BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan. lingkungannya (Rogers dalam Nursalam, 2009).

dokumen-dokumen yang mirip
STRATEGI PEMBELAJARAN PENDEKATAN SCL

MEMILIH METODE/BENTUK/MODEL PEMBELAJARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Slameto (2003) menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang

Model pembelajaran dengan pendekatan SCL

: Indrayanti, S.Kep; Ns. : STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta : drg. Gilang Yubiliana

21/04/2006 Draft MODUL TEACHING LEARNING

MATERI 2. copyright: dit.akademik.ditjen dikti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODA PEMBELAJARAN STUDENT CENTRE LEARNING. yang relevan dengan kemampuan akhir yang ingin dicapai dan media pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Softskill, Kurikulum, Dosen, dan Mahasiswa. Bertalya Universitas Gunadarma

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Dikti (2007), materi pembelajaran pendidikan tinggi di Indonesia

yahoo.com

Tim Pengembang Kurikulum DIKTI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang

KEGIATAN DOSEN MAGANG DIKTI UNPAD

SPESIFIKASI PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MURIA KUDUS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dr. Katharina Rustipa, M.Pd.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Video sebenarnya berasal dari bahasa Latin, video-visual yang artinya melihat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER ADVERTISING PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS BUDDHI DHARMA 2016

METODE METODE PEMBELAJARAN. OLEH : LISA TRINA ARLYM, SST., M.Keb

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungannya (Slameto, 2010). Menurut Gredler dalam Aunurrahman. sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi mengetahui.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning)

II. KAJIAN PUSTAKA. Prestasi belajar berasal dari kata prestasi dan belajar, prestasi berarti hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan.

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

LOGO. Oleh: Alni Rahmawati

SILABUS PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV. Penelitian ini menggunakan design penelitian quasi. experiment pre dan post test with control group. Penelitian ini ingin

SILABUS PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

BAB I PENDAHULUAN. kini, dan pendidikan berkualitas akan muncul ketika pendidikan di sekolah juga

TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang kompleks yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. perlu dilakukan usaha atau tindakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Hamalik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam pembangunan

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) MATAKULIAH TATA TEKNIK PENTAS JURUSAN/PRODI PENDIDIKAN TARI FAKULTAS BAHASA DAN SENI-UNY

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pengetahuan yang diinginkan (Slameto, 2010).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

b. Siswa tidak hanya mendengarkan kuliah secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi kuliah, c. Penekanan pada eksplorasi

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

I. PENDAHULUAN. dan dapat menyesuaikan secara aktif dalam kehidupannya. melalui pendidikan yang baik akan dihasilkan sumber daya manusia yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LANDASAN TEORI. hasil belajar. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika selain merupakan dasar dan pangkal tolak penemuan dan pengembangan ilmu-ilmu lain, matematika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Matematika

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dalam pembelajaran yaitu: 1) kemampuan melakukan penalaran. 5) keterampilan komunikasi (Trisni dkk, 2012: 3).

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

II. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. baik. Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun

yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Saiful Rahman Yuniarto, S.Sos, MAB

BAB I PENDAHULUAN. tinggi diharapkan proses pemahaman akan menjadi lebih berkembang dan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Belajar Belajar merupakan proses perubahan perilaku atau kecakapan manusia berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya, sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya (Rogers dalam Nursalam, 2009). Menurut Fathurrohman (2012) pembelajaran adalah proses belajar. Dalam proses pembelajaran seorang individu melakukan kegiatan belajar. Sedangkan dalam belajar seseorang individu harus mampu mengadakan perubahan tingkah laku. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan pendidikan. Berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa (Syah, 2010). 12

13 Teori belajar pada umumnya dibagi menjadi 4 golongan, yaitu teori belajar Behaviorisme, Kognitivisme, Humanistik dan Sibernetik. Aliran tingkah laku menekankan pada hasil dari proses belajar. Aliran kognitif menekankan pada proses belajar. Aliran humanis menekankan pada isi atau apa yang dipelajari. Dan aliran sibernetik menekankan pada sistem informasi yang dipelajari (Nursalam, 2009). Dari beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses kegiatan belajar sampai pada perubahan tingkah laku sesuai dengan tujuan belajar. Keberhasilan pendidikan bergantung pada proses belajar siswa. 2. Konstruktivisme Pandangan menurut Jean Piaget seorang Psikolog kelahiran Swiss percaya bahwa anak belajar sesuai dengan tahapannya. Pengalaman belajar menurut Piaget berlangsung dalam diri setiap individu melalui proses konstruksi pengetahuan. Oleh sebab itu, teori belajar Piaget terkenal dengan teori konstruktivistik (Sanjaya, 2011).

