BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. berdasarkan standar auditing yang berlaku umum. Berdasarkan definisi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Ikatan Akuntan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian audit menurut Arens et al (2008 : 4) adalah sebagai berikut:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. variabel kompetensi, independensi, dan profesionalisme memiliki pengaruh

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pemilik (principals) dengan pihak lain, yaitu manajer (agent). Dalam kontrak,

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan

BAB I PENDAHULUAN. kemudian mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang. berkepentingan (Boynton et al.,2001) dalam (Junaidi, 2016).

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien (Deangelo, 1981).

BAB I PENDAHULUAN. atas kinerja perusahaan melalui pemeriksaan laporan keuangan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin banyaknya kebutuhan akan jasa profesional akuntan publik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Konsep kinerja auditor dapat dijelaskan dengan menggunakan agency theory.

BAB 1 PENDAHULUAN. sedangkan pengauditan biasanya tidak menghasilkan data akuntansi, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang

BAB I PENDAHULUAN. pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut FASB, dua

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori Keagenan (Agency Theory) menjelaskan adanya konflik antara manajer

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Miller dan Bailey (2001), auditing adalah: An audit

BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan profesi yang dipercaya oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan go public harus memberikan informasi berupa laporan keuangan yang sudah diaudit oleh jasa

BAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. maupun eksternal perusahaan. Menurut Financial Accounting Standards

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang belum atau tidak diaudit. keuangan yang terjadi akhir-akhir ini. Singgih dan Bawono (2010) menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. mencari keterangan tentang apa yang dilaksanakan dalam suatu entitas yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian saat ini sedang mengarah pada persaingan usaha

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. hubungan antara agent dengan principal. Hubungan teori keagenan mucul

BAB I PENDAHULUAN. Untuk auditor, kualitas kerja dilihat dari kualitas yang dihasilkan yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Akuntansi Keuangan (SAK) atau Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah k ti e g n e m r a d e k es na k u b M, O ZC LI

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bagi para pengguna (Purn amasari dan Hernawati,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut De Angelo (1981) dalam Watkins et al (2004) mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas KKN menghendaki adanya. mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance),

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. ekonomi yang dilakukan seseorang atau kelompok yang independen dan bertujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dapat bertahan dalam proses seleksi alam ini. non keuangan, bagi para stockholder (pemegang saham) dan stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian audit menurut Mulyadi (2011:9) adalah suatu proses sistematik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam system akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan. Selain digunakan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pada bagian kajian pustaka dan hipotesis penelitian akan diuraikan teoriteori

BAB II LANDASAN TEORI. variabel dependen dan variabel independennya. Dalam penelitian ini landasan teori

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan (Mulyadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. manajemen selaku agen dengan pemilik selaku principal. Jensen dan Meckling

Pengaruh Pengalaman Auditor Dan Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan Publik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha yang semakin kompetitif (Nirmala dan Cahyonowati, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan.

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan memberikan gambaran dan informasi posisi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan organisasi formal yang beroperasi dengan menjual atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.4 KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. suatu organisasi. Profesi ini dikenal masyarakat melalui jasa audit yang disediakan

BAB I PENDAHULUAN. profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. mempekerjakan auditor untuk memeriksa catatan keuangan. Revolusi industri

BAB I PENDAHULUAN. dikelolanya. Berbagai cara digunakan manajemen perusahaan, tidak hanya dengan

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian:

Gambar 2.1 Hirarki Standar Auditing Sumber: SPAP Per 1 Januari 2001 (IAI, 2001: )

BAB1 PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien sesuai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. eksternal perusahaan. (Singgih dan Bawono 2010). sulit untuk diukur, sehingga para pemakai informasi membutuhkan jasa pihak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang dianggap sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. berarti adanya kebebasan perdagangan dan persaingan dagang di antara negaranegara

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bisnis. Agar tetap bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin tinggi para

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002: 2). Kepercayaan yang besar dari

BAB I PENDAHULUAN. bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan dana yang dapat dipertanggungjawabkan. Pengawasan bersifat

BAB I PENDAHULUAN. Audit dapat dikatakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi dari pihak yang melakukan audit (Weningtyas et al., 2006).

