BAB V HASIL PENELITIAN. antara variabel bebas dengan variabel tergantungnya. distribusi penyebaran normal. distribusi penyebaran normal.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. apabila P > 0,05 dan diperoleh hasil sebagai berikut:

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN. normal atau tidak. Uji ini dilakukan dengan menggunakan One. Sample Kolmogorov-Smirnov Tes dan memberikan hasil sebagai

BAB V HASIL PENELITIAN. A. Uji Asumsi Data yang diperoleh dari penelitian selanjutnya dilakukan uji

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN. analisis korelasi product moment untuk mencari hubungan antara. melakukan pengujian terhadap korelasi antar variabel.

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengujian hipotesis menggunakan teknik analisis korelasi Product

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. 1) Prokrastinasi Akademik. Kolmogorov Smirnov Z dengan bantuan Statistcal. Packages for Social Sciences (SPSS) Release 16.0.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. tidaknya sebaran skor variable serta linier atau tidaknya hubungan. antara variabel bebas dengan variabel tergantungnya.

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN. dan harga diri, peneliti melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis diuji dengan menggunakan teknik analisis korelasi Regresi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. variabel bebas dengan variabel tergantungnya. selengkapnya dapat dilihat di lampiran D-1.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan metode tryout atau uji coba sehingga

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antar variable yang digunakan dalam penelitian ini. Variable-variable

BAB V HASIL PENELITIAN. uji linieritas hubungan variabel bebas dan tergantung. diuji normalitasnya dengan menggunakan program Statistical

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perubahan pola hidup manusia adalah akibat dari dampak era

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi pada data penelitian.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. data normal atau tidak. Alat yang digunakan adalah One Sample. Uji normalitas pada skala subjective well-being

BAB IV PEMBAHASAN. subyek dengan rentang usia dari 15 tahun sampai 60 tahun dan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan metode try out terpakai, sehingga data

BAB V HASIL PENELITIAN. hipotesis dengan menggunakan teknik korelari product moment

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Subjek Penelitian. Unit Kegiatan Mahasiswa Forum Mahasiswa Islam Psikologi Ar-Ruuh.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. analisis statistik dengan menggunakan product moment dari Pearson.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. linieritas. Tahap berikutnya setelah melakukan uji asumsi yaitu uji

BAB V HASIL PENELITIAN. ujian nasional dan skala kecemasan menghadapi ujian nasional dilakukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Gugus 2 Kecamatan Pengasih, Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil penelitian Sebelum dilakukan analisis statistik dengan menggunakan product

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN. uji linieritas hubungan variabel X dan variabel Y harus dilakukan terlebih

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. hasil perhitungan distribusi frekuensi yang telah dilakukan. Tabel 4.1 Demografi Responden. Demografi Jumlah %

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. Jumlah penduduk di masing-masing dusun Desa Ringinpitu ini. Tabel 4 Jumlah Penduduk di Tiap Dusun

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISA DAN PEMBAHASAN

Uji Normalitas Sebaran Hasil Penelitian Utama. Uji Linearitas Hasil Penelitian Utama

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KEDISIPLINAN ANAK DI SEKOLAH KELOMPOK A TK ISLAM ORBIT 2 PRAON NUSUKAN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB III METODELOGI PENELITIAN. perananya dalam menentukan variabel secara teliti. Selain itu ia juga

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. 1) Variabel Terikat (Dependent): Konflik Kerja (Y)

BAB V HASIL PENELITIAN

PENGARUH INTENSITAS KOMUNIKASI ANAK DENGAN ORANG TUA TERHADAP REGULASI DIRI SISWI KELAS VIII MTS RAUDLATUL ULUM PUTRI GONDANGLEGI MALANG

BAB 4 ANALISIS HASIL. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang terdiri

HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA. Gani Tri Utomo H. Fuad Nashori INTISARI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data dalam penelitian ini diperoleh dari siswa kelas V SD se-gugus Sadewa

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Penelitian. melakukan uji coba (try out) kepada mahasiswa Psikologi Universitas Islam Riau

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. uji asumsi dan uji hipotesis terhadap data penelitian tersebut.