14 Teori pembelajaran konstruktivisme pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar lebih diwarnai student centered daripada teacher centered. Sebagian besar waktu proses belajar mengajar berlangsung dengan berbasis pada aktivitas siswa (Trianto, 2011). Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekadar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar (Nur dalam Trianto, 2011). 3. Andragogi Andragogi secara harfiah dapat diartikan sebagai seni dan pengetahuan mengajar orang dewasa. Namun karena orang dewasa sebagai individu yang dapat mengarahkan diri

15 sendiri, maka dalam andragogi yang lebih penting adalah kegiatan belajar dari peserta didik, bukan kegiatan mengajar dosen (Nursalam, 2009). Knowles dalam Nursalam (2009) mengembangkan konsep andragogi atas tiga asumsi pokok yang berbeda dengan pedagogi: a. Asumsi pertama, seseorang tumbuh dan matang bermula dari konsep diri dan ketergantungan total menuju ke arah pengarahan diri sendiri. Secara singkat dapat dikatakan pada anak-anak konsep dirinya masih tergantung, sedang pada orang dewasa konsep dirinya sudah mandiri. Karena kemandirian konsep dirinya inilah orang dewasa membutuhkan penghargaan orang lain sebagai manusia yang dapat mengarahkan diri sendiri. Apabila dia menghadapi situasi dimana dia tidak memungkinkan dirinya menjadi self directing maka akan timbul reaksi tidak senang atau menolak. b. Asumsi kedua, sebagaimana individu tumbuh matang akan banyak pengalaman dimana hal ini menyebabkan dirinya menjadi sumber belajar yang

16 kaya, dan pada waktu yang sama memberikan dasar yang luas untuk belajar sesuatu yang baru. Oleh sebab itu dalam teknologi andragogi terjadi penurunan penggunaan teknik transmital seperti yang dipakai dalam pendidikan tradisional dan lebih mengembangkan teknik pengalaman (experimental technique). Maka penggunaan teknik diskusi, kerja laboratorium, simulasi, pengalaman lapangan, dan lainnya lebih banyak dipakai. c. Asumsi ketiga, pendidikan secara langsung atau tidak langsung, secara implisit atau eksplisit, pasti memainkan peran besar dalam mempersiapkan anak dan orang dewasa untuk memperjuangkan eksistensinya di tengah masyarakat. Karena itu, kampus dan pendidikan menjadi sarana ampuh untuk melakukan proses integrasi maupun disintegrasi sosial di tengah masyarakat. Sejalan dengan itu, kita berasumsi bahwa setiap individu menjadi matang, maka kesiapan untuk belajar kurang ditentukan oleh paksaan akademik dan perkembangan biologisnya,

17 tetapi lebih ditentukan oleh tuntutan-tuntutan tugas perkembangan untuk melakukan peranan sosialnya. Dengan kata lain, orang dewasa belajar sesuatu karena membutuhkan tingkatan perkembangan mereka yang harus menghadapi peranannya apakah sebagai perawat, orang tua, pimpinan suatu organisasi, dan lainlain. Kesiapan belajar mereka bukan semata-mata karena paksaan akademik, tetapi karena kebutuhan hidup dan untuk melaksanakan tugas peran sosialnya. Hal ini dikarenakan belajar bagi orang dewasa seolah-olah merupakan kebutuhan untuk menghadapi masalah hidupnya. 4. Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Majid, 2013). Dick dan Carey dalam Sanjaya (2010) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang

18 digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Jenis-jenis strategi pembelajaran menurut Rowntree dalam Sanjaya (2010): a. Strategi Penyampaian-penemuan (exposition-discovery learning) Strategi pembelajaran exposition merupakan strategi pembelajaran langsung yang mana dalam strategi ini materi pembelajaran disajikan begitu saja pada siswa, siswa tidak dituntut untuk mengolahnya. Kewajiban mahasiswa adalah untuk menguasainya secara penuh. Sedangkan untuk strategi discovery learning siswa bahan pelajaran dan dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa melalui berbagai aktivitas, sehingga tugas guru lebih banyak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswanya. b. Strategi pembelajaran kelompok Dalam strategi pembelajaran kelompok, belajar dilakukan secara beregu. Dalam satu kelompok terdapat satu atau beberapa orang guru yang memfasilitasi. Strategi kelompok tidak memperhatikan kecepatan belajar

19 individual. Setiap individu dianggap sama. Oleh karena itu, belajar dalam kelompok dapat terjadi siswa yang mempunyai kemampuan tinggi akan terhambat oleh siswa yang mempunyai kemampuan biasa-biasa saja. Sebaliknya siswa yang mempunyai kemampuan kurang akan merasa tergusur oleh siswa yang mempunyai kemampuan tinggi. c. Strategi pembelajaran individual (individual learning) Strategi pembelajaran individual dilakukan oleh siswa secara mandiri. Bahan pelajaran sudah didesain untuk belajar sendiri. Contoh dari strategi ini adalah belajar melalui modul. 5. Strategi Pembelajaran Berbasis Andragogi Menurut Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI (2007), prinsip-prinsip dalam pembelajaran berbasis andragogi : a. Orang Dewasa memiliki Konsep Diri. Orang dewasa memiliki persepsi bahwa dirinya mampu membuat keputusan, dapat menghadapi resiko sebagai akibat keputusan yang di ambil, dan dapat mengatur kehidupannya secara mandiri. Harga diri sangat penting sehingga orang dewasa memerlukan pengakuan orang lain

20 terhadap harga dirinya. Implikasi praktis dalam pembelajaran, apabila orang dewasa dihargai dan difasilitasi oleh pendidik maka mereka akan melibatkan diri secara optimal dalam pembelajaran. Kegiatan belajarnya akan berkembang ke arah belajar antisipatif dan partisipatif. b. Orang Dewasa memiliki Akumulasi Pengalaman Pengalaman situasi merupakan sederet suasana yang dialami orang dewasa pada masa lalu yang dapat digunakan untuk merespons situasi saat ini. Pengalaman diri adalah kecakapan orang dewasa pada masa kini dengan berbagai situasi masa lalu. Pengalaman mereka dapat dijadikan sumber belajar yang kaya untuk di manfaatkan dalam pembelajaran. Pengenalan dan penerapan konsep-konsep baru akan lebih mudah apabila berangkat dari pengalaman yang dimiliki orang dewasa. c. Orang Dewasa memiliki Kesiapan Belajar Urutan program pembelajaran perlu disusun berdasarkan urutan tugas yang diperankan orang dewasa, bukan berdasarkan urutan logis mata pelajaran. Penyesuaian materi

21 dan kegiatan belajar perlu direlevansikan dengan kebutuhan belajar dan tugas/pekerjaan peserta didik orang dewasa. d. Orang Dewasa menginginkan dapat segera memanfaatkan Hasil Belajarnya. Pembelajaran perlu berorientasi pada pemecahan masalah yang relevan dengan peranan orang dewasa dalam kehidupannya. Pengalaman belajar hendaklah dirancang berdasarkan kebutuhan dan masalah yang dihadapi orang dewasa. Belajar yang berorientasi penguasaan keterampilan (skills) menjadi motivasi kuat dalam pembelajaran orang dewasa. e. Orang Dewasa memiliki Kemampuan Belajar Pendidik perlu mendorong orang dewasa sebagai peserta didik untuk belajar sesuai dengan kebutuhan belajarnya dan cara belajar yang di inginkan, dipilih dan ditetapkan oleh orang dewasa. f. Orang Dewasa dapat belajar efektif apabila melibatkan aktivitas mental dan fisik. Orang dewasa akan belajar secara efektif dengan melibatkan fungsi otak kiri dan otak kanan, menggunakan kemampuan intelek dan emosi serta dengan

