Undang-undang No 13 tahun 2003 POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA

dokumen-dokumen yang mirip
KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

H U B U N G A N K E R J A

RINGKASAN PERATURAN KETENAGAKERJAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 Oleh: Irham Todi Prasojo, S.H.

Peran Serikat Pekerja Dalam Dinamika

* Sebagai suatu hak dasar, ada ketentuanketentuan yang harus ditaati dalam melakukan mogok kerja. (Pasal 139 dan Pasal 140 UUK)

Setiap karyawan dapat membentuk atau bergabung dalam suatu kelompok. Mereka mendapat manfaat atau keun-tungan dengan menjadi anggota suatu kelompok.

ETIKA BISNIS. Smno.tnh.fpub2013

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (1)

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

MOGOK KERJA DAN LOCK-OUT

Aspek Hubungan Kerja dan Perjanjian Kerja di Indonesia. Berdasarkan UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

PERATURAN - PERATURAN PENTING DALAM UU KETENAGAKERJAAN NO 13 TAHUN 2003

Penjelasan Mengenai Sistem Ketenagakerjaan di Indonesia

UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

III. Penyelesaian perselisihan hubungan industrial Pancasila. Dasar Hukum Aturan lama. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PANDANGAN KARYAWAN TENTANG HAK BEKERJA: SEBUAH STUDI DESKRIPTIF DI KALANGAN KARYAWAN DI PERGURUAN TINGGI

Created by : Ratih dheviana puru hitaningtyas

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

PERLINDUNGAN,PENGUPAHAN DAN KESEJAHTERAAN

TENTANG DI KOTA CIMAHI. Ketenagakerjaan. Kerja Asing;

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. 2 Perjanjian kerja wajib

STIE DEWANTARA Aspek Ketenagakerjaan Dalam Bisnis

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA.

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian Perburuhan antara Serikat Buruh dengan Pengusaha/Majikan, Undangundang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

BAB III AKIBAT HUKUM APABILA PERJANJIAN KERJA TIDAK DILAPORKAN KE INSTANSI YANG MEMBIDANGI MASALAH KETENAGAKERJAAN

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

Pemutusan Hubungan Kerja

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

Pasal 88 s.d pasal 98 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Miftakhul Huda, S.H., M.H

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Serikat Pekerja/Serikat Buruh

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/XI/2011 TENTANG

HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN IV) PERJANJIAN KERJA. copyright by Elok Hikmawati

Forum HRD Bekasi 25 Oktober 2013 Hotel Sahid Jaya Lippo Cikarang

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/XI/2011 TENTANG

PPHI H. Perburuhan by DR. Agusmidah, SH, M.Hum

Meminimalkan Konflik dalam PHK

2 Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 4); Menetapkan 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh (Lembaran Negara Repub

Oleh: Arum Darmawati. Disampaikan pada acara Carrier Training Preparation UGM, 27 Juli 2011

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

-2-1. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/bu

Perselisihan Hubungan Industrial

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMBATALAN BEBERAPA KETENTUAN DARI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG

Dr. Alimatus Sahrah, M.Si, MM FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA

UNDANG-UNDANG NO. 21 TH 2000

DEFINISI DAN TUJUAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial

MSDM Materi 13 Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial

BAB I PENDAHULUAN. pekerja, perusahaan tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya dalam

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] Pasal 184

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Tata Cara Pelaksanaan Pemutusan Hubungan Kerja/PHK

UU No. 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENANGGUHAN PELAKSANAAN UPAH MINIMUM PROVINSI

- 1 - BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KETENAGAKERJAAN

perjanjian kerja waktu tertentu yakni terkait masalah masa waktu perjanjian yang

Labor and Industrial Relations

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

AKIBAT DAN SOLUSI HUKUM TERHADAP PUTUSAN JUDICIAL REVIEW NOMOR. 012/PUU-1/ 2003 UU KETENAGAKERJAAN NO 13 TAHUN 2003 Oleh : Indah Mahniasari, SH, MH

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEKERJA, PEKERJA KONTRAK, DAN HAK CUTI. 2.1 Tinjauan Umum Tentang Pekerja dan Pekerja Kontrak

FAQ HAK BURUH MELAKUKAN AKSI DEMONSTRASI 1

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 48/MEN/IV/2004 TENTANG

BAB I KETENTUAN U M U M

Lex Administratum, Vol. IV/No. 1/Jan/2016. Kata kunci: jamsostek, pemutusan hubungan kerja

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

FAQ HAK PEKERJA MELAKUKAN AKSI UNJUK RASA 1

Pasal 150 UUK KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

copyright by Elok Hikmawati 1

PT PLN (PERSERO) KEPUTUSAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR : 500.K/DIR/2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN. jdih.bulelengkab.go.id

Kajian Teoritik Hukum dan HAM tentang Surat Edaran Kabaharkam Nomor B/194/I/2013/Baharkam, yang Melarang Satpam Berserikat

PROSEDUR PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

LABOUR LAW di Rumkit. By: L. Ratna Kartika wulan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HUKUM KETENAGA KERJAAN BERDASARKAN UU NO 13 TAHUN 2003

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGAKERJAAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG

Transkripsi:

Undang-undang No 13 tahun 2003 POKOK-POKOK KETENTUAN NORMATIF HUBUNGAN INDUSTRIAL KETENAGAKERJAAN DAN SERIKAT PEKERJA 1

Seekor tiram berjemur diri dipantai dengan kedua kulitnya yang terbuka lebar, Tatkala seekor bangau menghampiri dan mematuk dagingnya, tiba-tiba sang tiram mengatupkan dirinya, sambil menjepit paruh panjang sang bangau. Tidak satupun yang ingin mengalah. Akhirnya seorang nelayan mendekati dan menangkap keduanya. PEPATAH CHINA 2

DASAR HUKUM UU No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh; UU NO. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; Kepmenakertrans No. 16/Men/2001 tentang Pencatatan Serikat Pekerja/Serikat Buruh. 3

Pengertian HI Suatu sistem hubungan antara para pelaku dalam proses produksi barang dan jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja, dan pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 4

Sarana HI a) Serikat pekerja/serikat buruh b) Organisasi pengusaha c) Lembaga kerjasama bipartit d) Lembaga kerjasama tripartit e) Peraturan perusahaan f) Perjanjian kerja bersama g) Peraturan per-uuan ketenagakerjaan h) Lembaga PPHI 5

PKWTT dan PKWT 6

PKWT 1. Dibuat atas dasar jangka waktu atau selesainya suatu pekerjaan tertentu; 2. Tertulis, dgn Bhs.. Indonesia dan huruf latin; 3. Bila dibuat tidak tertulis bertentangan dengan UU, dinyatakan sebagai PKWTT; 4. Dalam hal dibuat dlm Bhs.. Indonesia dan bahasa asing, bila terjadi perbedaan penafsiran,, yang berlaku perjanjian dlm Bhs.. Indonesia. 7

5. Tidak dapat mensyaratkan adanya masa percobaan kerja, bila dipersyaratkan batal demi hukum; 6. Dibuat untuk pekerjaan tertentu yang jenis atau kegiatan pekerjaan akan selesai pada waktu tertentu, yaitu: a. Pekerjaan yang sekali selesai/sementara sifatnya, b. waktunya tidak terlalu lama dan paling lama 3 tahun, c. musiman, d. berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau e. produk tambahan yang masih dalam percobaan/ penjajakan. (Psl 57 s/d 59 UUKK) 8

7. Tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap; 8. PKWT berdasarkan waktu, dapat diper- panjang atau diperbaharui. Jangka waktu- nya paling lama 2 tahun, dan hanya boleh diperpanjang 1 kali untuk jangka waktu 1 tahun; 9. Perpanjangan PKWT paling lama 7 hari sebelum PKWT berakhir dan memberi- tahukan secara tertulis; 10. Pembaharuan PKWT hanya boleh dila- kukan masa tenggang waktu 30 hari ber- akhirnya PKWT lama. 9

PKWT yang tidak memenuhi ketentuan, demi hukum menjadi PKWTT 10

PKWTT Perjanjian antara pekerja dengan pengusaha yang memuat syatrat-syarat syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak (Psl 1 butir 14 UUKK) 11

Penyerahan sebahagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain 12

PENYERAHAN PEKERJAAN 1. Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui: Pemborongan pekerjaan Penyediaan jasa pekerja 13

2. Dengan syarat terpisah dengan kegiatan utama, perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan, kegiatan penunjang, dan tidak menghambat proses produksi; 3. Perusahaan penerima pekerjaan harus berbadan hukum; 14

