METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Menentukan Stasiun dan Titik Pengambilan Contoh

dokumen-dokumen yang mirip
3. METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS CAHAYA DENGAN KEKERUHAN PADA PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

METODE PENELITIAN. Tabel 1. Waktu sampling dan pengukuran parameter in situ di perairan Pesisir Maros

3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Penentuan Titik Sampling 3.3 Teknik Pengumpulan Data Pengambilan Contoh Air

3. METODE PENELITIAN

BAB 2 BAHAN DAN METODE

BAB III METODELOGI PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN. Gambar 4. Lokasi penelitian di Perairan Selat Nasik, Belitung, April 2010.

3. METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Oseanografi. Suhu perairan selama penelitian di perairan Teluk Banten relatif sama di

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

SEBARAN KLOROFIL-A DI DAERAH FISHING GROUND IKAN PELAGIS BESAR PERAIRAN KEPALA BURUNG PULAU PAPUA

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penentuan

HUBUNGAN ANTARA SUKSESI FITOPLANKTON DENGAN PERUBAHAN RASIO N DAN P DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM PENDAHULUAN

BAB 2 BAHAN DAN METODA

PENGARUH MUSIM TERHADAP KOMPOSISI DAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON DI TELUK AMBON DALAM PENDAHULUAN

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Teluk Ratai Kabupaten Pesawaran,

III. METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

KELIMPAHAN FITOPLANKTON PADA ZONA DENGAN KARAKTERISTIK MASSA AIR YANG BERBEDA DI PERAIRAN TELUK BANTEN

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi

3. METODE PENELITIAN. Keterangan : Peta Lokasi Danau Lido. Danau Lido. Inset. 0 km 40 km 6 40' 42" ' 47" Gambar 2. Peta lokasi Danau Lido, Bogor

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Tambak Cibalong (Sumber : Google Earth)

III. METODE PENELITIAN. B. Materi Penelitian Alat dan bahan yang digunakan terlampir (Lampiran 1 dan 2). bio.unsoed.ac.id

3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September - November 2007 bertempat

BAB 2 BAHAN DAN METODA

3. METODE PENELITIAN

Gambar 5. Peta Lokasi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi

I. PENENTUAN PRODUKTIVITAS PRIMER DENGAN METODE OKSIGEN. Secara sederhana fotosintesis dapat dinyatakan dalam reaksi sebagai berikut:

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. kerapu macan ini berada di perairan sekitar Pulau Maitam, Kabupaten Pesawaran,

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian Bahan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September Tahapan

3 METODE PENELITIAN. Pulau Barrang Lompo. Pulau Laelae. Sumber :Landsat ETM+Satellite Image Aquisition tahun 2002

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODOLOGI. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga Oktober Survei

POLA DISTRIBUSI SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. data sampel yaitu dengan pengamatan atau pengambilan sampel secara langsung,

Pemberian larutan kimia ke dalam contoh air laut.

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta lokasi pengamatan dan pengambilan sampel di Waduk Cirata

Gambar 2. Peta lokasi pengamatan.

BAB III METODE PENELITIAN. stasiun pengambilan terlampir pada Lampiran 1. Proses identifikasi pada sampel

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2015 di Laboratorium

METODE PENELITIAN. 07 o 20 0,6576 LS 19 o 13 48,4356 BT Kober, Kec. Purwokerto Barat Bantarsoka, Kec. Purwokerto Barat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

3. BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga bulan Juni 2012

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan dari bulan Juni Juli 2015.

II. METODE PENELITIAN

Bab III Bahan dan Metode

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2013

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

III. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di perairan Pulau Penjaliran Timur, Kepulauan

IV METODOLOGI PENELITIAN. Bahan penelitian yang akan digunakan adalah S. platensis, pupuk Azolla pinnata,

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

BAB 2 BAHAN DAN METODA

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur Penelitian Perlak uan Uji Persiapan Alat dan Bahan

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan 2. Alat

III. METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Analisis Nitrogen Organik, N-NH 3, N-NO 3, Ortofosfat, TSS, Kerapatan Sel, COD.

II. METODE PENELITIAN

3 METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Materi Uji

III. METODE PENELITIAN

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zooplankton, Balai Besar

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan

II. METODE PENELITIAN

m. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2006 sampai Desember

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013

3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Metode Pengambilan Contoh Penentuan lokasi

METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Pelaksanaan Penelitian Penentuan stasiun

DAFTAR LAMPIRAN SPESIFIKASI BAHAN DAN PERALATAN. No Nama alat Merek/Tipe Kegunaan Tempat

BAB I. Kegiatan manusia di sekitar perairan dapat mengakibatkan masuknya

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 03 Februari sampai dengan 17

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Tabel 3. Alat-alat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

Lampiran 1. Perhitungan komposisi pencampuran air

METODE PENELITIAN. Sokaraja dengan kondisi lingkungan dominan pemukiman penduduk

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Alat dan Satuan yang Dipergunakan dalam Pengukuran Faktor Fisik dan Kimia Perairan.

Transkripsi:

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di perairan Teluk Banten, Propinsi Banten. Secara geografis lokasi penelitian berada pada posisi koordinat 106 0 6'-106 0 7 Bujur Timur dan 55 0 6-55 0 8 Lintang Selatan (Gambar 9). Penelitian ini dilaksanakan dalam kurung waktu 6 bulan (April 2008 sampai September 2008) yang mewakili dua musim, yaitu musim peralihan I (hujan ke kemarau) dan kemarau. Penelitian berlangsung dalam enam kali sampling dengan interval waktu setiap sampling selama 30 hari yang meliputi tiga kali sampling pada musim peralihan I dan berikutnya tiga kali sampling pada musim kemarau. Gambar 9 Lokasi penelitian di perairan Teluk Banten. Menentukan Stasiun dan Titik Pengambilan Contoh Untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini, maka lokasi penelitian secara horisontal dipisahkan atas lima stasiun pengamatan, yaitu stasiun satu berlokasi di muara sungai, stasiun dua berlokasi di perairan pantai, stasiun tiga berlokasi di perairan tengah teluk mengarah pantai, stasiun empat berlokasi di perairan tengah

26 mengarah luar teluk, dan stasiun lima berlokasi di perairan luar teluk (Tabel 1 dan Gambar 10). Dasar pertimbangan penentuan lokasi penelitian secara horisontal dengan lima stasiun adalah distribusi vertikal intensitas cahaya matahari akan semakin dalam ke arah laut. Sebaliknya distribusi DIN, DIP, DSi, dan fitoplankton itu sendiri akan semakin berkurang ke arah laut. Dengan demikian, atas pertimbangan ini diperkirakan pertumbuhan fitoplankton akan bervariasi mengikuti level intensitas cahaya matahari dan keberadaan ketiga bentuk nutrien inorganik terlarut tersebut. Tabel 1 Posisi stasiun untuk pengukuran dan pengambilan sampel Stasiun Lokasi Posisi Bujur Timur Lintang Selatan 1 Muara sungai 106 09'57.1" 06 01'24.1" 2 Pantai 106 10'01.4" 06 00'47.0" 3 Tengah mengarah ke pantai 106 09'48.3" 05 59'00.9" 4 Tengah mengarah ke luar 106 10'56.6" 05 56'36.1" 5 Luar teluk 106 10'30.0" 05 53'26.2" Secara vertikal, stasiun satu terdiri atas tiga titik kedalaman dengan persentase intensitas cahaya matahari 10%, 5%, dan 1% dari cahaya permukaan; stasiun dua, tiga dan empat masing-masing terdiri atas empat titik kedalaman yang masing-masing dengan persentase intensitas cahaya matahari 50%, 25%, 10% dan 5% dari cahaya permukaan; dan stasiun lima terdiri atas lima titik kedalaman dengan persentase intensitas cahaya matahari 50%, 25%, 10%, 5% dan 1% dari cahaya permukaan (Gambar 10a). Penentuan zonasi secara vertikal ini berdasarkan pada metode standar inkubasi secara in situ (Gocke dan Lenz 2004) yang ditentukan berdasarkan hasil pengukuran persentase distribusi intensitas cahaya matahari di kolom air (lihat uraian mengukur zona eufotik) serta hasil pengukuran nilai produktivitas primer bersih yang pernah dilakukan di perairan teluk Banten lebih tinggi pada persentase intensitas cahaya matahari 50% dari cahaya permukaan (Alianto et al. 2008a).