22 memanfaatkan berbagai media, metode, teknik dan pengalaman belajar. 6. Metode Pembelajaran Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara maksimal (Sanjaya, 2010). Metode pembelajaran atau pengajaran harus dimiliki oleh pendidik, karena keberhasilan proses belajar mengajar (PBM) bergantung pada cara mengajar pendidik (Simamora, 2009). Menurut Dikti (2014) pola pembelajaran TCL (Teacher Center Learning) merupakan metode yang penyampaiannya secaa searah (dari dosen kepada mahasiswa). Pada saat mengikuti kuliah atau mendengarkan ceramah, m ahasiswa hanya mencatat yang kebenarannya diragukan. Mahasiswa ketergantungan dengan bahan tayang dari dosen serta fotocopian bahan tayang. Hal ini membuat mahasiswa menjadi pasif.

23 Oleh karena itu pembelajaran ke depan didorong menj adi berpusat pada mahasiswa (Student Centered Learning/SC L) dengan memfokuskan pada capaian pembelajaran yang di harapkan. Berpusat pada mahasiswa menyatakan bahwa capa ian pembelajaran lulusan diraih melalui proses pembelajaran yang mengutamakan pengembangan kreativitas, kapasitas, kep ribadian, dan kebutuhan mahasiswa, serta mengembangkan ke mandirian dalam mencari dan menemukan pengetahuan. Penelitian yang dilakukan oleh Jefries (2002) bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektifitas antara dua metodologi dalam pembelajaran praktek dasar keperawatan di laboratorium keperawatan. Hasil dari penelitian tersebut adalah mahasiswa menunjukkan kepuasan dengan metode student center daripada metode tradisional. Mahasiswa dalam grup interaktif merasa lebih berkompeten dalam pembelajaran skill dan materi terkait. SCL meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam mempertanggungjawabkan apa yang di pelajarinya, berfikir kritis, problem solving, peningkatan skill dalam berkomunikasi.

24 2014) Tabel 1. Rangkuman perbedaan TCL dan SCL (Dikti, Teacher Centered Learning Pengetahuan di transfer dari dosen ke mahasiswa Mahasiswa menerima pengetahuan secara pasif Menekankan materi pada penguasaan Biasa memanfaatkan media tunggal Fungsi dosen sebagai pemberi informasi utama dan evaluator Proses pembelajaran dan penilaian dilakukan secara terpisah Menekankan pada jawaban yang benar Student Centered Learning Mahasiswa aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajarinya Mahasiswa aktif terlibat dalam mengelola pengetahuan Tidak hanya menekankan pada penguasaan materi, tetapi juga mengembangkan karakter mahasiswa (life long learning) Memanfaatkan banyak media (multi media) Fungsi dosesn sebagai fasilitator dan evaluasi dilakukan bersama dengan mahasiswa Proses pembelajaran dan asesmen dilakukam secara berkesinambungan dan terintegrasi Penekanan pada proses pengembangan pengetahuan. Kesalahan dinilai dan dijadikan sumber pembelajaran Ragam metode pembelajaran SCL antara lain dalam Dikti (2014): a. Small Group Discussion b. Role Play & Simulation

25 Role Play adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa actual, atau kejadian yang mungkin akan muncul pada masa mendatang (Sanjaya, 2010). c. Case Study Kegiatan pembelajaran melalui studi kasus atau pemecahan masalah merupakan suatu teknik yang dilakukan untuk membantu peserta didik agar memahami dan menguasai materi pembelajaran. Beberapa ciri yang terdapat dalam kegiatan belajar studi kasus ini adalah ; siswa bekerja secara individual atau bekerja dalam kelompok kecil, pembelajaran ditekankan pada materi yang mengandung persoalan untuk dipecahkan, siswa menggunakan banyak pendekatan dalam belajar, dan hasil dari pemecahan adalah hasil tukar pendapat di antara semua siswa (Sanjaya, 2005). d. Discovery Learning (DL) Metode discovery learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai pada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005).

