BAB I PENDAHULUAN. secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dewasa

BAB I PENDAHULUAN. emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta. keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. ketrampilan, penanaman nilai-nilai yang baik, serta sikap yang layak dan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang pesat sekarang ini, akan membawa berbagai dampak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas guru melalui penataran-penataran atau melanjutkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan. mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan Sistem

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki. latihan bagi peranannya di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Tanpa pendidikan suatu negara akan tertinggal jauh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kemajuan dari suatu bangsa dapat dilihat dari sektor pendidikannya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Untuk tercapainya tujuan nasional tersebut harus ada perhatian dari. pemerintah dan masyarakat yang sungguh-sungguh.

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Pemerintah Indonesia merumuskan dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Berdasarkan Undang-undang No. 20 pasal ke-3 (2003)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PEDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bertanah air. Selain itu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang demokratis serta bertanggung jawab. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kita adalah negara yang memperhatikan pendidikan bangsanya,

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Bab 2 Pasal

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. tentang sistem pendidikan nasional dalam bab II pasal 3 tentang fungsi dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional adalah mengembangkan potensi siswa agar menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Negara Indonesia termuat dalam pembukaan UUD

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN. lambatnya pembangunan bangsa sangat tergantung pada pendidikan. Oleh karena. sangat luas terhadap pembangunan di sektor lainnya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. manusia, baik aspek kemampuan, kepribadian, maupun tanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran dan pendidikan merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, dengan teknologi dan komunikasi yang canggih tanpa mengenal

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Peneliti menjelaskan di dalam bab ini tentang: latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat (Amri, 2010 : 13). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah sebuah sistem yang kompleks dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

I. PENDAHULUAN. seharusnya dicapai melalui proses pendidikan dan latihan. mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan peserta didik guna

2015 PENERAPAN METODE COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. yang menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa. Pendidikan berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. mendasar untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, memberi Dana Bantuan Operasional

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk merubah suatu bangsa ke arah yang lebih

pengetahuan dan teknologi perlu adanya pembaharuan dalam sistem pendidikan secara terarah dan terencana maka Undang-Undang Republik Indonesia No 20

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan juga bermakna sebagai usaha mengembangkan potensi bawaan, baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Maka dari itu, pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses pertumbuhan yang menyesuaikan lingkungan, suatu pengarahan, dan bimbingan kepada anak-anak dalam pertumbuhan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Bab I Pasal 1 Ayat (6), menyatakan standar proses pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Selain standar proses pendidikan, ada beberapa standar lain yang ditetapkan dalam standar nasional yaitu, standar kompetensi lulusan, standar isi, standar pendidikan dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian. Munculnya standarstandar di atas, didorong untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan yang selama ini tertinggal jauh dari negara-negara lain. Untuk mengejar 1

2 ketertinggalan dari negara-negara lain, kurikulum yang diharapkan adalah yang dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat. Kurikulum ini implementasinya memberikan kebebasan kepada guru untuk aktif, kreatif, dan inovatif, dan memberdayakan strategi-strategi pembelajaran dalam membangkitkan motivasi dan prestasi siswa, karena guru adalah komponen yang sangat penting. Keberhasilan proses pendidikan sangat tergantung pada guru yaitu sebagai ujung tombaknya, termasuk guru akuntansi, dalam memainkan strategi dan meningkatkan kualitas pembelajaran mata pelajaran ekonomi-akuntansi. Sebagai seorang pendidik, kita mengetahui bahwa profesionalisme seorang guru bukanlah pada kemampuannya mengembangkan ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih pada kemampuannya untuk melaksanakan pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi siswanya. Menurut Degeng (Sugiyanto, 2008: 5) daya tarik suatu mata pelajaran (pembelajaran) ditentukan oleh dua hal, pertama oleh mata pelajaran itu sendiri, dan kedua, oleh cara mengajar guru. Oleh karena itu tugas professional seorang guru adalah menjadikan pelajaran yang sebelumnya tidak menarik menjadikannya menarik, yang dirasakan sulit menjadi mudah, yang tadinya tak berarti menjadi bermakna. Jika kondisi tersebut dapat dilaksanakan guru yaitu siswa secara sukarela untuk mempelajari lebih lanjut karena adanya kebutuhan belajar dan belajar bukan kewajiban, maka guru sebagai pengajar dapat dikatakan berhasil. Namun untuk mencapai hal tersebut tidaklah mudah, karena dibutuhkan pendidikan khusus, keahlian khusus, sikap khusus, dan pengakuan masyarakat. Semua tersebut dikenal dengan empat kompetensi pendidik, yaitu kompetensi professional, kompetensi paedagogi, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. Jika empat kompetensi tersebut dikuasai oleh para guru, maka berbagai peran guru dalam pembelajaran diharapkan dapat dilkasanakan secara optimal yaitu sebagai