27 Zonasi secara horisontal Zona Muara Zona Pantai Zona Tengah Zona Luar (b) (c) (d) 50% Zonasi secara vertikal (a) 25% 10% Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 5% 1% Gambar 10 Desain zonasi secara horisontal dan vertikal lokasi penelitian dilihat dari samping, (a) kedalaman yang akan ditentukan berdasarkan hasil pengukuran intensitas cahaya matahari, (b) kedalaman inkubasi, (c) pengukuran parameter kualitas air laut, dan (d) pengambilan contoh air. Pengukuran Parameter Kualitas Perairan Fisika Perairan Mengukur Zona Mixing Zona mixing ditentukan dari hasil bacaan Conductivity Thermometer Depth (CTD). Zona ini ditentukan berdasarkan ketebalan lapisan turbulen atau terbentuknya suatu kedalaman yang mempunyai ciri yang hampir sama, dimana

28 kedalaman ini merupakan suatu kedalaman yang dicirikan oleh perbedaan suhu yang mempunyai kisaran sampai 1 C dari suhu permukaan (Laevastu dan Hayes 1981) (lihat uraian pengukuran suhu) dan kisaran salinitas yang tidak lebih dari 2 (Livingston 2003) (Lihat uraian pengukuran salinitas). Mengukur Zona Eufotik Zona eufotik ditentukan berdasarkan persentase penetrasi intensitas cahaya matahari sampai 1% dari cahaya permukaan di kolom air. Intensitas cahaya matahari permukaan diukur dengan alat Automatic Weather Station (AWS) tipe JY 106 dari Badan Meteorologi dan Geofisika Serang (Tabel 2). Besarnya intensitas cahaya matahari yang dapat menembus kolom air dihitung dengan menggunakan persamaan eksponensial atau hukum Beer-Lambert (Walsby 2001) sebagai berikut : I z I o e kz (3.1) I z I o k Z = intesitas cahaya pada kedalaman z = intensitas cahaya permukaan = adalah koefisien peredupan (diketahui dari persamaan 3.2), dan = adalah kedalaman Koefisien peredupan diketahui dari hasil pengukuran kecerahan perairan. Kecerahan perairan (dalam satuan meter) diukur dengan menggunakan keping Secchi disc (S d ) yang berdiameter 30 cm. Setelah itu koefisien peredupan dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Tillman et al. 2000) : k = 0.191 + 1.242/s d (3.2)

29 Mengukur Suhu Perairan Pengukuran suhu perairan dilakukan bersamaan dengan parameter kimia perairan, seperti salinitas dan ph yang dilakukan dengan menggunakan Conductivity Thermometer Depth (CTD) (Tabel 2). Pengukuran suhu, salinitas, dan ph dilakukan dengan cara menurunkan CTD dari permukaan perairan hingga ke dasar perairan. Cara seperti ini dilakukan pada masing-masing zona (zona muara sungai, pantai, tengah, dan luar teluk). Tabel 2 Parameter kualitas air laut yang akan diukur serta metode dan alat ukur yang digunakan Parameter Satuan Metode dan Alat Analisis Tempat Analisis Oksigen terlarut mg l -1 Oksigen, titrasi Winkler In situ NH 3 -N μm Brusin, spektrofotometer Eks situ* NO 3 -N μm Sulfanilik, spektrofotometer Eks situ* NO 2 -N μm Penat, spektrofotometer Eks situ* PO 4 -P μm Asam molibdat, spektrofotometer Eks situ* Si(OH) 4 -Si μm Molibdosilika, spektrofotometer Eks situ* Fitoplankton Sel l -1 Pencacahan, mikroskop Eks situ* Klorofil-a mg m -3 Spektrofotometer Eks situ* Intensitas cahaya matahari μmol foton m -2 s -1 Automatic weather station In situ Kecerahan Meter Visual, Secchi disc In situ Suhu C CTD In situ Salinitas CTD In situ ph ph Orion In situ * Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Institut Pertanian Bogor Kimia Perairan Mengukur Konsentrasi Nutrien Inorganik Terlarut Untuk pengukuran NH 3 -N, NO 3 -N, NO 2 -N, PO 4 -P, dan Si(OH) 4 -Si diambil sebanyak 250 ml contoh air laut pada setiap kedalaman (Gambar 10d) dengan menggunakan Van Dorn. Sebelum analisis lanjutan di laboratorium terlebih dahulu dilakukan filtrasi dengan filter nukleopore (Whatman GF/C