26 e. Self Directed Learning (SDL) Menurut Gibbons (2002) self directed learning adalah peningkatan pengetahuan, keahlian, prestasi, dan mengembangkan diri dimana individu menggunakan banyak metode dalam banyak situasi setiap waktu. Aktivitas dan proram self directed learning berdasarkan lima aspek dasar yaitu siswa mengontrol banyaknya pengalaman belajar yang terjadi, perkembangan keahlian, mengubah diri pada kinerja/performansi yang paling baik, manajemen diri siswa, dan motivasi diri. f. Cooperative Learning (CL) Model cooperative learning adalah suatu model atau acuan dalam pembelajaran dimana dalam proses pembelajaran yang berlangsung siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen (Slavin, 2010). g. Collaborative Learning (CbL) Menurut Dikti (2014) collaborative learning adalah metode belajar yang menitikberatkan pada kerjasama antar

27 mahasiswa yang didasarkan pada konsensus yang dibangun sendiri oleh anggota kelompok. h. Contextual Instruction (CI) Pembelajaran Konstektual merupakan sebuah pembelajaran yang diawali tanya jawab lisan yang berhubungan dengan dunia nyata kehidupan siswa, agar motivasi belajar muncul, pemikiran siswa menjadi jelas dan suasana menjadi tenang (Ngalimun, 2013). i. Project Based Learning (PjBL) PjBL adalah metode belajar yang sistematis, yang melibatkan mahasiswa dalam belajar pengetahuan dan keterampilan melalui proses pencarian/pengalian (inquiry) yang panjang dan terstruktur terhadap pertanyaan yang otentik dan kompleks serta tugas dan produk yang dirancang dengan sangat hati-hati (Dikti, 2014). j. Problem Based Learning and Inquiry (PBL) PBL/I adalah belajar dengan memanfaatkan masalah dan mahasiswa harus melakukan pencarian/penggalian informasi (inquiry) untuk dapat memecahkan masalah tersebut (Dikti, 2014).

28 1) Metode Pembelajaran SGD (Small Group Discussion) a) Definisi Small Group (kelompok kecil) merupakan kumpulan dari beberapa pelajar dan bervariasi jumlah anggotanya yang berinteraksi dan bekerja bersama untuk mendapat tujuan pembelajaran (Brown dalam Salam, 2015). Metode small group discussion dapat meningkatkan level intelektualitas dan skill dalam membangun alasan dan problem solving, pengembangan tingkah laku dan kemahiran dalam interpersonal skill seperti mendengarkan, berbicara, berargumen dan kepemimpinan dalam grup (Newble dalam Salam, 2015). Hal yang dilakukan peserta didik dalam SGD : (1) Membentuk kelompok (5-10 orang) (2) Memilih bahan diskusi (3) Mempresentasikan makalah dan mendiskusikannya di kelas

29 Hal yang dilakukan pengajar : (1) Membuat rancangan bahan diskusi dan aturan diskusi (2) Menjadi moderator sekaligus mengulas hasil diskusi mahasiswa pada setiap akhir sesi (Nursalam, 2009). Ada tahapan-tahapan untuk melakukan diskusi, ada 7 langkah mulai dari fokus kasus sampai pemecahan masalah yang biasa disebut Seven jump. Tahap-tahapnya adalah : (3) Step-1: Clarifying unfamiliar terms, (4) Step-2: Problem definitions, (5) Step-3: Brain storming, (6) Step-4: Analyzing the problems, (7) Step-5: Formulating learning issues, (8) Step-6: Self-study, (9) Step-7: Reporting (Achmadi dkk, 2010).

30 b) Langkah-langkah penerapan metode small group discussion menurut Ismail (2008) diantaranya: (1) Bagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil dengan menunjuk ketua dan sekretaris (2) Berikan soal studi kasus (yang dipersiapkan oleh guru) sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) & Kompetensi dasar (KD). (3) Instruksikan setiap kelompok untuk mendiskusikan jawaban soal tersebut (4) Pastikan setiap anggota berpartisipasi aktif dalam diskusi (5) Instruksikan setiap kelompok melalui juru bicara yang ditunjuk menyajikan hasil diskusinya dalam forum kelas. (6) Klarifikasi, penyimpulan dan tindak lanjut (Guru). Hamalik (2008) menyebutkan bahwa Model small group discussion bertujuan untuk memaksimalkan potensi siswa dalam proses pembelajaran, sehingga belajar menjadi aktif,

