BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan unit pelayanan medis yang sangat kompleks, rumah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikroorganisme penyebab penyakit infeksi disebut juga patogen

BAB 1 PENDAHULUAN. yang selalu bertambah setiap tahunnya. Salah satu jenis infeksi tersebut adalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan gawat darurat, yang merupakan salah satu tempat pasien berobat atau dirawat, di tempat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

BAB 1 PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Kriteria pasien dikatakan mengalami infeksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perhatian terhadap infeksi daerah luka operasi di sejumlah rumah sakit

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat. lantai makanan dan benda-benda peralatan medik sehingga dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. di udara, permukaan kulit, jari tangan, rambut, dalam rongga mulut, usus, saluran

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. infeksi tersebut. Menurut definisi World Health Organization. (WHO, 2009), Healthcare Associated Infections (HAIs)

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial atau yang sekarang dikenal dengan Healthcare Associated

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan klien merupakan sasaran dalam program Patient Safety yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah bakteri. Staphylococcus aureus yang mengalami kekebalan terhadap antibiotik

BAB I PENDAHULUAN. maka pada tahun 1976 Join Commission on Acreditation of Health Care

BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial terjadi di seluruh negara di dunia, salah satunya adalah Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. (Permenkes RI No. 340/MENKES/PER/III/2010). Dalam memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. penting bagi kelangsungan hidup, modal dasar dan fungsi utama pembangunan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam rangka mencapai tujuan Bangsa Indonesia. yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone,

nosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kematian di dunia.salah satu jenis infeksi adalah infeksi

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : RIA RIKI WULANDARI J

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir,

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

HUBUNGAN WAKTU PENGGUNAAN SERAGAM KLINIK DENGAN PENINGKATAN JUMLAH MIKROORGANISME*

BAB I PENDAHULUAN. (World Health Organization (WHO), 2011). Menurut survei di Inggris,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sakit. Infeksi nosokomial/hospital acquired infection (HAI) adalah infeksi

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak. Pemberian antibiotik merupakan pengobatan yang utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan semakin meningkat. Istilah infeksi nosokomial diperluas

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam. diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

BAB 1 PENDAHULUAN. penerapan sanitasi rumah sakit akan terkait erat dengan unsur pelayanan teknis medis

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Nosokomial, yang saat ini disebut sebagai. dengan jumlah pasien dari jumlah pasien berisiko 160.

BAB I PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Infeksi yang terjadi dirumah sakit salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mata, dan infeksi kulit. Umumnya penyakit tersebut terjadi pada anak-anak dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini perhatian terhadap infeksi nosokomial di sejumlah rumah sakit di Indonesia

Pendahuluan BAB I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat. darurat (Permenkes RI No. 147/ Menkes/ Per/ 2010).

BAB I PENDAHULUAN. maupun tidak langsung kematian pasien. Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

BAB 1 PENDAHULUAN. nosokomial merupakan salah satu faktor penyabab kegagalan terapi di rumah

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dalam tubuh yang menyebabkan sakit yang disertai. dengan gejala klinis baik lokal maupun sistemik.

BAB I PENDAHULUAN. kadang-kadang mengakibatkan kematian pada pasien dan kerugian keuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), HAI s (Healthcare

I. PENDAHULUAN. Air susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bayi pada awal usia kehidupan, hal

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS). Dampak dari proses pelayanan

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI PUSKESMAS KALIBARU KULON

BAB 1 : PENDAHULUAN. intelejensi bagi setiap orang guna menjalani kegiatan serta aktifitas sehari-hari secara

PADA TENAGA MEDIS DAN PARAMEDIS DI RUANG INTENSIVECARE UNIT (ICU) DAN RUANG PERAWATAN BEDAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDUL MOELOEK

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit (RS) merupakan suatu unit yang sangat kompleks. Kompleksitas ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi merupakan suatu keadaan ditemukan adanya agen infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya infeksi silang atau infeksi nosokomial. penting di seluruh dunia dan angka kejadiannya terus

Bagian XIII Infeksi Nosokomial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DENGAN PERILAKU CUCI TANGAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

Kata kunci : Rumah Sakit, Infeksi Nosokomial, Antiseptic Hand rub Kepustakaan : 55 (15 Jurnal+20 Buku+6 Skrispi & tesis+14 Website)