30 diameter 47 mm dan porositas 0.45 µm) (Tanaka dan Choo 2000) dengan menggunakan pompa vakum melewati suatu glass microfibre filter serta air tersaring ini disimpan dalam botol plastik sebelum dianalisis. Analisis konsentrasi NH 3 -N, NO 3 -N, NO 2 -N, PO 4 -P, dan Si(OH) 4 -Si dilakukan dengan metode standar (Tabel 2) yang direkomendasikan oleh Parson et al. (1984b) menggunakan spektrofotometer tipe SHIMAZU UV-1601. Biologi Perairan Mengukur Fotosintesis Bersih Pengambilan contoh air laut untuk pengukuran fotosintesis bersih dilakukan di setiap kedalaman dengan menggunakan Van Dorn kapasitas 5 liter (Gambar 10b). Setelah itu contoh air laut dialirkan ke dalam dua buah botol BOD (botol terang dan gelap) 300 ml dengan menggunakan selang yang ujungnya disaring dengan plankton net mesh size 60 μm untuk mencegah masuknya makrozooplankton ke dalam botol (Alpin dan Cloern 1988). Setelah itu botol diinkubasi pada setiap kedalaman (Gambar 10c) selama 7 jam yang dimulai pada jam 09.00-15.00 WIB. Setelah inkubasi dilakukan titrasi Winkler untuk mengetahui konsentrasi oksigen pada setiap botol. Pengukuran kandungan oksigen terlarut pada kedua botol (baik terang maupun gelap) dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Strickland dan Parsons 1972) : ml O 2 l 1 ( ml titran)( normalitas thiosulfat)(8)(1000) ( ml BOD ml reagen terpakai ( ml sampel) ( ml botolbod) (3.3) - normalitas thiosulfat = 0.025 N - reagen terpakai = 4 ml (1 ml MnSO 4 dan NaOH + KI dan 2 ml H 2 SO 4 untuk volume botol BOD 300 ml)

31 Untuk mengukur besarnya nilai produktivitas primer bersih fitoplankton dapat diketahui dari nilai oksigen terlarut (persamaan 3.3) yang dikonversi kedalam satuan mgc/m 3 /jam sebagai berikut (Pinckney 2004) : ( O, LB) ( O2, IB) (1000)(0.375) Fotosintesis bersih (mg C m -3 jam -1 2 ) = ( PQ)( t) (3.4) O 2, LB = oksigen pada botol terang setelah inkubasi (mg l -1 ) O 2, IB = oksigen pada botol inisial setelah inkubasi (mg l -1 ) PQ = photosintetic Quotien fitoplankton (= 1.2) t = waktu inkubasi (jam) 1000 = konversi liter menjadi m 3 0.375 = koefisien konversi oksigen menjadi karbon (= 12/32) Mengukur Konsentrasi Klorofil-a Untuk pengukuran konsentrasi klorofil-a contoh air laut diambil sebanyak 1 liter di kelima stasiun pada setiap kedalaman eufotik (Gambar 10d) dengan menggunakan Van Dorn kapasitas 5 liter. Selanjutnya contoh air tersebut dimasukkan kedalam botol polietilen kapasitas 1 dan 2 liter (ditutup rapat dengan plastik hitam), dan disimpan dalam box ice bersuhu dingin untuk dianalisis di laboratorium. Contoh air laut disaring dengan pompa vakum tekanan 200 mm Hg, milipore filter aparatus (Whatman GF/C, diameter 47 mm porositas 1.2 μm). Kemudian diekstraksi dengan aseton 90% sebanyak 10 ml dan digerus sampai halus selama 10-15 menit. Setelah itu dimasukkan dalam tabung lalu ditutup dengan aluminium foil dan didinginkan dalam frizer pada suhu 0-4 C selama 24-36 jam (Strickland dan Parsons 1972). Setelah itu ditimbang lalu disentrifus pada putaran 3600 rpm selama 5 menit. Selanjutnya diukur dengan spekrofotometer (SHIMAZU UV-1601) pada panjang gelombang 750 nm, 665 nm, dan 664 nm. Selanjutnya ditambahkan asam dengan 1 N HCL dan diukur pula pada panjang gelombang yang sama. Konsentrasi klorofil-a dihitung dengan menggunakan persamaan menurut APHA (2005) sebagai berikut :