3 sumber belajar, fasilitator, pengelola, pembimbing, administrator, motivator, dan evaluator. Jika peran tersebut dapat dijalankan, maka usaha memberikan layanan pembelajaran yang optimal kearah pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM) dapat tercapai. Kemampuan menerapkan pembelajaran dengan pendekatan PAIKEM tersebut diperlukan penguasaan model-model pembelajaran yang memadai. Hakekat mengajar menurut Joicy dan Weil (Sugiyanto, 2008: 7) adalah membantu siswa memperoleh informasi, ide, ketrampilan, nilai, cara berpikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara belajar bagaimana belajar. Tujuan jangka panjang kegiatan pembelajaran adalah membantu siswa mencapai kemampuan secara optimal untuk dapat belajar lebih mudah dan efektif di masa datang. Untuk mencapai hal tersebut perlu kerangka pembelajaran secara konseptual (model pembelajaran) yang menentukan tercapainya tujuan pembelajaran. Kemudian menurut Winataputra (Sugiyanto, 2008: 7), model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Di dalam UU No 20 Tahun 2003 (Sanjaya, 2008: 3) juga menyebutkan suasana belajar dan pembelajaran diarahkan agar para peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya, ini berarti proses pendidikan harus berorientasi kepada siswa. Dengan pemberian otonomi pendidikan yang luas pada tiap-tiap lembaga pendidikan menuntut adanya pendekatan kurikulum yang lebih kondusif dan transparan, sehingga dapat mengakomodasi dan memberdayakan seluruh komponen untuk mendukung kemajuan dari sistem yang ada. Maka pendidikan yang diselenggarakan itu bukan

4 untuk kepentingan guru atau penyelenggara lainnya, tetapi harus untuk kepentingan peserta didik. Oleh karena itu, tugas pendidik adalah mengembangkan potensi yang dimiliki siswa. Guru harus dapat meramu berbagai metode, teknik, dan strategi pembelajaran yang menjadikan peserta didik sebagai subyek yang mendominasi aktifitas pembelajaran, bukan lagi sebagai obyek pasif yang hanya menerima materi dari guru. Mata pelajaran akuntansi juga merupakan bagian dalam mengembangkan potensi peserta didik, sementara pelajaran akuntansi merupakan pelajaran yang tidak atau kurang disukai oleh kebanyakan siswa, sehingga prestasinya kurang memuaskan. Upaya untuk melakukan pengayaan materi terhadap strategi pembelajaran akuntansi menjadi sesuatu yang urgen. Terlebih pada siswa yang tingkat motivasi belajarnya rendah. Keberhasilan peserta didik dalam belajar tidak lepas dari motivasi peserta didik. Pupuh dkk (2007: 19) menyatakan, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan yang ada dapat tercapai. Seorang siswa akan mempunyai motivasi yang kuat apabila model pembelajaran yang dilakukan adalah bervariasi, menarik dan menyenangkan siswa. Tidak hanya dengan metode-metode konvensional seperti ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas. Tetapi harus menggunakan strategi yang membantu siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Realitasnya selama ini dalam pembelajaran akuntansi di berbagai sekolah, seringkali menekankan pada materi pokok dan lebih memaksakan target bahan ajar, yang pada akhirnya para pengajar terkondisikan untuk sekedar memindahkan isi buku atau mentransfer isi buku dan kurang mampu mengapresiasi strategi pembelajaran yang produktif, aktif, kreatif, dan menyenangkan. Sementara di

5 sisi lain, siswa kurang berpartisipasi karena tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan potensi diri mereka. Ada banyak model atau strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa. Banyaknya model atau strategi pembelajaran yang dikembangkan para pakar tersebut tidak berarti semua pengajar menerapkan semuanya untuk setiap mata pelajaran, karena tidak semua model cocok untuk setiap topik atau mata pelajaran. Menurut Sugiyanto (2008: 8) Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih model atau strategi pembelajaran, yaitu: 1) tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, 2) sifat materi atau bahan ajar, 3) kondisi siswa, 4) ketersediaan sarana-prasarana belajar. Salah satu model pembelajaran yang produktif, aktif, inovatif, efektif, dan menyenangkan adalah model pembelajaran kontekstual (constextual teaching and learning). Dengan pendekatan kontekstual proses pembelajaran diharapkan berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa untuk bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, mereka dalam status apa dan bagaimana mencapainya. Mereka akan menyadari bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya. Mereka memposisikan dirinya yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti. Mereka mempelajari sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing. Oleh karena itu dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran melalui model pembelajaran kontekstual (constextual teaching and learning), maka kami melakukan penelitian tersebut.