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencetuskan global patient safety challenge dengan clean care is safe care, yaitu

INFEKSI NOSOKOMIAL OLEH : RETNO ARDANARI AGUSTIN

BAB I PENDAHULUAN. Healthcare Associated Infections (HAIs) telah banyak terjadi baik di

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan 1,5 juta kematian setiap hari di seluruh dunia (Anonim, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

BAB I PENDAHULUAN. penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terdapat pada pasien selama berada

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Staphylococcus aureus merupakan salah satu. penyebab utama infeksi di rumah sakit dan komunitas,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dilepaskan dari kebijaksanaan pembangunan kesehatan. Rumah sakit memiliki resiko untuk terjadi Health care Associated

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidaknyamanan yang berkepanjangan sampai dengan kematian. Tindakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyedia pelayanan kesehatan dimasyarakat salah satunya adalah rumah sakit. Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Bakteri dari genus Staphylococcus adalah bakteri. gram positif kokus yang secara mikroskopis dapat diamati

Setiawan B, Soleha TU, Rukmono P. Medical Faculty of Lampung University

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan unit pelayanan medis yang sangat kompleks, rumah sakit sebagai unit pelayanan medis tentunya tidak lepas dari pengobatan dan perawatan penderita dengan kasus penyakit infeksi, dengan kemungkinan adanya bermacam-macam mikroba patogen sebagai penyebabnya dan mikroba patogen yang ada umumnya sudah kebal terhadap antibiotik (Darmadi, 2008). Pada umumnya infeksi nosokomial yang disebabkan oleh bakteri terjadi 48 jam atau lebih setelah penderita masuk rumah sakit, dampak akibat kejadian ini adalah meningkatnya biaya perawatan, yang dikarenakan masa rawat inap di rumah sakit menjadi lebih lama (Nasronudin dkk, 2007). Laporan infeksi nosokomial tahun 2009-2012 yang dikeluarkan oleh the oregon health authority (2013) menyebutkan infeksi nosokomial dapat penyebabkan meningkatnya angka kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortality) di rumah sakit, sehingga dapat menjadi masalah kesehatan baik di negara berkembang maupun di negara maju. Angka kejadian infeksi nosokomial ini juga telah dijadikan salah satu tolak ukur mutu pelayanan di rumah sakit. Penyakit infeksi ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia termasuk Indonesia. Survei prevalensi yang dilakukan dengan bantuan WHO (2009) pada 55 rumah sakit dari 14 negara yang mewakili 4 wilayah (Eropa, Mediteranian Timur, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat) menunjukkan rata-rata 1

2 8,7% pasien rumah sakit mengalami infeksi noskomial. Frekuensi infeksi nosokomial yang tinggi dilaporkan di wilayah Asia Tenggara yaitu 10,5%. Angka kejadian infeksi nosokomial di negara berkembang didapatkan berupa angka prevalensi sebesar 12,7% di Malaysia, dan di Taiwan sebesar 13,8% serta di Nigeria sebesar 17,5%.6 Di Indonesia tahun 2006, diperoleh angka persentasi terjadinya infeksi nosokomial di Provinsi Lampung 4,3%, Jambi 2,8%, DK Jakarta 0,9%, JawaBarat 2,2%, Jawa Tengah 0,5%, dan Yogyakarta 0,8% (Lumentut, 2015). Penyebab utama infeksi yang ada di rumah sakit adalah staphylococcus aurelius, bakteri ini penyebab pertama infeksi saluran pernafasan bawah dan infeksi luka operasi. Penyebeb kedua bakteremia nosokomial, pneumonia, dan infeksi kardiovaskuler. Infeksi yang disebabkan oleh strain resisten dari staphylococcus aurelius sulit diobati karena telah berkembang menjadi resisten terhadap obat-obat antimikroba (Klein et al, 2007). Dalam 50 tahun terakhir, staphylococcus aurelius telah terbukti sebagai salah satu bakteri tersering yang ditemukan resisten terhadap anti biotik di rumah sakit dan komunitas. Menurut Depkes (2011) untuk dapat mencegah dan mengendalikan infeksi rumah sakit, yang mana sebelumnya dikenal dengan infeksi nasokomial, sering kali tidak bisa di tentukan secara pasti asal infeksinya, maka sekarang istilah infeksi nosokomial (Hospital acquired infection) diganti dengan istilah baru yaitu Healthcare-associated infections (HAIs) dengan pengertian yang lebih luas tidak hanya di rumah sakit tetapi juga di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.