BAB I PENDAHULUAN. bekerja dengan baik dalam melakukan audit. Salah satu yang merupakan pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang bergantung kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Melalui

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masing-masing. Pengertian laporan keuangan menurut Pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang semakin berkembang saat ini, tidak hanya membutuhkan modal

Transkripsi:

8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Pengertian Auditing Audit merupakan tugas utama dari seorang akuntan publik, karena dengan fungsi ini seorang akuntan publik mempunyai kedudukan khusus memberikan pernyataan pendapat terhadap kelayakan atau kewajaran laporan keuangan berdasarkan standar auditing yang berlaku umum. Berdasarkan definisi tersebut terlihat bahwa audit harus dilakukan oleh orang yang independen dan kompeten. Auditor harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang digunakan dan harus kompeten untuk mengetahui jenis serta jumlah bukti yang akan dikumpulkan guna mencapai kesimpulan yang tepat setelah memeriksa bukti itu. Menurut Mulyadi (2010 : 9), auditing merupakan Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. 8

9 Menurut Arens et.al (2012: 24), definisi auditing adalah sebagai berikut : Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person. Auditing adalah proses pengumpulan dan evaluasi bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi untuk menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dengan yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Auditing adalah suatu proses yang sistematis dan mengevaluasi bukti secara objektif serta mempunyai tujuan menetapkan tingkat kesesuaian informasi sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan dengan memberikan hasil laporan sesuai dengan informasi yang diperiksa kepada pemakai kepentingan. 2. Standar Auditing Terdapat standar auditing yang merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya. Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia dikelompokan ke dalam tiga bagian, di antaranya Standar Umum, standar pekerjaan lapangan dan Standar pelaporan (SPAP :2011). Dalam banyak hal, standar-standar tersebut saling berhubungan dan saling bergantung satu dengan lainnya.

10 Standar Umum a. Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor. b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mentalharus dipertahankan oleh auditor. c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalisnya dalam cermat dan seksama. Standar Pekerjaan Lapangan d. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. e. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang harus dilakukan. f. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. Standar Pelaporan. g. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. h. Laporan audit harus menunjukkkan keadaan yang didalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan

11 keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya. i. Pengungkapan informative dalam laporan keuangan harus dipandang memadai kecualidinyatakan lain dalam laporan audit. j. Laporan audit harus memuat suatu pendapat mengenai laporan keuangan secaramenyeluruh atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diterima 3. Kualitas Audit Istilah kualitas audit mempunyai arti yang berbeda-beda bagi setiap orang. De Angelo (1981) dalam Alim,. dkk (2007) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa KAP yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang kecil. Kualitas audit menjadi harapan dari pengguna jasa audit terutama publik atau pemegang saham yang menaruh harapan tinggi bahwa laporan keuangan yang telah diaudit oleh KAP tentunya merupakan laporan keuangan yang bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu.

12 Dari pengertian tentang kualitas audit tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas audit merupakan segala kemungkinan dimana auditor pada saat mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi klien dan melaporkannya dalam laporan keuangan auditan, dimana dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntan publik yang relevan. 4. Pengalaman Kerja Pengalaman kerja telah dipandang sebagai suatu faktor penting dalam memprediksi kinerja akuntan publik, sehingga pengalaman dimasukkan sebagai salah satu persyaratan dalam memperoleh izin menjadi akuntan publik. (SK MenKeu No17/PMK.01/2008) tentang Jasa Akuntan Publik menyebutkan bahwa: Seorang akuntan publik harus memiliki pengalaman praktik di bidang audit umum atas laporan keuangan paling sedikit 1000 (seribu) jam dalam 5 (lima) tahun terakhir dan paling sedikit 500 (lima ratus) jam diantaranya memimpin dan/atau mensupervisi perikatan audit umum yang disahkan oleh Pemimpin/Pemimpin Rekan KAP. Berdasarkan ketentuan di atas, maka menjadi seorang auditor yang berpengalaman harus memiliki pengalaman minimal 5 (lima) tahun dan sekurang-kurangnya 500 jam. Auditor yang lebih berpengalaman akan lebih cepat tanggap dalam mendeteksi kekeliruan yang terjadi. Bertambahnya pengalaman kerja auditor juga akan meningkatkan ketelitian dalam melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan yang dilakukan dengan tingkat ketelitian yang

