BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN DALIL

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam mempersiapkan manusia yang berkualitas bagi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Simpulan hasil penelitian model pembelajaran proyek berbasis lingkungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar merupakan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. dasar manusia. Pendidikan pada masa kini merupakan hal pokok yang wajib untuk

pembelajaran berbahasa dan kegiatan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari karena antara satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan yang erat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. gambaran mengenai Implementasi Muatan Lokal Kurikulum Tingkat Satuan

II. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

I. PENDAHULUAN. menghadapi kehidupan nyata sehari-hari di lingkungan keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Kondisi Empiris Perkuliahan Strategi Pembelajaran Selama ini

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bidang pembangunan yang dapat perhatian serius dari pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini telah menjadi perhatian yang sangat besar

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kualitas pendidikan ditentukan oleh kualitas guru. Sebaik apapun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada model pembelajaran yang di lakukan secara masal dan klasikal, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dengan keadaan alam yaitu dengan cara mencari tahu tentang alam secara

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan pendidikan tidak dapat dipisahkan, sebab pendidikan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat dan Pendidikan, Rajawali Pres, Jakarta, 2011, hlm. 266.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Elin Asrofah Qobtiah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH.. ABSTRAK... DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN..

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini adalah anak yang unik, dan memiliki karakteristik khusus,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. berdasarkan pada fenomena alam. Ada tiga hal yang berkaitan dengan kimia

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir ini sekaligus bab penutup peneliti akan mengemukakan tiga

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui Departemen

PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tia Agnesa, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Salah satu keterampilan berbahasa yaitu menulis.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdahulu yang relevan dengan variabel-variabel yang diteliti sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari IPA yang secara khusus mempelajari tentang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dalam bab keempat, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. penting, karena melalui pendidikan dapat meningkatkan sumber daya manusia melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sains pada hakekatnya dapat dipandang sebagai produk dan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

I. PENDAHULUAN. terbangunnya sebuah peradaban suatu bangsa. Pendidikan di Indonesia banyak

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang tidak bisa hilang selama kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini telah. membawa berbagai perubahan hampir di setiap aspek kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi berkembangan IPTEK yang semakin berkembang pesat, sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mewujudkan pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN. empat aspek keterampilan yang terbagi dalam dua kelompok, yakni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelaksanaan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan. Oleh karena itu kiranya tidaklah terlalu berlebihan bila dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. mendukung lancarnya proses belajar mengajar disekolah. Seperti yang dikemukakan Norris

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jurnal Ilmiah Sains, Teknologi, Ekonomi, Sosial dan Budaya Vol. 2 No. 2 Mei 2018

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang diharapkan. Sadar pentingnya ketrampilan proses sains pada anak akan semakin

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan, tentu dalam rangka penataan yang terus dilakukan untuk mencapai

2015 PENERAPAN METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) DENGAN MEDIA KARTU PELENGKAP DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA TEKS CERITA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kunci utama bagi kemajuan suatu bangsa. manusia melalui peningkatan kualitas pendidikan. Undang-Undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran adalah teori belajar konstruktivisme. Piaget (dalam Dahar, 1989:

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anita Novianti, 2013

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATANKONSTRUKTIVISME TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN FUNGSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

300 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI Bab V ini merupakan penutup dari keseluruhan bab. Dalam bagian ini akan dikemukakan 3 (tiga) hal, yakni simpulan hasil penelitian, implikasi, dan rekomendasi. A. Simpulan Mengacu pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan, dapat dikemukakan simpulan penelitian sebagai berikut: 1. Kondisi pembelajaran fiqh di Madrasah Aliyah Kabupaten Bandung selama ini Berdasarkan hasil studi pendahuluan disimpulkan bahwa pembelajaran fiqh di Madrasah Aliyah Kabupaten Bandung masih belum seimbang antara tuntutan proses dan hasil pembelajaran. Dari sudut proses, pembelajaran lebih terpusat pada guru, siswa kurang diberikan kesempatan untuk terlibat secara aktif mengeksplorasi potensi dan kemampuannya. Dari sudut hasil, hasil pembelajaran siswa belum mencerminkan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran fiqh. Pengetahuan ushul fiqh yang mestinya dibelajarkan kepada siswa sebagai landasan awal pembelajaran fiqh tidak diberikan. Model-model pembelajaran yang biasa digunakan guru lebih bersifat ekspositoris, kurang mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa. Pembelajaran cenderung mengarahkan siswa pada kegiatan pembelajaran menerima informasi dan menghafal konsep, fakta atau prinsip; sedangkan pengembangan keterampilan berpikir kritisnya kurang. Hal ini cukup menjadi alasan tentang perlunya mengembangkan model pembelajaran yang bisa mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa sehingga siswa dapat berfiqh secara bertanggung jawab karena berpikir kritis adalah salah satu tuntutan kurikulum mata pelajaran fiqh di Madrasah Aliyah. 2. Pengembangan model pembelajaran Mengacu kepada hasil studi pendahuluan, maka upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran fiqh dalam penelitian ini, dikembangkan model pembelajaran untuk meningkatkan berpikir Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan 300 Berpikir Kritis Siswa

301 kritis. Desain model pembelajaran yang dikembangkan diidentifikasi melalui beberapa hal, yaitu; tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, prosedur pembelajaran, dan evaluasi. Tujuan yang ingin dicapai melalui implementasi model pembelajaran fiqh ini adalah memberikan kesempatan seluas-seluasnya kepada siswa untuk melakukan aktivitas deskripsi, analisis, dan evaluasi untuk tercapainya kemampuan berpikir kritis. Model pembelajaran yang dikembangkan difokuskan dalam upaya meningkatkan kualitas proses yang konstruktivistik dan hasil pembelajaran yang optimal dalam bentuk kemampuan berpikir kritis. Model pembelajaran dikembangkan mengacu pada teori pembelajaran konstruktivisme. Pengembangan materi pembelajaran diarahkan pada pengembangan materi berdasarkan pengembangan kompetensi dasar. Pengembangan prosedur pembelajaran diarahkan pada upaya pencapaian tujuan pembelajaran dalam bentuk pengembangan kemampuan berpikir kritis dan analisisnya. Sedangkan pengembangan evaluasi pembelajaran diarahkan pada pengembangan instrumen penilaian yang mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran fiqh. Sintaks pembelajaran yang dikembangkan dilakukan melalui tiga tahapan; kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Kegiatan pendahuluan, meliputi motivasi, komunikasi tujuan pembelajaran, dan scaffolding. Kegiatan inti, meliputi kegiatan pembelajaran deskripsi, analisis dan evaluasi. Kegiatan akhir, meliputi konfirmasi deskripsi, konfirmasi analisis, dan konfirmasi evaluasi. Ketiga fase kegiatan pembelajaran ini dirucutkan pada upaya mengembangkan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran fiqh. Aspek lain yang dikembangkan adalah aspek diri siswa (raw input), kinerja guru (kompetensi dan profesionalismenya), setting lingkungan belajar, instrumental input seperti perencanaan pembelajaran, sumber belajar, sarana dan prasarana pembelajaran, media pembelajaran, dan alat peraga, dan lain-lain. 3. Efektivitas model pembelajaran yang dikembangkan Model pembelajaran yang dikembangkan ini ternyata lebih efektif dari model pembelajaran yang selama ini digunakan. Hal ini terbukti berdasarkan hasil uji validasi bahwa siswa yang belajar dengan model pembelajaran ini (kelompok eksperimen) menunjukkan hasil belajar yang jauh lebih baik dari pada siswa yang

302 belajar dengan model biasa (kelompok kontrol). Siswa mampu menunjukkan kemampuan deskripsi, analisis dan evaluasinya dengan baik. Model ini juga terbukti mampu mendorong kinerja guru menjadi lebih kreatif, inovatif, dan produktif dalam mengelola pembelajaran; mampu menciptakan efektivitas dan efesiensi waktu untuk kegiatan belajar siswa secara maksimal. Selain itu, model yang dikembangkan ini tidak membutuhkan material cost yang tinggi. Pendek kata, model ini layak digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis. 4. Faktor pendukung dan penghambat Keberhasilan model pembelajaran yang dikembangkan ini secara signifikan didukung oleh beberapa faktor, yaitu guru dengan latar belakang pendidikan, kompetensi profesionalismenya, pengalaman mengajar dan kinerjanya; siswa dengan kesiapan belajar dan keterlibatan aktif dalam pembelajaran; dan ketersediaan fasilitas belajar, dan lingkungan madrasah. Semua guru fiqh Madrasah Aliyah berlatar belakang pendidikan S1. Kompetensi profesionalismenya cukup memadai, pengalaman mengajarnya di atas lima tahun, dan mereka menunjukkan kinerja yang baik. Siswa menunjukkan kesiapan dan keaktifannya dalam proses pembelajaran. Fasilitas pembelajaran cukup memadai untuk berlangsungnya pembelajaran. Demikian pula lingkungan madrasah menunjukkan suasana yang kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Adapun faktor penghambat keberhasilan model pembelajaran ini adalah kurangnya pengetahuan dasar siswa tentang ushul fiqh. Ushul fiqh merupakan dasar berpikir fiqh. Dengan kurangnya pengetahuan ushul fiqh maka siswa mengalami kendala dalam melakukan aktivitas berpikir kritis dalam pembelajaran fiqh. Penghambat lainnya adalah kurangnya rujukan materi pembelajaran fiqh yang tersedia di perpustakaan selain buku-buku paket pelajaran. Buku-buku fiqh di perpustakaan lebih banyak berupa buku-buku paket mata pelajaran fiqh. Hal ini dapat mengurangi wawasan berpikir, berargumen, dan mereduksi keluasan siswa membaca sumber-sumber materi pembelajaran yang seharusnya menjadi pendukung pembelajarannya.

303 B. Implikasi Penelitian tentang model pembelajaran yang dikembangkan ini memunculkan implikasi teoretik maupun praktik sebagai berikut: 1. Implikasi Teoretik. a. Pembelajaran akan efektif jika siswa sebagai subjek belajar mengkonstruksi pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman yang pernah dimilikinya. Hal ini sejalan dengan teori konstruktivisme yang menekankan pembelajaran pada aktivitas konstruksi pengetahuan oleh subjek belajar. Teori belajar Kontruktivisme (Ruseffendi, 1988: 132) memandang bahwa: Belajar berarti mengkontruksikan makna atas informasi dari masukan yang masuk ke dalam otak; Peserta didik harus menemukan dan mentransformasikan informasi kompleks ke dalam dirinya sendiri; Peserta didik sebagai individu yang selalu memeriksa informasi baru yang berlawanan dengan prinsip-prinsip yang telah ada dan merevisi prinsipprinsip tersebut apabila sudah dianggap tidak bisa digunakan lagi; Peserta didik mengkontruksikan pengetahuannya sendiri melalui interaksi dengan lingkungannya. Teori ini menetapkan empat asumsi tentang belajar, yaitu: Pengetahuan secara fisik dikonstruksikan oleh peserta didik yang terlibat dalam belajar aktif; Pengetahuan secara simbolik dikonstruksikan oleh peserta didik yang membuat representasi atas kegiatannya sendiri; Pengetahuan secara sosial dikonstruksikan oleh peserta didik yang menyampaikan maknanya kepada orang lain; Pengetahuan secara teoritik dikonstruksikan oleh peserta didik yang mencoba menjelaskan obyek yang tidak benar-benar dipahaminya. Model pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini secara tegas mengacu pada teori konstruktivisme tersebut. b. Pembelajaran akan efektif jika komponen-komponen sistem pembelajaran saling berinterkasi secara baik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam perspektif analisis system, pembelajaran hakekatnya adalah interaksi antara komponen-komponen sistem untuk sebuah tujuan. Komponen sistem itu adalah siswa dengan berbagai karakteristik intrinsiknya, instrumental input

304 yakni segala sesuatu yang didesain secara sengaja untuk kepentingan pembelajaran (seperti kurikulum, sarana dan fasilitas pembelajaran, media, dan lain), environmental input seperti lingkungan kelas dan sekolah yang kondusif, dan proses yakni implementasi pembelajaran itu sendiri (Abin Syamsuddin, 1987: 9). Model pembelajaran untuk meningkatkan berpikir kritis dalam penelitian ini efektif digunakan pada proses pembelajaran selanjutnya bila komponen-komponen sistem pembelajaran tersebut berjalan dengan baik dan saling berinteraksi secara positif. c. Pembelajaran dikatakan efesien jika pembelajaran tidak memerlukan dukungan sarana, biaya, dan waktu yang besar atau mahal. Betapapun bagus dan idealnya suatu disain dan implementasi model pembelajaran, manakala menuntut peralatan, sarana, dan prasarana yang sangat khusus serta mahal pula harganya, maka disain dan implementasi model tersebut dapat dikatakan tidak efisien dan sukar untuk dilaksanakan pada lembaga yang memiliki keterbatasan. Implementasi model pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini, dirancang untuk dapat digunakan dalam segala keterbatasan. d. Pembelajaran akan lebih efektif jika didukung oleh kinerja guru yang maksimal. Guru harus memaksimalkan perannya sebagai motivator, komunikator, fasilitator dan peran-peran lainnya. Kinerja guru yang maksimal akan mengantarkan guru melaksanakan proses pembelajaran secara efektif dan produktif. Pembelajaran tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan, teori-teori, dan konsep-konsep, tetapi merupakan upaya untuk mengembangkan potensi, kecakapan, dan kepribadian siswa. Dengan demikian, guru berfungsi menciptakan situasi, memotivasi, mengarahkan, serta membimbing siswa dalam proses pembelajaran. 2. Implikasi Praktik Implikasi praktik dari penelitian model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa yang dikembangkan ini adalah sebagai berikut: a. Model pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini mampu menciptakan efektivitas waktu untuk menyampaikan materi pembelajaran

305 fiqh. Materi pembelajaran dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Siswa secara individual maupun kelompok mampu belajar secara kritis dan aktif dengan menunjukkan kemampuan deskripsi, analisis dan evaluasi dengan baik. Hal ini dapat terwujud karena dalam implementasi pembelajarannya didesain dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran fiqh. b. Model pembelajaran ini mampu menciptakan proses pembelajaran yang lebih terkonsentrasi. Hal ini dimaklumi karena model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran fiqh, maka secara positif model ini berkontribusi terhadap kualitas proses pembelajaran yang dilakukan siswa. Siswa lebih aktif, kreatif dan kritis. Hal ini ditunjukkan oleh aktivitas mereka dalam melakukan deskripsi, analisis dan evaluasi. Model pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini membangkitkan keterlibatan seluruh siswa untuk aktif dalam upaya meningkatkan keterampilan berpikir kritis mereka dalam pembelajaran Fiqh. Guru dalam model ini bertindak sebagai fasilitator pembelajaran yang mampu mengendalikan seluruh siswa dalam upaya terciptanya proses pembelajaran yang diharapkan. Dengan demikian, penerapan model pembelajaran ini lebih memunculkan aktivitas belajar siswa yang terkonsentrasi. c. Model pembelajaran yang dikembangkan ini mampu menumbuhkan aktivitas pembelajaran yang lebih terkontrol. Model pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini mempermudah guru untuk mengontrol aktivitas pembelajaran. Dalam implementasi model pembelajaran ini, guru sangat mudah untuk mengontrol keterlibatan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, bahkan guru dapat dengan mudah mengontrol kompetensi kemampuan berpikir kritis siswa. Karena siswa secara langsung dalam proses pembelajaran didorong untuk melakukan deskripsi, analisis dan evaluasi terhadap materi pembelajaran yang dibahas. Di samping itu, dalam aktivitas pembelajaran relatif tidak terganggu, karena siswa tetap

306 terkonsentrasi dalam proses pembelajaran akibat dilakukannya proses pembelajaran yang melibatkan seluruh siswa untuk aktif. d. Penggunaan model pembelajaran ini dapat mengantarkan proses dan hasil pembelajaran yang lebih optimal. Karena secara sistemik, model ini mampu menggerakan semua komponen sistem pembelajaran untuk saling mendukung dan berinteraksi. Penggunaan model pembelajaran ini menuntut guru untuk kreatif dan inovatif dalam kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini, guru dituntut agar membuat desain pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Implementasi model pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini tidak terlalu membutuhkan sarana dan fasilitas khusus. Namun kelengakapan sarana dan prasarana akan memberikan kontribusi yang positif bagi peningkatan proses dan hasil pembelajaran. C. Rekomendasi Berpijak pada simpulan dan implikasi penelitian di atas, ada beberapa rekomendasi yang perlu dikemukakan. 1. Pengembangan kurikulum dan pembelajaran fiqh di Madrasah Aliyah seyogyanya menonjolkan aspek keterampilan berpikir kritis siswa. Karena keterampilan berpikir kritis pada hakekatnya adalah tuntutan kurikulum Madrasah Aliyah yang harus diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Keterampilan berpikir kritis harus menjadi tujuan pembelajaran yang secara eksplisit dituangkan dalam tujuan kurikulum mata pelajaran fiqh. Untuk pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran fiqh diperlukan landasan pengetahuan ushul fiqh. Oleh karena itu ushul fiqh perlu dibelajarkan kepada siswa Madrasah Aliyah. 2. Guru fiqh di Madrasah Aliyah sebagai penanggungjawab dan pelaksana kurikulum fiqh di madrasah seyogyanya mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif dan produktif untuk tercapainya proses dan hasil belajar fiqh yang optimal. Mereka hendaknya menyadari bahwa model pembelajaran yang saat ini dilaksanakan belum mampu menciptakan proses dan hasil belajar yang optimal, terutama dalam pencapaian tujuan

307 pembelajaran berpikir kritis siswa. Hasil pengembangan model pembelajaran ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk mengoptimalkan proses dan hasil pembelajaran fiqh. 3. Kepala madrasah memiliki tanggung jawab dalam mengendalikan mutu pendidikan madrasah, terutama dalam meningkatkan mutu pembelajaran melalui pengembangan dan penelitian yang dilakukan guru, termasuk di dalamnya pengembangan model pembelajaran dalam rangka meningkatkan proses dan hasil pembelajaran fiqh. 4. Penelitian dan pengembangan model pembelajaran fiqh untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis di Madrasah Aliyah di Kabupaten Bandung tentu masih ada kekurangan dan memiliki keterbatasan. Oleh karena itu disarankan kepada peneliti lainnya agar melakukan penelitian-penelitian lebih lanjut tentang persoalan ini. Rekomendasi yang dianggap penting, antara lain; Pertama, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai topik yang sama dengan sampel yang lebih luas. Kedua, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai topik yang sama dengan sampel yang lebih luas lagi, yaitu; di madrasah-madrasah aliyah lain, sekolah-sekolah umum, perguruan tinggi islam. Ketiga, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan pengembangan model pembelajaran fiqh dengan desain yang berbeda untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan terkait dengan pengembangan kurikulum fiqh dan implementasinya.