II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Broblem Based Instruction (PBI) Problem Based Instruction (PBI) (Trianto, 2009:91). Pengajaran Berdasarkan

BAB II LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun

BAB II KAJIAN TEORI. berupa masalah ataupun soal-soal untuk diselesaikan. sintesis dan evaluasi (Gokhale,1995:23). Menurut Halpen (dalam Achmad,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Munandar (1987) menyatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

I. PENDAHULUAN. sekitar beserta isinya seperti benda-benda di alam dan fenomena yang terjadi di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Nur dalam (Trianto, 2010), teori-teori baru dalam psikologi pendidikan

benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

TINJAUAN PUSTAKA. Teori konstruktivisme dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20.

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. baik. Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Noor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2), Tisna Megawati 3) Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pernyataan yang telah dibuktikan kebenarannya (Tim PPG matematika:2006).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang

KETRAMPILAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA SISWA SMP

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

2015 PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model

I. PENDAHULUAN. dan kritis (Suherman dkk, 2003). Hal serupa juga disampaikan oleh Shadiq (2003)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. rendah, gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada hakekatnya adalah produk,

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2).

TINJAUAN PUSTAKA. Model PBL merupakan suatu model yang dirancang untuk merangsang. perkembangan kemampuan berpikir kreatif dan inovatif siswa dengan

BAB II KAJIAN TEORETIS

I. PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu kompetensi penting sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan

BAB II KAJIAN TEORITIK

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda-beda. Jika kemampuan berpikir kreatif tidak dipupuk dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jayanti Putri Purwaningrum, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hesty Marwani Siregar, 2015

Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan usia yang sangat baik bagi anak-anak untuk. mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Prof. Dr.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pertemuan 14 dan 15. Materi 1: Problem Based Learning. A. Pengertian Problem Based Learning (PBL)

BAB I PENDAHULUAN. Abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis argumentasi merupakan salah satu keterampilan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. suatu makna (Supardi, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Kemudian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. berpikir matematis tingkat tinggi (higher order thinking), yang diharapkan dapat

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION SISWA KELAS IXG SMP NEGERI 3 BANGUNTAPAN

Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo Vol.2, No.1, Maret 2014 ISSN:

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdasan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pengetahuan sebagai kerangka fakta-fakta yang harus dihafal.

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan secara umum bertujuan menyediakan lingkungan bagi peserta

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

Menurut Wina Sanjaya (2007 : ) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama dari metode inkuiri, yaitu :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. E. Kajian Teori. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah. Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah scaffolding memang tidak terlalu asing akhir-akhir ini. Hammond

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Berpikir merupakan aktivitas mental yang disadari dan diarahkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang melibatkan siswa dalam kegiatan pengamatan dan percobaan dengan

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak

Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Belajar matematika merupakan salah satu sarana berpikir ilmiah dan

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVII/Mei 2013 PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES MELALUI STRATEGI INQUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA SMP

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menunjukkan bahwa pendidikan perlu diselenggarakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang Sekolah Menengah Atas

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) Pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seseorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Dari pernyataan tersebut, jelas bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya (Trianto, 2009: 17). Sejalan dengan hal itu, belajar dan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan peserta didik. Interaksi bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar pembelajaran yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi peserta didik menjadi kompetensi yang diharapkan (Suryani dan Agung, 2012: 1). Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, megnkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Untuk itu pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk

12 mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya (Kurniasih dan Sani, 2014: 63). Dalam psikologi pendidikan teori ini dikelompokkan dalam teori pembelajaran konstruktivisme. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapakan pengetahuan, siswa perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berusaha keras dengan ide-idenya. Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuannya didalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberikan kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar (Trianto, 2009: 8). Salah satu model pembelajaran yang termasuk kedalam teori konstruktivis adalah PBI. Menurut Hamalik (2003: 24), model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan pengajaran dan membimbing pengajaran di kelas. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual dalam wujud suatu perencanaan pembelajaran yang melukiskan prosedur sistematis yang digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran di kelas. Sejalan dengan hal itu menurut Zubaedi (2011: 185-186), bahwa model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai

13 akhir yang disampaikan secara khusus oleh guru di kelas. Istilah model pembelajaran menurut Sanjaya (2006: 128), mempunyai empat ciri khusus yakni: 1) rasional teoretik yang logis yang disusun oleh para pencipta, 2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar, 3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat berhasil, 4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata. Model pembelajaran berdasarkan masalah dilandasi oleh teori belajar konstruktivis. Pada model ini pembelajaran dimulai dari menyajikan permasalahan nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerjasama diantara siswa-siswa. Dalam model pembelajaran ini guru memandu siswa menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan, guru memberikan contoh mengenai penggunaan keterampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat diselesaikan. Guru menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan oleh siswa (Trianto, 2009: 90-92). Secara umum penerapan model ini dimulai dengan adanya masalah yang harus dipecahkan oleh peserta didik. Masalah tersebut dapat berasal dari peserta didik atau pendidik. Peserta didik akan memusatkan pembelajaran disekitar masalah tersebut, dengan arti lain, peserta didik belajar teori dan metode ilmiah agar dapat memecahkan masalah yang menjadi pusat perhatiannya.

14 Pemecahan masalah dalam PBI harus sesuai dengan langkah-langkah metode ilmiah. Dengan demikian peserta didik belajar memecahkan masalah secara sistematis dan terencana (Suryani dan Agung, 2012: 112-113). Sejalan dengan hal itu Sanjaya (2008: 214), menyebutkan beberpa karakteristik pembelajaran berbasis masalah yaitu: 1) sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran, 2) aktivitas pembelajaran diarahkan untuk memecahkan masalah, dan 3) pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir ilmiah. PBI adalah metode pendidikan berpusat pada peserta didik. Dengan menggunakan pendekatan ini, peserta didik secara progresif diberikan semakin banyak tanggung jawab pendidikan mereka sendiri dan menjadi semakin mandiri. PBI menghasilkan pelajar yang mandiri yang dapat terus belajar sendiri dalam kehidupan dan dalam karir yang mereka pilih (Barrows, 2014). Model pembelajaran PBI menurut Arends (dalam Trianto, 2009: 93) mempunyai ciri-iri sebagai berikut: 1. Pengajuan pertanyaan atau masalah. PBI mengorganisasikan siswa pada masalah-masalah atau pertanyaan dalam kehidupan nyata yang penting secara sosial dan bermakna bagi siswa. 2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran, meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu.

15 3. Penyelidikan autentik. Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian masalah, seperti menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, memprediksi, mengumpulkan dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen, dan merumuskan kesimpulan. 4. Menghasilkan produk dan memamerkan. PBI menuntut siswa menghasilkan produk atau karya berupa pemecahan masalah serta memamerkan produk tersebut. 5. Kolaborasi. PBI dicirikan dengan kerjasama antar siswa, dengan berpasangan atau kelompok kecil dalam melakukan penyelidikan masalah dan penyusunan solusi atas permasalahan tersebut. Peran guru dalam pembelajaran PBI menurut Ibrahim (dalam Trianto, 2009: 97), berbeda dengan pembelajaran tradisional. Peran guru dalam pembelajaran PBI antara lain yaitu: 1) mengorientasikan siswa pada masalah, 2) memfasilitasi dan membimbing siswa dalam melakukan penyelidikan, 3) memfasilitasi siswa dalam berdiskusi, dan 4) mendukung siswa dalam belajar. Sintak suatu pembelajaran berisi langkah-langkah praktis yang harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam suatu kegiatan. Pada pengajaran berdasarkan masalah terdiri dari 7 (tujuh) langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan

16 diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Ketujuh langkah tersebut dijelaskan berdasarkan langkah-langkah pada Tabel 1 Tabel 1. Sintak PBI No. Tahap- 1 Guru menjelaskan tahapan pembelajaran PBI Tahap- 2 Orientasi siswa pada masalah Tahap- 3 Mengorganisasi siswa untuk belajar Tahap- 4 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Tahap- 5 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Tahap- 6 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Tahap-7 Membuat kesimpulan Sumber: Komalasari (2010: 59) Sintaks PBI Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan sarana atau alat pendukung dibutuhkan Mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah antar disiplin Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, mengumpulkan data, hipotesis, pemecahan masalah. Guru membantu siswa untuk merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model serta membantu mereka untuk memberi tugas dengan temannya Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan Guru membantu siswa dalam membuat kesimpulan dari proses pemecahan massalah yang telah dilakukan Suryani dan Agung (2012: 15), menyimpulkan bahwa sintaks strategi pembelajaran berbasis masalah terdiri dari memberikan orientasi permasalahan kepada peserta didik, mendiagnosis masalah, pendidik membimbing proses pengumpulan data individu maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis, dan mengevaluasi proses dan hasil. Strategi pembelajaran berbasis masalah dapat

17 diterapkan melalui kegiatan individu, maupun kegiatan kelompok. Penerapan ini tergantung pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan materi yang akan diajarkan. Apabila materi yang akan diajarkan dirasa membutuhkan pemikiran yang dalam, maka sebaiknya pembelajaran dilakukan melalui kegiatan kelompk, begitu pula sebaliknya. Pembelajaran berdasarkan masalah memiliki tujuan yaitu: (1) membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah, (2) belajar peranan orang dewasa yang autentik, dan (3) menjadi pembelajar yang mandiri. Selain tujuan pembelajaran, model pengajaran berdasarkan masalah memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan PBI sebagai suatu model pembelajaran adalah: (1) Realistik dengan kehidupan siswa, (2) konsep sesuai dengan kebutuhan siswa, (3) memupuk sifat inquiri siswa, (4) retensi konsep menjadi kuat, (5) memupuk kemampuan menyelesaikan masalah.selain kelebihan tersebut PBI juga memiliki beberapa kekurangan antara lain: (1) persiapan pembelajran (alat, masalah, dan konsep) yang kompleks, (2) sulitnya mencari masalah yang relevan (3) sering terjadi miss-konsepsi, dan (4) konsumsi waktu, dimana model ini memerlukan waktu yang cukup dalam proses penyelidikan, sehingga terkadang banyak waktu yang tersita untuk proses tersebut (Trianto, 2009: 96-97). B. Berpikir Kreatif Kreativitas adalah kemampuan untuk berpikir mengenai sesuatu, dalam cara yang baru dan tidak biasa serta memikirkan solusi-solusi unik terhadap masalah (Santrock, 2011: 21). Menurut Sukmadinata dan Erliany (2012: 125),

18 berpikir kreatif adalah kebiasaan berpikir yang bersifat menggali, menghidupkan imaginasi, intuisi, menumbuhkan potensi-potensi besar membuka pandangan-pandangan yang menimbulkan kekaguman dalam pikiran-pikiran yang tak terduga. Berpikir kreatif adalah kunci utama yang membuat orang-orang tersebut mencapai keberhasilan. Berpikir kreatif melaju kencang saat tidak ada solusi yang terbatas, terjadi ketika seseorang memikirkan sebuah persoalan terbuka, memancing anak-anak dalam berpikir kritis, menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki, dan menjelajahi cara berpikir pada tingkat yang lebih tinggi tentang topik atau subyek yang dihadapi dan mengolah gagasan mereka. Dalam prosesnya mereka membuka pikiran terhadap kemungkinan yang baru dan lebih asli. Proses itu yang akan menghasilkan berpikir kreatif (Tynan, 2005: 105-106). Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas siswa selama pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode dan strategi yang bervariasi, misalnya kerja kelompok, diskusi, yang menyebabkan seseorang mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan. Sejalan dengan Sanjaya (2008: 154-159), diskusi merupakan metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk menginplementasikan strategi pembelajaran berbasis pemecahan masalah. Strategi ini diharapkan bisa mendorong siswa untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir ilmiah serta dapat mengembangkan pengetahuan siswa. Hal ini sejalan Ruseffendi (1998: 239), yang menyatakan bahwa, dengan siswa dilatih menyelesaikan masalah dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah adalah dapat meningkatkan motivasi dan menumbuhkan sifat kreatif.

19 Selain itu menurut Arma (dalam Iksan 2010: 71), bahwa pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center) mampu membentuk karakter kreatif, kemandirian, tanggung jawab dan inovatif pada diri peserta didik. Berdasarkan pengertian tersebut, pemanfaatan diskusi oleh guru mempunyai arti memahami apa yang ada didalam pemikiran siswa dan bagaimana memproses gagasan dan informasi yang diajarkan melalui komunikasi yang terjadi selama pembelajaran berlangsung baik antara siswa maupun komunikasi guru dengan siswa, sehingga diskusi menyediakan tatanan sosial dimana guru dapat membantu siswa menganalisis proses berpikir mereka (Trianto, 2007: 117-178). Dalam menilai kemampuan berpikir kreatif menggunakan acuan yang dibuat Munandar (2009: 192), yang mengemukakan bahwa kemampuan berpikir kreatif dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan aspek aspek sebagai berikut: a. Berpikir lancar (fluent thinking) atau kelancaran yang menyebabkan seseorang mampu mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan. b. Berpikr luwes (flexible thinking) atau kelenturan yang menyebabkan seseorang mampu menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi. c. Berpikir Orisinil (original thinking) yang menyebabkan seseorang mampu melahirkan ungkapan-ungkapan yang baru dan unik atau mampu menemuka kombinasi-kombinasi yang tidak biasa dar unsur-unsur yang biasa.

20 d. Keterampilan mengelaborasi (elaboration ability) yang menyebabkan seseorang mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan. Adapun tabel ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif menurut Munandar adalah sebagai berikut: Tabel 2. Ciri-Ciri Kemampuan Berpikir Kreatif Ciri-ciri Indikator (perilaku siswa) 1. Berpikir lancar a. Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, (fluency) penyelesaian masalah atau pertanyaan b. Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal c. Selalu memberikan lebih dari satu jawaban 2. Berpikir luwes a. Menghasilkan gagasan, jawaban atau (flexibility) pertanyaan yang bervariasi b. Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbedabeda c. Mencari banyak alternative d. Mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran 3. Berpikir orisinal a. Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan (Originaly) unik b. Memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri c. Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur 4. Keterampilan a. Mampu memperkaya dan mengembangkan mengelaborasi suatu gagasan atau produk b. Menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu obyek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik Sumber: Munandar (2009: 192) Walaupun secara ilmiah manusia itu kreatif, tetapi dalam kenyataannya proses berpikir kreatif tidak tercipta dan berjalan mulus. Faktor-faktor internal dan eksternal sering kali muncul menimbulkan hambatan. Faktor-faktor tersebut mencakup: (1) hambatan dalam diri siswa, (2) kegagalan mencari orang yang tepat, (3) pembatasan karena aturan dan tuntutan, (4) sikap pasif, menerima, atau bertanya, (5) memisahkan suatu hal dalam lingkup yang tertutup, (6)

21 mengabaikan atau membunuh intuisi, (7) takut berbuat salah, (8) tidak ada untuk mengembangkan hal baru (Sukmadinata dan Erliany, 2012: 126). C. Tulisan Argumentatif Pengertian argumen bermakna alasan. Argumentasi berarti pemberian alasan yang kuat dan meyakinkan (Kosasih, 2003: 50). Dengan demikian, paragraf argumentasi adalah paragraf yang mengemukakan alasan, contoh dan buktibukti yang kuat dan meyakinkan. Alasan-alasan, bukti dan sejenisnya digunakan penulis untuk mempengaruhi pembaca agar mereka menyetujui pendapat, sikap, atau keyakinan. Selanjutnya menurut Keraf (2007: 3), argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya mau bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis. Melalui tulisan argumentasi, penulis berusaha merangkaikan fakta-fakta sedemikian rupa, sehingga ia mampu menunjukkan apakah suatu pendapat atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak. Keterampilan argumentasi menjadi salah satu kompetensi yang dibutuhkan dewasa ini karena dapat mengembangkan keterampilan berpikir kreatif. Argumentasi merupakan corak tulisan yang bertujuan membuktikan pendapat penulis untuk meyakinkan atau mempengaruhi pembaca, agar menerima pendapatnya (Alwi, 2001: 45). Aspek isi tulisan argumentatif mengacu pada teori argumen berdasarkan logika Toulmin, yang terdiri atas elemen (1) pernyataan posisi (claim), (2)

22 data (grounds), (3) jaminan (warrants), (4) pendukung (backing), (5) keterangan modalitas (modal qualifier), dan (6) kondisi pengecualian (possible rebuttal) (Toulmin, Rickard, dan Allan, 1979: 25). Logika Toulmin dipilih karena teori ini mendorong mahasiswa untuk memberikan alasan secara mendalam. Beberapa indikator untuk menilai tulisan argumentasi sebagai berikut; Pertama, tulisan argumentasi merupakan hasil pemikiran yang kritis dan logis. Berpikir kritis merupakan salah satu proses berpikir tingkat tinggi yang dapat digunakan dalam pembentukan sistem konseptual siswa. Kedua, menampilkan fakta-fakta yang dapat diuji kebenarannya. Ketiga, tulisan argumentasi bertujuan untuk mempengaruhi dan berusaha meyakinkan pembaca tentang kebenaran suatu pendapat, dan merubah keyakinan pembaca sesuai dengan apa yang diyakini penulis (Rizana, 2012: 45).