VI. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan pada bab

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

BAB I PENDAHULUAN. fungsi-fungsi dasar manajemen lainnya yaitu perencanaan dan pelaksanaan.

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA INSPEKTORAT KOTA SALATIGA TAHUN 2017

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

INOVASI OPTIMALISASI KAPASITAS APIP KLINIK KONSULTASI GOOD & CLEAN GOVERNMENT INSPEKTORAT KOTA YOGYAKARTA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

I. PENDAHULUAN. salah satu upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. secara berlapis-lapis, seperti BPK, BPKP, Inspektorat Jenderal, Inspektorat

ANALISIS GAMBARAN TUPOKSI SKPD INSPEKTORAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang penting dalam

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Tujuan dari penelitian ini ialah menganalisis faktor-faktor penyebab

Rencana Strategis Tahun

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 86 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR AUDIT APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH (APIP) KABUPATEN BADUNG

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Inspektorat Daerah Kabupaten Kulon Progo

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Inspektorat Kabupaten Lombok Barat BAB I PENDAHULUAN

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

tugas melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian

Governance) diperlukan adanya pengawasan yang andal melalui sinergitas

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengendalian intern merupakan salah satu alat bagi manajemen

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan, dalam penyelenggaraan

PENGAWASAN TAHUN 2015

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. adil dan transparan haruslah disikapi dengan sistematis dan serius. Dengan adanya

PEMERINTAH KOTA DENPASAR INSPEKTORAT Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

PROFIL INSPEKTORAT KOTA SERANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Audit Kinerja. Pedoman.

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dalam perwujudan good government governance di Indonesia


BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA,

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUASIN INSPEKTORAT KABUPATEN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

BAB I P E N D A H U L U A N

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BAB I PENDAHULUAN. otonomi seluas-luasnya dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

WALIKOTA TASIKMALAYA

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN I N S P E K T O R A T Jalan A. Yani Nomor 17 Telp. (0517) KANDANGAN 71211

BAB I PENDAHULUAN. intern daerah yang bersangkutan Badan Pengawas Daerah (BAWASDA).

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH

BAB I PENDAHULUAN. aparatur pemerintah yang berkompeten dalam menjalankan tugas sebagai fungsi

Laporan Kinerja Inspektorat Kabupaten Buleleng Tahun Anggaran 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 22/MENHUT-II/2010 TENTANG PEDOMAN AUDIT KINERJA LINGKUP KEMENTERIAN KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

INSPEKTORAT KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR

DRAFT BAB I PENDAHULUAN

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 20 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Inspektorat Daerah Kabupaten Kulon Progo

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 INSPEKTORAT KOTA BOGOR

Rencana Kinerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. menemukan temuan yang memuat permasalahan, yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN RENJA INSPEKTORAT KABUPATEN GRESIK 2018

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 55 TAHUN 2008

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2017

DPR menjadi parlemen moden. Sistem Pendukung

KATA PENGANTAR. Inspektorat Daerah Kabupaten Barru

menyelesaikan tindak lanjut rekomendasi Pihak Eksternal tepat waktu.

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merupakan suatu gangguan terhadap pemeriksa, bila sikap kebebasan

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG

DAFTAR GAMBAR. Gambar 1.1 Keterkaitan Dokumen Perencanaan

INSPEKTORAT AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) telah menegaskan bahwa dalam

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 14 TAHUN 2017

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 53 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

Transkripsi:

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa kinerja Inspektorat Kota Bandar Lampung belum optimal dalam upaya mencegah terjadinya segala bentuk penyelewengan keuangan daerah di Pemerintah Kota Bandar Lampung. Secara rinci berikut disajikan pencapaian kinerja Inspektorat Kota Bandar Lampung : 1. Kinerja Input Inspektorat Kinerja input dalam pelaksanaan kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh inspektorat dalam upaya pencegahan penyelewengan keuangan daerah belum berjalan dengan optimal. Hal ini terlihat dari masih kurangnya kompetensi aparatur inspektorat dalam mengawasi setiap satuan kerja dan jumlah aparatur yang dimiliki masih minim, sarana dan prasarana yang kurang memadai, anggaran yang masih minim, serta belum adanya peraturan untuk penguatan keberadaan inspektorat sebagai pengawas internal yang secara struktural berada di bawah kepala daerah. 2. Kinerja Proses Kinerja proses inspektorat memang telah terencana dengan baik dan tersistematis. Hal ini terlihat dengan adanya Program Kerja Pengawasan Tahunan yang disusun

145 sebelum melaksanakan kegiatan pengawasan, serta adanya indikator-indikator pencapaian kerja yang diikuti dengan program-program untuk mencapai sasaransasaran strategis yang telah ditentukan. Namun kinerja proses belum terlaksana dengansesuai dengan yang diharapkan karena dalam pelaksanaan pengawasan yang dilakukan masih terkendala dengan kinerja input yang belum optimal. Selain itu, belum ada ketetapan waktu yang ditentukan untuk melaksanakan kegiatan pengawasan sehingga terkadang proses pemeriksaan berlarut-larut. 3. Kinerja Output Kinerja output inspektorat belum semuanya tercapai sesuai dengan target. Hal ini terlihat pada pencapaian kinerja sasaran I dalam upaya menindaklanjuti kasuskasus hasil rekomendasi temuan BPK hanya mampu mencapai setengah dari target yang ditentukan. Sedangkan dalam pencapaian kinerja sasaran II dalam upaya peningkatan kapabilitas APIP hanya memenuhi dua elemen dari enam elemen penilaian BPKP Perwakilan Provinsi Lampung. 4. Kinerja Outcome Kinerja outcome Insektorat Kota Bandar Lampung belum berfungsi secara optimal dalam penyelenggaraan pemerintahan. Hal ini terlihat dari masih maraknya penyimpangan dalam pemberian pelayanan publik. Memang status WTP yang diraih selama lima kali berturut-turut memberikan citra baik terhadap Pemerintah Kota Bandar Lampung. Namun status WTP hanyalah suatu predikat yang menunjukkan bahwa instansi-instansi Pemerintah Kota Bandar Lampung taat administrasi dalam pengelolaan anggaran daerah. Status tersebut tidak serta merta menjadikan penyelenggaraan pembangunan bebas dari berbagai bentuk

146 penyelewengan. Oleh karena itu, indeks integritas Pemerintah Kota Bandar Lampung masih berada pada urutan bawah diikuti dengan jumlah SKPD yang banyak berada pada zona merah. Kendala-Kendala yang Dihadapi Oleh Inspektorat Kota Bandar Lampung Dalam Upaya Pencegahan Penyelewengan Keuangan Daerah Di Pemerintah Kota Bandar Lampung yaitu : 1. Sumber daya Manusia Sumber daya manusia yang dimiliki oleh inspektorat masih minim. Minimnya kuantitas sumber daya manusia tersebut terlihat dari jumlah aparatur fungsional yang bertugas sebagai auditor dan tenaga pemeriksa yang masih kurang dari jumlah ideal. 2. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang dimiliki juga masih minim terkhusus untuk sarana mobilitas tenaga pemeriksa serta laptop untuk keperluan audit. 3. Anggaran Jumlah anggaran yang diperoleh inspektorat juga masih minim sehingga terkadang kasus-kasus yang telah terdaftar di Surat Perintah Tugas (SPT) inspektorat tidak dapat segera ditindaklanjuti karena kekurangan dana. Kasuskasus tersebut kemudia diperiksa dan ditindaklanjuti di tahun anggaran berikutnya.

147 4. Stuktur Organisasi Secara struktural inspektorat dan satuan kerja yang menjadi obyek pemeriksaan inspektorat berada di bawah walikota sehingga hal ini mempengaruhi obyektifitas pengawasannya, karena selain inspektorat dituntut untuk mengawasi penyelenggaraan pemerintah oleh satuan kerja juga menjaga nama baik walikota 5. Kultur Sepuluh budaya malu yang ditetapkan oleh inspektorat belum sepenuhnya ditaati oleh aparatur inspektorat karena pada saat jam kerja masih ada pegawai yang tidak melaksanakan tugasnya dengan baik 6. Adanya Pihak Ketiga Adanya pihak ketiga seperti kontraktor yang turut mengambil keuntungan pribadi bersama dengan aparatur pelayan publik menjadikan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di Kota Bandar Lampung masih sarat dengan tindakan penyelewengan. B. Saran Adapun saran yang direkomendasikan untuk mengoptimalkan kinerja Inspektorat Kota Bandar Lampung dalam upaya pencegahan penyelewengan keuangan daerah di Pemerintah Kota Bandar Lampung yaitu: 1. Pentingnya peningkatan kualitas dan kuantitas aparatur Inspektorat Kota Bandar Lampung. Peningkatan tersebut dapat ditempuh dengan perekrutan aparatur inspektorat yang berkompetensi sebagai auditor. Jika itu terjadi, akan didapat orang-orang yang lebih kompeten karena menguasai audit kinerja dan

148 keuangan. Selain itu juga akan menjamin kapabilitas, pegawai inspektorat dan pimpinannya karena berkompetensi sebagai auditor. Disamping itu juga tetap dibarengi dengan pelatihan, pembinaan disiplin kerja serta peningkatan pemahaman dan pengetahuan aparatur Inspektorat Kota melalui sosialisasi peraturan bagi para aparatur di lingkungan Pemerintah Kota Bandar Lampung. 2. Penambahan sarana dan prasarana seperti laptop serta sarana untuk mobilitas para aparatur pemeriksa dalam melaksanakan kegiatan pengawasan, sehingga kegiatan pengawasan yang dilakukan dapat secara menyeluruh dengan waktu yang singkat. Selain itu, juga perlu penambahan dana dari pemerintah untuk kegiatan pengawasan, karena pengawasan merupakan salah salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pengelolaan daerah dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. 3. Pentingnya suatu peraturan untuk penguatan keberadaan Inspektorat Kota Bandar Lampung dalam menjalankan tugasnya sebagai pengawas internal, sehingga kedudukan inspektorat tidak lagi berada dalam posisi sub ordinat dari pimpinan tertinggi di instansi pemerintah yang bersangkutan seperti menteri, gubernur, bupati maupun walikota. Inspektorat berada di bawah unit baru yakni Inspektorat Nasional, yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Dengan cara seperti itu, inspektorat diyakini bisa independen dan profesional. 4. Untuk menindaklanjuti dan dapat segera menyelesaikan rekomendasi hasil pengawasan baik rekomendasi temuan aparat pengawas fungsional (pemerintah/ intern dan ekstern) maka perlu dilakukannya koordinasi dengan

149 Satuan Kerja Perangkat daerah SKPD dan penanganan secara terus-menerus dengan menunjuk petugas/unit untuk menangani masalah penyelewengan tersebut. 5. Meningkatkan pembinaan Pegawai Negeri Sipil (PNS) secara berkala sehingga tidak ada lagi kasus-kasus yang melibatkan PNS. Selain itu, sosialisasi akan bahaya laten korupsi penting dilakukan ke seluruh lapisan masyarakat, sehingga pemerintah dan masyarakat dapat saling bekerjasama untuk mewujudkan good government dan clean government.