32 Klorofil a ( mg chl a m 3 26.7(664b 665a ) ) V 2 x I xv 1 (3.5) V 1 = volume yang dieksrak (l) V 2 = volume sampel (m 3 ) 664 b = absorbansi panjang gelombang 664 nm dikurangi absorbansi panjang gelombang 750 nm sebelum pengasaman 665 a = absorbansi panjang gelombang 665 nm dikurangi absorbansi panjang gelombang 750 nm setelah pengasaman, dan l = panjang kuvet (cm) Menghitung Pertumbuhan Fitoplankton Laju Pertumbuhan Fitoplankton. Laju pertumbuhan populasi fitoplankton secara in situ dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Fogg 1975; Parsons et al. 1984a; Lalli dan Parsons 1995; Miller 2004; Boyd et al. 2005; Millero 2006) : µ = ln ( N o N) ln ( N o ) t (3.6) µ = laju pertumbuhan populasi fitoplankton (hari -1 ) N o = dinyatakan sebagai total standing stok karbon fitoplankton (mg C m -3 ) sebagai pengganti jumlah sel dengan menggunakan persamaan (3.5) yang dikonversi menjadi karbon fitoplankton dengan dikalikan faktor 10 (Parsons et al. 1961 in Stadelmann 1974; Parsons 1975) N = diukur dalam unit karbon fotosintesis (mg C m -3 ) dengan menggunakan persamaan (3.4) t = lama waktu inkubasi (jam) Waktu Doubling Fitoplankton. Waktu doubling dapat hitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Riley dan Chester 1971; Parsons et al. 1984a; Lalli dan Parsons 1995; Wood et al. 2005) :

33 ln 2 d = (3.7) d = waktu doubling (hari) = laju pertumbuhan fitoplankton diketahui dari persamaan (3.6) Waktu Generasi Fitoplankton. Waktu generasi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut (Lalli dan Parsons 1995; Wood et al. 2005; MacIntyre dan Cullen 2005) : k = ln 2 (3.8) k = waktu generasi (hari -1 ) µ = laju pertumbuhan fitoplankton diketahui dari persamaan (3.6) Menghitung Kelimpahan Fitoplankton Contoh air laut untuk analisis fitoplankton diambil sebanyak 25 liter pada setiap kedalaman eufotik (Gambar 10d) untuk ketiga zona dengan menggunakan Van Dorn kapasitas 5 liter. Selanjutnya contoh air laut tersebut disaring dengan menggunakan plankton net dengan mesh size 20 μm. Contoh air laut yang telah disaring dimasukkan ke dalam botol sampel 100 ml lalu diawetkan dengan larutan Lugol 1% atau 1 ml per 100ml sampel (Rao dan Pan 1993). Identifikasi fitoplankton mengacu pada Vilicic (Vilicic 1988) dan dilakukan hanya pada tahap genera. Identifikasi fitoplankton dilakukan dengan mikroskop bolak balik XSP-00 Series (L-301) dengan perbesaran 40x dan 100x (obyektif dan okuler) (Vilicic 1988; Thomas 1997). Identifikasi genera fitoplankton dilakukan dengan menggunakan literatur dari Yamaji (1979), Mizuno (1993), dan Tomas (1997). Kelimpahan fitoplankton dihitung dengan menggunakan metode sensus (penyapuan) di atas Sedwick Rafter Cell dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (APHA 2005) :

34 N = n x V V t cg 1 x V d (3.9) N = kelimpahan fitoplankton (sel l -1 ) n V t V cg V d = jumlah sel yang teramati = volume air tersaring (ml) = volume Sedwick Rafter Cell (ml), dan = volume air tersaring (l) Analisa Data Hasil pengamatan pada penelitian ini dikelompokkan atas data oseanografi fisik, kimia dan biologi perairan Teluk Banten. Untuk keperluan analisis, semua data diuji distribusi kenormalannya dengan menggunakan uji Kolmogorov- Smirno v (Sokal dan Rohlf 1995). Selanjutnya untuk mengetahui dinamika atau perbedaan pertumbuhan fitoplankton yang meliputi laju pertumbuhan, waktu doubling dan waktu generasi fitoplankton serta distribusi intentensitas cahaya matahari dan konsentrasi nutrien inorganik terlarut dianalisis dengan Anova satu arah. Apabila pada analisis ini terdapat perbedaan yang nyata, maka analisis dilanjutkan dengan uji Post-Hoc Duncan. Untuk mengetahui respon atau hubungan antara pertumbuhan fitoplankton terutama laju pertumbuhan fitoplankton dengan intensitas cahaya matahari dan nutrien inorganik terlarut, dilakukan dengan analisis korelasi Pearson s.