4. Hubungan kerja diatur dalam per- janjian kerja secara tertulis perusahaan lain dengan pekerja; 5. Pekerja jasa dari perusahaan antara penyedia pekerja tidak boleh digunakan untuk melaksanakan kegiatan pokok yang berhubungan produksi, kecuali kegiatan dengan jasa yang tidak proses penunjang/ berhubungan langsung dengan proses produksi; 15

6. Hubungan kerja antara pekerja dengan penyedia jasa, dibuat tertulis, perlindungan upah dan kesejah- teraan, syarat kerja, serta perselisihan menjadi tanggung jawab penyedia kerja, dan ada perjanjian antar peru- sahaan tenaga kerja; pengguna dgn penyedia 7. Penyedia hukum jasa dan pekerja memiliki intansi ketenagakerjaan. berbadan izin dari 16

PEMBORONGAN PEKERJAAN Pasal 64 s/d 66 UUKK mengatur mengenai penyerahan pekerjaan dari perusahaan kepada perusahaan lain. UUKK sendiri mengakui adanya orang perorangan yang juga dapat menjadi pengusaha (pasal 1 butir (5) UUKK), tetapi oleh pasal 64s/d 66 UUKK, mereka tidak boleh menjadi pemborong diperusahaan. Pasal 65 ayat (3) yang mewajibkan perusahaan pemborong harus berbadan hukum telah dianulir oleh Kepmenakertrans. 17

S A N K S I Dalam Pasal 65 ayat (1) dan 66 ayat (2) butir (d), pemborong dan penyedia jasa pekerja, wajib membuat perjanjian secara tertulis dengan perusahaan induk (pengguna jasa). UUKK tidak mengatur sanksinya lebih lanjut baik dalam pasal tersebut maupun dalam BAB XVI Ketentuan Pidana dan Sanksi Administrasi. 18

PERUSAHAAN PENYEDIA JASA PEKERJA (PPJP) 19

Pemberi Kerja Membuat Perjanjian Tertulis Dengan PPPJP, yang Memuat: 1.Jenis pekerjaan dilakukan oleh pekerja dari PPJP 2.Dalam melaksanakan pekerjaan, hk-nya adalah antara PPJP dengan pekerja yang dipekerjakan perusahaan PPJP: 3. * Upah * Kesejahteraan * Syarat-syarat Kerja * Perselisihan menjadi tanggung jawab PPJP 20

Pekerja PPJP Tidak boleh digunakan untuk: Melaksanakan kegiatan pokok, Kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses produksi 21

PPJP BERSEDIA MENERIMA PEKERJA DARI PPJP SEBELUMNYA UNTUK JENIS- JENIS PEKERJAAN YANG TERUS MENERUS, APABILA TERJADI PENGGANTIAN PPJP PERJANJIANNYA DIDAFTARKAN, APABILA TIDAK, IJIN OPERASIONAL PPJP AKAN DICABUT, DAN HAK-HAK PEKERJA TETAP MENJADI TANGGUNG JAWAB PPJP YANG 22 BERSANGKUTAN

Kegiatan jasa penunjang (kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi) syaratnya: 1. HK ANTARA PEKERJA DAN PPJP; 2. PK YANG BERLAKU ANTARA PEKERJA DAN PPJP, ADALAH PKWT/PKWTT YANG DIBUAT SECARA TERTULIS; 3.UPAH/KESEJAHTERAAN, SYAKER, PER SELISIHAN MENJADI TANGGWAB PPJP; 4. PERJANJIAN ANTARA PERUSAHAAN PENGGUNA JP DENGAN PPJP, TER- TULIS DAN MEMUAT KETENTUAN 23 DALAM UUKK.

SYAKER BAGI PEKERJA PADA PPJP, YANG BEKERJA PADA PERU- SAHAAN PEMBERI KERJA SAMA DENGAN PK, PP, ATAU PKB ATAS: UPAH/KESEJAHTERAAN SYAKER PERSELISIHAN DENGAN PEKERJA LAINNYA DI PERUSAHAAN PEMBERI PEKERJAAN/ PER-UU-AN YANG BERLAKU 24

PPJP WAJIB MEMILIKI IJIN OPERASIONAL DARI INS. KK-AN DI KABUPATEN/KOTA SESUAI DOMISILI PPJP, dan TELAH: 1.BERBADAN HUKUM 2.MEMPUNYAI AD YANG MEMUAT KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN JASA PEKERJA 3. MEMILIKI SIUP 4.WAJIB LAPOR KK-AN (UU No. 7/1981) 25

RESIKO YANG AKAN DIHADAPI OLEH PERUSAHAAN: APABILA TIDAK BER-BH TIDAK DIPENUHINYA SYAKER MENURUT UUKK TIDAK DIBUAT PK TERTULIS DEMI HUKUM HK PEKERJA DENGAN PERUSAHAAN PENERIMA PEMBORONGAN BERALIH MENJADI HUBUNGAN KERJA PEKERJA (HKWT/HKWTT) DENGAN PERUSAHAAN PEMBERI PEKERJAAN, SESUAI DENGAN PK YANG DIBUAT DENGAN PEKERJA. 26

TANTANGAN SULIT MENENTUKAN YANG MERUPAKAN PEKERJAAN POKOK, ATAU KEGIATAN YANG BERHUBUNGAN LANGSUNG DENGAN PROSES PRODUKSI PEMECAHANNYA SUSUN DAFTAR PEKERJAAN UTAMA YANG TERUS-MENERUS, ATAU YANG SEBALIKNYA MASUKKAN KEDALAM PP ATAU PKB, SEHINGGA INSTANSI KETENAGAKERJAAN MENGETAHUI, ADANYA KEGIATAN DIMAKSUD DI DALAM PERUSAHAAN 27

CUTI BESAR UUKK memberikan kepada pekerja hak untuk dapat menikmati cuti besar (istirahat panjang). Yang berlaku pada perusahaan tertentu, selanjutnya akan diatur dalam keputusan menteri. Istirahat panjang ini hanya berlaku pada peru-sahaan yang telah melaksanakannya, yang sebelumnya telah diatur dalam PK, PP, atau PKB (Kepemenakertrans no. Kep-51/Men/IV/2004). 28

Pengupahan 29

UPAH POKOK TUNJANGAN TETAP 30

UPAH BEKERJA PESANGON UPAH POKOK JAMSOSTEK KECELAKAAN KERJA CUTI TUNJANGAN TETAP LIBUR LEMBUR SAKIT THR & BONUS 31

UPAH MINIMUM ATAU KENAIKAN UPAH UUKK menjamin setiap pekerja berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. UUKK telah terlalu jauh mencampuri kebijakan pengupahan di dalam perusahaan dengan mengatur struktur dan skala upah diperusahaan. 32

Komponen Upah Upah pokok dan tunjangan tetap Besarnya upah pokok sedikitnya 75% dari jumlah upah pokok dan tunjangan tetap. Upah harian, penghasilan sebulan = 30 X penghasilan sehari. Atas dasar satuan hasil, penghasilan sehari = rata-rata per hari selama 12 bulan terakhir tidak boleh kurang dari UMP/UMK. Pekerjaan tergantung cuaca, upah atas dasar borongan, upah sebulan dihitung dari upah rata-rata 12 bulan terakhir. 33

PERJANJIAN KERJA BERSAMA 34

Syarat-syarat kerja adalah: Hak dan kewajiban pengusahan dan pekerja yang belum diatur dalam per-uu UU-an 35

PKB-KETERWAKILAN KETERWAKILAN SP/SB 1. Memiliki anggota > 50% dari jumlah seluruh pekerja di perusahaan; 2. Apabila tidak memiliki anggota >50%, SP dapat mewakili pekerja dalam perundingan dengan mendapat dukungan >50% dari jumlah pekerja; 3. SP dapat mengajukan kembali setelah melampaui jangka waktu 6 bulan terhitung sejak dilakukannya pemungutan suara; 4. SP dapat berkualisi untuk mencapai jumlah 50% dari pekerja; 5. SP membentuk tim berunding secara proposional. 36

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA 37

PHK MELALUI PPHI Sejak dikeluarkannya keputusan MK, semua PHK hanya dapat dilakukan setelah mendapat penetapan PPHI. 38

PHK KARENA PERUSAHAAN PINDAH Dalam kasus perusahaan pindah lokasi, pekerja selalu mengalami kerugian ekonomis, seperti masalah meningkatnya uang transport atau tempat tinggal ditempat yang baru. Ketentuan yang demikian sekarang tidak dicantumkan dalam UUKK (Lihat Pasal 163 ayat (1) UUKK). 39

PENGUNDURAN DIRI 1. Pekerja/buruh yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri; 2. Menerima uang penggantian hak dan uang pisah; 3. Memenuhi syarat: mengajukan permohonan pengunduran diri 30 hari sebelum tanggal mulai pengunduran diri, tidak terikat dalam ikatan dinas, tetap melaksanakan kewajibannya; 4. PHK atas pengunduran diri tanpa penetapan lembaga PPHI. 40

Bagi pekerja yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri, yang tugas dan fungsinya tidak mewakili kepentingan pengusaha secara langsung, selain menerima uang penggantian hak, diberikan uang pisah yang besarnya dan pelaksanaanya diatur dalam PK, PP, atau PKB. Dalam pelaksanaanya sulit untuk menyepakati jabatan atau pekerjaan mana yang dapat dianggap fungsinya tidak mewakili kepentingan pengusaha secara langsung. 41

PERUSAHAAN PAILIT Pengusaha dapat melakukan PHK terhadap pekerja karena perusahaan pilit, dengan ketentuan pekerja berhak atas uang pesangon sebesar satu kali ketentuan, uang penghargaan masa kerja sebesar satu kali ketentuan, dan uang pengganti hak sesuai ketentuan (Pasal 165 UUKK). UUKK tidak mengatur mengenai tat cara pengaturan dan prioritas atas hak-hak pekerja yang perusahaannya pailit. Padahal upah pekerja adalah sumber nafkah pekerja, berbeda dengan piutang lainnya. 42

PEKERJA MANGKIR Pekerja yang 5 hari kerja atau lebih berturut-turut tanpa keterangan tertulis, setelah dipanggil pengusaha dua kali secara patut dan tertulis, dapat di-phk karena dikualifikasikan mengundurkan diri. > Berhak uang penggantian hak dan uang pisah. Tetap perlu penetapan PPHI? 43

Besarnya uang pisah 1. Rumusan tabel besarnya uang pisah 2. Tingkat pekerja yang berhak atas uang pisah 44

KESALAHAN BERAT Sejak dicabutnya Pasal 158 oleh MK tidak ada lagi PHK jadi karena alasan kesalahan berat. Selama ini telah berlangsung kesalahan berat selain yang diatur dalam per- UU-an, diatur dalam PP/PKB. Tidak semua kesalahan berat adalah perbuatan pidana 45

PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI Pemecahan masalahnya oleh pemerintah, dengan mengeluarkan Surat Edaran Menakertrans Nomor: SE- 13/MEN/SJ-AK/I/2005, yang isi pokoknya adalah sbb: 1. Pengusaha yang melakukan PHK dengan alasan pasal 158 ayat (1), dilakukan setelah ada putusan hakim pidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; 2. Apabila pekerja ditahan pihak yang berwajib, berlaku ketentuan pasal 160 UUKK; 3. Dalam hal terdapat alasan mendesak yang mengakibatkan tidak memungkinkan hubungan kerja dilanjutkan, pengusaha dapat menempuh upaya penyelesaian melalui LPPHI 46

PHK PENSIUN Pengusaha dapat mem-phk karena memasuki usia pensiun; Besarnya jaminan/manfaat pensiun kalau tidak diatur tersendiri mengacu pada peraturan per-uu UU-an 47

SURAT PERINGATAN Per-UU UU-an tidak merumuskan perbuatan yang dapat SP pertama, kedua, dan ketiga; Peluang untuk dirumuskan secara rinci dan jelas di dalam PP/PKB; Diatur juga mekanisme pelaksanaannya termasuk tata cara sanggahan dari pekerja. 48

UPAH SELAMA SKORSING ATAU UPAH PROSES Rumusan yang paling memenuhi rasa keadilan masyarakat adalah dilakukan dilakukan pembedaan berdasarkan kasusnya. Karena UUKK tidak membedakannya, baik selama diskorsing maupun selama dalam masa proses PHK, upah tetap dibayar penuh sehingga tidak ada perbedaan antara skorsing dan proses PHK yang tidak didahului dengan tindakan skorsing (pencegahan perulangan perbuatan). 49

UPAH SELAMA PROSES Diatur dalam hal apa, upah selama proses PHK tetap dibayar dan dalam hal PHK yang bagaimana upah selama proses tidak dibayar 50

MOGOK KERJA Mogok kerja sebagai hak dasar pekerja dan SP dilakukan secara sah, tertib, dan damai sebagai akibat gagalnya perundingan 51

MOGOK ILEGAL OLEH SEKELOMPOK PEKERJA Dalam prakteknya akan sulit sekali meminta pertanggungjawaban terhadap mogok yang dilakukan oleh sekelompok pekerja (bukan SP). Dalam peraturan pelaksanaanya, akibat hukum mogok yang tidak sah, pekerja dianggap (dikualifikasikan) mangkir, bila mengakibatkan hilangnya nyawa manusia dianggap sebagai kesalahan berat. Sebagai pekerja yang dianggap mangkir, maka pekerja yang mogok ilegal masih berhak atas uang penggantian hak dan uang pisah (Pasal 198 jo. Pasal 162 UUKK). 52

SERIKAT PEKERJA 53

MAKNA KEBEBASAN BERSERIKAT PERLINDUNGAN UNDANG-UNDANG TERHADAP PEKERJA UNTUK MEMBENTUK ATAU TIDAK MEMBENTUK, MENJADI ANGGOTA ATAU TIDAK MENJADI ANGGOTA SP ATAS PILIHANNYA SENDIRI TANPA PAKSAAN, ANCAMAN DAN INTERVENSI SIAPAPUN. 54

Kebebasan berserikat di perusahaan memperhatikan: Terselenggaranya keseimbangan kepentingan dan tujuan antara pengusaha dengan pekerja di perusahan Terjaminnya kelangsungan hidup perusahaan dan meningkatnya kesejahteraan 55

TUJUAN PEMBENTUKAN SP/SB MEMBERIKAN PERLINDUNGAN KEPADA PEKERJA/BURUH PEMBELAAN HAK DAN KEPENTINGAN ANGGOTA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN ANGGOTA PENYALUR ASPIRASI PEKERJA 56

TUJUAN KEBEBASAN BERSERIKAT Untuk meningkatkan potensi dan kualitas pekerja melalui organisasi Sebagai sarana pendidikan pekerja dalam berorganisasi Sarana menciptakan demokratisasi di perusahaan Memberikan wawasan kepada pekerja dalam pelaksanaan kebebasan berserikat 57

FUNGSI SERIKAT PEKERJA 1. PIHAK DALAM PERSELISIHAN H.I 2. PIHAK DALAM PEMBUATAN PKB DAN PHK 3. WAKIL PEKERJA DALAM KELEMBAGAAN HI 4. SEBAGAI SARANA PELAKSANAAN HI YANG HARMONIS, DINAMIS, DEMOKRATIS DAN BERKEADILAN 5. SEBAGAI PERENCANA, PELAKSANA DAN PENANGGUNG JAWAB PEMOGOKAN 6. SEBAGAI WAKIL PEKERJA DALAM MEMPERJUANGKAN KEPEMILIKAN SAHAM DI PERUSAHAAN 58

SIFAT SERIKAT PEKERJA 1. BEBAS 2. TERBUKA 3. MANDIRI 4. DEMOKRATIS 5. BERTANGGUNG JAWAB 59

1. Bebas, tidak dibawah pengaruh atau tekanan dari pihak lain 2. Terbuka, tidak membedakan aliran politik, agama,suku, dan jenis kelamin 3. Mandiri, ditentukan oleh kekuatan sendiri tidak dikendalikan oleh pihak lain 4. Demokratis, sesuai dengan prinsip demokrasi 5. Bertanggungjawab, dalam mencapai tujuan dan melaksanakan hak dan kewajiban bertanggungjawab kepada anggota, masyarakat, dan negara 60

HAK SERIKAT PEKERJA 1. Membuat PKB 2. Mewakili pekerja dlm perselisihan HI 3. Mewakili pekerja dalam lembaga ketenagakerjaan 4. Mewakili lembaga/melakukan kegiatan dengan usaha peningkatan kesejahteraan 5. Kegiatan lainnya yang tidak bertentangan dengan UU ketenagakerjaan 61

KEWAJIBAN SERIKAT PEKERJA 1. Melindungi dan membela anggota dari pelanggaran hak dan memperjuangkan kepentingannya 2. Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan anggota 3. Mempertanggungjawabkan kegiatan organisasi kepada anggota (AD/ART) 62

Melaksanakan Tugas Serikat Pekerja Perlu diatur dalam PKB, ijin bagi Pekerja yang melaksanakan tugas SP/SB atas persetujuan pengusaha Bagaimana mekanisme pelaksanaannya Dalam hal apa berupa atau tidak berupah Lama waktunya 63

Semoga, Hidup kita hari ini lebih baik dari hari kemarin dan Hari esok lebih baik dari hari ini ---mss--- 64

T e r i m a K a s i h 65