BAB III METODE PENELITIAN. menyatakan bahwa variabel dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. subjek, yaitu jenis kelamin dan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Uji Asumsi Sebelum melakukan analisis korelasi product moment. kedua variabel tersebut normal atau tidak

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini, peneliti akan mendeskripsikan skor budaya organisasi dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian

A. Deskripsi Singkat Latar Belakang Obyek Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KEMANDIRIAN BELAJAR DAN INTERAKSI SOSIAL ANTAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode


BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif korelasional.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan keputusan pembelian. Peneliti mendeskripsikan skor brand image dan

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kepimpinan. Peneliti mendeskripsikan skor kepemimpinan dan kinerja

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG

Transkripsi:

BAB V HASIL PENELITIAN A. Uji Asumsi Sebelum melakukan uji hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang menyangkut normalitas dan linieritas. Uji asumsi ini dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran item-item dalam skala normal atau tidak, linier atau tidak dalam hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantungnya. a. Uji Normalitas 1) Motivasi Berprestasi Uji normalitas terhadap skala motivasi berprestasi menggunakan Kolmogorov-Smirnov menunjukkan hasil K-S Z sebesar 0,846 dengan p sebesar 0,471 (p>0,05) yang brarti distribusi penyebaran normal. 2) Interaksi Sosial Uji normalitas terhadap skala interaksi sosial menggunakan Kolmogorov-Smirnov menunjukkan hasil K-S Z sebesar 0,991 dengan p sebesar 0,279 (p>0,05) yang brarti distribusi penyebaran normal. 3) Kepercayaan Diri Uji normalitas terhadap skala motivasi berprestasi menggunakan Kolmogorov-Smirnov menunjukkan hasil K-S 67

68 Z sebesar 0,907 dengan p sebesar 0,383 (p>0,05) yang brarti distribusi penyebaran normal. b. Uji Linieritas Hasil uji linearitas variabel interaksi sosial dengan motivasi berprestasi menunjukkan korelasi yang linier. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Flinier sebesar 75,214 nilai p<0,05 yang berarti terdapat hubungan linier antara interaksi sosial dengan motivasi berprestasi pada atlet. Hasil uji linearitas variabel keprcayaan diri dengan motivasi berprestasi menunjukkan korelasi yang linier. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Flinier sebesar 59,840 nilai p<0,05 yang berarti terdapat hubungan linier antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi pada atlet. Hasil uji linieritas selengkapnya dapat dilihat di lampiran E-2. B. Uji Hipotesis Setelah dilakukan uji asumsi, maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan meggunakan program Statistical Package for Sosial Science (SPSS) Versi 20.0 for Windows. Teknik yang digunakan untuk uji hipotesis adalah analisis regresi untuk menguji hipotesis mayor, dan teknik korelasi Product Moment untuk menguji hipotesis minor. Adapun hasil yang diperoleh sebagai berikut :

69 a. Hipotesis Mayor Hasil analisis data yang dilakukan menyatakan bahwa R = 0,673 dengan F = 43,909 (p<0,01). Hasil ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara interaksi sosial dan kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi pada atlet. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa hipotesis mayor diterima. Hasil uji hipotesis selengkapnya dapat dilihat di lampiran F-1. b. Hipotesis Minor 1) Hipotesis pertama menunjukkan rx1y = 0,642 dengan p sebesar 0,000 (p<0,01). Hal ini menyatakan bahwa ada hubungan positif yang sangat siginifikan antara interaksi sosial dengan motivasi berprestasi pada atlet. Semakin tinggi interaksi sosial maka semakin tinggi motivasi berprestasi pada atlet, dan begitu pula sebaliknya. Dengan demikian hipotesis minor yang pertama yang diajukan peneliti diterima. Hasil uji hipotesis selengkapnya dapat dilihat di lampiran F-2. 2) Hipotesis kedua menunjukkan rx2y = 0,599 dengan p sebesar 0,000 (p<0,01). Hal ini menyatakan bahwa ada hubungan positif yang sangat siginifikan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi pada atlet. Semakin tinggi kepercayaan diri maka semakin tinggi motivasi berprestasi pada atlet, dan begitu pula sebaliknya. Dengan demikian hipotesis minor yang kedua yang diajukan peneliti diterima.

Hasil uji hipotesis selengkapnya dapat dilihat di lampiran F- 2. 70 C. Pembahasan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, hipotesis diterima dengan kesimpulan ada hubungan antara interaksi sosial dan kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi pada atlet. Hal itu berdasarkan diperolehnya hasil skor R sebesar 0,673 dan skor F sebesar 31,044 dengan signifikansi 0,000 (p<0,01) serta terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara interaksi sosial dengan motivasi berprestasi pada atlet. Semakin tinggi interaksi sosial maka semakin tinggi motivasi berprestasi pada atlet, dan begitu pula sebaliknya. Lalu adanya hubungan positif yang sangat siginifikan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi pada atlet. Semakin tinggi kepercayaan diri maka semakin tinggi motivasi berprestasi pada atlet, dan begitu pula sebaliknya. Hal itu berdasarkan diperolehnya nilai rx1y = 0,642 dan rx2y = 0,599 dengan signifikansi 0,000 (p<0,01). Selain itu untuk interaksi sosial dan kepercayaan diri diperoleh r sebesar 0,713 dengan signifikansi 0,000 (p<0,01) yang berarti terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara interaksi sosial dan kepercayaan diri pada atlet. Artinya interaksi sosial dan kepercayaan diri dalam penelitian ini berarti identik dan saling berpengaruh. Kemajuan zaman dan teknologi saat ini mendorong setiap orang untuk maju dan bekerja cepat, sehingga terkadang akan cepat

71 mudah lelah untuk melakukan hal lain selain bekerja. Salah satu kegiatan yang jarang dilakukan adalah olahraga. Sebagian orang menganggap bahwa olahraga adalah kegiatan yang banyak membuang waktu. Namun jika olahraga dilakukan dengan tekun akan menjadi sarana yang efektif dan efisien yang sekaligus untuk mengembangkan bagaimana cara berpikir, membentuk dan meningkatkan kedisiplinan, tanggung jawab dan kreativitas. Hal tersebut timbul karena berkurangnya sarana dan tempat untuk berolahraga yang memadai. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Rogi (Gunarsa, dkk, 1989, h. 102) yaitu sesuatu yang tumbuh dan di kembangkan tidak akan terlepas dari pengaruh lingkungan sekitarnya. Oleh sebab itu suatu lingkungan yang kondusif akan membuat seorang atlet merasa nyaman dan dapat melakukan kegiatannya secara baik, hal tersebut akan menumbuhkan motivasi berprestasi. Ketika motivasi berprestasi seorang atlet meningkat dapat dipengaruhi oleh interaksi sosial dan kepercayaan diri. Muslim (2013, h. 486) mengungkapkan bahwa aspek dari interaksi sosial adalah adanya dua orang pelaku atau lebih, adanya hubungan timbal balik antar pelaku, diawali dengan adanya kontak sosial, dan mempunyai maksud dan tujuan yang jelas. Kemudian menurut Mollie dan Smart (Mulyaningsih, 2014, h. 444) mengungkapkan juga bahwa aspek dari interaksi sosial adalah aktivitas bersama, identitas kelompok, dan imitasi. Berdasarkan pendapat Muslim serta Mollie dan Smart di atas dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial terhadap adanya dua orang

