: An Update on a comperative Study of Ciprofloxacin and Amoxicillin in Ciprofloxacin in pulmonology III p 15-19 e-usu Repository 2005 Universitas Sumatera Utara 8