3 Juga tidak terbatas infeksi pada pasien saja, tetapi juga infeksi pada petugas kesehatan yang di dapat pada saat melakukan tindakan perawatan pasien. Septiari (2012) mengatakan faktor-faktor infeksi nosokomial di rumah sakit ini meliputi faktor intrinsik yaitu umur, kondisi umum penderita, risiko terapi serta adanya penyakit lain dan faktor ekstrinsik yaitu tenaga medis dan para medis (Seragam perawat), peralatan medis, pengunjung, keluarga, bangsal atau lingkungan, penderita lain serta makanan dan minuman. Salah satu penyebab infeksi nosokomial tersebut yaitu pakaian seragam yang di gunakan oleh setiap tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit. Penelitian yang di lakukan oleh rumah sakit anak Shiriners bekerja sama dengan departemen bedah Universitas Cincinati dalam mengamati daya hidup bakteri enterococci dan staphylococcoi pada bahan linen dan plastik rumah sakit. Penelitian menggunakan dua jenis bahan yaitu bahan pertama 100% katun (pakaian seragam) yang kedua bahan perpaduan antara 60% katun dan 40% poliester (jas lab). Seluruh kuman staphylococci dapat bertahan hidup selama berhari-hari pada ke dua bahan tersebut. Data dari penelitian ini menyatakan bakteri Enterococci dan Stapylococci dapat hidup berhari-hari bahkan berbulan-bulan setelah tindakan pengeringan bahan atau kain yang dilakukan di rumah sakit. Penelitian ini membuktikan bakteri Enterocoli dan Stapylococci dapat bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama dan pada bahan yang umum di gunakan oleh klien dan tenaga kesehatan (Le texier, 2005). Penelitian yang juga dilakukan pada tenaga medis dan paramedis di ruang perawatan bedah Rumah Sakit Umum Daerah Abdul

4 Moeloek (RSUDAM) maka dari 68 sampel swab hidung didapatkan sampel positif methicillin resistent staphylococcus aureus (MRSA) yang berjumlah 26 sampel (38,24%) (Mahmudah, 2013). Hasil penelitian (Sannon, 2012) menyatakan 65% seragam perawat yang merawat klien dengan penyakit Methicillin Resistant Staphylococcus Aurelius (MRSA) terkontaminasi dengan kuman MRSA. Pengelolaan seragam yang baik atau mengganti seragam di rumah sakit dapat menurunkan resiko penyebaran patogen dari rumah sakit atau sebaliknya. Perilaku sehat tenaga kesehatan khususnya perawat sebetulnya sangat berarti dalam upaya pengontrolan infeksi nosokomial di rumah sakit. Hal ini dimulai dari kebersihan perorangan perawat dan penerapan kebiasaan yang mendukung kesehatan. Kebersihan lingkungan, tehnik mencuci tangan yang benar, penerapan prinsip tehnik aseptik, mempertahankan kebersihan linen dan seragam merupakan hal yang sangat penting di perhatikan untuk mencegah infeksi nosokomial (Handayani 2006). RS Islam Ibnu Sina Padang adalah rumah sakit tipe C dan merupakan rumah sakit swasta rujukan di kota Padang. Dalam perawatan pasien rumah sakit islam ibnu sina masih merawat gabung pasiennya, karena belum tersedianya rungan khusus seperti rungan khusus penyakit dalam, ruangan khusus bedah atau ruangan khusus neurologi. Data yang didapat oleh peneliti dari ketua tim penggendali penyakit infeksi bahwa angka kejadian infeksi dari tahun 2014-2015 terjadi peningkatan yaitu angka kejadian flebitis 1,9 %, dekubitus 0,07% dan angka

5 kejadiaan infeksi luka operasi (ILO) 0,09% di bandingkan dengan standar Depkes RI yaitu angka kejadian infeksi nosokomial 1,5%. Kewaspadaan terhadap penyakit-penyakit infeksi menular ini, direktur RS Islam Ibnu Sina Padang telah membentuk tim pengendali penyakit infeksi. Dari survei awal yang dilakukan peneliti di Rumah Sakit Ibnu Sina Padang dan hasil wawancara dengan kepala bidang keperawatan bahwa dalam pemakaian seragam dinas perawat, perawat memakai pakaian seragam berwarna putih dari hari senin sampai dengan hari kamis dan hari jumat perawat memakai seragam baju muslim, hari sabtu dan minggu dengan warna yang sama yaitu baju seragam berwarna merah. Untuk pemakian seragam ini perawat menerima pakaian seragam dari rumah sakit yaitu baju putih 2 stel, baju muslim 1 stel, baju warna merah 1 stel. Hasil wawancara dan pengamatan peneliti kepada 5 orang perawat, 3 orang perawat memakai pakaian dinas dari rumah dan berangkat kerja menggunakan sepeda motor, 2 orang perawat berangkat kerja dengan menggunakan angkutan kota, namun 1 orang perawat memakai baju dinas nya dari rumah sedangkan yang satu orang lagi memakai baju dinas di rumah sakit. Karena rumah sakit tempat mereka bekerja tidak menyediakan ruangan untuk ganti baju, Maka perawat yang memakai baju lain dari rumah tersebut mengganti baju dinasnya menumpang di ruangan kepala ruangan. Masih menurut kepala bidang keperawatan, jenis kain yang di berikan oleh rumah sakit untuk karyawannya sebagai baju dinas, berjenis kain katun campuran.

6 Perawat yang dinas di rumah sakit menggunakan lebih dari satu hari memakai pakaian dinas dan mereka ada yang menggunakan pakaian dinas tersebut sampai kerumah. Kepala bidang keperawatan mengatakan belum pernah ada penelitian tentang pemeriksaan jenis kuman atau jumlah mikroorganisme yang ada pada baju dinas perawat di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang ini. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melihat apakah penggunaan seragam dinas yang berulang kali ini, juga dapat meningkatkan jumlah dan jenis mikroorganisme. Hal ini tentu mendukung terjadinya infeksi nosokomial, bila infeksi ini menyebar ke masyarakat maka akan lebih sulit lagi untuk mengatasinya. Apalagi mikroorganisme yang resisten terhadap pengobatan pada saat ini juga semakin meningkat. Berdasarkan kenyataan diatas peneliti tertarik untuk meneliti apakah dampak pemakaian serta waktu penggunaan seragam dinas perawat terhadap jumlah dan jenis mikroorganisme di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang Tahun 2016. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dapat di rumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah dampak pemakaian serta waktu penggunaan seragam dinas perawat terhadap jumlah dan jenis mikroorganisme di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang Tahun 2016.

7 C. Tujuan penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui dan mendapatkan jumlah serta jenis mikroorganisme dari pemakaian seragam dinas perawat pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di Rumah sakit Islam Ibnu sina Padang Tahun 2016. 2. Tujuan khusus a) Mengidentifikasi distribusi frekwensi jenis mikroorganisme pada seragam dinas perawat sebelum tindakan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang Tahun 2016 b) Mengidentifikasi distribusi frekwensi jenis mikroorganisme pada seragam dinas perawat setelah dilakukan tindakan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Tahun 2016. c) Mengidentifikasi jumlah mikroorganisme pada seragam dinas perawat sebelum dan setelah tindakan pada kelompok intervensi di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang Tahun 2016. d) Mengidentifikasi jumlah mikroorganisme pada seragam dinas perawat sebelum dan setelah tindakan pada kelompok kontrol di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang Tahun 2016 e) Mengetahui perbedaan rata-rata jumlah mikroorganisme sebelum dan setelah tindakan pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang Tahun 2016.

8 D. Manfaat penelitian 1. Bagi profesi keperawatan Sebagai informasi dan pengetahuan bagi perawat akan bahayanya memakai baju dinas yang berulang karena dapat meningkatkan jumlah dan jenis mikroorganisme. 2. Bagi peneliti Untuk menambah wawasan dan memperoleh pengalaman dalam penelitian di bidang keperawatan khususnya sesuai dengan judul penelitian yaitu hubungan dampak pemakain dan waktu penngunaan seragam dinas perawat dengan jumlah dan jenis mikroorganisme. 3. Bagi Institusi Memberikan informasi dan sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit untuk menyiapkan fasilitas sarana dan prasarana seperti ruangan untuk ganti baju bagi perawat di rumah sakit dalam rangka untuk menanggulangi Infeksi nosokomial..