6 Menurut Brown, (Suwandi, 2008: 119), keberadaan guru dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) sangat menentukan. Guru bertugas membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar. Guru tidak saja berperan mentransmisikan dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga mentransmisikan dan mengembangkan nilai-nilai. Dalam kaitan pembelajaran akuntansi, guru tidak saja bertugas meningkatkan pengetahuan dan keterampialn akuntansi tetapi juga mengetahui makna dan fungsi akuntansi dalam kegiatan usaha atau perusahaan di kalangan pelajar. Keberhasilan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) akan ditentukan seberapa jauh pemahaman guru terhadap kurikulum dan kemampuannya dalam mengimplementasikan rencana yang telah dibuat. Guru juga dituntut memiliki kemampuan untuk menilai dirinya dan kemampuan dirinya sendiri dalam hubungan dengan pembelajaran yang berhasil. Kemampuan reflektif guru sangat diperlukan. Berdasarkan pengamatan penulis terhadap kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas, prestasi belajar atau penilaian guru terhadap hasil evaluasi pelajaran akuntansi, wawancara dengan siswa dan juga diskusi antara peneliti dan guru akuntansi, dapat dikemukakan bahwa pengetahuan, keterampilan, siswa tentang akuntansi dalam kegiatan usaha (perusahaan) masih kurang. Kekurangmampuan siswa dalam akuntansi meliputi kurangnya pengetahuan tentang kegiatan usaha (perusahaan), kurangnya latihan (praktik) akuntansi dalam pembelajaran, belum melihat secara nyata proses pembukuan atau akuntansi dalam perusahaan, kurang memahami betapa pentingnya peranan pembukuan atau akuntansi dalam rangka memajukan perkembangan perusahaan. Lebih khusus lagi kekurangmampuan siswa dalam proses pembukuan atau akuntansi adalah analisis transaksi keuangan dan pencatatan dokumen transaksi ke dalam jurnal umum berdasarkan mekanisme debit dan kredit.

7 Kemudian berdasarkan identifikasi awal, hasil observasi dan hasil tes awal pada pembelajaran Kompetensi Dasar (KD) analisis transaksi keuangan atau bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi ke dalam jurnal umum berdasarkan mekanisme debit dan kredit, dari 38 siswa kelas XI IPS 3 Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Sragen, menunjukkan bahwa, dari 38 siswa ada 20 atau 53% siswa yang motivasi belajarnya termasuk kategori kurang, 12 siswa atau 32% motivasi belajarnya termasuk kategori sedang, dan 6 siswa atau 15% yang motivasi belajarnya termasuk kategori sangat baik. Kemudian untuk hasil tes tertulis awal dari 38 siswa, menunjukkan 22 siswa atau 58% belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 72, berarti belum mencapai kompetensi dasar, sedangkan yang telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu mencapai nilai 72 ke atas ada 16 siswa atau 42%. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh siswa kelas XI IPS 3 Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Sragen sebesar 65,79, dengan demikian secara klasikal siswa kelas XI IPS 3 belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang dipersyaratkan. Dari hasil pengamatan di kelas dan juga diskusi antara peneliti dan guru akuntansi dapat diidentifikasi faktor-faktor penyebab permasalahan-permasalahan tersebut. Pertama, ketepatan strategi pembelajaran yang dipilih dan diterapkan guru, dalam pelaksanaan pembelajaran guru kurang memperhatikan proses dan lebih berorientasi pada hasil. Kedua, motivasi siswa belajar akuntansi rendah atau kurang, hal ini tampak pada respon atau hasil angket tentang motivasi belajar siswa menunjukkan siswa yang motivasi belajarnya kurang 47%, sedang 32%, dan yang motivasi belajarnya sangat baik 21%. Penyebab rendahnya motivasi belajar akuntansi, berdasarkan hasil angket, adalah tingkat kesulitan materi yang mencapai 54%, kepuasan pembelajran 52%, perhatian 59%, dan antusias terhadap pembelajaran 49%. Selain itu siswa kurang atau belum memahami arti pentingnya pembukuan atau

8 akuntansi bagi kehidupan dan kelanjutan kegiatan usaha (perusahaan). Ketiga, siswa belum pernah melihat secara nyata prosedur pembukuan atau akuntansi yang terjadi di dunia usaha atau perusahaan, sehingga sulit untuk memahami proses pembukuan. Berdasarkan pemikiran di atas, maka perlu untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran akuntansi, dengan model pembelajaran kontekstual (constextual teaching and learning) di Madrasah Aliyah Negeri 1 Sragen, sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar yang pada akhirnya prestasi belajar juga meningkat. B. Fokus dan Sub Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang, fokus permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan, peningkatan motivasi dan prestasi belajar akuntansi perusahaan jasa melalui model pembelajran kontekstual (constextual teaching and learning) kelas XI IPS, Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Sragen, Tahun Pelajaran 2011/2012, dengan sub fokus sebagai berikut: 1. Apakah melalui model pembelajaran konstektual (constextual teaching and learning) dapat meningkatkan motivasi belajar akuntansi perusahaan jasa tentang analisis dokumen transaksi dan pencatatan ke jurnal umum siswa kelas XI IPS, Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Sragen, Tahun Pelajaran 2011/2012? 2. Apakah melalui model pembelajaran konstektual (constextual teaching and learning) dapat meningkatkan prestasi belajar akuntansi perusahaan jasa, tentang analisis dokumen transaksi dan pencatatan ke jurnal umum siswa kelas XI IPS, Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Sragen, Tahun Pelajaran 2011/2012? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini mempunyai dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari penelitian ini adalah upaya untuk meningkatkan motivasi dan

9 prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran akuntansi perusahaan jasa melalui model pembelajaran konstektual (constextual teaching and learning). Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar akuntansi perusahaan jasa melalui model pembelajaran konstektual (constextual teaching and learning). 2. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar akuntansi perusahaan jasa melalui model pembelajaran konstektual (constextual teaching and learning). D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis maupun praktis. 1. Manfaat Teoritis a. Dapat menambah dan mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan serta mendukung teori-teori yang telah ada. b. Dapat digunakan sebagai referensi bagi para penyelenggara pendidikan, khususnya bagi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Sragen dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa pada tahap-tahap berikutnya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi guru mata pelajaran akuntansi khususnya dapat mengelola pembelajaran dan memiliki gambaran pembelajaran akuntansi melalui strategi kontekstual ( constextual teaching and learning). b. Dapat mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang muncul pada pembelajaran akuntansi, dan mencari solusi pemecahannya. E. Daftar Istilah Agar tidak terjadi penafsiran pada judul penelitian ini, maka penulis memberikan penjelasan istilah-istilah yang digunakan, adalah sebagai berikut:

10 1. Pembelajaran. Menurut Asrori (2008: 6), secara umum, pembelajaran merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui pengalaman individu yang bersangkutan. Tumpuan perhatian adalah mengkaji mengapa, bilamana, dan bagaimana proses pembelajaran berlaku. Jadi pembelajaran merupakan proses pembelajaran yang berkualitas di mana timbul pembelajaran aktif, kreatif, dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar siswa. 2. Pembelajaran Kontekstual (Constextual Teaching and Learning). Menurut Depdiknas (Sumiati 2008: 18) pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Sedangkan menurut Nurhadi (Sugiyanto, 2008: 18) pembelajaran kontekstual (constextual teaching and learning) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sendiri-sendiri. Pengetahuan dan ketrampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru ketika ia belajar. 3. Motivasi. Menurut Asrori (2008: 183), motivasi dapat diartikan sebagai: (1) Dorongan yang timbul pada diri seseorang, secara disadari atau tidak disadari, untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu; (2) Usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu

11 karena ingin mencapai tujuan yang ingin dicapai. Selanjutnya motivasi belajar siswa yang dimaksud adalah motivasi belajar akuntansi, di mana motivasi belajar dibedakan motivasi tinggi, sedang, dan rendah. 4. Prestasi. Menurut Tirtonegoro (2004: 78) bahwa prestasi merupakan hasil usaha yang dilakukan dan menghasilkan perubahan dan dinyatakan dalam bentuk yang menunjukkan kepada anak atas kemampuannya dalam mencapai hasil kerja dalam waktu tertentu. Selanjutnya prestasi belajar siswa adalah hasil belajar siswa pada pelajaran akuntansi. 5. Akuntansi Perusahaan Jasa. Menurut Sadeli (2010: 2) akuntansi adalah proses mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil keputusan yang tepat bagi pemakai informasi tersebut. Akuntansi perusahaan jasa, akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan yang kegiatan usahanya bergerak di bidang usaha jasa.