31 kreatif dan menyenangkan. Adapun tujuan dari metode small group discussion sebagai metode belajar aktif kelompok adalah: (1) Siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalaminya; (2) Berbuat sendiri (3) Memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan siswa yang pada gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok (4) Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri, sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan individual (5) Memupuk sikap kekeluargaan, musyawarah dan mufakat (6) Membina kerjasama antara sekolah, masyarakat, guru dan orang tua siswa yang bermanfaat dalam pendidikan (7) Pembelajaran dilaksanakan secara realistik dan konkrit, sehingga mengembangkan pemahaman

32 dan berpikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme (8) Pembelajaran menjadi hidup sebagaimana halnya kehidupan dalam masyarakat yang penuh dengan dinamika. 7. Hasil Belajar Hasil belajar adalah perolehan siswa setelah mengikuti proses belajar dan perolehan tersebut meliputi tiga bidang kemampuan, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor (Bloom dalam Mularsih, 2010). Tujuan pengajaran dan hasil belajar di sekolah lazimnya dibedakan mengikuti taksonomi tertentu. Taksonomi adalah klasifikasi atau penggolongan tentang objek atau gejala berdasarkan satu atau lebih prinsip tertentu (Supratiknya, 2012). Taksonomi Bloom dalam Daryanto (2007) terdiri dari 3 ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik : a. Ranah Kognitif Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

33 b. Ranah Afektif Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai. c. Ranah Psikomotor Meliputi keterampilan motorik, manipulasi bendabenda, koordinasi neuromuscular ( menghubungkan, mengamati ). Menurut Slameto (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. 1) Faktor intern, meliputi: a) Faktor jasmani Yang termasuk ke dalam faktor jasmani yaitu faktor kesehatan dan cacat tubuh.

34 b) Faktor psikologis Terdapat tujuh faktor yang tergolong dalam faktor psikologi yang mempengaruhi belajar, yaitu: intelegensi, perhatian, minat, bakat, kematangan dan kesiapan. c) Faktor kelelahan Kelelahan pada seseorang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. 2) Faktor ekstern, meliputi: a) Faktor keluarga Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, keadaan ekonomi

35 keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. b) Faktor sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini adalah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. c) Faktor masyarakat Masyarakat sangat berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Faktor ini meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan dalam masyarakat.

36 B. KERANGKA TEORI INPUT PROSES OUTPUT Belajar Konstruktivisme Strategi Pembelajaran Berbasis Andragogi Ragam Metode pembelajaran SCL : 1. Small Group Discussion; 2. Role Play & Simulation; 3. Case Study; 4. Discovery Learning (DL); 5. Self Directed Learning (SDL); 6. Cooperative Learning (CL); 7. Collaborative Learning (CbL); 8. Contextual Instruction (CI); 9. Project Based Learning (PjBL 10. Problem Based Learning and I nquiry (PBL) Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar : Faktor intern : 1. Jasmani 2. Psikologis 3. Kelelahan Faktor ekstern : 1. Keluarga 2. Sekolah 3. Masyarakat Hasil Belajar Gambar 1. Kerangka Teori

37 C. KERANGKA KONSEP Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar : Faktor intern : 1. Jasmani 2. Psikologis 3. Kelelahan Faktor ekstern : 1. Keluarga 2. Sekolah 3. Masyarakat Belajar Strategi Pembelajaran Berbasis Andragogi Ragam Metode pembelajaran SCL : 1. Small Group Discussion 2. Role Play & Simulation 3. Case Study 4. Discovery Learning (DL) 5. Self Directed Learning (SDL) 6. Cooperative Learning (CL) 7. Collaborative Learning (CbL) 8. Contextual Instruction (CI) 9. Project Based Learning (PjBL 10. Problem Based Learning and Inquiry (PBL) Metode pembelajaran Small Group Discussion (SGD) Hasil Belajar Gambar 2. Kerangka Konsep Keterangan : : Diteliti --------------- : Tidak diteliti

38 D. HIPOTESIS PENELITIAN Berdasarkan uraian sebelumnya, adapun hipotesis pada penelitian ini adalah : H1 : Metode pembelajaran SGD dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa