BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. diri sendiri dan tanpa tanggung jawab untuk keselamatan atau kebahagiaan dirinya

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling

I. PENDAHULUAN. usaha di negara lain. Untuk menghadapi era globalisasi ini diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. warganya belajar dengan potensi untuk menjadi insan insan yang beradab, dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus dilaksanakan sebaik mungkin, sehingga akan diperoleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Menurut Djamarah (2000: 22) Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang semakin cepat menuntut sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Isni Agustiawati,2014

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadi-pribadi manusia yang

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, serta orang tua. Menurut Dimyati dan Mujiono (2006: 7),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal yang terpenting untuk. mempersiapkan kesuksesan seseorang dimasa depan, salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan teknologi mempercepat modernsasi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan dan teknologi serta mampu bersaing pada era global ini.

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah lembaga formal tempat dimana seorang siswa menimba ilmu dalam

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang mencetak tenaga kerja mempunyai tanggung jawab dalam

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa

Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Kerangka Ilmu Pendidikan. Siti Fatimah, S.Psi., M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional pada Undang- Undang RI No. 20 tahun 2003, Triana, 2015:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan gerakan, tidak sekedar sikap atau ucapan. berusaha mewujudkan dalam perbuatan dan tindakan sehari hari.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dari manusia, untuk manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beralihnya masyarakat kita dari masyarakat yang masih sederhana

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terus diupayakan melalui pendidikan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk merubah suatu bangsa ke arah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

Tugas Bimbingan dan Konseling

BAB I PENDAHULUAN. memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan lembaga formal yang secara khusus di bentuk untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan

KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING. By: Asroful Kadafi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan karena banyaknya siswa yang kurang disiplin di sekolah. Menurut

2016 HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas,

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

FAKTOR SOSIOLOGIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI KELAS X SMA PGRI 1 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapinya dan mampu untuk melakukan sesuatu yang baru. untuk menunjang kemajuan kehidupan, baik bagi diri dan bangsanya.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya. Pengetahuan ini dapat juga disebut sebagai pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 3

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat. Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan

PENGARUH AKTIVITAS SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRA KURIKULER DAN KEDISIPLINAN MENGIKUTI KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah satu-satunya cara untuk menciptakan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia yang. berkualitas, dengan begitu perkembangan yang ada dapat dikuasai,

BAB I PENDAHULUAN. sistematis, rasional, dan kritis terhadap permasalahan yang dihadapi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

I. PENDAHULUAN. belajar yang baik secara langsung maupun tidak langsung menjadi dasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan bagi kehidupan manusia di era global seperti saat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sangat dibutuhkan perhatian

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk mengerjakan sesuatu sendiri, melainkan orang tua harus menemani dan memberi bimbingan sampai ia mencapai usia yang cukup untuk bertanggung jawab. Bimbingan itu meliputi bimbingan pribadi, sosial, dan karier. Bimbingan belajar sebaiknya diberikan orang tua sejak dini. Usia dini merupakan kesempatan emas bagi anak untuk belajar (golden age). Oleh karena itu kesempatan ini hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk proses belajar anak. Namun demikian, satu hal perlu mendapatkan perhatian bahwa orientasi belajar anak yang sesungguhnya adalah mengembangkan rasa tanggung jawab belajar. Setiap orang tua harus memperhatikan karakteristik anak. Anak akan mendapat pengertian mengenai pentingnya sikap bertanggung jawab melalui interaksi sehari-hari dengan orang tua, guru, dan teman-teman sebaya. Jika orang tua dan guru bisa menyadari bahwa anak akan membuat kesalahan dan karenanya perlu diberitahu apa kesalahan serta alternatif yang bisa mereka ambil, maka bisa dipastikan anak akan tumbuh dewasa dengan rasa tanggung jawab yang kuat. Terlebih apa yang ditunjukkan itu mengenai belajar, maka akan tumbuh rasa tanggung jawab belajar yang benar. Orang tua harus menyediakan waktu, perhatian, dukungan, dan itikad baik agar anak tidak kecewa. Dengan demikian anak dapat mengembangkan mental dan meningkatkan keterampilan untuk melakukan pekerjaan atau tugasnya.

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Memiliki rasa tanggung jawab erat kaitannya dengan prestasi di sekolah. Tanggung jawab anak yang telah ditanamkan dan diterimanya sejak dini dari orang tua akan sangat membantu berlangsungnya kegiatan belajar anak di sekolah dan akan memperoleh hasil belajar yang memuaskan semua pihak, untuk dapat memiliki sikap tanggung jawab tidak hanya di peroleh begitu saja, dibutuhkan usaha dan belajar secara giat dan berkesinambungan. Sehingga, dikemudian hari ketika anak akan memasuki dunia sekolah dia sudah memiliki bekal sikap dan kemampuan yang kompleks. Berhasil tidaknya mereka di sekolah sangat ditentukan dengan bagaimana cara mereka memandang dan mematuhi setiap peraturan dan tata tertib yang berlaku disekolah, serta bagaimana sikap mereka dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Jika anak sudah terbiasa memiliki rasa tanggung jawab dan banyak menerima dorongan dan motivasi dari orang tua maka akan sangat lebih mudah bagi guru di sekolah untuk memberikan dukungan positif dalam mengembangkan pengetahuan dan berbagai macam kegiatan belajar baik kegiatan di sekolah maupun di luar sekolah. Untuk mengembangkan pengetahuan diperlukan usaha yaitu belajar. Agar lebih efektif dalam belajar, setiap anak harus memiliki rasa tanggung jawab.

Oleh sebab itu, agar tanggung jawab belajar siswa disekolah dapat diterapkan, biasanya diperlukan peraturan-peraturan. Tujuannya adalah menjamin lancarnya proses belajar mengajar disekolah. Oleh karena itu setiap guru harus mampu menumbuhkan rasa tanggung jawab belajar siswa disekolah dan di dalam kelas. Namun, meskipun guru telah berusaha untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab belajar siswa disekolah, tetapi pada kenyataannya masih banyak siswa yang belum dapat melaksanakan tanggung jawab belajarnya. Perilaku seperti ini dapat disebabkan oleh teman, tugas sekolah, dan kebutuhan pribadinya. Perilaku menyontek disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : Karena adanya tekanan terlalu besar yang diberikan terhadap hasil belajar berupa angka atau nilai yang diperoleh siswa dalam ulangan, ujian dan sebagainya. Siswa yang memperoleh angka atau nilai tinggi mempunyai prestasi yang lebih baik dari pada yang rendah. Peluang untuk masuk ke sekolah lanjutan lebih besar dan mendapat penghargaan dari guru, dan orang tuanya. Keberhasilan belajar siswa tersebut tentunya menjadi motivasi siswa untuk berusaha memperoleh nilai tersebut, walaupun dengan cara tidak benar seperti menyontek. Karna kurangnya penerapan terhadap tanggung jawab belajar anak disekolah dan di rumah, sehingga mereka tidak mampu untuk membedakan tindakan mana yang benar dan yang salah untuk dikembangkan. Sifat jujur, taat, tanggung jawab dan lainnya hanya dapat dikembangkan jika siswa melihat sendiri kejujuran, kesetiaan dan sikap bertanggung jawab di dalam kehidupan orang tua, guru dan teman-teman yang lebih tua.

siswa beranggapan bahwa dengan menyontek mereka bisa mendapat nilai yang tinggi tanpa memandang tata tertib dan peraturan dan mengesampingkan sikap kejujuran dalam dirinya, dimana bahwa kejujuran sangat berperan penting dalam menumbuhkan sikap rasa tanggung jawab terhadap belajar dan pembentukan pola pikirnya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menyontek merupakan indikasi siswa kurang tanggung jawab dalam belajar. Oleh karena itu, masalah ini perlu mendapat perhatian guru. Manusia sebagai makhluk Tuhan, makhluk individu, juga merupakan makhluk sosial. Di mana dalam kehidupannya ada tanggung jawab, hak dan kewajiiban yang menuntut pengabdian dan pengorbanan. Tanggung jawab itu sendiri merupakan sifat yang mendasar dalam diri manusia. Tetapi bisa juga tergeser oleh faktor eksternal. Setiap individu memiliki sifat ini. Ia akan semakin membaik bila kepribadian orang tersebut semakin meningkat. Tanggung jawab akan selalu ada dalam diri manusia karena pada dasarnya setiap insan tidak terlepas dari kehidupan sekitar yang menuntut kepedulian dan tanggung jawab. Menurut Fadilah (2013:2) Tanggung Jawab yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, social, dan budaya), Negara dan Allah Yang Maha Esa. Inilah yang menyebabkan perbedaan tanggung jawab setiap individu berbeda. Tanggung jawab berkaitan erat dengan perasaan. Maksudnya disini yaitu

perasaan nurani kita, kata hati sangat besar pengaruhnya dalam mengarahkan sikap kita menuju hal yang positif. Berdasarkan pengamatan saya saat melaksanakan PPLT di bulan Agustus sampai November tahun 2014 dan informasi dari guru-guru mata pelajaran disekolah kenyataan yang terjadi saat dilapangan, masih banyak siswa yang kurang disiplin dan kurang memiliki rasa tanggung jawab belajar, masih banyak diantara mereka yang tidak membuat pekerjaan rumah (PR), tidak tepat waktu dalam menyerahkan tugas, mencontek, membolos dan masih banyak lagi perilaku siswa yang jelas-jelas merugikan dirinya sehingga siswa melalaikan tanggung jawabnya sebagai seorang pelajar. Hal seperti ini merupakan salah satu perilaku mendasar dalam pembentukan watak dan kepribadian siswa. Jika kebiasan ini tidak segera menemukan pemecahan masalahnya maka tujuan penedidikan nasional akan sulit terwujud. Faktor faktor penyebab yang berasal dari sekolah tentang tanggung jawab belajar adalah berhasil tidaknya seseorang dalam belajar yang disebabkan beberapa faktor baik yang berasal dari dalam diri siswa maupun dari luar dirinya. Menurut Slameto (2010:54) faktor-faktor penyebab yang berasal dari sekolah tentang tanggung jawab belajar adalah sebagai berikut: (1). faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu terdiri dari: (a) faktor jasmaniah, meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh (b) faktor psikologis, meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kesiapan belajar (c) faktor kelelahan, baik berupa kelelahan jasmaniah maupun kelelahan rohaniah (bersifat psikis). (2). faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar individu yang terdiri atas: (a) faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik anak, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, perhatian orang tua dan latar belakang kebudayaan (b) faktor sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru

dan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung dan tugas rumah (c) faktor masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat. Dari uraian di atas, sangat jelas bahwa banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor-faktor tersebut bisa mempengaruhi siswa baik secara positif maupun secara negatif. McClure (Wibowo, 2005:34) menyatakan bahwa Layanan konseling kelompok berorientasi pada perkembangan individu dan usaha menemukan kekuatan kekuatan yang bersumber pada diri individu itu sendiri dalam memanfaatkan dinamika kelompok. Layanan konseling kelompok memberikan kesempatan untuk berinteraksi antar pribadi dengan orang lain, maupun interaksi sosial yang intensif dan dinamis. Selama pelaksanaan layanan konseling kelompok berlangsung diharapkan kebutuhan setiap individu dapat terpenuhi secara mantap. melalui konseling kelompok individu individu mencapai tujuannya dan berhubungan dengan individu individu lain dengan cara produktif dan inovatif Menurut Tolbert (Wibowo, 2005:31) Layanan Konseling kelompok adalah layanan konseling yang merupakan wahana proses bagi klien untk memahami diri sendiri, membuat rencana masa depan, dan mengatasi masalah. Dalam Konseling kelompok setiap anggota di harapkan dapat balajar membentuk sikap dan kepribadian serta rasa saling menghargai dan belajar memahami jati diri sendiri. Anggota kelompok ialah sesama mereka yang mengikat kegiatan konseling kelompok itu. Pemimpinnya ialah konselor. Sedangkan aturan yang diikuti ialah ketentuan berkenaan dengan pengembangan

suasana interaksi yang akrab, hangat, terbuka. karena dalam konseling kelompok ada bebarapa asas-asas yang perlu di perhatikan. Menurut Prayitno (2008:115) Asas-asas yang dimaksud adalah asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, kekinian, kemandirian, kegiatan, kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan, keahlian, alih tangan, dan tut wuri handayani. (1) kerahasiaan yaitu segala sesuatu yang dibicarakan klien kepada konselor tidak boleh disampaikan kepada orang lain, atau lebih-lebih hal atau keterangan yang tidak boleh atau tidak layak di ketahui orang lain. Asas kerahasiaan ini merupakan kunci dalam suatu konseling kelompok jika asa ini benar-benar dilaksanakan, maka penyelenggaraan atau pemberian konseling akan mendapat kepercayaan dari semua pihak. (2) asas kesukarelaan yaitu mengungkapkan segenap fakta, data, dan seluk-beluk berkenaan dengan masalahnya itu kepada konselor, dan konselor juga hendaknya dapat memberikan bantuan dengan tidak terpaksa, atau dengan kata lain konselor memberikan bantuan dengan ikhlas. (3) asas keterbukaan, keterbukaan ini bukan hanya sekedar bersedia menerima saran-saransari luar, malahan lebih dari itu, di harapkan masing-masing pihak yang bersangkutan bersedia membuka diri untuk kepentingan pemecahan masalah. (4) asas kekinian, masalah individu yang ditanggulangi ialah masalah-masalah yang sedang dirasakan bukan masalah yang sudah lampau, dan juga bukan masalah yang mungkin akan dialami di masa yang akan datang. (5) asas kemandirian, pelayanan konseling bertujuan menjadikan si terbimbing dapat berdiri sendiri, tidak tergantung pada orang lain atau tergantung pada konselor.(6) asas kegiatan, asas ini merujuk pada pola konseling multi dimensional yang tidak hanya mengandalkan transaksi verbal antar klien dengan konselor. (7) asas kedinamisan, mengacu pada hal-hal baru yang hendaknya terdapat pada dan menjadi cirri-ciri dari proses konseling dan hasil-hasilnya. (8) asas keterpaduan yaitu memadukan wawasan tentang klien agar dalam keadaan serasi dan saling menunjang dalam upaya konseling. (9) asas kenormatifan yaitu seluruh isi layanan konseling harus sesuai dengan norma-norma yang ada. Demikian pula prosedur, tehnik, dan peralatan yang di pakai tidak menyimpang dari norma-norma yang dimaksudkan. (10) asas keahlian, asas keahlian selain mengacu kepada kualifikasi konselor (misalnya pendidikan sarjana bidang bimbingan dan konseling), juga kepada pengalaman. (11) asas alih tangan, jika konselor sudah mengerahkan segenap kemampuannya untuk membantu individu, namun individu yang bersangkutan belum dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan, maka konselor dapat mengirim individu tersebut kepada petugas atau badan yang lebih ahli. (12) asas tutwuri handayani, asas ini menunjuk kepada suasana umum hendaknya tercipta dalam rangka hubungan keseluruhan antara konselor dan klien.

Di dalam kelompok ini anggota akan saling menolong, menerima dengan tulus. Membantu temannya agar dapat mengatasi masalahnya sendiri. Kegiatan layanan konseling kelompok ini tentu tidak hanya ditujukan kepada siswa pada tingkat SD maupun SMP saja, akan tetapi pada tingkat SMA pun program layanan konseling kelompok ini juga sangat diperlukan. Siswa/siswi pada tingkat SMP tidak luput dari berbagai masalah dalam studinya terutama dalam hal tanggung jawab yang masih rendah yang dapat menyebabkan kegagalan dalam studinya. Untuk menangani berbagai masalah seperti di uraikan di atas dapat dilaksanakan melalui kegiatan konseling baik sifatnya individu maupun konseling kelompok. Layanan konseling kelompok dilaksanakan secara kelompok maksudnya disini yaitu, pada waktu dan tempat yang sama diberikan layanan konseling kepada beberapa siswa secara bersamaan dengan membentuk suatu kelompok. Jadi konseling kelompok dimaksudkan sebagai suatu himpunan individu-individu yang tergabung bersama dalam suatu kelompok yang mempunyai tujuan yang sama untuk dicapai. Berinteraksi dan berkomunikasi secara intensif satu sama lain pada saat berkumpul, bekerja sama dalam satu kelompok dan mendapat kepuasaan pribadi dari interaksi psikologi dengan seluruh anggota yang tergabung dalam kelompok tersebut. Layanan konseling kelompok di SMP Negeri 2 Galang jarang dilakukan dan bahkan hampir tidak pernah. Dengan mengikuti konseling kelompok ini diharapkan siswa yang kurang memiliki tanggung jawab dalam belajar dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab pada dirinya dan dapat mengatasi masalahnya dengan baik.

Untuk membantu meningkatkan tanggung jawab belajar pada siswa, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan menetapkan judul penelitian tentang Pengaruh Pemberian Layanan Konseling Kelompok Terhadap Peningkatan Rasa Tanggung Jawab Belajar Siswa di Kelas VIII SMP Negeri 2 Galang. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan pemaparan pada latar belakang dan fokus masalah, maka peneliti mengidentifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Hasil belajar siswa masih kurang memuaskan 2. Kurangnya Pemberian Layanan Konseling kelompok bagi siswa SMP Negeri 2 Galang dan bahkan hampir tidak pernah dilakukan 3. Kurangnya pelaksanaan tanggung jawab belajar siswa walaupun guru sudah berusaha untuk menegakkan tanggung jawab belajar didalam sekolah 1.3. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah diperlukan supaya penelitian ini lebih efektif, efisien dan terarah. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah mengenai Pengaruh Pemberian Layanan Konseling Kelompok terhadap peningkatan rasa tanggung jawab belajar siswa di kelas VIII SMP Negeri 2 Galang Tahun Ajaran 2014/2015. 1.4. Perumusan Masalah Sesuai dengan batasan masalah, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut Adakah Pengaruh Pemberian Layanan Konseling

Kelompok Terhadap Tanggung Jawab Belajar Siswa di kelas VIII SMP Negeri 2 Galang Tahun Ajaran 2014/2015. 1.5. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut: Untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Layanan Konseling kelompok terhadap tanggung jawab belajar siswa di kelas VIII SMP Negeri 2 Galang Tahun Ajaran 2014/2015. 1.6. Manfaat Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Bagi peneliti, bermanfaat sebagai bahan pegangan dalam menjalankan tugas sebagai guru BP/BK di masa yang akan datang. 2. Guru Bimbingan dan Konseling (BK) Guru BP / BK dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai salah satu cara dalam mengatasi masalah tanggungjawab yang sedang di hadapi siswa Guru BK dapat mengetahui masalah yang sedang dihadapi siswa dalam belajar Melalui layanan konseling kelompok, masalah kurangnya tanggungjawab belajar siswa dapat terasasi. 3. Bagi Sekolah Bermanfaat untuk : Menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa, dengan tumbuhnya sikap rasa tanggung jawab siswa maka proses pendidikan dan

pembelajaran akan dapat berlangsung dengan lancar dan pada akhirnya diharapkan akan tercapainya tujuan instutusional dengan baik. Dapat membuat kebijakan dan peraturan tata tertib sekolah maupun tata tertib kelas yang dapat mengayomi siswa sehingga proses pendidikan dan proses belajar mengajar di sekolah berlangsung dengan lancar. Sebagai bahan masukan bagi sekolah. Dengan penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi khususnya konselor dan guru mata pelajaran dalam upaya meningkatkan rasa tanggung jawab belajar siswa di kelas. 4. Peneliti Lain bermanfaat untuk : Penelitian lain khususnya peneliti Bimbingan dan Konseling dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai dasar untuk meneliti tentang kegiatan Bimbingan dan konseling. Memberikan masukan kepada jurusan BK agar mengetahui berbagai layanan yang dapat di gunakan untuk membantu mengatasi masalah kurangnya tanggungjawab belajar siswa.