72 pelaku atau lebih dapat memicu munculnya sebuah komunikasi yang baik antara diri sendiri, teman, dan pelatih. Sama dengan halnya H. Bonner (Gerungan, 2004, h. 62) mengungkapkan bahwa interaksi sosial itu muncul ketika ada hubungan antara dua individu atau lebih dari dua individu. Terlihat pada saat dilapangan, atlet menjalin hubungan baik antara pelatih dan sesama atlet. Hal ini akan memunculkan motivasi berprestasi. Sebaliknya apabila seseorang tidak memiliki lawan bicara untuk berkomunikasi dan cenderung seorang diri, akan pada akhirnya memicu menurunnya motivasi berprestasinya. Interaksi sosial yang tinggi terhadap adanya hubungan timbal balik dapat dilihat ketika atlet PPLP tersebut berlatih, ada teman yang sedang mengalami kesusahan akan secara tidak langsung akan memberikan solusi dan support. Seperti halnya menurut Ali & Asrori (2014, h. 87) menjelaskan bahwa interaksi akan muncul jika ada hubungan timbal balik antara dua individu atau lebih, dan masing individunya terlibat di dalamnya secara aktif untuk menjalankan perannya. Hal ini akan meningkatkan munculnya motivasi berprestasi. Sebaliknya jika tidak ada timbal balik dari orang sekitar, tidak akan memicu dirinya untuk berkembang yang pada akhirnya memicu menurunnya motivasi berprestasinya. Interaksi sosial yang tinggi diawali dengan adanya kontak sosial dapat dilihat ketika peneliti melihat kenyataan dilapangan bahwa hampir semua atlet pada saat bertemu dengan teman beda cabang olahraga di jalan secara tidak langsung akan meyapanya dan

73 sesekali mengajak mengobrol. Sama dengan halnya Abdulsyani (2007, h. 154) mengungkapkan bahwa kontak sosial adalah suatu hubungan antara satu orang atau lebih, melalui sebuah percakapan dengan saling memberikan tanggapan dan memiliki tujuan dalam hidupnya masing-masing. Hal ini akan meningkatkan munculnya motivasi berprestasi. Sebaliknya jika tidak terjadi kontak sosial dari sesama atlet atau invidunya akan pada akhirnya memicu menurunnya motivasi berprestasi. Interaksi sosial yang tinggi mempunyai maksud dan tujuan yang jelas dapat dijelaskan apabila komunikasi antar atlet terjalin dengan baik dan dengan tujuan untuk mempengaruhi individu lainnya untuk bertindak dengan sendirinya. Sesuai dengan kenyataan dilapangan, bahwa setiap atlet selalu membantu teman sesama atlet untuk menerangkan bagaimana cara melakukan sebuah cara untuk memunculkan sebuah gerakkan yang benar. Maksud dan tujuan yang jelas tersebut sifatnya kearah yang positif. Hal ini akan membuat munculnya motivas berprestasi. Sebaliknya jika atlet tidak memiliki maksud dan tujuan yang jelas dalam berinteraksi dengan orang lain, akan cenderung tidak dipedulikan dengan lawan bicaranya yang pada akhirnya memicu menurunnya motivasi berprestasinya. Interaksi sosial yang tinggi terhadap aktivitas bersama terlihat pada kenyataan dilapangan, peneliti melihat saat atlet selesai melakukan latihan dan menunggu jam apel tiba, rata-rata dari sebagian atlet melakukan kegiatan bersama seperti bermain sepak bola, menceritakan hal-hal yang baru, dan berkumpul dengan teman-

74 teman dari beda cabang olahraga. Seperti halnya dalam aspek ini dijelaskan bahwa aktivitas bersama sangat penting dilakukan, karena dengan adanya aktivitas bersama antar atlet maupun atlet dengan pelatih akan memicu munculnya sebuah interaksi yang baik. Hal ini yang menyebabkan munculnya motivasi berprestasi. Sebaliknya jika atlet tidak memanfaatkan waktu luang tersebut akan tidak terjalinnya interaksi sosial yang tidak baik antar atlet yang pada akhirnya memicu menurunnya motivasi berprestasinya. Interaksi sosial yang tinggi terhadap identitas kelompok dapat dilihat pada kenyataan dilapangan bahwa atlet pada penelitian ini bangga menggunakan artibut-atribut yang berhubungan dengan PPLP Jawa Tengah. Selain itu juga, sebagian dari atlet tersebut ingin menjadikan sama dengan tokoh yang sudah diidolakan dari mulai prestasinya sampai dengan cara bermainnya. Hal ini yang menyebabkan munculnya motivasi berprestasi. Sebaliknya jika atlet tidak bangga dengan apa yang mereka miliki tersebut yang pada akhirnya nanti memicu menurunnya motivasi berprestasi. Interaksi sosial dapat dilihat dari imitasi karena hal tersebut mendasari seluruh kehidupan sosial seperti halnya yang dikemukakan oleh G. Tarde (Gerungan, 2004, h. 62). Hampir seluruh atlet melakukan atau meniru apa yang telah dicontohkan oleh pelatihnya, dan selanjutnya dikembangkan sesuai dengan kemampuan sendiri. Oleh sebab itu aspek imitasi ini tergolong tinggi dan hal ini yang menyebabkan munculnya motivasi berprestasi. Sebaliknya jika seorang atlet tidak memiliki dorongan positif dari

75 dalam dirinya, dengan sendirinya akan melakukan sesuka hatinya yang pada akhirnya memicu menurunnya motivasi berprestasinya. H. Bonner (Gerungan, 2004, h. 62) mengungkapkan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih dari dua individu, dimana perilaku individu satu memengaruhi, mangubah, atau memperbaiki perilaku individu yang lain, atau sebaliknya. Perilaku-perilaku tersebut akan terbentuk dengan sendirinya dari lingkungan sekitar dan menyesuaikan sesuai dengan keadaan. Mengenai kepercayaan diri, menurut Kumara (Yulianto & Nashori, 2006, h. 58) terdapat empat aspek yaitu kemampuan menghadapi masalah, bertanggung jawab terhadap keputusan dan tindakannya, kemampuan bergaul, dan kemampuan menerima kritik. Aspek kemampuan menghadapi masalah adalah bagian dari seseorang untuk mampu mengatasi hal-hal yang tidak terduga pada saat perlombaan atau sedang berlatih. Seperti halnya pada kenyataan dilapangan, peneliti melihat ketika seorang atlet sedang berlatih dan mengalami kegagalan terus menerus namun hal tersebut tidak mematahkan semangatnya untuk tetap mencoba samapi berhasil. Hal ini dapat dijelaskan apabila atlet dapat menagatasi masalahnya sendiri dan tidak tergantung dengan orang lain maka dapat memunculkan motivasi berprestasi. Sebaliknya jika atlet sering menghindar dari masalah dan mengandalkan orang lain maka akan menekan pada motivasi berprestasi.

76 Kepercayaan diri dapat dilihat dari aspek bertanggung jawab terhadap keputusan dan tindakannya karena hal tersebut dapat memunculkan sebuah komitmen untuk dirinya dengan tindakan selalu hadir pada saat latihan dan selalu berusaha meningkatkan kemampuannya (Gilbert, dkk, 2007, h. 17). Atlet PPLP Jawa Tengah yang berlatih di GOR Jatidiri ini sangat senang jika di beri tanggung jawab oleh pelatihnya dan melakukannya dengan senang hati dan baik. Oleh sebab itu aspek bertanggung jawab terhadap keputusan dan tindakannya ini tergolong tinggi dan hal ini yang menyebabkan munculnya motivasi berprestasi. Sebaliknya jika atlet hanya menyelesaikan sebagian dari tanggung jawabnya maka akan menekan pada motivasi berprestasi. Aspek kemampuan bergaul adalah bagian dari seseorang untuk menemukan kenyaman, dan dapat bergaul tidak hanya dengan teman sebayanya. Terlihat ketika peneliti melihat kenyataan di lapangan pada saat apel belum di mulai, semua atlet terlihat akrab dengan orang-orang yang berada di sekitarnya dan menjalin hubungan baik dengan siapapun termasuk dengan teman-teman beda cabang olahraga. Hal ini dapat dijelaskan apabila seorang atlet dapat secara cepat beradaptasi dengan orang baru yang dikenalnya dan tidak ada rasa malu untuk memulai berbicara, maka akan memunculkan motivasi berprestasi. Sebaliknya jika seorang atlet tidak dengan cepat mengkondisikan dirinya di tempat dan suasana yang baru maka akan menekan motivasi berprestasi.

77 Aspek kemampuan menerima kritik adalah bagian dari seseorang yang berkaitan dengan bagaimana menerima kritikan menjadi hal yang positif. Sebagian besar dari atlet tersebut ketika mendapatkan sebuah kritikan untuk dirinya, tidak membantahnya dan menerima kritikan terebut. Hal ini dapat dijelaskan apabila seorang atlet dengan lapang dada menerima sebuah kritikan dari orang lain untuk mengembangkan dirinya, maka akan memunculkan motivasi berprestasi. Sebaliknya jika seorang atlet mudah tersinggung dan menolak sebuah kritikan maka akan menekan motivasi berprestasi. Menurut Setyobroto (1989, h. 51) kepercayaan diri adalah modal utama seseorang untuk maju ketahap yang lebih tinggi, karena prestasi yang tinggi akan di capai dengan sendirinya yang di dasari kepercayaan diri dalam dirinya. Kepercayaan diri berpengaruh terhadap prestasi yang akan di perolehnya. Percaya pada diri sendiri akan mampu mengambil keputusan dan bertanggung jawab. Hasil penelitian terhadap variabel motivasi berprestasi diperoleh Mean Empirik (Me) sebesar 115,60 dengan Standar Deviasi Empirik (SDe) sebesar 9,116 dan Standar Deviasi Hipotetik (SDh) sebesar 18 sedangkan Mean Hipotetik (Mh) sebesar 90 sehingga dapat dilihat bahwa motivasi berprestasi atlet PPLP Jawa Tengah tergolong dalam kategori tinggi. Hasil penelitian untuk variabel interaksi sosial diperoleh Mean Empirik (Me) sebesar 97,61 dengan Standar Deviasi Empirik (SDe) sebesar 8,068 dan Standar Deviasi Hipotetik (SDh) sebesar 15

78 sedangkan Mean Hipotetik (Mh) sebesar 75 sehingga dapat dilihat bahwa interaksi sosial atlet PPLP Jawa Tengah tergolong dalam kategori tinggi. Hasil penelitian pada variabel kepercayaan diri diperoleh Mean Empirik (Me) sebesar 96,97 Standar Deviasi Empirik (SDe) sebesar 8,490 dan Standar Deviasi Hipotetik (SDh) sebesar 15,5 sedangkan Mean Hipotetik (Mh) sebesar 77,5 sehingga dapat dilihat bahwa kepercayaan diri atlet PPLP Jawa Tengah tergolong dalam kategori tinggi. Adapun kelemahan yang mungkin dapat mempengaruhi penelitian ini yaitu: 1. Dalam proses pengisian skala, tidak semua atlet didampingi oleh peneliti karena skala dititipkan oleh pelatih sesuai cabang olahraga dan diberikan pada hari yang sama sehingga peneliti tidak dapat mengontrol jalannya pengisian skala seluruhnya. Hal itu terjadi karena jadwal latihan yang padat. Selain itu, apabila responden tidak memahami istilah yang ada dalam skala penelitian, peneliti tidak bisa memberi penjelasan. 2. Peneliti mengalami hambatan ketika pengambilan data, ada beberapa atlet dalam satu cabang olahraga yang tidak ikut dalam latihan pada hari itu, sehingga peneliti harus mencari hari lain untuk mengambil data.