13 tinggi akan menghasilkan laporan audit yang berkualitas. Pengalaman profesional auditor tidak hanya di nilai dari pendidikan formal yang didapat saja. Tetapi dapat juga diperoleh dari pelatihan-pelatihan, maupun review terhadap hasil pekerjaannya yang diberikan oleh auditor yang lebih berpengalaman. 5. Independensi Standar Auditing Seksi 220.02 (SPAP : 2011) menyebutkan bahwa independensi bagi seorang akuntan publik artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapa pun, sebab bagaimana pun sempurnanya keahlian taknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak, yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya. Akuntan publik tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Independen berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi. Tidak dapat dipungkiri bahwa bahwa klien berusaha agar laporan keuangan yang dibuat oleh klien mendapatkan opini yang baik oleh auditor. Banyak cara dilakukan agar auditor tidak menemukan kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan bahkan yang lebih parah lagi adalah kecurangan-kecurangan yang dilakukan tidak dapat dideteksi oleh auditor. Kondisi di lapangan, auditor seringkali menemui kesulitan dalam mempertahankan sikap mental independen. Keadaan yang seringkali mengganggu sikap mental independen auditor adalah

14 karena ia dibayar oleh klien atas jasanya, sebagai penjual jasa, auditor sering mempunyai kecenderungan untuk memuaskan keinginan klien dan mempertahankan sikap independen seringkali dapat menyebabkan hilangnya klien 6. Objektivitas Prinsip objektivitas mengharuskan praktisi untuk tidak membiarkan subjektivitas, benturan kepentingan, atau pengaruh yang tidak layak dari pihak-pihak lain memengaruhi pertimbangan professional atau pertimbangan bisnisnya SPAP (2011). Setiap auditor harus menjaga objektivitas dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajibannya (Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Indonesia, 1998 dalam Mulyadi (2010:57). Lebih lanjut Mulyadi (2010:57) menjelaskan, dalam menghadapi situasi dan praktik yang secara spesifik berhubungan dengan aturan etika sehubungan dengan objektivitas, yang harus cukup dipertimbangkan adalah sebagai berikut: a. Adakalanya auditor dihadapkan kepada situasi yang memungkinkan mereka menerima tekanan-tekanan yang diberikan kepadanya. Tekanan ini dapat mengganggu objektivitasnya. b. Adakalanya tidak praktis untuk menyatakan dan menggambarkan semua situasi di mana tekanan-tekanan mungkin terjadi. ukuran kewajaran harus digunakan dalam menentukan standar untuk mengidentifikasi hubungan yang mungkin atau kelihatan dapat merusak objektivitas.

15 c. Hubungan-hubungan yang memungkinkan prasangka, bias atau pengaruh lainnya untuk melanggar objektivitas harus dihindari. d. Memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa orang-orang yang terlibat dalam pemberian jasa professional mematuhi prinsip objektivitas. e. Tidak boleh menerima atau menawarkan hadiah atau entertainment yang dipercaya dapat menimbulkan pengaruh yang tidak pantas terhadap pertimbangan professional mereka atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengan mereka, dan harus menghindari situasi-situasi yang dapat membuat posisi professional mereka ternoda. 7. Integritas Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya. Integritas mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani, bijaksana dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit. Keempat unsur itu diperlukan untuk membangun kepercayaan dan memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang andal (Sukriah, 2009). Didalam SPAP (2011) prinsip integritas mewajibkan setiap praktisi (auditor) untuk tegas, jujur, dan adil dalam hubungan professional dan hubungan bisnisnya. Hendarjatno dan Rahardja (2003 : 118) dalam Rahayu (2013) menyatakan bahwa hal-hal berikut ini berhubungan dengan sikap-sikap yang menjadi elemen inegritas menurut pandangan umum, bahwa seorang akuntan publik :

16 a. Harus memegang teguh prinsip, b. Berprilaku terhormat yaitu dengan menghindarkan diri dari segala kecurangan dan praktek-praktek yang melanggar peraturan dan kode etik yang berlaku, c. Jujur, d. Memiliki keberanian untuk melakukan pengungkapan dan mengambil tindakan yang diperlukan, e. Melakukan tindakan berdasarkan pada keyakinan akan keilmuannya yang tidak ceroboh, dan f. Tidak bertindak dengan menuruti hawa nafsunya atau membenarkan filosofi tanpan memperhatikan prinsip dan peraturan yang berlaku. 8. Etika Etika secara umum didefinisikan sebagai perangkat prinsip moral atau nilai. Etika bertujuan membantu manusia untuk bertindak secara bebas tetapi dapat dipertanggungjawabkan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika berarti nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Dalam Nurmayanti (2013), ada dua sasaran dalam kode etik, yaitu pertama, kode etik ini bermaksud untuk melidungi masyarakat dari kemungkinan dirugikan oleh kelalaian, baik secara sengaja maupun tidak sengaja dari kaum professional. Kedua, kode etik ini bertujuan untuk melindungi keluhuran profesi tersebut dari perilaku-perilaku buruk orangorang tertentu yang mengaku dirinya professional. Dengan demikian,

