BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lahirnya kurikulum 2013 sebagai penerapan kurikulum yang baru ternyata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimengerti adalah kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang menguatkan kedudukan dan

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan teks sesuai dengan tujuan dan fungsi sosialnya. Pembelajaran berbasis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menulis merupakan salah satu keterampilan dari empat aspek kebahasaan.

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum berbasis kompetensi (Competency Based Curriculum) Pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (Kurikulum 2004) sangat

2015 PENERAPAN METODE HYPNO-NLP (NEURO LINGUISTIC PROGRAMMING) DALAM MENGONVERSI TEKS ANEKDOT MENJADI TEKS PUISI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. memjawab tantangan-tantangan yang terjadi dimasyarakat. Tantangan-tantangan

BAB I PENDAHULUAN. mampu berinteraksi dengan lingkungan dengan selayaknya. meningkatkan dan mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya. Menurut Oemarjati dalam Milawati (2011: 1) tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA )/MADRASAH ALIYAH (MA)/ SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi tujuan pembelajaran bahasa Indonesia yang tercantum dalam. budaya dan intelektual manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan insan yang produksi, kreatif, inovatif, dan berkarakter.

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk dapat mengaplikasikanya dalam kehidupan sehari harinya.

PDF created with pdffactory Pro trial version

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dalam proses pembelajaran ditentukan oleh bagaimana seorang

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

Contoh File KKM, PROTA, PROMES, SILABUS, RPP, SK & KD, PEMETAAN

BAB I PENDAHULUAN. memindahkan informasi pengetahuan ke buku catatan yang telah didapat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia sangat penting peranannya bagi kehidupan

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir siswa. umum keterampilan menyimak dan berbicara adalah keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan telah diatur dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003.

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa(SMPLB D)

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran tersebut. Berbagai mata pelajaran diajarkan

BAB I PENDAHULUAN. berpikir dan berupaya para pemerhati pendidikan merupakan hal yang bersifat. tantangan zaman dalam era globalisasi ini.

BAB I PENDAHULUAN. mampu berbahasa dan bersastra saja namun juga digunakan sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, baik untuk bertutur maupun untuk memahami atau mengapresiasi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Berbahasa dan Bersastr

BAB I PENDAHULUAN. itu, siswa dituntut untuk lebih aktif dan berpikir kritis untuk mencari media

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

KEMAMPUAN MENGONVERSI TEKS DRAMA MENJADI TEKS CERPEN OLEH SISWA KELAS XI SMK MULTI KARYA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. mampu berkomunikasi dengan baik. Salah satu cara untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 PENERAPAN MODEL SINEKTIK DALAM PEMBELAJARAN MENULISKAN KEMBALI DONGENG

BAB I PENDAHULUAN. dan segala problematikanya yang begitu beragam. Fenomena-fenomena

I. PENDAHULUAN. diajarkan agar siswa dapat menguasai dan menggunakannya dalam berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. hal-hal berikut. Pertama, guru dapat menumbuhkan rasa memiliki, mencintai,

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku. Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan. diluncurkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013.

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Sumardjo (Mursini 2010:17) yang mengemukakan bahwa sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berbicara merupakan kemampuan awal yang harus dimiliki

07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. A. Latar Belakang

2015 KEEFEKTIFAN MODEL SOMATIS, AUDITORIS, VISUAL, INTELEKTUAL (SAVI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir siswa.

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizky Ananda Oktaviani, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Retno Friethasari, 2015 PENERAPAN METODE STORY TELLING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Deskripsi Melalui Strategi Critical Incident

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 dalam pelajaran bahasa Indonesia bagi siswa menengah

BAB I PENDAHULUAN. beratkan pada keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis.

BAB I PENDAHULUAN. dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia SD/ MI secara eksplisit dinyatakan. kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sugono, 2011: 159). Pembelajaran sastra

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang

Penerapan Metode Bermain Peran Pada Materi Drama Anak Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 3 SDN Gio

BAB I PENDAHULUAN. lebih terfokus. Pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan dengan

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) universitas juga diberikan mata pelajaran bahasa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dua materi ajar, yakni materi bahasa dan materi sastra. Materi bahasa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bagi bangsa Indonesia adalah diterbitkannya Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

H. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMALB TUNADAKSA

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yaitu keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis.

2015 PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan tersebut akan mendapatkan informasi ataupun pengalaman

35. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB-A)

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

BAB I PENDAHULUAN. dan cipta serta pikir baik secara etis, estetis, dan logis.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan di Indonesia sedang gencar-gencarnya dibenahi. Salah satunya yaitu pembaharuan sistem kurikulum guna meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Kurikulum 2013 sebagai kurikulum terbaru mempunyai prinsip penanaman pendidikan karakter pada setiap mata pelajaran. Hal ini menjadikan penilaian mata pelajaran tidak hanya mengacu pada aspek pengetahuan dan keterampilan siswa, akan tetapi juga mementingkan aspek pembentukan karakter siswa. Bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran yang wajib diajarkan pada semua jenjang pendidikan juga menanamkan pendidikan karakter, baik pada bidang bahasa maupun sastra yang tidak terlepas dari tujuan utamanya sebagai sarana komunikasi dengan baik dan benar secara lisan maupun tulisan. Hal tersebut sesuai dengan Permendiknas No. 22 Th. 2006 mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (a) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis; (b) menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara; (c) memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan; (d) menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial; (e) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa; (f) menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Berdasarkan Kurikulum 2013, pendidikan karakter pada pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan berbasis teks. Adapun teks yang dipelajari dalam kurikulum 2013 dapat diperinci ke dalam berbagai jenis teks, seperti deskripsi, penceritaan (recount), prosedur, laporan, eksplanasi, eksposisi, diskusi, surat, 1

2 iklan, catatan harian, negosiasi, pantun, dongeng, anekdot, dan fiksi sejarah. Semua jenis teks itu dapat dikelompokkan ke dalam teks cerita, teks faktual, dan teks tanggapan. Salah satu jenis teks yang wajib dipelajari khususnya pada kelas X adalah teks anekdot. Teks anekdot adalah teks lucu yang dibuat berdasarkan kehidupan bermasyarakat yang di dalamnya mengandung pesan. Hal ini sejalan dengan pendapat Kosasih (2013: 7) bahwa anekdot tidak semata-mata menyajikan hal-hal yang lucu-lucu, guyonan, ataupun humor. Akan tetapi, terdapat pula tujuan lain dibalik cerita lucu itu, yakni berupa pesan yang diharapkan bisa memberikan pelajaran kepada khalayak. Pesan yang disampaikan tersebut merupakan bentuk penanaman pendidikan karakter. Sebagai contoh, dalam kehidupan sehari-hari, manusia menerapkan teks anekdot untuk mengkritisi pejabat maupun politikus yang bertindak sesuka hati tanpa memikirkan kesejahteraan rakyat melalui tulisannya yang menyindir dan lucu. Penanaman pendidikan karakter khususnya pada pembelajaran teks anekdot dapat diajarkan lewat kompetensi mengonversi teks anekdot menjadi puisi. Hal ini sejalan dengan pendapat Kosasih (2013: 38) bahwa teks anekdot dapat dikonversikan baik ke dalam puisi, prosa ataupun drama. Mengingat dalam Kurikulum 2013 pembelajaran dilakukan berbasis teks sehingga kompetensi keterampilan berbahasa Indonesia diajarkan lebih luas meliputi keterampilan menginterpretasi makna, memproduksi, menyunting, mengabstraksi, dan mengonversi suatu teks ke dalam bentuk yang lain sesuai dengan struktur dan kaidah teks baik secara lisan maupun tulisan. Mengonversi adalah mengubah suatu bentuk, rupa, dan sebagainya ke dalam bentuk atau rupa yang lain (Depdiknas, 2008: 74). Mengonversi teks anekdot menjadi puisi dapat diartikan mengubah teks anekdot menjadi puisi. Puisi hasil konversi tersebut harus sesuai dengan tema teks anekdot yang telah ditentukan dengan mencermati pemilihan diksi serta memiliki kemampuan untuk menuangkan ide atau gagasan sehingga menarik untuk dibaca. Dengan demikian, tujuan dari penulisan anekdot dapat tersampaikan dengan bahasa yang indah lewat puisi.

3 Puisi sebagai bentuk dari konversi teks anekdot bermanfaat dalam menumbuhkan kemampuan mengapresiasi hasil karya kesastraan. Apresiasi dimaksudkan sebagai bentuk menikmati dan memaknai sastra dalam penciptaan sikap kreatif, imajinatif, dan kritis. Harapannya dengan mempelajari sastra dapat memunculkan sikap menghargai, menghormati, memiliki sikap intelektual, sosial, dan emosional terhadap kenyataan yang terjadi yang dibangun melalui sastra. Sastra sebagai cerminan keadaan sosial budaya bangsa haruslah diwariskan kepada generasi mudanya. Menurut Herfanda (2008: 131), sastra memiliki potensi yang besar untuk membawa masyarakat ke arah perubahan, termasuk perubahan karakter. Sebagai ekspresi seni bahasa yang bersifat reflektif sekaligus interaktif, sastra dapat menjadi spirit bagi munculnya gerakan perubahan masyarakat, bahkan kebangkitan suatu bangsa ke arah yang lebih baik. Hal itu dapat diwujudkan sebagai penguatan rasa cinta tanah air, sumber inspirasi dan motivasi kekuatan moral bagi perubahan sosial-budaya. Dengan demikian, sastra tidak hanya sekadar menjadi sesuatu yang mampu memberikan keindahan dan hiburan, tetapi juga mampu melahirkan generasi-generasi muda yang mampu bersaing pada era globalisasi dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai bangsa Indonesia. Pendapat senada juga didukung Ismail dan Suryaman (2006), sastra harus diperkenalkan kepada anak sejak usia dini. Dengan mempelajari sastra sejak dini, siswa diharapkan mampu mengambil nilai pendidikan karakter yang ada dalam karya sastra. Misalnya dalam karya sastra puisi, siswa akan mampu mengambil nilai-nilai religius, bertanggung jawab, disiplin, sopan santun, kasih sayang, dan lain-lain. Dengan demikian, mempelajari bahasa dan sastra sekaligus dalam mata pelajaran bahasa Indonesia yang diwujudkan dalam keterampilan mengonversi teks anekdot menjadi puisi dapat berperan penting dalam keseimbangan kemampuan berkomunikasi juga mengapresiasi. Akan tetapi, selama ini pembelajaran bahasa dan sastra dinilai kurang memenuhi standar kualitas proses maupun hasil yang memuaskan. Hal itu dapat dibuktikan dengan rendahnya nilai keterampilan mengonversi teks anekdot menjadi puisi pada siswa kelas X TKJ A SMK Negeri 9 Surakarta. Nilai rata-rata

4 keterampilan mengonversi teks anekdot menjadi puisi yang diperoleh pada kelas X TKJ A hanya 68. Padahal nilai kriteria ketuntusan minimal (KKM) mata pelajaran bahasa Indonesia di SMK Negeri 9 Surakarta adalah 75. Oleh karena itu, keterampilan mengonversi teks anekdot menjadi puisi pada kelas X TKJ A SMK Negeri 9 Surakarta masih tergolong rendah. Ada berbagai faktor penyebab rendahnya pembelajaran mengonversi teks anekdot menjadi puisi yang kurang begitu diperhatikan oleh guru atau penyelenggara pendidikan. Salah satunya model mengajar guru yang masih konvensional. Guru belum menerapkan pendekatan saintifik sesuai kurikulum 2013 dalam kegiatan pembelajaran. Akibatnya, motivasi belajar siswa masih rendah. Selain itu, faktor sarana dan prasarana sekolah yang kurang turut menghambat keberhasilan kegiatan pembelajaran. Adapun faktor penyebab dari siswa, di antaranya; kurangnya motivasi dan minat belajar, rendahnya daya imajinasi, rendahnya penguasaan diksi, majas, dan rendahnya pengungkapan ide sangat memengaruhi keterampilan mengonversi teks anekdot menjadi puisi. Dari permasalahan yang telah diuraikan di atas, perlu adanya solusi guna mengatasi rendahnya motivasi dan keterampilan mengonversi teks anekdot menjadi puisi pada siswa kelas X TKJ A SMK Negeri 9 Surakarta. Salah satu solusi yang dapat digunakan ialah dengan mengubah model pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Dari berbagai macam model pembelajaran yang ada, penerapan model pembelajaran sinektik dianggap dapat meningkatkan motivasi dan keterampilan mengonversi teks anekdot menjadi puisi pada siswa kelas X TKJ A SMK Negeri 9 Surakarta. Model pembelajaran sinektik yang dirancang oleh Gordon dalam merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk mengembangkan kreativitas siswa dengan mendeskripsikan situasi yang berkaitan dengan visualisasi, perasaan, serta penganalogian. Pada akhir tahap model pembelajaran sinektik, siswa diharapkan mampu menciptakan hal baru yang berbeda dan lebih kreatif. Model sinektik ini sangat baik diterapkan pada pembelajaran mengonversi teks anekdot menjadi puisi, karena puisi adalah karya sastra yang membutuhkan kemampuan proses kretaivitas dalam mengolah kata sehingga mempunyai pilihan

5 kata yang indah dan sarat makna. Model sinektik dapat memberikan keleluasaan bagi siswa untuk berpikir secara kreatif dari tingkat sekolah dasar sampai ke tingkat tinggi. Penggunaan model sinektik dilakukan dengan media pembelajaran audio visual. Pemilihan media audio visual sebagai media pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan keterampilan mengonversi teks anekdot menjadi puisi. Berdasarkan permasalahan yang telah dikaji maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yaitu penerapan model pembelajaran sinektik dengan media audio visual untuk meningkatkan motivasi dan keterampilan mengonversi teks anekdot menjadi puisi pada siswa kelas X TKJ A SMK Negeri 9 Surakarta tahun ajaran 205/2016. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah penerapan model pembelajaran sinektik dengan media audio visual dapat meningkatkan motivasi pembelajaran mengonversi teks anekdot menjadi puisi pada siswa kelas X TKJ A SMK Negeri 9 Surakarta tahun ajaran 2015/2016? 2. Apakah penerapan model pembelajaran sinektik dengan media audio visual dapat meningkatkan keterampilan mengonversi teks anekdot menjadi puisi pada siswa kelas X TKJ A SMK Negeri 9 Surakarta tahun ajaran 205/2016?

6 C. Tujuan Penelitian Mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu 1. Meningkatkan motivasi pembelajaran mengonversi teks anekdot menjadi puisi pada siswa kelas X TKJ A SMK Negeri 9 Surakarta tahun ajaran 2015/2016. 2. Meningkatkan keterampilan mengonversi teks anekdot menjadi puisi pada siswa kelas X TKJ A SMK Negeri 9 Surakarta tahun ajaran 205/2016. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia, terutama pembelajaran mengonversi teks anekdot menjadi puisi di sekolah menengah kejuruan. Selain itu, manfaat dari penelitian ini dapat menambah pengetahuan lebih mendalam tentang teori dan langkah-langkah penerapan model pembelajaran sinektik dalam pembelajaran mengonversi teks anekdot menjadi puisi. 2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi Siswa 1) Memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran mengonversi teks anekdot menjadi puisi. 2) Menciptakan pembelajaran yang mengarah pada proses dan hasil belajar dengan kualitas yang baik. 3) Meningkatkan keterampilan mengonversi teks anekdot menjadi puisi. b. Manfaat bagi Guru 1) Memberikan solusi pada permasalahan pembelajaran mengonversi teks anekdot menjadi puisi.

7 2) Sebagai salah satu solusi dalam memilih model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran mengonversi teks anekdot menjadi puisi. c. Manfaat bagi Sekolah 1) Mendorong guru lain untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif. 2) Sebagai gambaran penerapan kegiatan pembelajaran tentang problematika pembelajaran mengonversi teks anekdot menjadi puisi. 3) Meningkatkan kerja sama dalam pengemabangan dan peningkatan mutu pendidikan. 4) Memberikan umpan balik yang ditindaklanjuti oleh sekolah dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan. d. Manfaat bagi Peneliti Lain 1) Menambah pengetahuan tentang permasalahan dan solusi dalam pembelajaran mengonversi teks anekdot menjadi puisi. 2) Sebagai landasan untuk melakukan kajian-kajian lebih lanjut dalam menyusun suatu rancangan pembelajaran mengonversi teks anekdot menjadi puisi dengan menggunakan model pembelajaran sinektik dengan media audio visual yang disesuaikan dengan kondisi sekolah.