BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak hanya dilihat secara obyektif, tapi kebahagiaan juga bisa di lihat secara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebahagiaan merupakan keadaan psikologis yang ditandai dengan tingginya

MAKNA KEBAHAGIAAN PADA LANSIA YANG BEKERJA SEBAGAI PEDAGANG ASONGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setiap makhluk hidup yang masih diberi umur panjang. Berdasarkan Undang-

LONELINESS PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DEWANATA CILACAP SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan perkembangan seseorang, semakin meningkatnya usia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang satu akan memberikan pengaruh pada tahap perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan dalam bidang pendidikan dan teknologi yang pesat

para1). BAB I PENDAHULUAN

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Masalah mengenai kependudukan merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

BAB I PENDAHULUAN. perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan

BAB I PENDAHULUAN. bersiap-siap mengakses dan menangani klien-klien lansia. Terlepas dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan

PENYESUAIAN DIRI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Zahroh Nur Sofiani Suryana, 2013

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. perkembangan pada masa dewasa akhir. Kehidupan pada fase perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

BAB I PENDAHULUAN. berstruktur lanjut usia karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jenis kelamin, status ekonomi sosial ataupun usia, semua orang menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Usia lanjut adalah suatu proses yang tidak dapat dihindari

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan ekonomi Menurut (BKKBN 2006). WHO dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakberdayaan. Menurut UU No.13 tahun 1998, lansia adalah seseorang yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan aktivitas sehari-hari (Nugroho,2008). Kemandirian lansia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BABI PENDAHULUAN. Manusia pada setiap tahap perkembangannya memiliki tugas-tugas

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. laku. Mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa sampai tua manusia

Eni Yulianingsih F

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bagi mahasiswa-mahasiswi sangat beragam. Mereka dapat memilih jurusan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia. Pada lanjut usia terjadi beberapa perubahan fisik dan fungsi biologis tubuh,

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya, miskin, tua, muda, besar, kecil, laki-laki, maupun perempuan, mereka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

8. Sebutkan permasalahan apa saja yang biasa muncul dalam kehidupan perkawinan Anda?...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama di

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk lansia sebanyak jiwa (BPS, 2010). dengan knowledge, attitude, skills, kesehatan dan lingkungan sekitar.

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. bekerja, semuanya adalah untuk memenuhi kebutuhannya. Instansi Sipil, Perusahaan Swasta, atau di Dinas Pemerintahan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tanggung jawab atas kesejahteraan anak, baik jasmani, kesehatan, rohani serta

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK KEBAHAGIAAN DALAM KELUARGA (KONTEKS BUDAYA JAWA DAN PENGARUH ISLAM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2007 sebesar 18,96 juta dan pada tahun 2009 mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesejahteraan merupakan tujuan hidup yang didambakan oleh setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan. Semakin dini stimulus yang diberikan, semakin banyak peluang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan organisasi terkecil dalam masyarakat. Secara historis

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan kesehatan bagi

BAB I PENDAHULUAN diprediksikan mencapai jiwa atau 11,34%. Pada tahun terjadi peningkatan mencapai kurang lebih 19 juta jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk tersebutlah yang menjadi salah satu masalah bagi suatu kota besar.

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

BAB IV PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA ISLAM DAN FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT BIMBINGAN AGAMA ISLAM BAGI PARA LANJUT USIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses. pembangunan,terutama di bidang kesehatan (Komnas Lansia, 2010).

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di dunia ini. Aristoteles (dalam Bertens, 1993) menjelaskan bahwa kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa, sesuai Undang Undang Nomor 13 tahun 1998 Bab I pasal 11 ayat 11

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengkonsumsi alkohol dapat berpengaruh langsung pada lingkungan masyarakat

FENOMENA LANJUT USIA BERTEMPAT TINGGAL DI RUMAH ANAK ( Studi Dalam Budaya Jawa) Siti Partini Suardiman, Sri Iswanti Sebagai Propinsi dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari eksistensi manusia di dunia. Kebahagiaan itu sendiri dapat dicapai dengan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan merupakan keadaan psikologis yang ditandai dengan tingginya kepuasan hidup, tingginya afek positif seperti senang, puas, dan bangga, serta rendahnya efek negatif seperti rasa kecewa, cemas, dan takut. Kebahagiaan tidak hanya dilihat secara obyektif, tapi kebahagiaan juga bisa di lihat secara subyektif, bahagia itu tergantung dari seberapa besar seseorang mampu mengukur dan menciptakan kebahagiaan menurut dirinya sendiri. Kebahagiaan adalah suatu hal yang menjadi harapan dalam diri seseorang, bahkan setiap orang sangat mendambakan kehidupan yang berbahagia semasa hidupnya. Menurut Lukman (2008) kebahagiaan pada tiap individu tergantung pada pemaknaan dan memahami kebahagiaan. Kebahagiaan itu sendiri dapat dicapai dengan terpenuhinya kebutuhan hidup dan ada banyak cara yang ditempuh oleh masing-masing individu. Orang bekerja untuk memperoleh penghasilan dan pencapaian karier. Orang berkeluarga untuk memenuhi kebutuhan akan cinta dan kasih sayang. Begitu pula orang belajar untuk memenuhi kebutuhan akan ilmu pengetahuan. Semua kegiatan tersebut dilakukan untuk memperoleh satu tujuan, yaitu kebahagiaan. Aristoteles (dalam Gaarder, 2006) juga berpendapat bahwa ada tiga bentuk kebahagiaan, bentuk pertama kebahagiaan adalah hidup senang dan nikmat. Bentuk kedua adalah menjadi warga negara yang bebas dan bertanggung jawab. 1

2 Bentuk ketiga adalah menjadi seoran ahli pikir dan filosof. Kebahagiaan juga merupakan apresiasi keseluruhan hidup seseorang, singkatnya berapa banyak orang menyukai kehidupan yang mereka jalani apa adanya dan kebahagiaan adalah bagaimana keadaan pikiran orang itu sendiri (Veenhoven, 2008). Setiap individu tentunya berharap dapat menjalani masa tuanya dengan bahagia. Ketika memasuki masa tua, sebagian lanjut usia (lansia) dapat menjalaninya dengan bahagia, namun tidak sedikit dari mereka yang mengalami hal sebaliknya, masa tua dijalani dengan rasa ketidakbahagiaan, sehingga menyebabkan rasa ketidaknyamanan (Suardiman, 2011). Setiawan (2013) mengungkapkan bahwa ada pula lansia yang tidak bahagia dan merasa kesepian bagi mereka yang hidup di panti wredha, karena lansia tersebut mengalami keterasingan, kesepian, isolasi sosial serta tidak tahu harus berbuat apa untuk mengisi masa tuanya itu. Masa senja yang seharusnya di isi kegembiraan bersama keluarga merupakan tekanan psikologis bagi lanjut usia. Tidak adanya rasa kedamaian atau kepuasan pada lanjut usia manakala tidak dijumpai keakraban, kelekatan, kedekatan, sebagaimana layaknya sebuah keluarga akan menimbulkan permasalahan tersendiri bagi lanjut usia seperti terjadinya kecemasan, stress, maupun frustasi. Kebahagiaan seorang lansia juga tergantung pada terpenuhinya tiga A yaitu acceptance (penerimaan), affection (pengasihan) dan achievement (pencapaian). Apabila seseorang tidak dapat memenuhi kriteria tersebut, maka lansia kemungkinan sulit untuk mendapat kebahagiaan (Hurlock, 2000).

3 Nugroho (2008) menjelaskan bahwa lanjut usia juga mengalami ketakutan, terutama pada ketergantungan fisik dan ekonomi, sakit yang kronis. Kesepian dan kebosanan yang disebabkan oleh rasa tidak diperlukan. Ketidakbahagiaan tersebut juga bisa disebabkan karena kondisi lingkungan, kurangnya perawatan, perhatian maupun kepedulian dari orang orang di sekitar lansia, terutama keluarga. Padahal usia lanjut juga dikatakan usia emas, karena tidak semua orang dapat mencapai usia tersebut, maka orang yang berusia lanjut memerlukan perawatan agar ia dapat menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut yang berguna dan bahagia (Maryam, 2008). Menurut Buhler (dalam Suadirman, 2011) dalam hal kebahagiaan pada lansia, siapa yang lebih bahagia dia antara usia lanjut yang berada di kursi roda, yang sedang menulis biografi dan sedang menangkap ikan?. Keduanya bisa menjadi bahagia dan keduanya bisa tidak bahagia. Karena kebahagiaan dan kepuasan hidup pada lansia adalah kondisi positif yang ditujunya serta terpenuhinya kebutuhan fisik maupun psikis. Kebutuhan fisik pada lansia berupa sandang, papan, pangan, kesehatan dan upaya untuk memepertahankan hidup dan reproduksi, kemudian kebutuhan psikis pada lansia adalah terpenuhinya kebutuhan akan kasih sayang, cinta dan perhatian. Menjadi tua (aging) merupakan proses perubahan biologis secara terus menerus yang dialami manusia pada semua tingkatan umur dan waktu, sedangkan usia lanjut (old age) adalah istilah untuk tahap akhir dari proses penuaan tersebut. Di Indonesia hal hal yang terkait dengan usia lanjut diatur dalam suatu undangundang yaitu Undang-undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 1998 tentang

4 Kesejahteraan Lanjut Usia, pasal 1 ayat 2 yang menyatakan bahwa yang dimaksud lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas (Suadirman, 2011). Jika dilihat secara keseluruhan, biasanya seorang yang sudah lansia menghabiskan masa tuanya untuk bersantai dengan keluarga, menggendong dan mengasuh cucu serta menikmati segala hal baik itu materi atau prestasi yang didapatkan sewaktu muda. Namun faktanya, diluar sana masih banyak sekali lansia yang masih bekerja, dan bahkan pekerjaan itu tergolong pekerjaan berat, contohnya sebagai pedagang asongan. Pekerjaan sebagai pedagang asongan tergolong berat karena lansia menjual dagangannya dengan berjalan kaki, bersepeda, mendorong gerobak keliling kampung, atau dari sekolah satu ke sekolah lainnya dan bahkan berjualan keluar kota. Untuk lansia yang bekerja sebagai pedagang asongan tersebut, pasti membutuhkan tenaga ekstra dan kondisi fisik yang sehat, karena adanya cuaca yang panas atau hujan lebat serta kondisi lalu lintas yang ramai dengan banyaknya kendaraan. Tapi kenapa masih banyak lansia yang melakukan pekerjaan tersebut, apa mereka merasa bahagia dengan kondisi tersebut?, apa yang mendasari para lansia tersebut untuk tetap bekerja sebagai pedagang asongan?, dan bagaimana tanggapan keluarga lansia tersebut mengenai pekerjaan yang dilakukan?, Berikut hasil wawancara terhadap beberapa pedagang asongan:

5 Tabel I Data Awal Mengenai Makna Kebahagiaan Pada Lansia yang Bekerja sebagai Pedagang Asongan. Informan Uraian Wawancara S, ± 68 tahun Penjual Tenongan (Nasi bungkus, roti, gorengan) K, ± 61 tahun Penjual makanan ringan dan bakso tusuk Di usia yang sudah tua, subjek tetap ingin bekerja walaupun hanya sebagai pedagang tenongan. Subjek merasa dirinya masih sehat dan bisa menghasilkan uang sendiri walaupun sudah diberi uang tiap bulan oleh anaknya Subjek merasa bahagia dan senang berjualan keliling kampung karena bisa mengobrol dengan para pembelinya khususnya ibu-ibu Subjek masih ingin bekerja sebagai penjual bakso tusuk dan makanan ringan untuk mencari uang tambahan Subjek mengatakan anaknya hidupnya diluar kota dan penghasilannya tidak lebih dari cukup jadi kadang tidak bisa memberikan kiriman uang, oleh karena itu subjek masih bekerja di usia yang sudah tua. Subjek merasa semangat berjualan karena suaminya yang sudah tua juga masih berjualan bakso tusuk. Subjek merasa bosan dan kesepian apabila tidak bekerja dan hanya dirumah saja karena tidak ada yang mengurus subjek. Dari hasil uraian wawancara dengan Informan I seorang lansia yang bekerja sebagai pedagang asongan tersebut, dapat disimpulkan bahwa apa yang mendasari Informan I masih tetap bekerja karena informan merasa masih sehat dan ingin meghasilkan uang sendiri walaupun sudah diberi uang bulanan oleh anaknya, selain itu dengan berjualan keliling Informan bisa berinteraksi dengan banyak orang sehingga informan merasa senang dan terhibur. Kesimpulan dari hasil wawancara dengan Informan II yaitu informan ingin tetap bekerja karena untuk mencari tambahan uang, dan suaminya pun yang sudah tua juga masih bekerja berjualan bakso tusuk berkeliling dengan sepeda, selain itu

6 Informan merasa bosan, kesepian dan tidak ada yang mengurus kalo subjek hanya berdiam diri dirumah karena anaknya bekerja diluar kota. Berdasarkan kedua hasil wawancara untuk data awal penelitian, dapat diketahui bahwa lansia yang merasa senang dan bahagia dengan masih bekerja di usia yang sudah lanjut mempunyai beberapa alasan tersendiri, kedua informan mengatakan masih merasa sehat serta memiliki keinginan untuk beraktivitas dibandingkan beristirahat dirumah dan merasa kesepian. Selain itu lansia yang bekerja juga berharap mendapat penghasilan dari hasil kerja kerasnyaa untuk memenuhi keinginan pribadi ataupun keluarga, semua dilihat dari latar belakang tujuan lansia tersebut bekerja sebagai pedagang asongan. Jika dilihat dari data nilai berdasarkan penelitian, penduduk lansia yang termasuk dalam angkatan kerja merupakan lansia potensial. Lansia potensial banyak ditemukan di negara berkembang dan negara yang belum memiliki tunjangan sosial untuk hari tua. Mereka berusaha bekerja untuk mencapai kebutuhan keluarga yang menjadi tanggungannya (Kemenkes, 2011). Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2011 hampir separuh (45,41%) lansia di Indonesia memiliki kegiatan utama bekerja dan sebesar 28,69% mengurus rumah tangga, kemudian 1,67% termasuk menganggur/mencari kerja, dan kegiatan lainnya sekitar 24,24%. Tingginya persentase lansia yang bekerja dapat dimaknai bahwa sebenarnya lansia masih mampu bekerja secara produktif untuk membiayai kehidupan rumah tangganya, namun di sisi lain mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan lansia masih rendah, sehingga meskipun usia sudah lanjut, lansia terpaksa bekerja untuk

7 membiayai kehidupan rumah tangganya. Bila ditinjau menurut tipe daerah, persentase lansia yang bekerja di daerah perkotaan (51,46%) lebih tinggi dibandingkan lansia perdesaan (38,99%). Kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh jenis pekerjaan di perdesaan bersifat informal yang tidak memiliki persyaratan yang umumnya tidak dapat dipenuhi oleh penduduk lansia, seperti faktor umur dan pendidikan. Untuk penduduk lansia yang bekerja menurut jenis kelamin, persentase penduduk lansia laki-laki yang bekerja (61,47%) lebih tinggi dibandingkan lansia perempuan (31,39%), (Kemenkes, 2011). Selain itu untuk masalah kebahagiaan pada setiap individu dapat dilihat berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Frontier Consultant Group pada tahun 2007 (Wijayanti & Nurwiyanti, 2010) menunjukkan bahwa diantara enam propinsi di Indonesia, rata-rata penduduk yang paling bahagia berada di Propinsi Jawa Tengah. Indeks kebahagiaan di Jawa Tengah mencapai 48,17 melebihi indeks rata-rata Indonesia. Disusul oleh Sulawesi utara (47,95), Jawa Barat (47,85), Jawa Timur (47,19), DKI Jakarta (46,20), dan Sumatera Utara (46,12). Padahal bila dilihat tingkat pendapatan, rata-rata penduduk yang berdomisili di Propinsi Jawa Tengah berpenghasilan lebih rendah dari penduduk yang berdomisili di Propinsi DKI Jakarta. Penduduk yang tinggal di Propinsi Jawa Tengah memiliki kebahagiaan yang tinggi kemungkinan karena tidak memiliki harapan yang tinggi. Selain itu ditambahkan bahwa sikap nrima khas orang Jawa melekat pada masyarakatnya yang membuat mereka menjadi lebih tenang dengan segala kondisi yang ada. Sehingga hidup mereka lebih rileks dan dapat menikmati apa yang mereka miliki.

8 Mengacu pada uraian di atas dan fenomena yang ada, masih banyak lansia yang masih bekerja untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarganya ataupun karena merasa senang dan merasa masih mampu untuk bekerja, agar bisa berinteraksi dengan lingkungan sosial serta mewujudkan kepuasan dan kebahagiaan individu. Maka fokus pada penelitian ini adalah untuk mengetahui makna kebahagiaan pada lansia yang masih bekerja sebagai pedagang asongan. B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui, memahami dan mendiskripsikan tentang makna kebahagiaan pada lansia yang masih bekerja sebagai pedagang asongan. C. Manfaat Penelitian Peneliti berharap dengan adanya penelitian yang mengkaji tentang makna kebahagiaan pada lansia yang bekerja sebagai pedagang asongan, dapat membawa manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Diharapkan penelitian ini mampu memberikan sumbangan yang berguna untuk perkembangan ilmu psikologi, khususnya dalam kajian psikologi positif, psikologi sosial dan psikologi lanjut usia. 2. Bagi Masyarakat Diharapkan dapat memahami gambaran tentang fenomena lansia yang masih bekerja khususnya sebagai pedagang asongan, serta dapat memberikan

9 suatu ide atau gagasan untuk menciptakan suatu program berkaitan dengan lansia yang bekerja. 3. Bagi Peneliti Lain Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memperdalam dan mengembangkan khasanah teoritis dalam ilmu psikologi, mengenai makna kebahagiaan pada lansia yang bekerja sebagai pedagang asongan, serta dapat diajadikan referensi penelitian yang akan datang dengan tema yang sama.