17 etikaprofesi merupakan nilai-nilai tingkah laku atau aturan-aturan tingkah laku yang diterima dan digunakan oleh organsasi profesi akuntan yang mliputi kepribadin, kecakapan professional, tanggung jawab, pelaksanaan kode etik dan penafiran dan penyempurnan kode etik. B. Penelitian Terdahulu Penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian-penelitian terdahulu sebagai referensi. Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan pengalaman kerja, independensi, objekifitas, integritas, etika dan kualitas hasil audit telah dilakukan. Diantaranya yang dilakukan oleh Sukriyah, dkk. (2009) yang menguji pengaruh pengalaman kerja, independensi, objektivitas, integritas, kompetensi terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Responden dalam penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang berkerja pada Inspektorat sepulau Lombok. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman kerja, objektifitas dan kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Dengan demikian, semakin banyak pengalaman kerja, semakin objektif auditor melakukan pemeriksaan dan semakin tinggi tingkat kompetensi yang dimiliki auditor, maka semakin meningkat atau semakin baik kualitas hasil pemeriksaan yang dilakukannya. Sedangkan untuk independensi dan integritas tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Pada penelitian yang diteliti oleh Alim, dkk (2007) yang meneliti tentang pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit dengan

18 etika auditor sebagai variabel moderasi. Populasi yang digunakan adalah seluruh auditor yang berada diwilayah Jawa Timur dengan teknik pengumpulan sampel adalah simple random sampling. Variabel independen yang digunakan adalah kompetensi, independensi sedangkan variabel dependen adalah kualitas audit. Penelitian ini menyimpulkan bahwa variabel yang berpengaruh pada kualitas audit adalah kompetensi dan independensi. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Ida Suraida (2005) tentang pengaruh etika, kompetensi, pengalaman audit dan risiko audit terhadap skeptisisme professional auditor dan ketepatan pemberian opini akuntan publik. Hasil penelitian ini menunjukkan etika, kompetensi, pengalaman audit dan risiko audit berpengaruh terhadap skeptisisme profesional auditor baik secara parsial maupun secara simultan. Kemudian etika, kompetensi, pengalaman audit, risiko audit dan skeptisisme profesional auditor berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini akuntan publik baik secara parsial maupun secara simultan. Pada penelitian Setyorini (2011) yang meneliti tentang pengaruh kompleksitas audit, tekanan anggaran waktu, dan pengalaman auditor terhadap kualitas audit dengan variabel moderating pemahaman terhadap sistem informasi meyimpulkan bahwa semua variabel independen yang telah diuji berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Hasil penelitian Ayuningtyas (2012) tentang pengaruh pengalaman kerja, independensi, objektifitas, integritas dan kompetensi terhadap kualitas hasil audit menunjukan bahwa objektifitas, integritas dan kompetensi

19 mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil audit. Sedangkan pengalaman kerja dan independensi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit. Dan pada penelitan Linting (2013) yang berjudul pengaruh kompetensi, objektivitas, independensi, dan kinerja auditor internal terhadap kualitas audit pada BRI Inspektorat Makassar menyatakan bahwa kompetensi, independensi, dan kinerja auditor internal berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Sedangkan Objektifitas tidak berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit

20 Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti 1 Sukriah (2009) 2 Alim, dkk (2007) 3 Ida suraida (2005) 4 Setyorini (2011) Variabel Variabel independen : pengalaman kerja, independensi, objektifitas, integritas dan kompetensi Variabel dependen: kualitas hasil pemeriksaan. Variabel independen: Kompetensi dan independensi Variabel dependen: kualitas audit. Variabel independen : Etika, kompetensi, pengalaman audit dan risiko audit. Variabel Dependen: Skeptisisme profesional auditor dan ketepatan pemberian opini akuntan publik Variabel Independen: Kompleksitas audit, tekanan anggaran waktu, dan pengalaman auditor. Variabel dependen: kualitas audit. Alat / Uji Sampel Sampel: 154 auditor yang bekerja di Inspektorat sepulau Lombok. Alat uji : Regresi Berganda. Sampel: Seluruh auditor yang berada di wilayah Jawa Timur Alat Uji: Regresi Berganda. Sample : Auditor KAP di Indonesia Alat Uji: Regresi Berganda. Sampel: 70 auditor pada KAP di Semarang. Alat Uji: Regresi berganda Hasil Penelitian Pengalaman kerja, objektifitas dan kompetensi berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Kompetensi dan independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Etika, kompetensi, pengalaman audit dan risiko audit berpengaruh terhadap skeptisisme professional auditor baik secara parsial maupun secara simultan. Kemudian etika, kompetensi, pengalaman audit, risiko audit dan skeptisisme professional auditor berpengaruh positif terhadap ketepatan pemberian opini akuntan publik baik secara parsial maupun secara simultan. Semua variabel independen yang telah diuji berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. 5 Ayuningtyas (2012) 6 Linting (2013) Sumber : dari berbagai jurnal Variable Independen: pengalaman kerja, independensi, objektifitas, integritas dan kompetensi Variabel dependen: kualitas hasil Variable Independen: kompetensi, objektivitas, independensi, dan kinerja auditor internal. Variabel dependen: kualitas audit Sampel: Staf/pejabat pemeriksa dan auditor yang bekerja di Jawa Tengah Alat uji : Regresi Berganda. Sampel: 107 auditor internal pada BRI Inspektorat Makassar.orang. Alat uji : Regresi berganda Objektifitas, Integritas dan Kompetensi mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil audit. Sedangkan pengalaman kerja dan independensi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit. Kompetensi,, independensi, dan kinerja auditor internal berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Sedangkan objektifitas tidak berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit

21 C. Rerangka Pemikiran Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada responden yang akan diteliti yaitu auditor yang berkerja pada Kantor Akuntan Publik di Tangerang Pengalaman yang dimiliki auditor akan memberikan kontribusi yang tinggi bagi pengembangan tugas auditnya. Karena semakin sering audit yang auditor lakukan, maka semakin meningkatkan pula kualitas hasil auditnya. Dalam melaksanakan tanggung jawab profesionalnya, auditor mungkin menghadapi tekanan atau konflik dari objek yang diperiksa, berbagai tingkat jabatan, dan pihak lainnya. Dalam menghadapi semua itu seorang auditor harus profesional, berdasarkan fakta, dan tidak berpihak karena semua itu dapat mempengaruhi independensi auditor. Auditor harus tetap bersikap jujur dan terbuka kepada entitas yang diperiksa dan para pengguna laporan hasil pemeriksaan. Sikap objektivitas seorang auditor bisa berpengaruh pada tingkat professional seorang auditor. Salah satunya adalah tekanan-tekanan yang ada disekelilingnya yang bisa menggangu tingkat objektivitas auditor dan mempengaruhi hasil dari kualitas audit. Kepercayaan publik dapat timbul dari sikap integritas auditor yang jujur dan transparent. Jika auditor jujur dan transparant, maka kepercayaan publik pada auditor tersebut semakin besar pada hasil audit yang dihasilkan oleh auditor tersebut.

22 Etika bagi seorang auditor merupakan acuan untuk seorang auditor untuk bertindak secara bebas tetapi tetap dapat dipertanggungjawabkan. Sehingga auditor bisa menjaga hubungannya dengan orang disekitarnya yang berhubungan langsung dengannya. Etika bertujuan membantu manusia untuk bertindak secara bebas tetapi dapat dipertanggungjawabkan. D. Model Konseptual Berikut ini disajikan rerangka pikir penelitian secara ilustratif mengenai pengaruh pengalaman kerja, independensi, objektifitas, integritas dan etika terhadap kualitas hasil audit. Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Pengalaman kerja (X1) (+) Independensi (X2) (+) Objektifitas Integritas (X3) (X4) (+) (+) (+) Kualitas Hasil Audit (Y) Etika (X5) (+) E. Pengembangan Hipotesis 1. Pengaruh Pengalaman Kerja terhadap Kualitas Hasil Audit Kebanyakan orang memahami bahwa semakin banyak jumlah jam terbang seorang auditor, maka semakin baik dan meningkat kualitas auditnya daripada

23 seorang auditor yang baru memulai kariernya. Hasil penelitian Setroyini (2011) menunjukkan bahwa pengalaman kerja berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Pengetahuan ini bisa didapat dari pendidikan formal yang diperluas dan ditambah antara lain melalui pelatihan dan pengalamanpengalaman dalam praktek audit. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak pengalaman kerja seorang auditor maka semakin meningkat kualitas hasil auditnya Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis yang bangun adalah: H1: Pengalaman kerja berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit. 2. Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas Hasil Audit Seluruh auditor harus independen terhadap klien ketika melaksanakan tugasnya. Selain itu, auditor harus mengambil keputusan yang konsisten dengan kepentingan publik dalam melakukan pemeriksaan. Dalam melaksanakan tanggung jawab profesionalnya, auditor mungkin menghadapi tekanan dan atau konflik dari objek yang diperiksa, berbagai tingkat jabatan, dan pihak lainnya yang dapat mempengaruhi independensi auditor. Dalam menghadapi tekanan ataukonflik tersebut, auditor harus profesional, berdasarkan fakta, dan tidak berpihak. Auditor harus bersikap jujur dan terbuka kepada entitas yang diperiksa dan para pengguna laporan hasil auditnya. Dalam hubungannya dengan auditor, independensi berpengaruh penting sebagai dasar utama agar auditor dipercaya oleh masyarakat umum. Alim, dkk (2007) menemukan bahwa independensinya berpengaruh signifikan terhadap

24 kualitas audit. Auditor harus dapat mengumpulkan setiap informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan audit dimana hal tersebut harus didukung dengan sikap independen. Berbeda dengan penelitian Sukriah, dkk (2009) yang membuktikan bahwa independensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesis yang dibangun adalah: H2: Independensi auditor berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit. 3. Pengaruh Objektifitas Terhadap Kualitas Hasil Audit Objektifitas sebagai bebasnya seseorang dari pengaruh pandangan subyektif pihak-pihak lain yang berkepentingan. Standar umum dalam Standar Audit APIP menyatakan bahwa dengan prinsip objektifitas auditor maka semakin baik kualitas hasil pemeriksaannya. Unsur yang dapat menunjang objektifitas antara lain (1) dapat diandalkan dan dipercaya, (2) tidak merangkap sebagai panitia tender, (3) tidak berangkat tugas dengan mencaricari kesalahan orang lain, (4) dapat mempertahankan kriteria dan kebijaksanaan yang resmi, dan (5) didalam bertindak atau mengambil keputusan didasarkan atas pemikiran yang logis (Sukriah dkk, 2009). Jadi, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi objektifitas maka akan semakin baik kualitas hasil auditnya. Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah: H3: Objektifitas auditor berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit.

25 4. Pengaruh Integritas Terhadap Kualitas Hasil Audit Integritas mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani, bijaksana dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit. Integritas yaitu sebagai suatu elemen karakter yang mendasari pengakuan profesional Sunarto (2003) dalam Sukriah (2009) menyatakan bahwa integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan prinsip. Oleh karena itu penelitian ini mencoba menguji kembali pengaruh integritas terhadap kualitas hasil audit dengan hipotesis yang dibangun adalah: H4: Integritas auditor berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit. 5. Pengaruh Etika Terhadap Kualitas Hasil Audit Guna meningkatkan kinerja auditor, maka auditor dituntut untuk selalu menjaga standar perilaku etis. Kewajiban untuk menjaga standar perilaku etis berhubungan dengan adanya tuntutan masyarakat terhadap peran profesi akuntan, khususnya atas kinerja akuntan publik. Sehingga auditor dapat bertindak secara bebas namun tetap bertanggung jawab atas tindakannya. Masyarakat sebagai pengguna jasa profesi membutuhkan akuntan profesional. Maka dari itu diperlukan etika auditor yang sesuai dengan prinsip etika profesi dan kode etik untuk menunjang kinerja auditor. Apabila seorang auditor memiliki etika yang tidak baik, maka hal tersebut akan merusak kepercayaan

26 masyarakat terhadap profesi auditor. Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis yang dibangun adalah: H5 : Etika auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit.